Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN UTC 8

Definisi Etika

 Sebuah kesepakatan mengenai tatanan moral, nilai dan standar tindakan profesional yang diterima oleh
komunitas, kelompok maupun budaya
 Sebuah perilaku sosial, keagamaan atau sipil yang dianggap benar, terutama yang berasal dari
kelompok, profesi, atau individu tertentu
 Standar yang mengatur perilaku seseorang

Sebuah “refleksi kesadaran diri manusia pada tindakan untuk menjadi makhluk bermoral," yang menyiratkan
mengenai sebuah proses refleksi diri dan kesadaran tentang bagaimana berperilaku sebagai makhluk moral yang
berdasarkan pada hukum, sistem kepercayaan individu, agama, atau campuran dari ketiganya

Keyakinan dasar + sistem nilai + perkembangan umur = etika

Definisi yang terakhir ini merupakan komponen penting untuk sebuah alasan kritis, dimana hal itu mencakup
sebuah pemahaman dari perkembangan umur sebagai sebuah komponen dari etika. Secara jelasnya, kita
memahami bahwa perbedaan antara berpikir konkret dengan fokus-diri dari seorang anak, dengan berpikir
kompleks dan objektif dari seorang dewasa, yang nanti pada gilirannya akan mengarah pada perbedaan definisi
dari perilaku etis dan pengambilan keputusan.

Namun demikian, lembaga dan lapangan kerja juga memiliki “perkembangan usia.” Secara historis, apa yang
dianggap perilaku etis di masa lalu mungkin tidak lagi dipahami seperti itu. Sebagai contoh, pada masa lalu
diperkenankan untuk mereka yang melakukan konseling atau dalam peran supervisor untuk terlibat secara intim
dalam hubungan dengan klien atau bawahan.

Namun sekarang, banyak profesi yang menganggap perilaku seperti itu tidak etis, dan banyak negara yang
secara undang-undang dianggap ilegal. Hal ini merupakan indikasi dari banyak profesi dan negara-negara
“berkembang” dan memahami implikasi baru dari etika.

Elemen – elemen darisemua kode profesional

Petunjuk perilaku etis dan pengambilan keputusan untuk profesional dalam :

Konseling Keluarga, Pekerjaan Sosial, Hukum, Psikiatri, Perawatan kesehatan, Pencegahan dan terapi GPZ.

Beragam kode etik memiliki persamaan dan perbedaan, tapi kode-kode tersebut dititikberatkan pada:

 Perlindungan klien dengan mengidentifikasi lingkup kompetensi konselor.


 Tidak melakukan tindakan yang merugikan dengan bertindak penuh tanggung jawab dan menghindari
 ekploitasi.
 Menjaga kerahasiaan dan privasi.
 Memelihara integritas profesi.

Batasan Kode Etik Konselor

 Sebuah kode dapat bertentangan dengan kode lain, nilai personal, praktek organisasi, atau
 hukum dan peraturan setempat.
 Kode-kode biasanya lebih bersifat reaktif daripada proaktif
 Sebuah kode mungkin tidak beradaptasi dengan tatanan budaya lainnya.

Pertimbangan Etis Profesional

Tidak ada kode etik yang dapat menggantikan:

 Pengetahuan aktif dari kode-kode dan hukum- hukum.


 Proses kesepakatan yang sudah ditetapkan.
 Pendekatan kreatif terhadap supervisi dan bimbingan.

Tujuan Kode Etik Profesional

 Mengedukasi profesional tentang pelaksanaan etika


 Menyediakan mekanisme akuntabilitas profesional
 Sebagai katalisator untuk peningkatan praktek
 Melindungi klien

Empat Hal Unik yang Menjadi Perhatian dalam Terapi GPZ

 Komposisi petugas lapangan cenderung lebih beragam daripada profesi pemberi bantuan sejenis
lainnya.
 Tingginya tingkat pergantian staf (turnover) dan waktu kerja, membatasi penyampaian informasi
 Baru beberapa waktu belakangan ini etika membahas mengenai praktek bisnis
 Luasnya dampak GPZ meningkatkan kompleksitas akan masalah legal dan etika

Asumsi-Asumsi yang Dapat Menjadi Masalah

 Petugas memiliki standar personal dari moral dan pelaksanaan etika untuk menjamin pelaksanaan etika
 Petugas memiliki akal sehat
 Seluruh petugas sudah dilatih mengenai isu etika melalui pelatihan profesional dan akademis.
 Program dapat mengandalkan petugas untuk mengetahui dan mengikuti kode etik berdasarkan
sertifikasi profesional atau lisensi.
 Hanya staf konseling yang perlu peduli pada dilema etika.
 Dilema etika merupakan isu personal/ profesional, bukan isu program.
 Petugas yang melanggar prinsip etika adalah orang jahat, mereka seharusnya dikeluarkan dari program
atau profesi.
 Karena semua supervisor mengedepankan etika, maka pemenuhan etika dari yang disupervisi
merupakan jaminan.
 Jika supervisor tidak mendengar adanya konflik etika, berarti hal itu tidak ada, karena konselor akan
mengatakan pd mereka jika mereka menghadapi masalah etika yang sulit.

