Anda di halaman 1dari 7

Isue-isue dan masalah Etika

dalam konseling dan psikoterapi


Mulia Marita Lasutri Tama., M.Psi.,
Psikolog
Isue-isue dan masalah Etika dalam konseling
dan psikoterapi
o Permasalahan etis akan selalu muncul pada setiap profesi, terlebih
kepada profesi yang banyak berhubungan langsung dengan
manusia. Oleh karena itu, sebagai tenaga profesional yang
berkecimpung dalam dunia konseling seorang konselor dan terapis
memiliki garis-garis batas berupa standar etika yang wajib dipenuhi
untuk menunjukkan kredibilitas sebagai konselor dan terapis
profesional. Standar etika inilah yang menjadi standartingkah laku
yang didasarkan pada nilai-nilai yang telah disepakati oleh badan
yang menanunginya. Terjemahan nilai-nilai tersebut dirumuskan
dalam bentuk ‘kode etik profesi’. Pelanggaran kode etik dianggap
malpraktik yang pelakunya dapat dikenai sanksi. Di Indonesia kita
memiliki standar kode etik yang dibuat oleh HIMPSI yang masih
disempurnakan sampai saat ini.
Tanggung Jawab Konselor
Menurut Ivey, dkk ( dalam Mappiare, 2002) tanggung jawab etis seorang
konselor dan terapis adalah berbuat tanpa merugikan klien atau masyarakat.

Adapun tanggung jawab konselor antara lain :


1. Menjaga rahasia, kerahasiaan berhubungan dengan pengendalian
informasi yang diterima dari seseorang lain. Konselor bertanggung jawab
menentukan batas-batas yang mencakup tingkat kerahasiaan yang dapat
dijanjikan. Batas-batas kerahasiaan ini harus mempertimbangkan
kepentingan lembaga tempatnya bekerja dan kepentingan klien sendiri.
Corey (2009) mengatakan bahwa kerahasiaan tidak dapt dianggap mutlak
karena adakalanya informasi yang diberikan oleh klien harus diberitahukan
kepada pihak lain, misalnya klien membahayakan dirinya sendiri atau
orang lain.
2. Memiliki kompetensi. Latipun (Lumongga, 2011) mengatakan
bahwa kompetensi mengacu pada batas-batas kewenangan
dalam menjalankan tugas-tugas profesional. Artinya konselor
yang efektif tidak akan menggunakan treatment yang berada di
luar lingkup kewenangannya dan kemampuan yang dimilikinya.
3. Nilai hidup konselor. Nilai-nilai hidup adalah permasalahan etis
yang sering muncul dalam konseling apabila konselor tidak
bijaksana dan bersikap kaku memegang nilai hidupnya, maka Ia
akan tampil sebagai konselor dan terapis yang selalu
menyalahkan nilai hidup klien. Oleh karena itu, setiap konselor
dan terapis harus memiliki pemahaman terlebih dahulu bahwa
setiap orang memiliki nilai hidup yang khas dan berbeda satu
sama lainnya.
4. Mengutamakan kebutuhan klien. Pada dasarnya
diperlukan kesadaran yang matang pada diri seorang
konselor untuk melihat dan mengenal dirinya lebih
dalam. Hal ini penting karena melalui kesadaran
inilah konselor memahami bahwa ada
konflik0konflik, harapan, kebutuhan pada dirinya
yang belum tercapai atau terselesaikan. Apabila hal
ini dibiarkan maka secara tidak langsung konselor
telah menghalangi klien mencapai perubahan.
Langkah-langkan membuat keputusan etis dalam konseling
dan psikoterapi

1. Lakukan identifikasi masalah melalui pengumpulan informasi yang dapat memberi


penjelasan tentang masalah secara keseluruhan, misalnya apakah ini masalah etis,
legal, profesional, klinis dan moral
2. Lakukan identifikasi terhadap isue-isue potensial. Konselor harus menilai hak,
kewajiban, dan kesejahteraan pihak-pihak yang terleibat dalam situasi konseling.
3. Lihatlah kode etik yang relevan dengan permasalahan klien. Hal ini akan
membantu konselor menentukan apakah nilai dan etika yang dianut sejalan atau
tidak sesuai dengan kode etik.
4. Pahami hukum dan aturan yang berlaku apalagi yang berkaitan dengan dilema etis
5. Carilah refrensi lebih dari 1 sumber untuk mendapatkan perspektif mengenai
dilema tersebut.
6. Lakukan brainstorming mengenai berbagai macam tindakan yang dapat dijalankan.
7. Jelaskan kepada klien konsekuensi dari berbagai macam tindakan yang akan
diambil
8. Tentukan langkah kemungkinan yang paling baik dan bisa dilakukan oleh klien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai