Anda di halaman 1dari 20

10.

1 Rangkaian Tindakan Non-Yudisial, Yudisial, Penundaan Pembayaran, Akuntansi


Permulaan Baru, dan Rencana Reorganisasi
Kesulitan keuangan (financial distress) adalah kondisi di mana perusahaan terancam
bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan
(bankruptcy cost) yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar,
biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan
sebagainya. Pada umumnya, kemungkinan terjadinya financial distress semakin meningkat
dengan meningkatnyapenggunaan utang, semakin besar pula beban biaya utang, semakin besar
pula probabilitas bahwa penurunan penghasilan akan menyebabkan kesulitan keuangan.

Kepailitan merupakan langkah terakhir yang diambil oleh usaha yang mengalami tekanan
keuangan. Namun, sebelum langkah ini diambil, manajemen biasanya berupaya keras untuk
bekerja sama dengan kreditur perusahaan untuk memenuhi klaim kreditur sekaligus berupaya
untuk memastikan kelangsungan usaha perusahaan. Sejumlah perjanjian non-yudisial dapat
dilakukan dengan kreditur. Jika langkah ini gagal, maka perusahaan umumnya akan
menghadapi tindakan yudisial yang diberlakukan oleh pengadilan.
A. Tindakan Non-Yudisial
Terdapat beberapa tindakan non-yudisial yang dapat dijalankan yaitu; perjanjian
restrukturisasi utang, manajemen komite kreditur dan pengalihan aset.
1) Perjanjian Restrukturisasi Utang: Restrukturisasi utang merupakan proses untuk
menstruktur utang bermasalah dengan tujuan untuk memperbaiki posisi keuangan
debitur. Restrukturisasi utang adalah pembayaran utang dengan syarat yang lebih
ringan dibandingkan dengan syarat pembayaran utang sebelum dilakukannya proses
restrukturisasi utang. Pihak debitur dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo
utang, meminta penurunan suku bunga utang, atau meminta modifikasi persyaratan
dalam kontrak utang. Pihak kreditur umumnya bersedia untuk memberikan konsesi/
izin kepada debitur daripada menghadapi risiko beban legal dan kerugian legal yang
timbul dari tindakan hukum terhadap debitur. Akuntansi untuk resktrukturisasi utang
bermasalh diatur dalam PSAK 54 tentang “Akuntansi untuk Utang Bermasalah”.
akuntansi bagi kreditur untuk penuru nan nilai utang wesel dan pinjaman juga disajikan
dalam PSAK 54. Bentuk perjanjian restrukturisasi.
utang yang lain adalah perjanjian komposisi. Di mana kreditur bersepakat untuk
menerima klaim dengan nilai yang lebih rendah dari nilai pokoknya. Keuntungan bagi
pihak kreditur adalah mereka akan segera menerima pembayaran tunai dan umumnya
menegosiasikan waktu pembayaran tunai yang tersisa.
2) Manajemen Komite Kreditur: Melalui manajemen komite kreditur, kreditur
menyetujui untuk membantu pihak debitur dalam mengelola pembayaran yang paling
efisien terhadap klaim kreditur. Pembentukan komite kreditur merupakan tindakan
nonyudisial yang umumnya diawali dengan rencana penyelesaian (plant ofsettlement)
yang diajukan oleh pihak debitur. Rencana penyelesaian ini merupakan dokumen
lengkap yang berisi skedul pembayaran yang menyebutkan utang khusus dan perkiraan
pembayaran. Pihak kreditur kemudian bekerja sama dengan debitur untuk
melaksanakan rencana tersebut. Keuntungan manajemen komite kreditur adalah
kreditur memiliki kendali operasional terhadap debitur dan menerima laporan utuh
mengenai kondisi keuangan debitur. Kerugiannya adalah menghadapi risiko yang lebih
besar jika debitur mengalami kepailitan. Keuntungan bagi debitur adalahbahwa kreditur
berusahanmembantu debitur dalam mengatasi kesulitan keuangan dan masih mungkin
mengambil alih kendali operasional jika masalah keuangan terselesaikan tanpa
melakukan tindakan hukum.
3) Pengalihan Aset: Beberapa debitur dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset,
seperti piutang atau instrumen keuangan lainnya. Debitur dapat melakukan anjak
piutang dengan diskonto atau penjualan piutang baik bersyarat (with recourse)atau tanpa
syarat (without recourse). PSAK 54 menetapkan bahwa pengalihan asset keuangan
dianggap sebagai penjualan hanya jika pihak yang melakukan pengalihan (transferor
atau perusahaan debitur) telah menyerahkan kendali atas asset yang dialihkan tersebut.
Berarti aset yang dialihkan tersebut telah dipisahkan dari pihak yang mengalihkan dan
pihak penerima pengalihan memperoleh hak untuk menjanjikan atau menukarkan aset
yang dialihkan.
B. Tindakan Yudisial
Kepailitan merupakan suatu proses legal untuk mengupayakan pembayaran utang
melalui Pengadilan Niaga, di mana debitur mempunyai kesulitan keuangan untuk
membayar utang- utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh para kreditur.
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang menyediakan kerangka yang diperlukan untuk mengajukan kepailitan.
UU kepailitan memberikan dua alternatif utama berdasarkan perlindungan pengadilan
niaga. Dua alternatif ini sering dikenal penundaan pembayaran (suspension of payments),
di mana pihak debitur memperoleh perlindungan yudisial selama periode rehabilitasi, yaitu
waktu yang digunakan untuk menghapuskan operasi yang tidak menguntungkan,
memperoleh kredit baru, mengembangkanstruktur perusahaan yang baru dengan operasi
yang berkesinambungan dan melakukan perjanjian dengan pihak kreditur. Alternatif kedua
