berpikir, mausia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam
kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri sesuai dengan
Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk
idividu sesuia dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan
peserta didik pada pencapai Standar dan kemampuan profesional dan Akademis, serta
perkembangan dini yang sehat dan produktif dan didalam bimbinganya dan konseling
PEMBAHASAN
dengan sautu cara tertentu melhirkan hal –hal lain , yang keberadaanya tergantung
dari pemula itu, prisip ini merupakam hasil perpaduan antara kajian teoriitik dan teori
lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yanh
dimaksudkan.( Halaen,2002,: 63 )
pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yanh harus
di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan
sebagai seperangkat landassan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam
dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip
bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil – hasil teori dan praktek yang
bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalama praktis tentang
konseling.
tersendiri.
menyelesaikannya.
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-
penyelenggara pendidikan.
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan
nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh
1.
b. BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan
dinamis.
individu.
individu tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang
hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas yang berkenaan dengan :
1.
BK.
1.
terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini
akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli
1.
b. Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu
hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
d. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak amat
maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat
dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri
(Hanen, 2002).
5. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling disekolah dalam lapangan operasional
berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara
potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut
adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK secara resmi memang
ada disekolah, tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam kaitan ini
KESIMPULAN
Prinsip-prinsip BK merupakan pemanduan hasil-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan
(1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur jenis
(2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu dan
pokok pelayanan.
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi
mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun disekolah, dan yang
menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah kesenjangan sosial, ekonomi dan
kebudayaan.
- Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu;
individu, masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara berkelanjutan dari
keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan
- Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan
bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor profesional
yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke dalam program dan hubungan
dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk
membantu siswa dengan segenap variasinya disekolah, dan mampu bekerja sama serta
DAFTAR PUSTAKA
Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. PT
Prayitno dan Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta : Jakarta
Prinsip berasal dari kata “prinsipra” yang artinya permulaan dengan cara tertentu yang
melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya bergantung pada pemula itu. Prinsip bimbingan
dan konseling menguraikan pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program
pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanaan
bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai perngkat landasan praktis atau aturan main yang
harus diikuti dalam pelaksanann program pelayanan bimbinngan dan konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan,” prinsip merupakan hasil kajian teoritis dan telah lapangan yang
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, Arifin dan Ertikawati (1994) menjabarkan prinsip-
1) Prinsip-Prinsip Umum
dibimbing. Antara individu yang satu dengan yang lainnya berbeda. Demikian
Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu. Bimbingan dan
dengan kondisi.
Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program
pelaksananya harus bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait seperti
Artinya semua siswa baik yang memilki masalah sederhana hingga yang
kemampuannya masing-masing.
imformasi yang tersedia tentang individu atau siswa yang dibimbing beserta
berkelanjutan.
http://saifulq.blogspot.com/2012/11/prinsip-prinsip-bimbingan-dan-konseling.html
Kelompok 1
BAB 1
PEMBAHASAN
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering di rangkaikan bagaikan kata
majemuk. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang di lanjutkan dengan
kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung
hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah
satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di
dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan
bahwa terminology layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan
bimbingan saja.
Banyak ahli berusaha merumuskan pengerian bimbingan dan konseling. Dalam merumuskan
kedua istilah tersebut merekan memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan
tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini di kemukakan beberapa rumusan tentang isitilah
bimbingan.
Menurut Jones (1963), Guidance is the help of given by one person to another person in
making choice and adjustments and in solving problems. Dalam pengertian tersebut
terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang di
bimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada
Ini senada dengan pengertian bimbingan yang di kemukakan oleh Rochman Natawidjaja
(1978) :
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kerpada individu yang di lakukan secara
sangup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan
keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagian hidupnya serta
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu atau
hidupnya.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang di kemukakan oleh banyak ahli itu, dapat di
c. Bantuan yang di berikan itu di maksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
kemampuan/potensinya
d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut di perlukan petugas yang telah memiliki keahlian
kegiatan bimbingan menurut para ahli kurang tepat. menurut meraka yang lebih tepat adalah
konseling karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan-
kegiatan penyuluhan lain seperti dalam penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan
dalam keluarga berencana. Untuk menekankan kekhususannya itulah maka di pakai istilah
Bimbingan dan Konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak
semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan bimbingan mampu
Banyak ahli yang memberikan makna tentang konseling. Menurut James P.Adam yang di
Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang
seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dpat lebih baik memahami
dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang di hadapinya pada waktu itu dan
Bimo Walgito (1982: 11) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang di berikan
kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-
cara yang sesuai dengan keadaan individu yang di hadapi untuk mencapai kesejahteraan
hidupnya.
d. Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini di arahkan untuk memecahkan masalah
Kegiatan bimbingan dan konseling tersebut berbeda dengan kegiatan mengajar. Perbedaan itu
antara lain:
a. Tujuan yang ingin di capai pada kegiatan mengajar adalah di rumuskan terlebih dahulu dan
target pencapaian tujuan tersebut sama untuk seluruh siswa dalam satu kelas atau satu tingkat.
Dalam kegiatan bimbingan dan konseling target pencapain tujuan lebih bersifat individual
atau kelompok.
b. Pembicaraan dalam kegiatan mengajar lebih banyak di arahkan pada pemberian informasi,
atau pembuktian dalam suatu masalah, sedangkan pembicaraan dalam koseling lebih di
c. Dalam kegiatan mengajar, para siswanya belum tentu mempunyai masalah yang berkaitan
dengan materi yang di ajarkan, sedangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling pada
d. Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, bagi konselor di tuntut suatu keterampilan
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses
pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan social, sebagai
dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran,
tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di
sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar
Schemuller, 1969)
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin di rasakan oerlu keberadaannya di setia
sekolah. Hal ini di dukung oleh berbagai macam factor, seperti di kemukakan oleh Koestoer
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, di mana anak dalam waktu
2. Para siswa yang usianya relative masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam
memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam
kesulitan.
Keadaan konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang di
kutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu
belajar mengajar.
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang di temui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Olehh
karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat di pisahkan dengan kegiatan
sekolah.
Layanan bimbingan sangat di butuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat
terbantu, sehingga merekan dapat belajar lebih baik. Dalam kurikulum SMA tahun 1975
Buku III C di nyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa :
tinggi.
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang di lakukannya pada saat
sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri,
layanan bimbingan di sekolah sebenarnya sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri,
yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan social psikologis mereka,
Secara umum dapat di kemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah membantu
mengatsai berbagai macam kesulitan yang di hadapi siswa sehingga terjadi proses belajar
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya
dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali
kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar.
Sebagai pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat di ketahui dari
berbagai jenis gejalanya seperti di kemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :
3. Menunjukkan sikap yang kurang wajar; suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan
4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu, dan
sebagainya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia
mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak
mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu.
Apabila masalhnya itu belum teratasi, mereka mungkin tidak akan dapat belajar dengan baik,
Dalam kondisi sebagaimana di kemukakan di atas, maka bimbingan dan konseling dapat
1. Bimbingan belajar
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu di dasarkan atas
yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut
1. Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan
3. Kegiatan bimbingan di laksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan yang
di bimbing.
4. Bimbinan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang di bombing
5. Bimbingan adalah sutau kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-
6. Pelayanan di tujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah
saja.
layanan bimbingan dan konseling. Sebagai suatu kegiatan yang bersifat professional. Dasar
ini menentukan pendekatan (approach) yang di tempuh dalam membantu klien memecahkan
masalahnya.
Dalam bidang bimbingan pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat
jasmani dan rohani. Dalam bidang bimbingan social, membantu siswa mengenal dan
berhubungan dengan lingkungan social yang di landasi budi pekerti yang luhur, tanggung
jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bimbingan pribadi social berarti bimbingan dalam
sendiri dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian
waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, amntap dan mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang ini dapat di rinci
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan
kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
c. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan
ambilnya.
g. Pemantapan dalam perencenaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah
maupun jasmaniah.
