Kepailitan merupakan langkah terakhir yang diambil oleh usaha yang mengalami tekanan
keuangan. Namun, sebelum langkah ini diambil, manajemen biasanya berupaya keras untuk
bekerja sama dengan kreditur perusahaan untuk memenuhi klaim kreditur sekaligus berupaya
untuk memastikan kelangsungan usaha perusahaan. Sejumlah perjanjian non-yudisial dapat
dilakukan dengan kreditur. Jika langkah ini gagal, maka perusahaan umumnya akan
menghadapi tindakan yudisial yang diberlakukan oleh pengadilan.
A. Tindakan Non-Yudisial
Terdapat beberapa tindakan non-yudisial yang dapat dijalankan yaitu; perjanjian
restrukturisasi utang, manajemen komite kreditur dan pengalihan aset.
1) Perjanjian Restrukturisasi Utang: Restrukturisasi utang merupakan proses untuk
menstruktur utang bermasalah dengan tujuan untuk memperbaiki posisi keuangan
debitur. Restrukturisasi utang adalah pembayaran utang dengan syarat yang lebih
ringan dibandingkan dengan syarat pembayaran utang sebelum dilakukannya proses
restrukturisasi utang. Pihak debitur dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo
utang, meminta penurunan suku bunga utang, atau meminta modifikasi persyaratan
dalam kontrak utang. Pihak kreditur umumnya bersedia untuk memberikan konsesi/
izin kepada debitur daripada menghadapi risiko beban legal dan kerugian legal yang
timbul dari tindakan hukum terhadap debitur. Akuntansi untuk resktrukturisasi utang
bermasalh diatur dalam PSAK 54 tentang “Akuntansi untuk Utang Bermasalah”.
akuntansi bagi kreditur untuk penuru nan nilai utang wesel dan pinjaman juga disajikan
dalam PSAK 54. Bentuk perjanjian restrukturisasi.
utang yang lain adalah perjanjian komposisi. Di mana kreditur bersepakat untuk
menerima klaim dengan nilai yang lebih rendah dari nilai pokoknya. Keuntungan bagi
pihak kreditur adalah mereka akan segera menerima pembayaran tunai dan umumnya
menegosiasikan waktu pembayaran tunai yang tersisa.
2) Manajemen Komite Kreditur: Melalui manajemen komite kreditur, kreditur
menyetujui untuk membantu pihak debitur dalam mengelola pembayaran yang paling
efisien terhadap klaim kreditur. Pembentukan komite kreditur merupakan tindakan
nonyudisial yang umumnya diawali dengan rencana penyelesaian (plant ofsettlement)
yang diajukan oleh pihak debitur. Rencana penyelesaian ini merupakan dokumen
lengkap yang berisi skedul pembayaran yang menyebutkan utang khusus dan perkiraan
pembayaran. Pihak kreditur kemudian bekerja sama dengan debitur untuk
melaksanakan rencana tersebut. Keuntungan manajemen komite kreditur adalah
kreditur memiliki kendali operasional terhadap debitur dan menerima laporan utuh
mengenai kondisi keuangan debitur. Kerugiannya adalah menghadapi risiko yang lebih
besar jika debitur mengalami kepailitan. Keuntungan bagi debitur adalahbahwa kreditur
berusahanmembantu debitur dalam mengatasi kesulitan keuangan dan masih mungkin
mengambil alih kendali operasional jika masalah keuangan terselesaikan tanpa
melakukan tindakan hukum.
3) Pengalihan Aset: Beberapa debitur dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset,
seperti piutang atau instrumen keuangan lainnya. Debitur dapat melakukan anjak
piutang dengan diskonto atau penjualan piutang baik bersyarat (with recourse)atau tanpa
syarat (without recourse). PSAK 54 menetapkan bahwa pengalihan asset keuangan
dianggap sebagai penjualan hanya jika pihak yang melakukan pengalihan (transferor
atau perusahaan debitur) telah menyerahkan kendali atas asset yang dialihkan tersebut.
Berarti aset yang dialihkan tersebut telah dipisahkan dari pihak yang mengalihkan dan
pihak penerima pengalihan memperoleh hak untuk menjanjikan atau menukarkan aset
yang dialihkan.
B. Tindakan Yudisial
Kepailitan merupakan suatu proses legal untuk mengupayakan pembayaran utang
melalui Pengadilan Niaga, di mana debitur mempunyai kesulitan keuangan untuk
membayar utang- utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh para kreditur.
