Anda di halaman 1dari 9

BAB III

PENYELENGGARAAN BIMBINGAN

DAN KONSELING DI SEKOLAH

A. Model- model Bimbingan dan Konseling dan Pola Dasar Bimbingan

Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan bermula


dari gerakan bimbingan dan konseling di Amerika yang dikembangkan disejumlah
kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-
sekolah. Istilah model menurut Shertzer dan Stone (1981) yaitu suatu konseptualisasi
yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori
ilmiah.

Model-model itu dikembangkan oleh orang tertentu untuk menghadapi


tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan pendidikan
sekolah di AS.

Berikut adalah beberapa tokoh yang mengembangkan model-model bimbingan dan


konseling :

1. Frank Parsons yang menciptakan Vocational Guidance yang menekankan ragam


jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang
pekerjaan pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan
mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara
konseling.
2. John M. Brewer, (1932) yang mengembangkan ragam bimbingan seperti
bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral
dan bimbingan perkembangan.
3. Donal G. Patterson, (1938) dalam konseling yang dikenal dengan metode klinis,
menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli
dengan menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.
4. Ruth Strabf, (1963) yang berpandangan menyangkkut bimbingan melalui
wawancara konseling.
Kehas berpandangan sejumlah faktor yang menghambat konseptualisasi dan
pertanggungjawaban teoretis dari bimbingan di sekolah-sekolah Amerika yaitu :

1. Organisasi profesional dibidang bimbingan lebih banyak memperhatikan layanan


konseling dari pada layanan bimbingan pada umumnya.
2. Perbedaan konseptual antara mengajar dan membimbing masih kabur.
3. Pemikirannya teoritis
4. Terdapat anggapan

B. Pola-pola Bimbingan
Menurut hasil analisis Edward C. Glanz, (1964) dalam sejarah perkembangan
bimbingan di institusi pendidikan muncul empat pola dasar yang diberi nama :
1. Pola Generalis
Corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kuantitas
usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada
perkembangan kepribadian masing-masing siswa.
2. Pola Spesialis
Pelayanan bimbimngan di institus pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli
bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan
bimbingan tertentu.
3. Pola Kurikuler
Kegiatan bimbingan di institusi pendidikan diusulkan dimasukkan dalam rangka
suatu kursus bimbingan.
4. Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental
Orang akan lebih hidup bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan
membina hubungan baik dengan orang lain.

C. Pendekatan atau Strategi Dasar


Robert H. Matheson (1962), membedakan tujuh pendekatan atau strategi dasar yaitu
sebagai berikut :
1. Edukatif versus Direktif, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dipandang sebagai
pengalaman belajar bagi siswa yang membantu mereka untuk menentukan sendiri
pilihan-pilihannya.
2. Kumulatif versus Pelayanan, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan dilihat
sebagai program yang kontinyu dan bersambung-sambung.
3. Evaluasi diri versus oleh orang lain, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan
dirancang untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluasi diri atas prakasa
sendiri.
4. Kebutuhan Individu versus Kebutuhan Lingkungan, yaitu di sisi satu pelayanan
bimbingan menekankan supaya kebutuhan-kebutuhan masing-masing siswa
dipenuhi.
5. Penilaian Subjektif versus Penilaian Objektif, yaitu di sisi satu pelayanan
bimbingan diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri terhadap
dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya.
6. Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, yaitu di satu
sisi pelayanan bimbingan diprogramkan sedemikian rupa sehingga semua
tantangan dan permasalahan diberbagai bidang kehidupan siswa tercakup di
dalamnya.
7. Koordinatif versus Spesialistik, yaitu di satu sisi ditangani oleh sejumlah tenaga
melakukan kerjasama dan harus bekerjasama erat dalam mendiskripsi ciri-ciri
suatu program bimbingan yang dilaksanakan pada institusi pendidikan.

