Anda di halaman 1dari 5

Nama: Safina Salsabila Putri

NIM: 1910914120013
Kelas: A
Dosen Pengampu: Muhammad Syarif Hidayatullah, M.Psi, Psikolog
Rooswita Santia Dewi, M.Psi, Psikolog

3 PENDEKATAN ETIKA NORMATIF


1. Teori Kebajikan
Menggambarkan tentang bagaimana seharusnya manusia untuk berperilaku. Teori ini
tidak menilai setiap tindakan sebagai benar atau salah, melainkan melihat etika
sebagai pengalaman hidup bagi mereka yang memiliki kepribadian yang etis. Nilai-
nilai etika itu tumbuh dari keunggulan yang diperoleh melalui praktik dan kebiasaan
yang baik sehari-hari.
Etika kebajikan yang dipopulerkan oleh Aristoteles ini berfokus pada karakter yang
melekat pada individu dibandingkan tindakan spesifik yang harus dilakukannya.
Berdasarkan sejarah, teori kebajikan merupakan tradisi normatif tertua di dunia
filsafat barat, yang menekankan pentingnya empat kebajikan khusus, yang
kemudian disebutnya kebajikan utama (cardinal virtues), yakni: kebijaksanaan
(wisdom), keberanian (courage), kesederhanaan (temperance), dan keadilan (justice).
Nilai kebajikan lain yang penting juga meliputi keuletan, kedermawanan, harga diri,
kesabaran, dan keikhlasan. Sebagai tambahan untuk mendapatkan kebiasaan
terhadap karakter yang baik, penganut teori kebajikan menyatakan bahwa kita harus
menghindari diri dari sifat karakter yang buruk, atau watak dan keangkuhan. Teori
kebajikan menekankan pentingnya pendidikan moral, karena sifat karakter
kebajikan harus dikembangkan selagi muda. Dengan demikian, individu dewasa
bertanggung jawab untuk mendidik kebajikan pada generasi muda.
Apabila dikaitkan dengan kode etik psikologi, dapat digambarkan bahwa sebagai
seseorang yang berilmu dengan tujuan untuk membantu memberikan edukasi serta
pengobatan bagi kesehatan mental, karakterisitik yang dapat dilatih contohnya dengan
berempati. Sebagai seorang profesional maka kita harus bisa mendengarkan dan
merasakan apa yang diceritakan oleh klien dan tidak membuat dugaan-dugaan atau
bahkan menyalahkannya. Kita tetap berlaku bijaksana dan sabar sebaik mungkin
sehingga klien bisa terbuka dan mempercayai kita dalam tiap sesi konseling/terapis
agar berjalan lancar.
2. Teori Kewajiban
Teori ini menjelaskan akan prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral yang berlaku pada
setiap pengambilan keputusan serta perbuatan kita. Etika ini menunjukkan norma-
norma dan prinsip-prinsip mana yang perlu diberlakukan dalam kehidupan kita.
Apabila konflik muncul antara dua prinsip moral yang tidak dapat dipenuhi sekaligus,
etika ini akan membantu kita agar bisa menentukan mana yang harus dipilih sebagai
prioritas. Singkatnya, etika kewajiban menilai benar dan salahnya dari perilaku kita
dengan berlandaskan pada norma yang berlaku.
Etika kewajiban juga disebut sebagai duty ethics, yaitu setiap sistem harus
mengakomodasikan hal-hal yang wajib untuk dihindarkan dengan
mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum
yang harus ditaati seperti jangan berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan
sebagainya. Semua nilai moral ini jelas akan selalu benar dan wajib untuk
dilaksanakan, sekalipun akhirnya tidak akan menghasilkan keuntungan bagi diri
sendiri.
Apabila dikaitkan dengan kode etik psikologi, maka dapat dibahas dengan asas-asas
yang perlu dipegang seorang profesional baik itu konselor atau psikolog dalam
menghadapi klien. Contoh asasnya yaitu kerahasiaan, yaitu asas yang menuntut agar
data dan keterangan klien bisa dirahasiakan sebaik mungkin. Dalam hal ini seorang
profesional wajib memiliki serta menjaga seluruh data dan keterangan sehingga
keselamatan dan kesejahteraan klien terjamin.
Kemudian asas yang berhubungan dengan etika ini yaitu asas keahlian yang
menginginkan kegiatan konseling/terapi dilaksanakan atas dasar kaidah professional.
Pelaku dalam layanan ini seharusnya adalah seseorang yang benar-benar ahli dalam
bidangnya. Keprofesionalan seorang psikolog terwujud dalam pelaksanaan jenis
layanan konseling dan penegakan kode etik. Psikolog juga memberikan kebebasan
untuk klien agar bisa mengeksplor permasalahannya baik dalam analisa maupun
pencarian solusi dengan syarat masih di bawah bimbingannya.
3. Teori Konsekuensialis
Teori ini dapat menjelaskan mengenai nilai tentang baik dan buruknya sebuah
tindakan yang didasarkan oleh apakah dampak yang dihasilkan atau yang akan terjadi
memiliki nilai positif atau negatif. Teori ini kemudian dibagi 3 lagi, yaitu:
- Utilitarianisme
Menurut teori utilitarianisme, suatu tindakan dianggap baik jika tindakan tersebut
membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Dalam mengukur akibat
dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah jumlah
kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan. Kegunaan individu itu terletak pada
kontribusi tindakannya bagi kebahagiaan. Semua hal yang mendatangkan
kebahagiaan secara etik baik karena cenderung menghasilkan kesenangan atau
mengurangi rasa sakit dan penderitaan.
Apabila dikaitkan dengan kode etik psikologi, maka seorang psikolog yang
memegang etika ini dapat melaksanakan tugasnya sepenuh hati dan berempati
dalam membantu penyelesaian masalah seorang klien. Psikolog akan melandaskan
terapi/konseling nya dengan memegang asas dan menggunakan berbagai macam
teknik yang relevan atas kasus klien sehingga bisa mendapatkan gambaran yang
positif dan mengurangi rasa sakit atas apa yang mereka alami.
- Etika Altruisme
Altruisme adalah suatu tindakan yang peduli pada individu lain atau
mengutamakan kepentingan individu lain dengan mengorbankan kepentingan
dirinya. Altruisme adalah tindakan atau perilaku yang merefleksikan
pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri demi kebaikan atau manfaat
dan kesejahteraan individu lain tanpa mengharapkan imbalan, balasan sosial
maupun materi dalam bentuk apapun bagi dirinya sendiri.
Apabila dikaitkan dengan kode etik psikologi, misalnya ada seorang psikolog
yang memberikan akses gratis bagi klien yang tidak mampu. Hal ini dilakukan
agar semua orang berhak mendapatkan bantuan untuk kesejahteraan kesehatan
mentalnya secara adil.
- Etika Egoisme
Inti dari etika egoisme adalah bahwa tindakan atau perilaku dari setiap individu
pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan
dirinya sendiri. Karena itu satu-satunya tujuan dan juga kewajiban moral setiap
pribadi adalah untuk mengejar kepentingannya dan memajukan diri sendiri.
Apabila dikaitkan dengan kode etik psikologi, misalnya ada seorang sarjana
psikologi yang menggunakan lisensi palsu dan mengaku-ngaku sebagai psikolog
profesional dengan tujuan mendapat keuntungan dari hasil terapinya. Padahal,
bagi lulusan S1 mereka masih belum memiliki kuasa penuh dalam melakukannya.
Hal ini diterapkannya hanya semata-mata agar dipandang penting dan
mendapatkan uang yang banyak.
Daftar Pustaka