adalah pernyataan kebangkrutan dan likuidasi. Pernyataan kebangkrutan dan likuidasi
sering kali dilakukan oleh seorang trustee atau pihak yang mewakili kreditur yang ditunjuk
oleh pengadilan. Aset debitur dijual dan kewajibannya dilunasi bersamaan dengan likuidasi
perusahaan.
C. Penundaan Pembayaran
Penundaaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan
kreditur selama periode waktu yang diperlukan untuk mereorganisasi perusahaan debitur
dan mengembalikan operasi perusahaan ke tingkat yang menguntungkan. Reorganisasi
dilakukan oleh pengadilan niaga dan trustee seringkali diangkat oleh pengadilan untuk
mengarahkan proses reorganisasi. Umumnya reorganisasi dijelaskan melalui 4P
reorganisasi. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan mengajukan petisi (petition)
kepada pengadilan niaga untuk memperoleh perlindungan (protection) dari para kreditorya.
Petisi harus membahas berbagai alternatif untuk melikuidasi debitur dan membagikan
penerimaan kas yang diperkirakan kepada para debitur. Jika perlindungan telah diberikan,
perusahaan menerima surat perintah pembebasan untuk menunda melakukan pembayaran
atas utang-urang sebelum petisi diajukan. Perusahaan masih terus beroperasi sambil
mempersiapkan rencana reorganisasi (plan of reorganization), yang berfungsi sebagai
pedoman operasi selama masa reorganisasi. Proses reorganisasi (proceeding) tersebut
mencakup tindakan-tindakan yang terjadi dari saat petisi diajukan hingga perusahaan
menyelesaikan proses reorganisasi.
D. Akuntansi Permulaan Baru (Fresh Start Accounting)
Pandangan dasar reorganisasi adalah permulaan baru bagi perusahaan. Akuntansi
permulaan baru menghasilkan entitas pelaporan yang baru. Pelaporan permulaan baru
harus digunakan per tanggal konfirmasi rencana reorganisasi jika dua kondisi berikut ini
terjadi :
a. Nilai reorganisasi aset dari entitas yang akan muncul sesaat sebelum tanggal konfirmasi
lebih kecil daripada total seluruh kewajiban dan klaim pasca petisi.
b. Pemegang saham dengan hak suara yang ada sesaat sebelum konfirmasi menerima
kurang dari 50% saham dengan hak suara dari entitas yang akan muncul.
Perusahaan diwajibkan untuk menghitung nilai reorganisasi aset-aset entitas yang baru
muncul. Nilai reorganisasi (reorganization value) merupakan nilai wajar entitas sebelum
mempertimbangkan kewajiban dan mendekati jumlah yang akan dibayar oleh seorang
pembeli aset entitas yang berminat.
E. Rencana Reorganisasi
Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci dengan
pembahasan penuh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh selama proses
reorganisasi. Selain tindakan-tindakan utama ini, manajemen juga terus berproduksi dan
menjual produk, menagih piutang, dan menjalankan operasi harian lainnya. Kebanyakan
rencana ini berisi pembahasan yang teperinci mengenai hal-hal berikut :
a. Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan, melalui penjualan atau likuidasi.
b. Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
c. Revaluasi aset dan kewajiban
d. Pengurangan atau penghapusan klaim pemegang saham terdahulu dan penerbitansaham
baru kepada kreditor atau pihak lainnya.
Rencana reorganisasi harus disetujui oleh paling sedikit separuh dari semua kreditor,
yang memiliki dua pertiga dari jumlah nominal total utang debitor yang belum lunas,
meskipun pihak pengadilan masih dapat mengesahkan rencana yang disetujui oleh kreditor
dengan jumlah yang tidak memenuhi ketentuan, asalkan pihak pengadilan menemukan
alasan bahwa rencana tersebut mewakili kepentingan terbaik seluruh pihak, layak dan adil
bagi kelompok yang tidak menyetujui rencana tersebut. Neraca perusahaan dalam
reorganisasi memiliki beberapa sifat khusus, yaitu:
a) Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari rencana
reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari kewajiban yang tidak akan
dikompromikan. Kewajiban yang akan dikompromikan mencakup utang yang tidak
dijamin dan utang lain yang terjadi sebelum perusahaan memasuki tahap reorgansiasi.
Kewajiban yang tidak dapat diubah rencana reorganisasi mencakup kewajiban yang
dijamin penuh yang terjadi sebelum proses reorgansiasi dan seluruh kewajiban yang
terjadi setelah perusahaan memasukan petisi untuk prosesreorganisasi.
b) Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang diperbolehkan oleh
pengadilan niaga. Jika estimasi yang memadai tidak mungkin dilakukan, maka klaim
tersebut harus diungkapkan dalam catatan kaki.
Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan khusus sbb:
a) Jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan langsung dengan reorganisasi, seperti
biaya jasa hukum dan kerugian atas penjualan aset, harus dilaporkan secara terpisah
sebagai pos reorgansiasi pada periode terjadinya.
b) Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi merupakan hasil
dari debitor yang tidak diwajibkan untuk melunasi utangnya dan menginvestasikan
sumber daya yang tersedia pada instrumen yang menghasilkan bunga. Pendapatan
bunga tersebut harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos reorganisasi.
c) Laba perusahaan diungkapkan, namun antisipasi perubahan jumlah lembar saham
biasa atau setara saham biasa yang terjadi sebagai akibat proses reorganisasi harus
diungkapkan.