Definisi Etika

Secara ekplisit didefinisikan sebagai seperangkat keyakinan, nilai dan standar yang membimbing anggota
organisasi dalam melaksanakan kegiatan yang mengarah pada misi organisasi.

Fungsi dan Tujuan Kode untuk Praktek Profesional

 Mengidentifikasi nilai untuk anggota organisasi yg bekerja keras ketika mereka melaksanakan
tugasnya.
 Menetapkan batasan perilaku yang sesuai dan kurang sesuai.
 Menyediakan pedoman untuk staf dalam menghadapi situasi sulit dalam pekerjaan.
 Mengkomunikasikan sebuah kerangka kerja untuk mendefinisikan dan memantau batasan
hubungan dari semua tipe.
 Menyediakan pedoman pengambilan keputusan harian oleh seluruh staf dan relawan dalam
 organisasi.
 Mengkomunikasikan sebuah kerangka kerja untuk mendefinisikan dan memantau batasan
hubungan dari semua tipe.
 Menyediakan pedoman pengambilan keputusan harian oleh seluruh staf dan relawan dalam
organisasi.

Tujuan Eksternal Dari Kode Untuk Praktek Profesional :

 Mengkomunikasikan sebuah kerangka kerja untuk mendefinisikan dan memantau batasan hubungan
dari semua tipe.
 Menyediakan pedoman pengambilan keputusan harian oleh seluruh staf dan relawan dalam organisasi.
Kode Etik Perawatan GPZ Profesional

Organisasi sertifikasi konselor internasional di USA yaitu National Association of Alcoholism and Drug
Counselors (NAADAC) adalah kelompok yang kode etiknya memiliki banyak kesamaan. Namun, elemen kunci
dalam kedua kode adalah perawatan yang tepat dari pasien atau klien

NAADAC memiliki sembilan ketentuan yang menangani spektrum tanggung jawab yang luas -
nondiskriminasi, kesejahteraan klien, hubungan klien, kepercayaan, kepatuhan terhadap hukum, hak dan tugas,
hubungan ganda (tidak ada eksploitasi orang), mencegah bahaya dan tugas perawatan (memastikan lingkungan
kerja yang aman).

Aspek Umum dari Tindakan Profesional NAADAC

 Hubungan dalam Konseling


 Evaluasi, Asesmen, dan Interpretasi data klien
 Kerahasiaan/Hak Istimewa Komunikasi dan Privasi
 Tanggung Jawab Profesional
 Bekerja di Tempat dengan Ragam Budaya
 Standar Tempat Kerja
 Supervisi dan Konsultasi
 Penyelesaian Isu-isu Etika
 Komunikasi dan Karya yang Dipublikasikan
 Kebijakan dan Keterlibatan Politik

Nilai - Nilai Kode Etik

 Keyakinan dasar yang menurut seseorang benar.


 Dasar-dasar seseorang dalam membuat keputusan menyangkut hal baik atau buruk, benar atau salah,
 lebih penting atau kurang penting.
 Nilai-nilai juga dapat berupa kebudayaan, petunjuk perilaku sosial keorganisasian, petunjuk bisnis atau
perilaku profesional lainnya.

Nilai – Nilai Universal

 Otonomi: Meningkatkan kebebasan identitas personal.


 Kepatuhan: Patuh pada arahan legal dan etis yang diperbolehkan.
 Penolakan Cermat: Tidak mematuhi arahan ilegal dan tidak etis.
 Kemurahan hati: Menolong orang lain.
 Rasa syukur: “Memberi kembali,” atau memberikan kebaikan kepada sesama.
 Kompetensi: Berpengetahuan dan terampil
 Keadilan: Bersikap adil, sesuai dengan kemampuannya.
 Pengelolaan: Menggunakan sumber daya secara
 bijaksana
 Kejujuran dan keterbukaan: Mengatakan dengan sebenarnya
 Kesetiaan: Tidak ingkar janji
 Loyalitas: Tidak mengabaikan
 Pengelolaan: Menggunakan sumber daya secara bijaksana
 Kejujuran dan keterbukaan: Mengatakan dengan sebenarnya
 Kesetiaan: Tidak ingkar janji
 Loyalitas: Tidak mengabaikan
 Pengelolaan: Menggunakan sumber daya secara bijaksana
 Kejujuran dan keterbukaan: Mengatakan dengan sebenarnya