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang menyediakan kerangka yang diperlukan untuk mengajukan kepailitan.
UU kepailitan memberikan dua alternatif utama berdasarkan perlindungan pengadilan
niaga. Dua alternatif ini sering dikenal penundaan pembayaran (suspension of payments),
di mana pihak debitur memperoleh perlindungan yudisial selama periode rehabilitasi, yaitu
waktu yang digunakan untuk menghapuskan operasi yang tidak menguntungkan,
memperoleh kredit baru, mengembangkanstruktur perusahaan yang baru dengan operasi
yang berkesinambungan dan melakukan perjanjian dengan pihak kreditur. Alternatif kedua
adalah pernyataan kebangkrutan dan likuidasi. Pernyataan kebangkrutan dan likuidasi
sering kali dilakukan oleh seorang trustee atau pihak yang mewakili kreditur yang ditunjuk
oleh pengadilan. Aset debitur dijual dan kewajibannya dilunasi bersamaan dengan likuidasi
perusahaan.
C. Penundaan Pembayaran
Penundaaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan
kreditur selama periode waktu yang diperlukan untuk mereorganisasi perusahaan debitur
dan mengembalikan operasi perusahaan ke tingkat yang menguntungkan. Reorganisasi
dilakukan oleh pengadilan niaga dan trustee seringkali diangkat oleh pengadilan untuk
mengarahkan proses reorganisasi. Umumnya reorganisasi dijelaskan melalui 4P
reorganisasi. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan mengajukan petisi (petition)
kepada pengadilan niaga untuk memperoleh perlindungan (protection) dari para kreditorya.
Petisi harus membahas berbagai alternatif untuk melikuidasi debitur dan membagikan
penerimaan kas yang diperkirakan kepada para debitur. Jika perlindungan telah diberikan,
perusahaan menerima surat perintah pembebasan untuk menunda melakukan pembayaran
atas utang-urang sebelum petisi diajukan. Perusahaan masih terus beroperasi sambil
mempersiapkan rencana reorganisasi (plan of reorganization), yang berfungsi sebagai
pedoman operasi selama masa reorganisasi. Proses reorganisasi (proceeding) tersebut
mencakup tindakan-tindakan yang terjadi dari saat petisi diajukan hingga perusahaan
menyelesaikan proses reorganisasi.
D. Akuntansi Permulaan Baru (Fresh Start Accounting)
Pandangan dasar reorganisasi adalah permulaan baru bagi perusahaan. Akuntansi
permulaan baru menghasilkan entitas pelaporan yang baru. Pelaporan permulaan baru
harus digunakan per tanggal konfirmasi rencana reorganisasi jika dua kondisi berikut ini
terjadi :
a. Nilai reorganisasi aset dari entitas yang akan muncul sesaat sebelum tanggal konfirmasi
lebih kecil daripada total seluruh kewajiban dan klaim pasca petisi.
b. Pemegang saham dengan hak suara yang ada sesaat sebelum konfirmasi menerima
kurang dari 50% saham dengan hak suara dari entitas yang akan muncul.
Perusahaan diwajibkan untuk menghitung nilai reorganisasi aset-aset entitas yang baru
muncul. Nilai reorganisasi (reorganization value) merupakan nilai wajar entitas sebelum
mempertimbangkan kewajiban dan mendekati jumlah yang akan dibayar oleh seorang
pembeli aset entitas yang berminat.
E. Rencana Reorganisasi
Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci dengan
pembahasan penuh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh selama proses
reorganisasi. Selain tindakan-tindakan utama ini, manajemen juga terus berproduksi dan
menjual produk, menagih piutang, dan menjalankan operasi harian lainnya. Kebanyakan
rencana ini berisi pembahasan yang teperinci mengenai hal-hal berikut :
a. Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan, melalui penjualan atau likuidasi.
b. Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
c. Revaluasi aset dan kewajiban
d. Pengurangan atau penghapusan klaim pemegang saham terdahulu dan penerbitansaham
baru kepada kreditor atau pihak lainnya.