D. Pola Umum 17 Plus


Pola dasar dalam bimbingan dan konseling yang saat ini dilaksanakan di
lingkungan pendidikan tingkat SLTP dan SLTA adalah sebagai berikut :
1. Wawasan Bimbingan dan Konseling
a. Konsep Dasar bimbingan dan Konseling
Dalam konsep dasar seorang konselor perlu memahami dan mendalami
tentang:
1) Perubahan dan perkembangan masyarakat
2) Modernisasi
3) Era globalisasi dan informasi
4) Dampak modernisasi, globalisasi, dan informasi
5) Derajat manusia di antar sekian makhluk
6) Dimensi kemanusiaan (individualitas, sosialitas, moralitas, dan
regiusitas)
7) Manusia seutuhnya
8) Sumber masalah
9) Peranan pendidikan
10) Peranan bimbingan dan konseling
11) Peraturan perundang-undangan sistem pendidikan nasional.
b. Fungsi bimbingan konseling
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling ada beberapa fungsi
pokoknya, yaitu :
1) Fungsi pemahaman
2) Fungsi pencegahan
3) Fungsi pengentasan
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
c. Landasan bimbingan konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa landasan, yaitu
sebagai berikut :
1) Landasan Filosofis
Pemikiran filosofis menitikberatkan pada pemahaman tentang hakikat
manusia. Pada landasan ini menuntut konselor bekerja secara cermat,
tepat, dan bijaksana.
2) Landasan Religius
Pemikiran religius menitik beratkan pada pemahaman tentang
keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta terhadap makhluk
Tuhan.
3) Landasan Psikologis
Pemikiran psikologis menitik beratkan pada pemahaman tentang
tingkah laku klien.
4) Landasan Sosial Budaya
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus dapat dilandasi
pertimbangan keanekaragaman sosial – budaya menuju masyarakat
lebih maju. Perbedaan latar belakang sosial – budaya yang beraneka
pada konseli menjadi tanggung jawab konselor agar tidak
disamaratakan dalam usaha membantu memecahkan persoalan klien.
5) Landasan Ilmiah dan Teknologi
Landasan ini membicarakan tentang sufat keilmuan bimbingan dan
konseling.
6) Landasan Paedagogis
Dalam landasan paedagosis dikemukakan bahwa tujuan pendidikan
dan tujuan bimbingan dan konseling memang dapat dibedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan.
d. Asas bimbingan dan Konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa asas,
diantaranya:
1) Asas kerahasiaan
2) Asas Kesukarelaan
3) Asas Keterbukaan
4) Asas Kekinian
5) Asas Kemandirian
6) Asas Kegiatan
7) Asas Kedinamisan
8) Asas Keterpaduan
9) Asas Kenormatifan
10) Asas Keahlian
11) Asas Alih Tangan, dan
12) Asas Tut Wuri Handayani
e. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Prinsip-prinsip dalam bimbingan dan konseling , ada empat hal yang menjadi
perhatian, yaitu :
1) Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan
2) Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
3) Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelayanan, dan
4) Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan

2. Bidang Bimbingan
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi empat bidang bimbingan, yaitu :
1) Bidang bimbingan pribadi
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami,
menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat sesuai
dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2) Bidang bimbingan sosial
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan
efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, warga lingkungan sosial yang
lebih luas.
3) Bidang bimbingan belajar
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan
belajar secara mandiri.
4) Bidang bimbingan Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pemantapan Karir
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
5) Bidang Kehidupan Berkeluarga
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam merencanakan
kehidupan keluarga, dan keragaman persoalan persiapan membantu keluarga.
6) Bidang kehidupan keagamaan
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik untuk menetapkan diri
dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan
pribadi dan sosial.