Laporan arus kas sebuah perusahaan dalam reorganisasi memiliki karakter khusus sbb:

a) Disarankan menggunakan metode langsung untuk menyajikan arus kas dari aktivitas
operasi, namun jika metode tidak langsung yang digunakan, maka perusahaan harusjuga
mengungkapkan secara terpisah arus kas dari aktivitas operasi yang berkaitan dengan
proses reorgansiasi.

b) Arus kas yang berkaitan dengan proses reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari
arus kas yang berasal dari operasi rutin.

Ilustrasi Reorganisasi

Pada tanggal 2 Januari 2017, manajemen PT Indomaju mengajukan petisi pada pengadilan
niaga dalam rangka penundaan pembayaran untuk memperoleh penangguhan pembayaran
utang danwaktu untuk merehabilitasi perusahaan serta mengembalikannya pada operasi yang
menguntungkan. Berikut adalah garis waktu yang menunjukan tanggal-tanggal yang relevan
untuk kasus ini
Proses reorganisasi

2 Januari 1 Juli 31 Des 2 Januari 1 April


2017 2017 2017 2018 2018

Periode Petisi Rencana Akhir tahun Rencana Reorganisasi

Prapetisi diajukan reorganisasi Fiscal reorganisasi Selesai


diajukan diajukan

Berikut merupakan neraca PT Indomaju pada tanggal 31 Desember 2016:


PT Indomaju
Neraca
31 Desember 2016

Aset
Kas 2.000.000
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000
Piutang Usaha 20.000.000
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (2.000.000) 18.000.000
Persediaan 45.000.000
Aset dibayar dimuka 1.000.000
Jumlah Aset Lancar 74.000.000
Aset Tetap

Akumulasi Biaya belum


Biaya
Penyusutan Disusutkan

Tanah 10.000.000 - 10.000.000


Bangunan 75.000.000 20.000.000 55.000.000
Peralatan 40.000.000 4.000.000 36.000.000
Jumlah Aset Tetap 125.000.000 (24.000.000) 101.000.000 101.000.000
Total Aset 175.000.000

Kewajiban
Utang Usaha 26.000.000
Wesel Bayar:
Dijaminkan sebagian 10.000.000
Tidak dijaminkan bunga 10% 80.000.000 90.000.000
Akrual Bunga 3.000.000
Upah yang Masih Harus Dibayar 14.000.000
Jumlah Kewajiban lancar 133.000.000
Utang Hipotik 50.000.000
Total Kewajiban 183.000.000

Ekuitas Pemegang Saham


Saham Istimewa 40.000.000
Saham biasa nominal 1.000 10.000.000
Saldo laba (defisi) (58.000.000)
Total Ekuitas Pemegang Saham (8.000.000)
Total Kewajiban dan Ekuitas
175.000.000
Pemegang Saham
Pengadilan niaga menerima petisi tersebut dan PT. Indomaju menyusun reorganisasi.
Rencana ini diajukan pada tanggal 1 Juli 2017 dan pernyataan pengungkapan dikirmkan
kepadaseluruh kreditur dan pihak-pihak yang terpengaruh. Pada tanggal 31 Desember 2017,
perusahaan menyajikan laporan keuangan untuk periode fiskal tahun 2017 yang tercantum
dalam penundaan pembayaran. Pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi pada
tanggal 2 Januari 2018 dan selesai 1 April 2018. Pada 2 Januari 2018 pengadilan niaga
menyetujui rencana reorganisasi sebagai berikut:

PT Indomaju
Rencana Reorganisasi
Berdasarkan Undang-Undang Kepailitan tentang Penundaan
Pembayaran Diajukan Pada Tanggal 1 Juli 2017
a. Utang usaha sebesar Rp 26.000.000 diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak Rp 6.000.000 akan
dihapuskan, (2) sebanyak Rp 4.000.000 akan dibayar secara tunai, (3) sebanyak Rp 12 .000.000 dari
utang yang ada ditukarkan dengan utang subordinasi, dan (4) utang sebesar Rp 4.000.000 akan
dipertukarkan dengan 4.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
b. Wesel bayar yang sebagian dijamin sebesar Rp 10.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1)
sebanyak Rp 2.000.000 akan dibayar secara tunai, dan (2) sisanya sebesar Rp 8.000.000 akan
ditukar menjadi utang prioritas yang dijamin dengan peralatan.
c. Wesel bayar yang tidak dijamin sebesar Rp 80.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak
Rp 12.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp 14.000.000 akan dibayarkan tunai, (3) sebanyak Rp
49.000.000 akan ditukarkan menajdi utang prioritas yang dijamin dengan agunan terhadap aset tetap,
dan (4) sebanyak Rp 5.000.000 akan ditukar dengan 5.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
d. Beban bunga yang masih harus dibayar sebesar Rp 3.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1)
sebanyak Rp 2.000.000 akan dihapuskan dan (2) sisanya sebesar Rp 1.000.000 akan dibayar tunai.
e. Beban upah yang masih harus dibayar Rp 14.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut: (1) sebanyak
Rp 12.000.000 akan dibayar tunai dan (2) sisanya sebesar Rp 2.000.000 akan ditukarkan dengan 2.000
lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
f. Pemegang saham istimewa akan menerima 8.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan sebagai
ganti saham istimewa yang mereka miliki.
g. Pemegang saham biasa sekarang akan menerima 1.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan
sebagai ganti saham biasa yang mereka miliki sekarang.