Dasar Dasar Pemikiran Etika

Hubungan antara etika dan hukum adalah


 Hukum memberikan standar perilaku minimum pada bidang profesional.
 Etika menyediakan hal-hal yang ideal untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

Tindakan Etika dan Hukum

 Etis tapi ilegal, seperti kasus melanggar hukum terhadap hukum yang tidak adil
Contoh : Seorang konselor menolak tawaran klien untuk berbisnis rumah makan yang didalamnya
menjual minuman keras melalui distributor yang tidak resmi.
 Etis tapi tidak ilegal, seperti kasus yang belum ada pengaturan hukum
Contoh : Seorang klien memutuskan untuk tidak menerima tawaran dari klien dalam bisnis yang akan
dibangun oleh klien.
 Tidak etis tapi legal, seperti pada kasus mematuhi hukum yang tidak adil
Contoh : Seorang Konselor memutuskan menerima tawaran klien untuk membangun bisnis bersama.
 Tidak etis dan ilegal, seperti pada kasus melanggar hukum yang tidak adil
Contoh : Seorang Konselor memutuskan menerima tawaran klien untuk membangun bisnis melalui
distributor yang tidak resmi.
 Tidak etis, dan tidak legal maupun tidak ilegal, seperti pada kasus melakukan tindakan tidak etis yang
tidak dilanggar secara hukum
Contoh : Seorang konselor bersama klien berbisnis dan menggunakan narkoba didalam lingkungan
rehabilitasi.

Tinjuan Etika di dalam Aspek Konseling

Beragam organisasi profesional memiliki kode etik tersendiri:

 Konseling Keluarga.
 Pekerja sosial.
 Hukum.
 Psikiatri.
 Perawatan kesehatan.
 Pencegahan dan perawatan GPZ.

Sekaligus ada kesamaan dan perbedaan antara kode-kode ini dan kode yang digunakan oleh local atau dewan
sertifikasi nasional atau lisensi. Kode-kode yang saat ini ada adalah:

 Melindungi klien dengan mengidentifikasi lingkup kompetensi konselor


 Tidak melakukan pelanggaran tanggung jawab dan menghindari ekploitasi
 Melindungi klien, prosefional, dan kerahasiaan organisasi dan privasi
 Memelihara integritas profesi.

Walaupun kode-kode ini selalu menyediakan jawaban spesifik pada dilemma etika, mereka semua menyediakan
petunjuk umum untuk mencegah dan menyelesaikan konflik etika.

Bagaimanapun, ada keterbatasan dengan kode-kode etik konselor. Walaupun mereka menyediakan dasar yg
diperlukan untuk pengambilan keputusan., hal ini bukan untuk perilaku yg tepat. Juga belum mencukupi.
Beberapa keterbatasan yang melekat dalam kode-kode etik adalah:

 Kode-kode yg tidak memiliki kejelasan.


 Sebuah kode dapat bertentangan dengan kode lain, nilai-nilai personal, praktek organisasi, atau hukum
local dan peraturan-peraturan.
 Kode-kode biasanya reaktif, membantu mengatasi konflik yang meningkat, bukan proaktif, mencegah
terjadinya situasi pada tempat pertama.
 Sebuah kode ditulis dengan kontek budaya khusus dan mungkin tidak sepenuhnya dapat beradaptasi
dengan perangkat budaya lain.

Ketika profesional menghadapi keterbatasan ini, bersaing dengan permintaan, dan berbeda tujuan, mereka harus
menggunakan pertimbangan profesional mereka sendiri untuk melihat jalan terbaik dari tindakan. Tidak ada
perangkat dasar-dasar prinsip yang formal, tidak peduli seberapa rinci dapat menjadi pengganti untuk:
 Pengetahuan aktif tentang peraturan dan hukum, baik nasional, regional, dan local.
 Pembentukan proses dengan sengaja, dan Pendekatan kreatif untuk supervisi dan pembimbing,

Kenyataannya menurut Corey, Corey, dan Callanan kode-kode etik untuk para profesional memenuhi tiga
tujuan, yaitu:

 Mendidik profesional tentang pelaksanaan etika.


 Menyediakan mekanisme akuntabiitasi profesional.
 Menyediakan media untuk memperbaiki praktek..