Rencana reorganisasi harus disetujui oleh paling sedikit separuh dari semua kreditor,
yang memiliki dua pertiga dari jumlah nominal total utang debitor yang belum lunas,
meskipun pihak pengadilan masih dapat mengesahkan rencana yang disetujui oleh kreditor
dengan jumlah yang tidak memenuhi ketentuan, asalkan pihak pengadilan menemukan
alasan bahwa rencana tersebut mewakili kepentingan terbaik seluruh pihak, layak dan adil
bagi kelompok yang tidak menyetujui rencana tersebut. Neraca perusahaan dalam
reorganisasi memiliki beberapa sifat khusus, yaitu:
a) Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari rencana
reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari kewajiban yang tidak akan
dikompromikan. Kewajiban yang akan dikompromikan mencakup utang yang tidak
dijamin dan utang lain yang terjadi sebelum perusahaan memasuki tahap reorgansiasi.
Kewajiban yang tidak dapat diubah rencana reorganisasi mencakup kewajiban yang
dijamin penuh yang terjadi sebelum proses reorgansiasi dan seluruh kewajiban yang
terjadi setelah perusahaan memasukan petisi untuk prosesreorganisasi.
b) Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang diperbolehkan oleh
pengadilan niaga. Jika estimasi yang memadai tidak mungkin dilakukan, maka klaim
tersebut harus diungkapkan dalam catatan kaki.
Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan khusus sbb:
a) Jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan langsung dengan reorganisasi, seperti
biaya jasa hukum dan kerugian atas penjualan aset, harus dilaporkan secara terpisah
sebagai pos reorgansiasi pada periode terjadinya.
b) Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi merupakan hasil
dari debitor yang tidak diwajibkan untuk melunasi utangnya dan menginvestasikan
sumber daya yang tersedia pada instrumen yang menghasilkan bunga. Pendapatan
bunga tersebut harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos reorganisasi.
c) Laba perusahaan diungkapkan, namun antisipasi perubahan jumlah lembar saham
biasa atau setara saham biasa yang terjadi sebagai akibat proses reorganisasi harus
diungkapkan.
Laporan arus kas sebuah perusahaan dalam reorganisasi memiliki karakter khusus sbb:
a) Disarankan menggunakan metode langsung untuk menyajikan arus kas dari aktivitas
operasi, namun jika metode tidak langsung yang digunakan, maka perusahaan harusjuga
mengungkapkan secara terpisah arus kas dari aktivitas operasi yang berkaitan dengan
proses reorgansiasi.
b) Arus kas yang berkaitan dengan proses reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari
arus kas yang berasal dari operasi rutin.
Ilustrasi Reorganisasi
Pada tanggal 2 Januari 2017, manajemen PT Indomaju mengajukan petisi pada pengadilan
niaga dalam rangka penundaan pembayaran untuk memperoleh penangguhan pembayaran
utang danwaktu untuk merehabilitasi perusahaan serta mengembalikannya pada operasi yang
menguntungkan. Berikut adalah garis waktu yang menunjukan tanggal-tanggal yang relevan
untuk kasus ini
Proses reorganisasi
Aset
Kas 2.000.000
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000
Piutang Usaha 20.000.000
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (2.000.000) 18.000.000
Persediaan 45.000.000
Aset dibayar dimuka 1.000.000
Jumlah Aset Lancar 74.000.000
Aset Tetap
Kewajiban
Utang Usaha 26.000.000
Wesel Bayar:
Dijaminkan sebagian 10.000.000
Tidak dijaminkan bunga 10% 80.000.000 90.000.000
Akrual Bunga 3.000.000
Upah yang Masih Harus Dibayar 14.000.000
Jumlah Kewajiban lancar 133.000.000
Utang Hipotik 50.000.000
Total Kewajiban 183.000.000
PT Indomaju
Rencana Reorganisasi
Berdasarkan Undang-Undang Kepailitan tentang Penundaan
Pembayaran Diajukan Pada Tanggal 1 Juli 2017
a. Utang usaha sebesar Rp 26.000.000 diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak Rp 6.000.000 akan
dihapuskan, (2) sebanyak Rp 4.000.000 akan dibayar secara tunai, (3) sebanyak Rp 12 .000.000 dari
utang yang ada ditukarkan dengan utang subordinasi, dan (4) utang sebesar Rp 4.000.000 akan
dipertukarkan dengan 4.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
b. Wesel bayar yang sebagian dijamin sebesar Rp 10.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1)
sebanyak Rp 2.000.000 akan dibayar secara tunai, dan (2) sisanya sebesar Rp 8.000.000 akan
ditukar menjadi utang prioritas yang dijamin dengan peralatan.