Sebelum rencana reorganisasi disetujui, PT. Indomaju masih terus beroperasi di bawah
perlindungan petisi penundaan yang diberikan. Perusahaan hanyamelakukan pembayaran yang
telah disetujui oleh pengadilan untuk kewajiban prapetisi. Satu-satunya pembayaran yang
disetujui oleh pengadilan untuk kewajiban prapetisi adalah pembayaran sebesar Rp 2.000.000
atas utang hipotik.
Masalah pelaporan yang paling penting adalah jumlah reorganisasi harus dilaporkan
secara terpisah dari jumlah operasi lainnya. Nilai reorganisasi merupakan nilai wajar asset
yang dimiliki oleh entitas tersebut. Metode yang umum untuk menetukan nilai reorganisasi
adalah mendiskontokan arus kas masa depan atau dengan perkiraan nilai setelah analisis yang
lengkap, nilai reorganisasi sebesar Rp195.000.000 ditetapkan untuk asset PT. Indomaju
(akuntansi permulaan baru tepat digunakan hanya jika kedua syarat terpenuhi). Neraca untuk
perusahaan dalam proses reorganisasi sebagai berikut:

PT Indomaju
(Berada Dibawah Penguasaan Debitur)
Neraca
31 Desember 2017
Aset
Kas 40.000.000
Piutang Pengambilalihan Pajak Penghasilan 12.000.000
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000
Piutang Usaha 6.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (1.000.000) 5.000.000
Persediaan 37.000.000
Jumlah Aset Lancar 102.000.000
Aset Tetap 104.000.000
Akumulasi Penyusutan (26.000.000) 78.000.000
Total Aset 180.000.000

Kewajiban
Kewajiban yang tidak dikompromikan
- Kewajiban lancar (pascapetisi):
Pinjaman jangka pendek 15.000.000
Utang Usaha 10.000.000
- Kewajiban tidak lancar
Utang Hipotik, dijamin penuh 48.000.000
Total Kewajiban yang tidak dikompromikan 73.000.000
Kewajiban yang dikompromikan:
Utang Usaha 26.000.000
Wesel bayar, sebagian dijaminkan 10.000.000
Wesel bayar tidak dijaminkan 80.000.000
Akrual bunga 3.000.000
Upah yang masih harus dibayar 14.000.000
Total Kewajiban yang dikompromikan 133.000.000
Total Kewajiban 206.000.000

Ekuitas Pemegang Saham


Saham istimewa 40.000.000
Saham biasa,nominal 1.000 10.000.000
Saldo laba (defisit) (76.000.000)
Total ekuitas pemegang saham (26.000.000)
Total kewajiban dan ekuitas pemegang saham 180.000.000
Laporan laba rugi perusahaan dalam proses reorganiasasi:

PT Indomaju
(Berada Dibawah Penguasaan Debitur)
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2017
Pendapatan
Penjualan 120.000.000
Biaya dan Beban:
- Beban Harga Pokok Penjualan 110.000.000
- Beban Penjualan, Operasi, dan Administrasi 21.000.000
- Beban Bunga (Bunga Kontraktual 6.000.000) 3.000.000 134.000.000
Kerugian sebelum pos reorganisasi dan manfaat PPh (14.000.000)
Kerugian Penghapusan Aset (10.000.000)
Imbalan Jasa Profesional (8.000.000)
Bunga yang Dihasilkan dari Akumulasi Kas dari
Penundaan Pembayaran 2.000.000
Total Pos Reorganisasi (16.000.000)
Kerugian sebelum manfaat PPh (30.000.000)
Manfaat PPh 12.000.000
Kerugian Bersih (18.000.000)

Perhatikan bahwa kondisi pertama untuk akuntansi permulaan baru telah terpenuhi, yaitu nilai
reorganisasi lebih kecil daripada total kewajiban pasca petisi dan klaim lain yang
diperbolehkan. Untuk menetukan kondisi pertama bagi PT. Indomaju perbandingan dibuat
pada tanggal saat rencana reorganisasi disetujui:
Kewajiban pascapetisi 73.000.000
Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan 133.000.000
pembayaran
Jumlah kewajiban pasca petisi dan klaim yang 206.000.000
diperbolehkan
Nilai Reorganisasi (195.000.000)
Kelebihan kewajiban dari nilai reorganisasi 11.000.000