Dalam bidang bimbingan social, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa
mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang di landasi budi pekerti yang
luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dapat dirinci menjadi
pokok-pokok berikut :
a. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara
efektif
sekolah, amupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata karma, sopan santun,
serta nilai-nilai agama, adat, hokum, ilmu dan kebiasaan yang berlaku
d. Pemantapan hidup yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya, baik si
sekolah yang sama, di sekolah yang lain, di luar sekolah, maupun di masyarakat pada
umunya
e. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara
Bimbingan belajar atau akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang
tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran
Sebagian besar waktu dan perhatian orang muda tercurahkan pada kepentingan belajar di
sekolah. Keberhasilan atau kegagalan dalam belajar akademik berarti sekali bagi orang muda.
Seperti banyak kehidupan yang lain, belajar di sekolah pada zaman sekarang juga menjadi
makin kompleks, baik dalam jenis-jenis dan tingkatan-tingkatan program studi maupun
dalam hal materi yang harus di pelajari. Kekeliruan dalam memilih program studi di tingkat
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dapat membawa akibat yang fatal bagi
kehidupan seseorang. Cara-cara belajar yang salah mengakibatkan, bahwa materi program-
program studi tidak di kuasai dengan baik, sehingga dalam mengikuti program studi
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif baik dalam
mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber
penilaian.
b. Pemantapan system belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.
d. Pemantapan pemahaman dan pemantapan kondisi fisik, social dan budaya yang ada di
lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan
pengembangan diri.
Dalam kenyatan, pelaksanaan bimbingan belajar di hadapkan pada banyak kesulitan dan
hambatan. Sebagian dari hambatan itu timbul karena keadaaan dunia pendidikan sekolah di
Negara Indonesia yang masih dalam taraf perkembangan; sebagian timbul karena sikap
keluarga yang mengharapkan ini dan itu atau kurang mendukung usaha belajar anak;
sebagian timbul karena sikap siswa dan mahasiswa sendiri yang kurang mampu mengatur
dirinya sendiri; sebagian lagi timbul karena guru kurang mampu dalam mengelola proses
belajar-mengajar (W.S.Winkel,1997:141). Dalam menghadapi kenyataan seperti itu, tenaga
bimbingan harus menunjukkan fleksibilitas yang besar, yaitu di satu pihak memahami situasi
siswa dan mahasiswa, namun di lain pihak mendorong supaya tidak menyerah terhadap
situasi begitu saja. Misalnya, kepada siswa-siswi di kelas XII dapat di sarankan untuk
memikirkan ebberapa alternative pilihan program studi lanjutan dalam urutn prioritas.
Dengan demikian, mereka lebih siap menghadapi kenyataan dan tidak jatuh korban terrhadap
Bimbingan karier ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan,
dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri suupaya
siap memangku jabatan itu; dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari
lapangan kerja yang telah di masuki (W.S.Winkel,1997:139). Bagi siswa dan yang masih
belajar di SMP, SMA/SMK, aspek yang terakhir belum relevan. Bidang pekerjaan sangat
bermakna dalam kehidupan seseorang; sebagian besar waktu dan perhatian di curahkan pada
bidang pekerjaannya. Kebanyakan keluarga sudah tidak mampu mendampingi anak muda
dalam segala seluk-beluk persiapan memangku jabatan tertentu. Dalam hal ini peranan
sekolah menjadi semakin penting, baik dalam menyediakan berbagai program studi sebagai
persiapan untuk memasuki dunia pekerjaan, maupun dalam menyajikan beraneka kegiatan
Dalam bidang bimbingan karier, membantu siswa merencanakan dan mengembangkan masa
kembangkan.
b. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya karier yang di
kembangkan.
c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk
d. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan
a) Peserta didik dapat mengenal karakteristik diri (minat, nilai, kemampuan, dan ciri
kepribadian)
b) Peserta didik memperoleh pemahaman tentang berbagai hal terkait dengan dunia (karir-
c) Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yang tersedia yang
a) Layanan individual
1. Konferensi karir
Konferensi karir dilakukan dengan mengikuti salah satu pola di bawah ini, yaitu :
a) Pola pertama, menyisihkkan waktu selama satu jam atau lebih di luar hari sekolah tiap
semester.
b) Pola kedua, Menyediakan waktu sehari penuh atau lebih seriap semester untuk
mengadakan konferensi.
c) Pola ketiga, Menyediakan jadwal konferensi dengan mengadakan pertemuan sekali setiap
semiinggu.
d) Pola kempat, Mengadakan pecan bimbingan karir selam satu minggu terus menerus.