c. Wesel bayar yang tidak dijamin sebesar Rp 80.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak
Rp 12.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp 14.000.000 akan dibayarkan tunai, (3) sebanyak Rp
49.000.000 akan ditukarkan menajdi utang prioritas yang dijamin dengan agunan terhadap aset tetap,
dan (4) sebanyak Rp 5.000.000 akan ditukar dengan 5.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
d. Beban bunga yang masih harus dibayar sebesar Rp 3.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1)
sebanyak Rp 2.000.000 akan dihapuskan dan (2) sisanya sebesar Rp 1.000.000 akan dibayar tunai.
e. Beban upah yang masih harus dibayar Rp 14.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak
Rp 12.000.000 akan dibayar tunai dan (2) sisanya sebesar Rp 2.000.000 akan ditukarkan dengan 2.000
lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
f. Pemegang saham istimewa akan menerima 8.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan sebagai
ganti saham istimewa yang mereka miliki.
g. Pemegang saham biasa sekarang akan menerima 1.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan
sebagai ganti saham biasa yang mereka miliki sekarang.
Sebelum rencana reorganisasi disetujui, PT. Indomaju masih terus beroperasi di bawah
perlindungan petisi penundaan yang diberikan. Perusahaan hanyamelakukan pembayaran yang
telah disetujui oleh pengadilan untuk kewajiban prapetisi. Satu-satunya pembayaran yang
disetujui oleh pengadilan untuk kewajiban prapetisi adalah pembayaran sebesar Rp 2.000.000
atas utang hipotik.
Masalah pelaporan yang paling penting adalah jumlah reorganisasi harus dilaporkan
secara terpisah dari jumlah operasi lainnya. Nilai reorganisasi merupakan nilai wajar asset
yang dimiliki oleh entitas tersebut. Metode yang umum untuk menetukan nilai reorganisasi
adalah mendiskontokan arus kas masa depan atau dengan perkiraan nilai setelah analisis yang
lengkap, nilai reorganisasi sebesar Rp195.000.000 ditetapkan untuk asset PT. Indomaju
(akuntansi permulaan baru tepat digunakan hanya jika kedua syarat terpenuhi). Neraca untuk
perusahaan dalam proses reorganisasi sebagai berikut:
PT Indomaju
(Berada Dibawah Penguasaan Debitur)
Neraca
31 Desember 2017
Aset
Kas 40.000.000
Piutang Pengambilalihan Pajak Penghasilan 12.000.000
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000
Piutang Usaha 6.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (1.000.000) 5.000.000
Persediaan 37.000.000
Jumlah Aset Lancar 102.000.000
Aset Tetap 104.000.000
Akumulasi Penyusutan (26.000.000) 78.000.000
Total Aset 180.000.000
Kewajiban
Kewajiban yang tidak dikompromikan
- Kewajiban lancar (pascapetisi):
Pinjaman jangka pendek 15.000.000
Utang Usaha 10.000.000
- Kewajiban tidak lancar
Utang Hipotik, dijamin penuh 48.000.000
Total Kewajiban yang tidak dikompromikan 73.000.000
Kewajiban yang dikompromikan:
Utang Usaha 26.000.000
Wesel bayar, sebagian dijaminkan 10.000.000
Wesel bayar tidak dijaminkan 80.000.000
Akrual bunga 3.000.000
Upah yang masih harus dibayar 14.000.000
Total Kewajiban yang dikompromikan 133.000.000
Total Kewajiban 206.000.000
PT Indomaju
(Berada Dibawah Penguasaan Debitur)
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2017
Pendapatan
Penjualan 120.000.000
Biaya dan Beban:
- Beban Harga Pokok Penjualan 110.000.000
- Beban Penjualan, Operasi, dan Administrasi 21.000.000
- Beban Bunga (Bunga Kontraktual 6.000.000) 3.000.000 134.000.000
Kerugian sebelum pos reorganisasi dan manfaat PPh (14.000.000)
Kerugian Penghapusan Aset (10.000.000)
Imbalan Jasa Profesional (8.000.000)
Bunga yang Dihasilkan dari Akumulasi Kas dari
Penundaan Pembayaran 2.000.000
Total Pos Reorganisasi (16.000.000)
Kerugian sebelum manfaat PPh (30.000.000)
Manfaat PPh 12.000.000
Kerugian Bersih (18.000.000)
Perhatikan bahwa kondisi pertama untuk akuntansi permulaan baru telah terpenuhi, yaitu nilai
reorganisasi lebih kecil daripada total kewajiban pasca petisi dan klaim lain yang
diperbolehkan. Untuk menetukan kondisi pertama bagi PT. Indomaju perbandingan dibuat
pada tanggal saat rencana reorganisasi disetujui:
Kewajiban pascapetisi 73.000.000
Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan 133.000.000
pembayaran
Jumlah kewajiban pasca petisi dan klaim yang 206.000.000
diperbolehkan
Nilai Reorganisasi (195.000.000)
Kelebihan kewajiban dari nilai reorganisasi 11.000.000
Syarat reorganisasi, pemegang saham biasa sesaat rencana reorganisasi disepakati untuk
memiliki hanya 50% dari saham biasa entitas yang akan muncul. Oleh karena itu akuntansi
permulaan baru digunakan oleh PT. Indomaju:
Kewajiban pascapetisi 25.000.000
Utang hipotik pascapetisi 48.000.000
Utang senior 57.000.000
Utang subordinasi 12.000.000
Saham biasa (baru) 20.000.000
Total struktur modal pascapetisi 162.000.000
Jika nilai ditetapkan atas saham yang baru dikeluarkan lebih besar dari nilai
nominalnya, maka akun tambahan modal akan disetor sebagai kredit kelebihannya.
Modal pasca reorganisasi sebesar Rp162.000.000 merupakan nilai reorganisasi
sebesar Rp195.000.000 dikurangi Rp33.000.000 yang dibayarkan untuk kewajiban
prapetisi sebagai bagian dari rencana reorganisasi. Laporan Arus Kas untuk
perusahaan dalam proses reorganisasi:
PT Indomaju
(Dibawah Pengawasan Debitur)
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2017
Arus kas yang diperoleh dari operasi
Kas yang diterima dari pelanggan 133.000.000
Kas yang dibayar ke supplier dan karyawan (109.000.000)
Bunga dibayar (3.000.000)
Arus Arus kas yang diperoleh dari kegiatan operasi sebelum 21.000.000
pos reorganisasi:
Arus kas operasi yang digunakan oleh kegiatan reorganisasi:
Imbalan jasa professional (8.000.000)
Bunga yang diterima dari akumulasi kas dari penundaan 2.000.00
pembayaran (6.000.000)
Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan reorganisasi 15.000.000
Arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan operasi dan
reorganisasi 10.000.000
Arus kas yang diperoleh dari kegiatan investasi: 10.000.000
Hasil yang diperoleh dari penjualan aset akibat penundaan
pembayaran 15.000.000
Arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan investasi (2.000.000)
Arus kas yang diperoleh dari kegiatan pendanaan: 13.000.000
Pinjaman bersih berdasarkan rencana pendanaan jangka 38.000.000
pendek 2.000.000
Imbalan jasa professional 40.000.000
Bunga yang dihasilkan dari akumulasi kas dari penundaan
pembayaran
Pertambahan bersih kas
Kas pada 1 Januari 2017
Kas pada 31 Desember 2017
Beberapa proses reorganisasi tidak berhasil dan pihak debitur harus dilikuidasi
10. 2 Undang-Undang Kepailitan dan Likuidasi
Dalam sejarahnya, peraturan kepailitan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang
tentang kepailitan yang dimuat dalam staatsbald tahun 1905 nomor 217 juncto Staatsbald
tahun 1906 nomor 348. Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan
debitur untuk kepentingan semua krediturnya. Tujuannya adalah pembagian kekayaan
debitur oleh kurator kepada semua kreditur dengan memperhatikan hak-hak mereka
masing-masing. Adanya pernyataan pailit. Berbeda dengan ketentuan sebelumnya, pasal 1
Undang-Undang Kepailitan menegaskan bahwa paling sedikit harus ada dua kreditur, dan
debitur sedikitnya tidak membayar satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Bagi debitur, kepailitan meliputi seluruh kekayaan milik debitur pada saat putusan
pernyataan pailit ditetapkan dan juga mencakup seluruh kekayaan yang diperoleh debitur
selama masa berlangsungnya kepailitan, semisal karena hibah atau warisan. Bila ada
putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat kasasi atau peninjauan kembali, maka
kepailitan debitur berakhir. Pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut tidak
mempengaruhi keabsahan perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada
tanggal curator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tersebut. Dengan
berakhirnyakepailitan, debitur sepenuhnya berhak untuk melakukan perbuatan pengurusan
dan pengalian hak atas kekayaannya. Berakhirnya kepailitan tidak berarti membebaskan
debitur dari hutang hutangnya yang belum dilunasi. Setap kreditur yang piutangnya belum
sepenuhnya dilunasi berhak untuk menuntut pembayaran kepada debitur yang kepailitannya
telah berakhir.
Likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak
lagi menguntungkan. Kalaupun ditambah modal, atau merubah kredit menjadi penyertaan,
tidak terlihat membaiknya kondisi perusahaan. Dalam keadaan seperti ini para kreditur
mungkin lebih menyukai untuk meminta perusahaan dilikuidasi. Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa dalam peristiwa likuidasi mungkin memakan waktu yang lama,
dan aktiva mungkin terpaksa dijual dengan harga murah (distress price). Di samping itu
perusahaanharus melunasi kewajiban tertentu terlebih dulu, yaitu kewajiban terhadap para
karyawan (gaji yang belum dibayar) dan pemerintah (pajak yang belum dibayar). Dengan
demikian dapat terjadi bahwa akhirnya kreditur akan menerima jumlah yang relatif sangat
kecil, hasil penjualanaktiva perusahaan.
Likuiditas umumnya dilakukan dengan prioritas sebagai berikut: pertama, kewajiban
terhadap para karyawan (hutang upah dan gaji) dipenuhi terlebih dahulu. Kemudian
kewajiban terhadap pemerintah (hutang pajak) dipenuhi. Setelah itu aktiva-aktiva yang
diagunkan dijual dan dipakai untuk melunasi hutang yang dijamin dengan agunan tersebut.
Apabila hasil penjualan aktiva tersebut mencukupi, maka sisanya dapat dipergunakan
untuk melunasi kreditur umum. Sebaliknya, apabila tidak mencukupi, kekurangannya
menjadi kreditur umum.
Aset xxx
Ayat jurnal aktual menjelaskan secara rinci akun aset secara terpisah dan
memasukan nama perusahaan debitur.
Aset
Aset yang akan direalisasikan Aset yang direalisasi
Aset yang diperoleh Aset yang tidak direalisasi
Aset yang akan direalisasikan merupakan aset yang diterima dari perusahaan
debitor. Aset yang diperoleh merupakan aset yang berikutnya diperoleh trustee. Aset
yang direalisasi merupakan aset yang dijual oleh pihak trustee, aset yang tidak
direalisasi merupakan aset yang masih berada di bawah tanggung jawab pihak trustee
pada akhir periode. Kas umumnya tidak dilaporkan dalam laporan realisasi dan
likuidasi karena laporan arus kas yang terpisah umumnya akan dibuat. Bagian pos –
pos tambahan laporan terdiri dari dua pos berikut ini.
Pos – Pos Pendukung
Beban tambahan Kredit tambahan
Beban tambahan mencakup biaya administrasi trustee dan beban kas apapun yang
dibayarkan oleh pihak trustee. Kredit tambahan mencakup beberapa pos pendapatan
yang tidak lazim.
Kewajiban
Kewajiban terlikuidasi Kewajiban akan dilikuidasi
Kewajiban tidak dilikuidasi Kewajiban yang timbul
Sebuah perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan memiliki sejumlah alternatif
penyelesaian, antara lain:
1) Tindakan nonyudisial
Perjanjian restrukturisasi utang
Manajemen komite kreditor
Pengalihan aset
2) Tindakan yudisial
3) Penundaan pembayaran
4) Akuntansi permulaan baru (Fresh Start Accounting)
5) Rencana reorganisasi
Richard E. Baker, Valdean C. Lembke, Thomas E, King, Cyntia G. Jeffrey,Abadi Jusuf, Sylvia
Veronica NPS, Etty Retno Wulandari, Dwi Martini, Akuntansi Keuangan Lanjuta
(Perspektif Indonesia) Advance Financial Accounting Buku 1 dan 2, Salemba Empat
Mirahdave. 2015 Perusahaan dalam Kesulitan Keuangan,
https://id.scribd.com/doc/264793337/AKL-9. Diakses pada : 16 April 2022