3. Layanan Bimbingan dan Konseling


Layanan Bimbingan dan Konseling meliputi sembilan layanan, yaiyu :
1) Layanan orientasi
Layanan orientasi ditujukan untuk semua siswa baru dan untuk pihak-pihak
lain guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan
sekolah yang baru dimasuki. Fungsi utama layanan orientasi ialah fungsi
pemahaman dan pencegahan.
Orientasi dalam bidang-bidang bimbingan meliputi :
1. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan pribadi kegiatannya meliputi
kegiatan pemberian orientasi tentang :
a. Fasilitas penunjang ibadah keagamaan yang terdapat di sekolah
b. Acara keagamaan yang menunjang pengembangan kegiatan
peribadatan
c. Hak dan kewajiban siswa termasuk pakaian sekolah
d. Layanan kesehatan
2. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan sosial, kegiatannya meliputi :
a. Suasana dan tata krama tentang hubungan sosial di sekolah
b. Peraturan dan tata tertib memasuki/menggunakan kantor, kelas,
perpustakaan, mushola, dsb.
c. Organisasi orang tua siswa dan guru
d. Adanya pelayanan bimbingan sosial bagi para siswa
3. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan belajar kegiatannya meliputi :
a. Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, jadwal pelajaran, guru-guru
setiap mata pelajaran.
b. Suasana belajar di sekolah pada umumnya yang perlu dikembangkan
c. Adanya pelayanan bimbingan belajar bagi para siswa.
4. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan karier kegiatannya meliputi :
a. Peran bimbingan dan konseling serta pelacakan karier di sekolah
menengah
b. Pelaksanaan bimbingan karier untuk siswa sekolah menengah
c. Kegiatan yang diharapkan dari siswa dalam pelaksanaan bimbingan
karier.
2) Layanan informasi
Layanan informasi bertujuan untuk membekali individu dengan
berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna
untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan
sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.

Mater layanan informasi dalam bidang bimbingan meliputi :

1. Layanan informasi dalam bidang bimbingan pribadi kegiatannya meliputi :


a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir
b. Perlunya pengembangan kebiasaan dan sikap dalam keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c. Perlunya hidup sehat dan upaya melaksanakannya.
2. Layanan informasi dalam bidang bmbingan sosial, kegiatannya meliputi :
a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan
pengembanagan hubungan sosial.
b. Cara bertingkah laku, tata krama, sopan santun dan disiplin di sekolah
c. Hak dan kewajiban warga negara
d. Pengenalan dan manfaat lingkungan yangg terjadi masyarakat sekitar
e. Pelaksanaan pelayanan bimbingan sosial.
3. Layanan informasi dalam bimbingan belajar, kegiatannnya meliputi :
a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja berkenaan dengan
pengembangan diri, keterampilan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
b. Cara belajar diperpustakaan, meringkas buku, membuat catatan, dan
mengulang pelajaran.
c. Pengajaran perbaikan dan pengayaan
4. Layanan informasi dalam bidang bimbingan karier, kegiatannya meliputi :
a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja berkenaan dengan
kemampuan dan perkembangan karier
b. Perkembanagan karier di masyarakat
c. Pelaksanaan pelayanan bimbingan karier bagi siswa
3) Layanan penempatan/penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi
dan pilihan yang tepat yaitu berkenaan dengan penjurusan kelompok belajar,
pilihan pekerjaan/karier, kegiatan ekstrakurikuler dsb. Fungsi utama layanan
penempatan dan penyaluran ialah fungsi pencegahan dan pemeliharaan.
1. Layanan penempatan dan penyaluran dalam bidang bimbingan
pribadi, kegiatannya meliputi :
a. Posisi duduk dalam kelas yang disesuaikan dengan kemampuan, bakat,
dan minat.
b. Posisi duduk dalam kelas yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan
pribadi siswa
c. Kegiatan ekstra kurikuler yang dapat digunakan sebagai penunjang
pengembangan kebiasaan dan sikap keagamaan.
2. Layanan penempatan dan penyaluran dalam bidang bimbingan sosial
kegiatannya meliputi :
a. Kelompok kegiatann bersama sehingga siswa mampu memberi dan
menerima serta berkomunikasi secara dinamis, kreatif, dan produktif
seperti organisasi kelas.
b. Kegiatan kesiswaan seperti kepengurusan OSIS kegiatan lapangan,
koperasi siswa, dan polisi lalu lintas di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai