Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AUDIT INTERNAL

KASUS KRAKATAU STEEL

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menghadapi masalah yang pelik. Perusahaan baja
plat merah ini mencatatkan kerugian selama tujuh tahun berturut-turut dan banyak
utang jangka pendek.

Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49
miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka
pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik
17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar
dibandingkan utang jangka panjang sebesar US$ 899,43 juta. Akibatnya KRAS
masih harus menelan kerugian sepanjang tahun lalu, meski pendapatan naik 20% dari
2017 sebesar US$ 1,44 miliar, menjadi US$ 1,73 miliar pada 2018. Rugi bersih
perusahaan tercatat US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun (kurs R 14.000), meski angka
ini turun dibandingkan kerugian 2017 senilai US$ 81,74 juta.

Selain itu, 71% utang jangka pendek merupakan pinjaman yang diperoleh dari pihak
bank, baik atas nama perusahaan atau entitas anak. Pinjaman diberikan oleh 13 bank
yang berbeda pada KRAS dan anak usahanya. Utang jangka pendek bank tersebut
mayoritas dalam bentuk Letter of Credit impor (LoC), dan kredit modal kerja, baik
yang berbasis rupiah maupun dolar Amerika Serikat (AS).

Pinjaman terbesar diberikan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan
total nilai US$ 359,6 juta atau setara Rp 5,03 triliun. Jumlah itu terdiri dari LoC
impor US$ 161,2 juta, fasilitas bank overdraft (dana cerukan) sebesar US$ 131,01
juta, dan kredit modal kerja sebesar US$ 67,32 juta. Selanjutnya pinjaman terbesar
kepada KRAS selanjutnya diberikan oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
senilai US$ 238,36 juta dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebesar US$ 199,25
juta.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang


mengungkapkan kronologi Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Direktur
Teknologi dan Produksi Krakatau Steel Wisnu Kuncoro. Di Gedung KPK, Sabtu
(23/3/2019) Saut menjelaskan, KPK melakukan operasi tangkap tangan pada Jumat
(22/3/2019) kemarin. Saat itu, Wisnu Kuncoro tengah bertemu dengan seseorang dari
pihak swasta bernama Alexander Muskitta di sebuah kedai kopi di Bintaro. Dalam
pertemuan itu Alexander Muskitta menyerahkan tas kertas berwarna cokelat berisi
uang Rp20 juta kepada Wisnu Kuncoro. Uang itu merupakan sebagian dari
commitment fee dari dua orang pihak swasta yakni Kenneth Sutarja dari PT Grand
Kartech dan Kurniawan Edy Tjokro dari Group Tjokro. Commitment fee itu sendiri
diberikan agar kedua perusahaaan itu mendapatkan proyek pengadaan barang dan
peralatan di Direktorat Produksi dan Teknologi Krakatau Steel senilai Rp24 miliar
dan Rp2,4 miliar.

Namun sial, ternyata rencana penyerahan uang itu sudah diketahui penyidik KPK.
Wisnu dan Alexander langsung dibekuk petugas sementara uang Rp20 juta disita.
Selain itu KPK pun menyita buku tabungan atas nama Alexander. Sementara itu, di
saat bersamaan KPK rupanya juga telah mengirim tim ke Wisma Baja, Kuningan,
Jakarta Selatan. Di sana petugas mengamankan General Manager Blast Furnice PT
Krakatau Steel Hernanto. Setelah itu tim bergerak ke Kelapa Gading, Jakarta Utara
untuk mengamankan Kenneth Sutardja di rumah pribadinya pukul 23.53 WIB. Selain
itu KPK pun mengirim tim ke Cilegon untuk mengamankan General Manager
Central Maintenance and Facilities PT Krakatau Steel Heri Susanto.

Setelah pemeriksaan selama 24 jam, KPK menetapkan empat orang tersangka dalam
kasus ini. Antara lain Direktur Teknologi dan Produksi Krakatau Steel Wisnu
Kuncoro; Kenneth Sutarja dari PT Grand Kartech; Kurniawan Edy Tjokro dari Group
Tjokro; dan Alexander Muskitta selaku swasta. Atas perbuatannya, KPK menyangka
Wisnu dan Alexander telah melanggar Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001
pasal 55 ayat (1) ke 1 juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP. Sementara terhadap dua orang
tersangka pemberi, KPK menyangkakan pasal 5 ayat 1 huruf a atau huruf b atau pasal
13 UU Tipikor.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah kasus yang terlibat dalam kasus Krakatau Steel?
2. Bagaimana langkah – langkah audit internal yang harus dilakukanagar lebih
efektif?
3. Bagaimana dampak yang diberikan terhadap lingkungan Krakatau Steel dan
BUMN?

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


1. Initiating and Launching and Internal Audit
Pembenaran untuk memulai dan meluncurkan audit internal adalah:
1. Reorganisasi perusahaan, termasuk peristiwa ancaman hukum atau fisik.
Akuisisi bisnis baru atau penjualan unit operasi saat ini sering menciptakan
kebutuhan mendesak untuk pekerjaan audit internal. Meskipun rencana yang
disetujui sebelumnya, audit internal sering diperlukan sekaligus dalam situasi ini.
Juga, ketika suatu perusahaan tiba-tiba dihadapkan dengan dugaan hukum besar atau
masalah semacam itu, sudah saatnya audit internal untuk menghentikan semua
kegiatan rutin dan mendukung tujuan perusahaan secara keseluruhan.
2. Permintaan formal komite audit.
Komite audit dewan bertanggung jawab atas fungsi audit internal dan menyetujui
rencana internal tahunan. Rencana itu harus menjadi pendorong utama kegiatan
audit internal.
3. Permintaan untuk menjadwalkan audit oleh manajemen senior atau auditor
eksternal.
Meskipun ada rencana yang disetujui komite audit, anggota dewan, manajemen
senior, atau perusahaan audit eksternal dapat meminta audit internal yang mencakup
beberapa kegiatan. Dalam kasus seperti itu, audit internal dapat menyesuaikan
rencana yang disetujui untuk memungkinkan peninjauan yang diminta.
4. Perlunya audit tindak lanjut berdasarkan hasil audit sebelumnya.
Kadang-kadang ketika audit yang dijadwalkan telah selesai, akan ada kebutuhan
untuk menggali lebih dalam dan mengeksplorasi temuan secara lebih rinci. Audit
khusus harus dijadwalkan untuk mencakup bidang-bidang ini secara lebih rinci jika
jadwal dan sumber daya audit internal memungkinkan.
5. Audit khusus dilakukan atas permintaan manajemen lokal atau unit.
Tim audit internal, yang bekerja di berbagai lokasi, sering menerima permintaan
audit tambahan atau lebih rinci di beberapa area. CAE harus memeriksa permintaan-
permintaan ini dan merencanakan audit seperti yang mungkin masuk ke dalam
jadwal audit internal saat ini atau menjadi kandidat untuk rencana audit internal
tahun berikutnya.
6. Area-area lain yang dapat diaudit yang diidentifikasi dalam audit sebagaimana
dijelaskan dalam Bab 15 tetapi tidak dalam rencana audit internal tahunan yang
disetujui dan disetujui. Jadwal audit universe menggambarkan semua entitas
potensial yang dapat diaudit dalam suatu perusahaan. Jika fungsi audit internal
memiliki waktu luang dan seharusnya tidak pernah terjadi seperti itu, audit internal
prioritas rendah dapat dijadwalkan.