Syarat reorganisasi, pemegang saham biasa sesaat rencana reorganisasi disepakati untuk
memiliki hanya 50% dari saham biasa entitas yang akan muncul. Oleh karena itu akuntansi
permulaan baru digunakan oleh PT. Indomaju:
Kewajiban pascapetisi 25.000.000
Utang hipotik pascapetisi 48.000.000
Utang senior 57.000.000
Utang subordinasi 12.000.000
Saham biasa (baru) 20.000.000
Total struktur modal pascapetisi 162.000.000
Jika nilai ditetapkan atas saham yang baru dikeluarkan lebih besar dari nilai
nominalnya, maka akun tambahan modal akan disetor sebagai kredit kelebihannya.
Modal pasca reorganisasi sebesar Rp162.000.000 merupakan nilai reorganisasi
sebesar Rp195.000.000 dikurangi Rp33.000.000 yang dibayarkan untuk kewajiban
prapetisi sebagai bagian dari rencana reorganisasi. Laporan Arus Kas untuk
perusahaan dalam proses reorganisasi:

PT Indomaju
(Dibawah Pengawasan Debitur)
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2017
Arus kas yang diperoleh dari operasi
Kas yang diterima dari pelanggan 133.000.000
Kas yang dibayar ke supplier dan karyawan (109.000.000)
Bunga dibayar (3.000.000)

Arus Arus kas yang diperoleh dari kegiatan operasi sebelum 21.000.000
pos reorganisasi:
Arus kas operasi yang digunakan oleh kegiatan reorganisasi:
Imbalan jasa professional (8.000.000)
Bunga yang diterima dari akumulasi kas dari penundaan 2.000.00
pembayaran (6.000.000)
Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan reorganisasi 15.000.000
Arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan operasi dan
reorganisasi 10.000.000
Arus kas yang diperoleh dari kegiatan investasi: 10.000.000
Hasil yang diperoleh dari penjualan aset akibat penundaan
pembayaran 15.000.000
Arus kas bersih yang diperoleh dari kegiatan investasi (2.000.000)
Arus kas yang diperoleh dari kegiatan pendanaan: 13.000.000
Pinjaman bersih berdasarkan rencana pendanaan jangka 38.000.000
pendek 2.000.000
Imbalan jasa professional 40.000.000
Bunga yang dihasilkan dari akumulasi kas dari penundaan
pembayaran
Pertambahan bersih kas
Kas pada 1 Januari 2017
Kas pada 31 Desember 2017

PT Indomaju mencatat reorganisasi pada saat rencana tersebut dijalankan antara


tanggal 1 Januari2018 dan 1 April 2018:
a. Mencatat restrukturisasi utang dan penyesuaian keuntungan dari
pembebasan utang1 Januari-1 April 2018
Kewajiban yang dikompromikan 133.000.00
0
Kas 33.000.000
Utang prioritas 57.000.000
Utang subordinasi 12.000.000
Saham biasa (baru) 11.000.000
Keuntungan pembebasan utang 20.000.000

b. Mencatat pertukaran saham dengan saham. Pemegang saham istimewa


terdahulu menerima 8.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
Pemegang saham biasa terdahulu 1.000 lembar saham biasa yang
dikeluarkan.
1 Januari – 1 April 2018
Saham istimewa 40.000.000
Saham biasa (lama) 10.000.000
Saham biasa (baru) 9.000.000
Agio saham 41.000.000

(mencatat pertukaran saham lama dengan saham baru)


c. Mencatat penyesuaian permulaan baru dari nilai yang ditetapkan atas aset
entitas barumuncul dan penghapusan saldo laba yang ada atau defisit.
1 April 2018

Efek yang dapat dipasarkan 2.000.000


Aset tetap 7.000.000
Kelebihan nilai reorganisasi atas jumlah Dialokasikan terhadap 10.000.000
aset yang dapat diidentifikasi keuntungan
Pembebasan utang 20.000.000
Tambahan modal disetor
41.000.000
Persediaan
4.000.000
Saldo laba – defisit
76.000.000

Beberapa proses reorganisasi tidak berhasil dan pihak debitur harus dilikuidasi
10. 2 Undang-Undang Kepailitan dan Likuidasi
Dalam sejarahnya, peraturan kepailitan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang
tentang kepailitan yang dimuat dalam staatsbald tahun 1905 nomor 217 juncto Staatsbald
tahun 1906 nomor 348. Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan
debitur untuk kepentingan semua krediturnya. Tujuannya adalah pembagian kekayaan
debitur oleh kurator kepada semua kreditur dengan memperhatikan hak-hak mereka
masing-masing. Adanya pernyataan pailit. Berbeda dengan ketentuan sebelumnya, pasal 1
Undang-Undang Kepailitan menegaskan bahwa paling sedikit harus ada dua kreditur, dan
debitur sedikitnya tidak membayar satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Bagi debitur, kepailitan meliputi seluruh kekayaan milik debitur pada saat putusan
pernyataan pailit ditetapkan dan juga mencakup seluruh kekayaan yang diperoleh debitur
selama masa berlangsungnya kepailitan, semisal karena hibah atau warisan. Bila ada
putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat kasasi atau peninjauan kembali, maka
kepailitan debitur berakhir. Pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut tidak
mempengaruhi keabsahan perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau pada
tanggal curator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tersebut. Dengan
berakhirnyakepailitan, debitur sepenuhnya berhak untuk melakukan perbuatan pengurusan
dan pengalian hak atas kekayaannya. Berakhirnya kepailitan tidak berarti membebaskan
debitur dari hutang hutangnya yang belum dilunasi. Setap kreditur yang piutangnya belum
sepenuhnya dilunasi berhak untuk menuntut pembayaran kepada debitur yang kepailitannya
telah berakhir.
Likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak
lagi menguntungkan. Kalaupun ditambah modal, atau merubah kredit menjadi penyertaan,
tidak terlihat membaiknya kondisi perusahaan. Dalam keadaan seperti ini para kreditur
mungkin lebih menyukai untuk meminta perusahaan dilikuidasi. Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa dalam peristiwa likuidasi mungkin memakan waktu yang lama,
dan aktiva mungkin terpaksa dijual dengan harga murah (distress price). Di samping itu
perusahaanharus melunasi kewajiban tertentu terlebih dulu, yaitu kewajiban terhadap para
karyawan (gaji yang belum dibayar) dan pemerintah (pajak yang belum dibayar). Dengan
demikian dapat terjadi bahwa akhirnya kreditur akan menerima jumlah yang relatif sangat
kecil, hasil penjualanaktiva perusahaan.
Likuiditas umumnya dilakukan dengan prioritas sebagai berikut: pertama, kewajiban
terhadap para karyawan (hutang upah dan gaji) dipenuhi terlebih dahulu. Kemudian
kewajiban terhadap pemerintah (hutang pajak) dipenuhi. Setelah itu aktiva-aktiva yang
diagunkan dijual dan dipakai untuk melunasi hutang yang dijamin dengan agunan tersebut.
Apabila hasil penjualan aktiva tersebut mencukupi, maka sisanya dapat dipergunakan
untuk melunasi kreditur umum. Sebaliknya, apabila tidak mencukupi, kekurangannya
menjadi kreditur umum.