Secara keseluruhan, bagaimanapun, objektif utama dari kode etik untuk membantu profesional adalah untuk
mengamankan klien dengan menyediakan pelayanan sesuai kebutuhan mereka.

Pada GPZ, ada beberapa faktor unik terkait dengan etika dan praktek profesional yg secara substansi berbeda
dari yg ditemui untuk membantu para profesi. White dan Popovitz merangkum dengan cara sebagai berikut :

Komposisi satuan tugas GPZ sedikit banyak bermacam-macam (usia, ras, agama, jenis kelamin, orientasi
seksual, pendidikan, pelatihan profesional, dan pengalaman hidup) daripada komposisi profesi yang membantu
dan memiliki lebih banyak penyedia layanan.

Sejarah singkat juga diartikan bahwa fokus etika hanya ditujukan untuk saat ini.

Pelaksanaan praktek bisnis, sebgai tambahan praktek klinik.

Luasnya dampak GPZ (kriminal, kekerasan, HIV/AIDS diantara pengguna narkoba, cacat akibat penggunaan
narkoba dapat menghasilkan hukum yang kompleks dan dampak etika.

“Sebagai tambahan, White dan Popovitz memberikan gambaran mengenai beberapa asumsi salah namun
cenderundipertahankan oleh konselor dan petugas GPZ, yang dapat menyebabkan masalah menjadi lebih buruk:

• Petugas GPZ mempunyai standar moral dan pelaksanaan etika yang dapat

menjamin pelaksanaan etika.

• Petugas memiliki akal sehat.

• Oleh karena seluruh pendidikan akademisi dan pelatihan profesional meliputi standar etika dan perilaku,
seluruh petugas GPZ, termasuk konselor, sudah dilatih mengenai isu etika.

• Dikarenakan para petugas tersebut dibatasi oleh kode etik yg didasari pada sertifikasi profesional dan
perijinan, tidak perlu lagi suatu program memperhatikan mengenai pengembangan standar isu etika di
organisasinya. Hanya petugas yang sedang menjalani proses konseling (terkait akan kebutuhan perannya) yang
perlu diperhatikan mengenai dilema etika.

• Dilema etika adalah masalah profesional atau pribadi, bukan merupakan masalah organisasi.

• Petugas yang melanggar prinsip-prinsip etika merupakan individu yang buruk, dan harus dikeluarkan dari
program atau profesi.

• Karena semua supervisor memberikan penekanan yang besar pada masalah etika, maka kepatuhan dari
semuanya sudah terjamin atau terpenuhi.

• Jika supervisor tidak mendengar adanya konflik tentang etika, maka selayaknya supervisor tidak boleh ada di
dalam program mereka, karena konselor (yang disupervisi) akan melaporkan jika mereka menghadapi masalah
yang sulit.
KODE ETIK KONSELOR