2. Mengorganisir dan Merencanakan Audit Internal


Sebelum fungsi audit internal dapat meluncurkan audit yang direncanakan,
dibutuhkan beberapa building blocks sebagai tempat untuk menyeimbangkan sebuah
fungsi internal audit yang efektif. Pondasi building blocks internal audit ini antara
lain:
a. Sebuah rencana efektif dari organisasi dan sebuah piagam untuk
melaksanakan aktivitas audit internal.
b. Sebuah rencana audit tahunan atau jangka panjang
c. Standar dan pendekatan efektif untuk menampilkan semua internal audit.
Audit internal akan lebih efektif jika semua anggota dari staff audit ikut konsisten,
prosedur yang professional dalam menampilkan review mereka. Mereka akan
menjadi sumber daya perusahaan yang kuat pada pandangan manajer, yang selalu
mengharapkan konsistensi, pendekatan yang berkualitas dari sumber daya audit
internal.

3. Aktivitas audit internal yang berkenaan dengan persiapan


Masing-masing proyek audit internal harus berhati-hati merencanakan sebelum
memulainya. Audit harus dimulai sebagai sebuah elemen yang terjadwal pada
perencanaan tahunan audit internal dan proses memperkirakan resiko, berdasarkan
permintaan special komite audit atau manajemen, atau sebagai respon pada kejadian
yang tidak direncanakan, seperti penemuan kecurangan, peraturan baru, atau
kejadian ekonomi yang tidak terduga.

Setelah internal audit mengembangkan rencana untuk bekerja untuk tahun


mendatang, perencanaan dan penjadwalan audit internal individu sering menjadi
tantangan. Di samping rencana yang dipikirkan dengan baik, kejadian yang tidak
terjadwal, permintaan dari manajer, atau situasi seperti hasil yang tidak
menguntungkan dari audit lain mungkin akan menyebabkan perubahan pada sebuah
rencana jangka panjang audit internal. Meskipun sering ada tekanan untuk memulai
contohnya audit special secara tiba-tiba, sebuah audit yang terencana dengan baik
akan hampir selalu menyajikan hasil audit yang lebih baik. Sebagai tambahan, audit
internal dapat memperoleh penghematan yang signifikan pada waktu dan usaha
dengan perencanaan lanjutan yang cukup dan pekerjaan yang berkenaan dengan
persiapan.

a. Menentukan tujuan audit baik yang menyeluruh maupun individual


Audit internal harus secara umum menetapkan rencana-rencana untuk aktivitas audit
internal yang secara khas menutupi periode fiscal tahunan.
b. Menjadwal audit dan memperkirakan waktu (tahunan / triwulan / bulanan)
yang paling penting adalah jumlah staf setiap penugasan harus dibuat scheduling
yang lebih rinci
c. Survey awal mereview kertas kerja sebelumnya, mereview laporan audit
sebelumnya, entitas organisasi, materi audit lainnya yg berhubungan.

4. Memulai Audit Internal


Dimulai dengan membuat surat perikatan, surat ini harus memperingatkan manajer
audit dari :
1. Adressee, komunikasi harus dialamatkan kepada manajer secara langsung
bertanggung jawab kapada unit yg di audit.

2. Tujuan dan scope dari audit


3. Tanggal mulai yg diharapkan dan lama waktu audit yang direncanakan
4. Tanggung jawab perorangan untuk melakukan review
5. Persiapan kebutuhan lanjutan, seperti akses jaringan telekomunikasi, akses
untuk kunci sistem IT atau database.
6. Salinan surat perikatan
7. Laporan operasi lainnya

a) Survey lapangan untuk internal audit, merupakan hal yang sangat


kritikal/penting dalam penetapan arah, detail scope, dan hasil audit. Survey lapangan
mengijinkan auditor untuk,
1. Menyesuaikan dirinya dengan proses local utama di tempat dan
2. Evaluasi struktur pengendalian dan level dari resiko pengendalian pada proses
yang bervariasi dan sistem yang termasuk dengan audit.