10. 3 Kelompok Kreditor dan Statement of Affairs


A. Kreditor yang Dijamin
Memiliki kepentingan pengamanan, terhadap aset khusus yang sering disebut
sebagai “jaminan atau agunan” (collateral). Kreditor yang memiliki kepentingan
hukum terhadap suatu aset khusus memiliki prioritas paling tinggi terhadap aset
tersebut.
B. Kreditor dengan Prioritas
Merupakan kredit yang tidak terjamin, yaitu mereka yang tidak memiliki klaim
jaminan terhadap aset tertentu, yang memiliki prioritas lebih tinggi daripada kreditor
yang tidak dijamin lainnya. Kreditor dengan prioritas dibayar terlebih dahulu dari uang
yang tersisa bagi kreditor yang tidak dijamin. Dalam bisnis, kewajiban berikut ini
dianggap sebagai prioritas. Biaya pengurusan kepailitan, termasuk biaya akuntansi dan
legal untuk para ahli yang ditunjuk oleh pengadilan niaga. Kewajiban yang timbul
karena aktivitas bisnis normal selama proses kepailitan. Upah, gaji, dan komisi,
termasuk tunjangan dan uang kesehatan, yang diperoleh karyawan dalam waktu 180
hari semenjak tanggal petisi diajukan, dibatasi sebesar Rp. 10.000.000 per orang.
Kontribusi pada program manfaat karyawan untuk 180 hari terakhir yang tersisa setelah
penghapusan kompensasi dalam poin c), namun dibatasi dengan batasan tersisa sebesar
Rp. 10.000.000 per orang. Deposit atau simpanan dari pelanggan yang telah melakukan
pembayaran sebagian untuk pembelian atau sewa guna usaha barang atau jasa yang
tidak terkirim. Prioritas diberikan pertama sebesar Rp. 1.800.000 per orang; sisa deposit
yang masih ada ditambahkan pada klaim yang tidak dijamin. Klaim pajak unit
pemerintah yang tidak dijamin, seperti pajak penghasilan, pajak bangunan, pajak
pungutan. Keenam kelompok kreditor ini dibayarkan dari aset yang tersedia bagi
kreditor yang tidak dijamin. Sisa uang yang masih tersedia dibagikan kepada kreditor
umum yang tidak dijamin.
C. Kreditor Umum yang Tidak Dijamin
Prioritas terendah diberikan pada klaim oleh kreditor umum yang tidak dijamin.
Kreditor ini hanya dibayar setelah kreditor yang dijamin dan kreditor yang tidak
dijamin tapi dengan prioritas telah dibayarkan sebesar ketentuan batasan hukum.
Kreditor umum yang tidak dijamin menerima jumlah yang lebih kecil dari nilai penuh
klaim yang diajukan. Jumlah yang dibayarkan dinyatakan dalam persentase tertentu
dari total klaim. Pembayaran kepada kreditor umum yang tidak dijamin disebut
“dividen”. Preferensi pembayaran yaitu pembayaran yang dibuat oleh debitor kepada
kreditor dengan mengabaikan kreditor lainnya dalam waktu 90 hari sebelum petisi
kepailitan diajukan, umumnya dapat dipulihkan dari kreditor tertentu dan kembali pada
kas yang tersedia bagi seluruh kreditor.
D. Statemen of Affairs
Accounting statement of affairs merupakan laporan akuntansi dasar yang dimulai
pada awal proses likuidasi untuk menyajikan perkiraan jumlah yang dapat direalisasi
dari penjualan aset, urutan klaim kreditor dan perkiraan jumlah kreditor tidak dijamin
yang akan menerima sebgai hasil likuidasi. Statemen of Affairs bukanlah laporan yang
dibuat secara berkesinambungan, namun merupakan laporan perencanaan yang
penting untuk mengantisipasi likuidasi perusahaan. Statemen of Affairs menyajikan
nilai buku akun-akun neraca perusahaan debitor, estimasi nilai pasar wajar aset, urutan
klaim dan estimasi kekurangan untuk kreditor umum yang tak dijamin.
Statemen of Affairs merupakan instrument perencanaan yang disusun hany pada
awal proses kepailitan. Laporan ini memberikan informasi kepada para kreditor dan
pengadilan niaga mengenai perkiraan jumlah dana yang tersedia untuk masing-masing
kelompok kreditor. Sekali kepailitan terjadi, maka pihak debitor mencatat transaksi
tersebut pada catatan akuntansi pada saat terjadinya.
10. 4 Pertimbangan Tambahan Terkait Akuntansi dan Pelaporan Trustee
A. Pertimbangan Tambahan
Sekarang disajikan praktik akuntansi dan pelaporan untuk trustee yang bertindak
sebagai fidusia untuk komite kreditor atau pengadilan niaga. Laporan trustee berbeda
dari laporan keuangan tradisional karena hak legal dan tanggung jawab trustee berbeda
dari hak legal dan tanggung jawab manajemen perusahaan debitur. Juga ditunjukan
penyajian singkat mengenai provisi kepailitan yang berlaku untuk perseorangan.
Wilayah kepailitan individu senantiasa mengalami perubahan, dan penyajian ini
hanyalah sebagai pedoman umum.
B. Akuntansi dan Pelaporan Trustee
Pengadilan niaga menunjuk pihak trustee untuk mengelola perusahaan berdasarkan
penundaan pembayaran bila terjadi kesalahan, ketidakjujuran, ketidakkompetenan
manajemen dan secara umum terjadi kesalahan manajemen. Dalam UU Kepailitan dan
Likuidasi, pihak trustee umumnya memiliki tanggung jawab untuk melikuidasi dengan
segera perusahaan yang pailit dan membayar kreditor sesuai dengan status legal bagian
mereka yang dijamin atau tidak dijamin. Dalam beberapa kasus berdasarkan UU
Kepailitan dan Likuidasi, pihak pengadilan menunjuk seorang tustee untuk
menjalankan perusahaan dalam periode yang singkat dalam upaya untuk memperoleh
harga yang lebih baik untuk perusahaan secara keseluruhan, daripada menjual secara
terpisah-pisah.
Pihak trustee memeriksa bukti-bukti klaim kreditor terhadap perusahaan debitur
yang pailit, yaitu aset bersih debitur. Kadang kala, pihak trustee menerima hak atas
seluruh aset, yaitu dalam posisi sebagai pihak penerima (receivership), sehingga
bertanggung jawab atas manajemen nyata debitur dan harus mengarahkan rencana
reorganisasi atau likuidasi. Pihak trustee yang mengambil alih hak atas aset debitur
dalam proses likuidasi harus membuat laporan keuangan berkala yang diperuntukan
bagi pengadilan niaga, yang melaporkan kemajuan proses likuidasi dan hubungan
fidusia. Ketika pihak trustee menerima aset, pihak trustee umumnya membuat catatan
akuntansi untuk mencatat sebagai pihak penerima. Catatan akuntansi trustee berisi
kewajiban trustee yang tercipta karena mengakui kepemilikan debitur atas aset yang
diterima oleh trustee. Akun yang baru ini dikredit sebesar nilai buku aset yang diterima
dan umumnya dinamakan sebagai Perusahaan Debitor – Dalam Posisi Pihak Penerima.
Pihak trustee tidak mengalihkan kewajiban debitor karena masih tetap menjadi
tanggung jawab perusahaan debitor secara hukum. Bentuk umum ayat jurnal
pembukaan pihak trustee, saat menerima aset perusahaan debitor adalah sebagai
berikut.