Arenda, F., Kayana, K. A., Rohmah, E. M., Febriani, S., Glorino, M., Pandin, R., Media, S.,
& Tok, T. (2020). The Importances of Ethics of Communicating in Social Media Tik Tok
Pentingnya Etika Dalam Berkomunikasi Di Sosial Media Tik Tok. 1–23.

Baron, R.A. & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2. Erlangga.

Kurniati, P., & Atiqah, N. Tinjauan Etika dan Governance Pada Bisnis Halal Di Indonesia.
JAAKFE UNTAN (Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Tanjungpura), 10(2), 01-10. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jaakfe

Langitan, F.W. (2021). Buku Ajar Etika Layanan. Penerbit NEM

Musri, Musri & Rizki A. Mulia. (2022). Etika Administrasi Publik. Edited by Saputra, Nika,
Eureka Media Aksara.

Rahman, A., Juanda, J., & Latifah, E. D. (2021). ANALISIS TEORI ETIKA TENTANG
SOSOK WARGA NEGARA YANG BAIK. LENTERA (Jurnal: Sains, Teknologi,
Ekonomi, Sosial dan Budaya), 5(3).

Weruin, U. U. (2019). Teori-Teori Etika Dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi Etika
Bisnis. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis, 3(2), 313.
https://doi.org/10.24912/jmieb.v3i2.3384

Anda mungkin juga menyukai