Informasi yang harus ditemukan selama survey lapangan:


1. Struktur organisasi termasuk nama-nama dari orang-orang penting adalah
benar
2. Manual and directives
3. Laporan (reports) yang terkait misalnya penganggaran, operasi, studi biaya,dll
4. Observasi perorangan
5. Diskusi dengan orang-orang penting untuk mengetahui area-area yg
bermasalah, hasil sebenarnya dari operasi perusahaan, dan perubhan rencana atau
reorganisasi.
b) Dokumentasi hasil survey lapangan internal audit pada kertas kerja audit. (bisa
berupa flowchart).
c) Kesimpulan survey lapangan auditor
Tujuan utama dari suvei lapangan adalah untuk menyocokkan asumsi yang dibuat
dari perencanaan audit sebelumnya, yang bertujuan untuk mengembangkan
pemahaman pada sistem kunci dan proses. dengan survey awal, auditor diharapkan
menyesuaikan scope dan tujuan audit yang direncanakan dengan keadaan
sebenarnya.

5. IPPF
IPPF adalah hal baru dan merupakan upaya untuk mengikat dengan lebih baik
berbagai masalah yang berkembang dan pedoman pengendalian internal baru yang
berdampak pada auditor internal saat ini. IIA secara terpisah telah menerbitkan
panduan tambahan yang luar biasa tentang berbagai masalah, sebagaimana dirujuk
jika sesuai dalam bab-bab lain. Namun, kita harus ingat bahwa IIA sebagian besar
adalah organisasi sukarela tanpa penelitian pusat dan layanan administrasi. Ketika
menerbitkan panduan tentang isu-isu baru dan berkembang, ia biasanya menyewa
kontraktor, tetapi tidak harus seorang auditor internal yang diakui untuk melakukan
pekerjaan, sering dengan sedikit umpan balik keanggotaan umum sebelum
dipublikasikan.

Dokumen-dokumen IPPF menyatakan bahwa ketika dihadapkan dengan isu-


isu audit internal yang baru, berkembang, atau muncul, IIA berencana untuk
mengeluarkan panduan "dalam hitungan minggu" untuk mengatasi masalah-masalah
audit internal baru atau solusi potensial. Memahami masalah audit internal yang
terkait dengan sesuatu seperti kontrol internal “bawa perangkat Anda sendiri”,
masalah internal baru yang dibahas pada Bab 20, atau kontrol internal atas data
besar, masalah kontrol yang berkembang yang dibahas dalam Bab 21, menciptakan
tantangan bagi organisasi internasional seperti IIA untuk meninjau masalah kontrol
internal dan mendapatkan panduan tepat waktu untuk para anggotanya

2.2 Pembahasan
Pemerintah sepatutnya menarik pelajaran dari restrukturisasi utang jumbo PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk. Perusahaan penghasil baja itu kini bisa bernapas lega-
setidaknya untuk sementara. Pinjaman US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 27 triliun dari
sepuluh bank negara, swasta, dan asing kini dapat ditunda pembayarannya hingga 2027.
Total beban bunga berkurang dari US$ 847 juta menjadi US$ 466 juta. Efeknya, untuk
pertama kali dalam delapan tahun, neraca keuangan perusahaan negara itu tercatat
positif.

Pemerintah perlu menyoroti jeritan produsen terkait dengan masifnya impor baja. Arus
masuk baja murah dari Cina, Jepang, Korea, Vietnam, dan Taiwan yang meningkat
sejak 2014 itu mencapai puncaknya pada tahun lalu. Banjir baja impor murah itu
menghilangkan 25 persen pangsa pasar baja dalam negeri serta membuat pemanfaatan
pabrik baja nasional cuma 43 persen dari kapasitas total 24,6 juta ton. Akibatnya, bukan
hanya Krakatau, enam perusahaan baja nasional lain terpaksa mengurangi lini produksi.
Ada dugaan negara-negara asal memberikan subsidi ekspor-praktik yang dilarang oleh
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Hal ini harus ditindaklanjuti oleh Komite Anti-
Dumping dan Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia. Pemerintah tak boleh lagi
memaksakan perusahaan pelat merah menggenjot bisnis tanpa kelayakan komersial dan
finansial. Sebagai pemegang saham, pemerintah perlu jeli mengawasi setiap rencana
bisnis perseroan.