Aset xxx

Perusahaan Debitor – Dalam Posisi Pihak Penerima xxx

Ayat jurnal aktual menjelaskan secara rinci akun aset secara terpisah dan
memasukan nama perusahaan debitur.

C. Laporan Realisasi dan Likuidasi


Sebuah laporan bulanan, yang disebut sebagai laporan realisasi dan likuidasi,
disusun untuk pengadilan niaga. Laporan ini menunjukan hasil tindakan fidusia yang
dilakukan oleh trustee yang dimulaipada saat pihak trustee menerima aset debitor.
Laporan ini memiliki tiga bagian utama: aset, pos – pos tambahan, dan kewajiban.
Kewajiban debitor tidak dialihkan kepada pihak trustee, akan tetapi pihak truste dapat
saja menimbulkan utang baru yang dilaporkan dalam laporan realisasi dan likuidasi.
Bagian aset laporan ini dibagi ke dalam empat kelompok berikut ini.

Aset
Aset yang akan direalisasikan Aset yang direalisasi
Aset yang diperoleh Aset yang tidak direalisasi

Aset yang akan direalisasikan merupakan aset yang diterima dari perusahaan
debitor. Aset yang diperoleh merupakan aset yang berikutnya diperoleh trustee. Aset
yang direalisasi merupakan aset yang dijual oleh pihak trustee, aset yang tidak
direalisasi merupakan aset yang masih berada di bawah tanggung jawab pihak trustee
pada akhir periode. Kas umumnya tidak dilaporkan dalam laporan realisasi dan
likuidasi karena laporan arus kas yang terpisah umumnya akan dibuat. Bagian pos –
pos tambahan laporan terdiri dari dua pos berikut ini.
Pos – Pos Pendukung
Beban tambahan Kredit tambahan

Beban tambahan mencakup biaya administrasi trustee dan beban kas apapun yang
dibayarkan oleh pihak trustee. Kredit tambahan mencakup beberapa pos pendapatan
yang tidak lazim.

Meskipun tidak mencatat kewajiban debitur, pihak trustee dapat menyelesaikan


beberapa utang debitur dan juga dapat menimbulkan utang baru setelah masa
penerimaan tanggung jawab. Bagian kewajiban laporan ini dibagi sebagai berikut.

Kewajiban
Kewajiban terlikuidasi Kewajiban akan dilikuidasi
Kewajiban tidak dilikuidasi Kewajiban yang timbul

Kewajiban terlikuidasi merupakan klaim kreditor yang telah diselesaikan dalam


periode berjalan. Kewajiban tidak dilikuidasi merupakan kewajiban yang masih ada
selama periode pelaporan. Kewajiban yang akan dilikuidasi merupakan utang yang
masih terdapat pada buku perusahaan debitor di mana pihak trustee bertanggung jawab
atas likuidasinya mulai pada tanggal penunjukan. Akhirnya, kewajiban yang timbul
terjadi apabila kewajiban baru dilakukan oleh pihak trustee.

10. 5 Ikhtisar Konsep dan Istilah Penting


A. Ikhtisar Konsep
Perusahaan yang meminjam (debitur) yang tidak mampu membayar dari segi
modalnya dapat menghindari pailit dengan melakkan negosasi atas perjanjian
hutangnya secara langsungdengan kreditur. Debitur yang tidak mampu membayar dari
segi kepailitan umumnya direorganisasi atau dilikuidasi dalam suatu pengawasan oleh
pengadilan perkara kepailitan. Suatu permohonan kepailitan dapat didaftarkan ke
pengadilan perkara pailit (di Indonesia disebut Pengadilan Niaga) baik oleh debitur
maupun kreditur. Oleh sebab itu perjanjian langsung antara debitur dengan kreditur
dapat dicapai hanyajika kedua belah pihak setuju ntuk menyelesaikan masalahnya di
luar pengadilan sesuai dengan kepentingan terbaik mereka. Kesulitan keuangan yang
dihadapi perusahaan bisa bervariasi antarakesulitan likuiditas(technical insolvency), di
mana perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan sementara waktu,
sampai dengan kesulitan solvabilitas (bangkrut) yaitu di mana kewajiban finansial
perusahaan sudah melebihi kekayaannya. Perusahaan dapat mengalami kesulitan
keuangan karena berbagai sebab antara lain:
1) Mengalami kerugian operasi terus menerus
2) Kredit pelanggan yang mengalami kemunduran pembayaran
3) Pengelolaan modal kerja yang buruk
4) Kegagalan memperoleh tingkat penjualan yang memuaskan

Sebuah perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan memiliki sejumlah alternatif
penyelesaian, antara lain:
1) Tindakan nonyudisial
 Perjanjian restrukturisasi utang
 Manajemen komite kreditor
 Pengalihan aset
2) Tindakan yudisial
3) Penundaan pembayaran
4) Akuntansi permulaan baru (Fresh Start Accounting)
5) Rencana reorganisasi

Dalam sejarahnya, peraturan kepailitan di Indonesia mengacu pada Undang-Undang


tentang kepailitan yang dimuat dalam staatsbald tahun 1905 nomor 217 juncto
Staatsbald tahun 1906 nomor 348. UU Kepailitan menentukan tiga kelompok kreditur
dengan klaim yangmendapatkan prioritas sebagai berikut (1) kreditur dengan prioritas,
(2) kreditur yang dijamin, (3) kreditur yang tidak dijamin. Prioritas klaim menentukan
urutan dan sumber pembayaran masing-masing kreditur.

B. Istilah – Istilah Penting


 accounting statement of affairs
 akuntansi permulaan baru (fresh start acounting)
 kerugian penurunan nilai ( impairment loss)
 kreditur dengan prioritas (creditors with priority)
 kreditur umum yang tidak terjamin (general unsecurred creditors)
 kreditur yang dijamin (secured creditors)
 laporan realisasi dan likuidasi (statement of realization and liquidation)
 likuidasi (liquidation)
 manajemen komite kreditur (creditors committee management)
 nilai reorganisasi (reorganization value)
 penundaan pembayaran (suspension of payments)
 pernyataan kepailitan dan likuidasi (state of realization and liquidation)
 rencana reorganisasi (plan of reorganitation)
 reorganisasi (reorganization)
 restrukturisasi utang bermasalah (throbled debt restructurings)
 terkait dengan para penerima (receivership)
 urutan penyelesaian (order of relief)
DAFTAR PUSTAKA

Richard E. Baker, Valdean C. Lembke, Thomas E, King, Cyntia G. Jeffrey,Abadi Jusuf, Sylvia
Veronica NPS, Etty Retno Wulandari, Dwi Martini, Akuntansi Keuangan Lanjuta
(Perspektif Indonesia) Advance Financial Accounting Buku 1 dan 2, Salemba Empat
Mirahdave. 2015 Perusahaan dalam Kesulitan Keuangan,
https://id.scribd.com/doc/264793337/AKL-9. Diakses pada : 16 April 2022

Anda mungkin juga menyukai