 Menghormati dan menghargai harga diri setiap klien, serta berjuang dalam melindungi hak asasinya
 Komitmen dalam memahami diri para klien serta mencapai potensial yang penuh dengan diri mereka
 Melindungi kesejahteraan dari mereka yang meminta layanan kita sebagai professional
 Tidak akan menyalahgunakan ketrampilan
 Memastikan untuk memberikan pelayanan yang sebaik baiknya
 Hindari suatu hubungan yang mungkin dapat menyebabkan suatu konflik pribadi
 Mencegah suatu penyimpangan atau penyalahgunaan dari suatu hal yang baru ditemukan (kasus atau
bukti)
 Pelayanan (materi) haruslah obyektif, komplit dan akurat
 Dalam kerja, akan dihadapi suatu tanggung jawab yang cukup berat, karena setiap rekomendasi dan
tindakan dari seorang konselor akan dapat mengubah hidup seseorang. TxPlan meeting harus ada nih
 Secara langsung cara konselor membawa diri dan dalam sistm pelayanan akan menggambarkan
kompetensi, pendidikan, pelatihan dan jam terbangnya.
 Mengenali kebutuhan akan kelanjutan pendidikan, dan selalu terbuka untuk suatu prosedur baru serta
perubahan perubahan.
 Mengenali perbedaan di antara para klien dari ras, gender, budaya, falsafah, etnis, status ekonomi
sosial, dan jika perlu mengikuti pelatihan khusus demi memperoleh cara cara dalam menghadapi orang
dengan keanekaragaman tersebut.
 Jika menggunakan suatu alat pengukuran/penilaian (assessment tools), maka harus bertanggung jawab
dengan validitas serta dapat dipercaya akan pola tersebut.
 Mengenali bahwa permasalahan pribadi mungkin dapat mencampuri efektifitas dari profesionalisme
kerja. Berusaha menahan diri dengan suatu aktivitas di mana permasalahn pribadi mungkin mempunyai
pengaruh. Jika permasalahan tersebut sangatlah serius, merupakansuatu tanggung jawab untuk mencari
bantuan professional lain yang sesuai.
 Harus mematuhi peraturan.
 Tidak akan mengamalkan suatu layanan yang bersifat tidak adil atau tidak mempunyai rasa kasih.
 Ketika memberikan pernyataan dalam jasa professional, haruslah dapat dibuktikan dengan riset secara
ilmiah.
 Pembawaan diri seakurat/sebaik mungkin, hindari pembawaan yang salah, baik pembawaan diri
maupun kesimpulankesimpulan yang dibuat.
 Menghormati kerahasiaan dari semua informasi yang diperoleh dalam konteks pekerjaan.
 Pengungkapan suatu informasi hanya dengan izin tertulis yang kuat/sah akan undang undang dari klien
atau wakilnya yang telah dengan sah juga disetujui oleh klien, kecuali ketika klien tersebut sangat jelas
berada dalam suatu bahaya dalam diri maupun dengan orang lain.
 Disaat yang tepat, haruslah diinformasikan kepada klien tentang batasan yang sah dari suatu
kerahasiaan.
 Informasi yang diperoleh dari hubungan sesame professional hanya dapat didiskusikan untuk tujuan
yang professional dan juga hanya dengan seseorang yang jelas sangat pehatian atau sedang menangani
kasus tersebut
 Memastikan ketentuan yang sebenarnya dibuat untuk menjaga kehasiaan segala informasi yang ada di
dalam penyimpanan/pendokumentasian dan pembuangan dari file klien.
 Mengenali kebutuhan pribadi dan mengamati potensi diri dapat mempengaruhi klien dan bawahan.
 Berusahalah untuk menghindari suatu hubungan yang dapat mengacaukan penilaian professional atau
meningkatkan resiko akan edsploitasi. Hal ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada rawatan dari
karyawan, teman dekat, atau kerabat.
 Keintiman seksualitas dengan klien adalah pelanggaran dari etika.
 Membuat pengaturan dari pembayaran atas jasa yang teraman, terbaik dan bermanfaat bagi klien.
 Pemutusan suatu layanan kerja dengan klien, dirasakan dapat dilakukan bila ada alas an yang sangat
jelas dari kondisi si klien jika tidak memberi faedah bagi konselor.
 Memahami area kompetensi pribadi sesuai dengan porsinya dan membiarkan professional lain di
bidangnya melakukan layanan yang sesuai dengan kebutuhan klien.
 Bekerja sama dengan penuh perhatian dengan professional lainnya
 Jika seseorang sedang menerima suatu layanan yang serupa dari professional lain, maka lebih teliti
dalam memberikan layanan tersebut, proses dengan hati hati, diutamakan untuk melindungi
professional lain tersebut dan klien.
 Bila mempekerjakan atau mengawasi seorang professional, atau professional yang dalam masa
pelatihan, maka adalah suatu keharusan untuk memfasilitasi pengembangan secara professional dari
masing-masing individu tersebut. Diharuskan menyediakan kondisi kerja yang sebaik baiknya, evaluasi
setiap waktu, memberikan konsultasi, pendidikan yang berkelanjutan.
 Dilarang untuk mengeksploitasi hubungan dengan klien, murid, atau karyawan secara seksual dan lain
lain hal. Tidak akan termaafkan walaupun ikut serta dalam bentuk apapun jenis dari aktifitas seksual
tersebut.
 Bila diketahui suatu pelanggaran dari salah satu etika oleh seorang konselor. Jika masih
memungkinkan hal ini haruslah menjadi perhatian konselor tersebut tetapi bila perilaku tersebut sudah
jauh tidak memungkinkan, maka dapat diinformasikan kepada instansi yang terkait atau ke
permasalahan hukum.

PRINSIP – PRINSIP ETIKA

PRINSIP 1 :

Dalam hubungan konseling, professional adiksi bertanggung jawab menjaga hubungan konseling dan
melindungi klien yang rentan bahkan bertanggung jawab kepada masyarakat yang luas.

Pada kehidupan pribadi, professional adiksi harus berusaha memupuk kemandirian dan harga diri yang sehat
kepada orang lain.

LIMA STANDAR HUBUNGAN KONSELING :

 Kesejahteraan Klien
 Menentukan nasib klien sendiri / determinisasi klien
 Hubungan Ganda
 Standar – standar kelompok
 Mencegah bahaya

PRINSIP 2 :

Anda mungkin juga menyukai