Melakukan pembenahan dalam aspek Good Corporate Governance di setiap lini bisnis.
Ini dilakukan untuk mempercepat proses transformasi menjadikan Krakatau Steel
sebagai perusahaan yang bersih. Caranya, dengan mengadopsi standar internasional
dalam upaya pencegahan KKN yaitu ISO 37001:2016 tentang Anti-Bribery
Management System atau sistem manajemen anti suap. Langkah ini sudah sejalan
dengan Surat Edaran Menteri BUMN No SE-2/MBU/07/2019 Tentang Pengelolaan
BUMN yang Bersih Melalui Implementasi Pencegahan KKN dan Penanganan Benturan
Kepentingan Serta Penguatan Pengawasan Intern.
Adapun kick off implementasi ISO 37001:2016 ini dilakukan dengan penandatanganan
komitmen bersama pelaksanaan ISO 37001:2016 oleh seluruh jajaran direksi Krakatau
Steel dan para pejabat setingkat General Manager dan Manager di The Royale Krakatau
Hotel, Cilegon, Banten. Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan,
dengan diimplementasikannya ISO 37001:2016 diharapkan dapat memperkuat budaya
organisasi yang menjunjung nilai-nilai kejujuran, transparansi, keterbukaan dan
kepatuhan.

Komitmen dan implementasi yang menyeluruh dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG


pada seluruh lini binis perseroan mendorong perbaikan pada kinerja yang tengah
melakukan transformasi bisnis agar dapat menangkap segala peluang bisnis guna
mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan memberikan nilai tambah pada pemangku
kepentingan. Dengan diimplementasikannya prinsip-prinsip GCG tersebut, diharapkan
pengelolaan sumber daya dan organisasi Perseroan menjadi lebih efisien, efektif, dan
produktif serta selalu berorientasi pada tujuan Perseroan dan memperhatikan para
Pemangku Kepentingan (Stakeholders).

Meningkatkan integritas dan profesionalisme dalam mengelola BUMN yang notabene


bagian dari keuangan negara yang dipisahkan. Memperbaiki kondisi internal BUMN
demi mewujudkan kapasitas bersaing di level global. Langkah awal yang ia lakukan
adalah reformasi struktural organisasi di tubuh BUMN.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam melakukan kegiatan auditor internal ini, akan dinilai keefektifan audit internal
ini dengan melihat hasilnya per periode akuntansi. Apakah audit internal ini dinilai
bermanfaat jika bisa melakukan control pada pihak manajemen yang merupakan bentuk
pertanggungjawaban kepada komisaris. Dalam proses audit internal ini sangat penting
untuk diterapkan semuanya tanpa ada yang dilewati satu tahap pun. Proses audit yang
dilakukan sesuai dengan prosedur diharapkan bisa efektif.
Munculnya IPPF diharapkan dapat lebih focus untuk pengawasan praktek audtor
internal walaupun IPPF tidak memiliki kewenangan atas semua wewenang IIA sebagai
Lembaga yang dianggap induk. IIA sendiri mengeluarkan standard standar yang
menjadi hal yang harus dipunyai oleh auditor internal untuk kelangsungan dan menjaga
integritas auditor internal. Auditor yang tak memiliki satu unsur saja dalam standar IIA
bisa dinilai tidak berkompeten ataupun tidak memiliki integritas. Prinsip-prinsip yang
terkandung dalam standar IIA adalah integritas,objectivitas,kerahasiaan dan
Kompetensi

Daftar Pustaka

Moeller, Robert R . 2009. Brink’s Modern Internal Auditing-Eighth Edition. Wiley


Corporate F&A

https://upperline.id/post/kasus-suap-krakatau-steel-dan-catatan-kelam-bumn

Anda mungkin juga menyukai