Kelompok 2
1. Pengertian Prinsip
Prinsip berarti asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, pedoman bertindak), dan
dasar. Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan
bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan,
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran
pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, dan
penyelenggaraan pelayanan. Beberapa prinsip bimbingan dan konseling dari berbagai sumber
antara lain:
a. Prinsip-Prinsip Umum
1) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah
diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian
2) Perlu dikenal dan dipahami perbedaan dari individual individu-individu yang dibimbing,
ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
bersangkutan.
8) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta
mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara
b. Prinsip-Prinsip Khusus
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah peserta didik (individu-individu), baik
dalam hal umurnya, jenis kelaminnya, status sosial ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat
dan jabatannya, keterikatannya terhadap suatu lembaga tertentu, dan variasi-variasi lainnya.
Berbagai variasi itu menyebabkan individu yang satu berbeda dari yang lainnya. Masing-
masing individu adalah unik. Secara lebih khusus, yang menjadi sasaran pelayanan pada
umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, tetapi secara lebih nyata dan
langsung adalah sikap dan tingkah lakunya. Sikap dan tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi diri sendiri, serta kondisi
lingkungannya. Variasi dan keunikan individu, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta
sikap dan tingkah laku individu dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong
a) Bimbingan dan konseling melayani individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
b) Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang
terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik. Oleh karena itu,
pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksan pribadi
individu.
individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai
d) Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor
yang secara potensial mengarah kepada pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh
karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan penyesuaian
perkembangan individu.
e) Meskipun individu yang satu dengan yang lainnya adalah serupa dalam berbagai hal,
perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan
memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik mereka itu
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu
masalah tertentu pada diri individu. Masalah-masalah yang timbul sangat bervariasi. Secara
ideal pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu semua individu dengan berbagai
masalahnya itu. Namun, sesuai dengan keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri, pelayanan
bimbingan dan konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas.
a) Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan bidang
perkembangan dan kehidupan individu, tetapi bidang bimbingan pada umumnya dibatasi
hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya dirumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan
pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
individu.
b) Keadaan sosial, ekonomi, dan politik yang kurang menguntungkan merupakan faktor salah
satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian seksama dari para konselor
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling baik diselenggarakan secara insidental maupun
terprogram. Pelayanan insidental diberikan kepada klien-klien yang secara langsung (tidak
terprogram atau terjadwal) kepada konselor untuk meminta bantuan. Konselor memberikan
pelayanan kepada klien secara langsung pula sesuai dengan permasalahan klien pada waktu
mereka itu datang. Konselor memang tidak menyediakan program khusus untuk mereka.
Klien-klien insidental seperti itu biasanya datang dari luar lembaga tempat konselor bertugas.
Pelayanan insidental itu merupakan pelayanan konselor yang sedang menjalankan praktek
pribadi.
Untuk warga lembaga tempat konselor bertugas, yaitu warga yang pemberian pelayanan
dituntut untuk menyusun program pelayanan. Program ini berorientasi kepada seluruh warga
lembaga itu (misal sekolah atau kantor) dengan memperhatikan variasi masalah yang
mungkin timbul dan jenis layanan yang dapat diselenggarakan, rentangan dan unit-unit waktu
yang tersedia (misalnya caturwulan, atau semester, atau bulan), ketersediaan staf,
dan faktor-faktor lainnya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di lembaga tersebut.
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konseling itu adalah
seebagai berikut:
a) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan
pengembangan. Oleh karena itu, program pengembangan bimbingan dan konseling harus
disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara
menyeluruh.
b) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga
berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa. Disekolah misalnya, dari
teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang bersifat insidental maupun
terprogram) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini, selanjutnya
diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli di bidangnya, yaitu
konselor profesional. Konselor yang bekerja di suatu lembaga yang cukup besar (misalnya
didalam maupun diluar tempat konselor bekerja perlu dikembangkan secara optimal. Prinsip-
a) Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu. Oleh karena
itu, pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan klien agar
mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapai setiap kesulitan atau permasalahan
yang dihadapinya.
b) Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh klien
hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor.
c) Permasalahan khusus yang dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani oleh (dan
kalau perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan
d) Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu, dilaksanakan oleh
tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus dalam bidang bimbingan
dan konseling.
e) Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan
dan konseling. Oleh kerana itu, kerja sama antara konselor dengan guru dan orang tua sangat
diperlukan.
f) Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena itu,
g) Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh mungkin
hendaknya dilakukan, dan himpunan data yang memuat hasil pengukuran dan penilaian itu
dan minat, dan berbagai ciri kepribadian hendaknya dikumpulkan, disimpan, dan
dipundak seorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam
pendidikan bimbingan dan konseling, bekerja sama dengan staf dan personal, lembaga
ditempat bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan
konseling.
j) Penilaian periodik perlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan. Kesuksesan
program yang sedang disediakan (baik pihak-pihak yang melayani maupun yang dilayani),
dan perubahan tingkah laku klien yang pernah dilayani. (Prayitno & Erman Amti, 2004: 218-
223)
1. Pengertian Asas
Asas berarti dasar (sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat), dasar cita-cita
(perkumpulan atau organisasi), dan hukum dasar. Sedangkan asas-asas bimbingan dan
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional itu
harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-
ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu
diikuti dan terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila asas-asas itu diabaikan atau
dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan
bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam
pelayanan, serta profesi bimbingan dan konseling itu sendiri. Asas-asas yang dimaksud
a. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien (peserta didik) kepada konselor (guru pembimbing)
tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak
boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci
dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka
penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak,
terutama penerima bimbingan klien, sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa
bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat
memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, sehingga
akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien dan para calon klien. Mereka
takut meminta bantuan sebab khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan
gunjingan. Apabila hal terakhir itu terjadi, maka tamatlah pelayanan bimbingan dan
konseling ditangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.
b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si
terbimbing atau klien maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara sukarela dan rela
tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya serta
mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu
kepada konselor. Konselor hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau
c. Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik
keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan ini bukan hanya
sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, tetapi juga diharapkan masing-masing pihak
yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu
yang membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus
terang tentang dirinya sendiri, sehingga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian
Keterusterangan dan kejujuran klien akan terjadi jika klien tidak lagi mempersoalkan asas
dan benar-benar mengharapkan bantuan dari konselornya. Lebih jauh keterbukaan akan
Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien diharapkan pertama-tama mau
membuka diri sendiri, sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh orang lain
(konselor) dan keduanya mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan
masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak konselor, keterbukaan terwujud dengan
konselor sendiri jika hal itu dikehendaki oleh klien. Dalam hubungan yang bersuasana seperti
d. Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan
masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa
yang akan datang. Apabila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masalah lampau dan/atau
masalah yang akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang
diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalah merupakan latar belakang dan/atau latar
depan dari masalah yang dihadapi sekarang, sehingga masalah yang sedang dialami dapat
terselesaikan. Dalam usaha yang bersifat pencegahan, pada dasarnya pertanyaan yang perlu
dijawab adalah “apa yang perlu dilakukan sekarang”, sehingga kemungkinan yang kurang
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda
pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya adanya
siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan.
Konselor harus mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain-lain. Jika dia benar-
benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan batuannya kini, maka konselor
harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk
kepentingan klien.
e. Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing setelah
5) Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil
konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling dan hal itu disadari baik oleh
f. Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien
melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha
bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien, sehingga
klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah
Asas ini merujuk pada pola konseling “multidimensional” yang tidak hanya mengandalkan
transaksi verbal antara klien dengan konselor. Dalam konseling yang berdimensi verbal pun
asas kegiatan masih harus terselenggara, yaitu klien mengalami proses konseling dan aktif
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar klien yang menjadi sasaran pelayanan
hal ini konselor perlu mendorong klien untuk aktif dalam setiap pelayanan/ kegiatan
g. Asas Kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar
mengulang hal yang lama, yang bersifat menonton, melainkan perubahan yang selalu menuju
ke suatu pembaharuan, suatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan
klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang,
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
h. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian klien.
Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya
tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Disamping
keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan. Hendaknya aspek layanan yang satu jangan sampai tidak serasi dengan aspek
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang
dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan
serasi dan saling menunjang dalam upaya layanan bimbingan dan konseling.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara konselor dan pihak-
pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/ kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,
baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu, maupun
kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi dan layanan harus sesuai dengan
norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan jika isi dan pelaksanaannya
Ditilik dari permasalahan klien barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan konseling
yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggar norma
tertentu), tetapi justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah tingkah laku yang
melanggar norma itu diarahkan kepada lebih bersesuaian dengan norma. Lebih jauh, layanan
tersebut.
j. Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik
dengan menggunakan prosedur, teknik, dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling)
yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya, sehingga dengan
itu dapat dicapai keberhasilan pemberian layanan. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah
pelayanan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik
Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana
bidang bimbingan dan konseling), juga kepada pengalaman. Teori dan praktek bimbingan
dan konseling perlu dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus benar-benar
menguasai teori dan praktek konseling secara baik. Keprofesionalan konselor harus terwujud
baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alihtangan jika konselor sudah
bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim individu kepada petugas atau badan yang lebih ahli. Disamping itu asas ini juga
masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan dan setiap masalah
ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu. Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu
kepada bimbingan dan konseling hanya memberikan kepada individu-individu yang pada
dasarnya normal (tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang
Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan
demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. Demikian
juga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan
hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan
keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin
dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada
waktu klien mengalami masalah dan menghadap pada konselor saja, tetapi diluar hubungan
proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya manfaat pelayanan
Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan
secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan atau dikemudiankan dari
yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu
merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan konseling.
Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling akan tersendat-sendat atau bahkan berhenti sama sekali. (Priyatno, 2004: 114-
120)
3. Pelaksanaan Asas dan Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah Saat Ini
Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang
dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur
karena sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar
yang tinggi. Para siswa yang sedang dalam tahap perkembangan memerlukan segala jenis
Namun, harapan akan tumbuh kembangnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
sering kali masih tetap harapan saja. Pelayanan bimbingan dan konseling secara resmi
memang ada di sekolah, tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam kaitan ini,
Belkin (1975) menegaskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuh kembangkan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu :
a. Pertama, konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas
dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut. Konselor juga
memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk mengetahui
keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa. Dalam
hal ini, konselor harus menonjolkan keprofesionalannya, tetapi tetap menghindari sikap elitis
profesional dan menerjemahkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata. Konselor harus juga
mampu dengan sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa akan bekerja
sama tentang tujuan yang hendak dicapai oleh konselor serta tanggung jawab yang terpikul di
pundak konselor.
d. Keempat, konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal,
memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari
khalayak ramai, serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor
siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang
kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan
lainnya.
f. Keenam, konselor harus mampu bekerja sama secara efektif dengan kepala sekolah,
Konselor memiliki kesempatan yang baik untuk menegakkan citra bimbingan dan konseling
profesional apabila memiliki hubungan yang saling menghargai dan saling memperhatikan
bimbingan dan konseling disekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor professional
yang tahu dan mau bekerja, memiliki program nyata dan dapat dilaksanakan, sadar akan
profesinya, dan mampu menerjemahkannya ke dalam program dan hubungan dengan sejawat
dan personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa
dengan segenap variasinya di sekolah, dan mampu bekerja sama, serta membina hubungan
yang harmonis dinamis dengan kepala sekolah. Konselor yang demikian itu tidak akan
muncul dengan sendiri, melainkan melalui pengembangan dan peneguhan sikap dan
Ada beberapa prinsip yang menjadi pegangan konselor dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling di sekolah, antara lain. Bimbingan dan konseling membantu peserta didik
kepentingan masyarakat.
d. Layanan bimbingan dan konseling melayani semua kebutuhn peserta didik secara meluas.
e. Proses bimbingan dilaksanakan secara demokratis dan diarahkan agar peserta didik
memiliki kemampuan untuk mencari keputusan akhir oleh peserta didik sendiri.
f. Dalam bimbingan dan konseling peserta didik dibantu untuk mengembangkan kemampuan
membimbing diri sendiri.
g. Kepribadian, keahlian, dan pengalaman konselor sangat memegang peranan penting dalam
j. Pelaksanaan bimbingan dan konseling membutuhkan kerjasama yang erat dengan seluruh
Holins dan Hollins (dalam Laksmi, 2003: 3-4) mengemukakan beberapa prinsip bimbingan
bimbingan), yaitu:
d. Sikap dan persepsi pribadi dari individu merupakan dasar dari perbuatan individu.
f. Individu memiliki kemampuan bawaan untuk dan dapat dibantu dalam melakukan pilihan
yang akan menuntunnya kepada pengarahan diri yang sejalan dengan penyempurnaan sosial.
g. Individu membutuhkan proses bimbingan sejak masa kanak-kanak sampai usia dewasa.
h. Tiap individu pada suatu saat membutuhkan bantuan yang bersifat informasi dan pribadi
daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu manajemen Bimbingan
Manajemen diperlukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling karena beberapa alas an,
yaitu: untuk mencapai tujuan, untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang
saling bertentangan (jika ada), dan untuk mencapai efesiensi dan efektivitas. Menurut Peter
Drucker dalam T. Hani Handoko (1999), efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar
(doing the right things), sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar
a. Perencanaan (planning)
perencanaan yang matang dan sistematis mulai dari penyusunan program hingga
pelaksanaannya. Agar pelayanan bimbingan dan konseling memperoleh hasil sesuai tujuan
b. Pengorganisasian (Organizing)
model atau pola yang dianut oleh suatu sekolah. Sistem pengelolaan dan pengorganisasian
pelayanan bimbingan dan konseling di suatu sekolah tertentu bisa diketahui dari struktur
organisasi sekolah tersebut. Dari struktur organisasi dapat diketahui pola dan model yang
digunakan oleh sekolah, apabila sekolah hanya mempunyai satu orang guru pembimbing
maka model organisasi pelayanan BK terintegrasi dengan organisasi sekolah secara umum.
Tetapi apabila sekolah mempunyai banyak tenaga bimbingan, maka harus disusun organisasi
pelayanan BK. Fungsi ini dilaksanakan kepala sekolah dan koordinator layanan BK (jika
Dalam pelayanan dan bimbingan konseling berhubungan dengan bagaimana para personalia
atau orang-orang yang terlibat dalam aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling
ditetapkan, disusun, dan diadakan pembagian tugas (job description). Agar pelaksanaan
bimbingan dan konseling berjalan efektif dan efisien sehingga tujuannya dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah bersama koordinator layanan
Prinsip ini berkaitan dengan cara mengarahkan dan memimpin para personalia layanan
bimbingan dan konseling agar mereka bekerja sesuai dengan job atau bidang ugasnya
masing-masing.fungsi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah terutama jika sekolah tersebut
hanya mempunyai seorang guru Bimbingan Konseling. Apabila sekolah tersebut mempunyai
beberapa orang guru Bimbingan Konseling, maka harus ditunjuk salah seorang sebagai
e. Pengawasan (Controlling)
Prinsip ini berkaitan dengan cara melakukan pengawasan dan penilaian tehadap kegiatan
bimbingan dan konseling mulai dari penyusunan rencana program hingga pelaksanaannya.
Pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah tidak perli selalu seragam strukturnya.
Setiap sekolah bisa menyusun struktur organisasi bimbingan dan konseling sesuai dengan
besar kecilnya dan kepentingan sekolah bersangkutan dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
Perlu diingat bahwa organisasi yang baik bukanlah sesuai dengan tipe atau model, tetapi
sesuai dengan kekhasan kondisi dan situasi sekolah atau lembaga pendidikan yang
bersangkutan, dan dapat menampung serta mengatur mekanisme kerjasama yang harmonis
dan sinergis, serta memungkinkan dapat terselenggaranya layanan bimbingan dan konseling
a. Semua staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas,
staf sekolah) harus dihimpun dalam satu wadah, sehingga terwujud satu kesatuan bertindak
b. Mekanisme kerja bimbingan dan konseling harus tunggal, sehingga para siswa tidak
menjadi bingung karena adanya berbagai macam bentuk layanan bimbingan dan konseling
c. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-masing petugas bimbingan dan
konseling di sekolah harus dirinci dengan jelas dan tegas, sehingga masing-masing personil
bimbingan dan konseling akan memahami dan mengerti kewajiban dan tanggung jawabnya
sendiri.
Pola organisasi bimbingan dan konseling yang disarankan
1) Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di
sekolah.
bimbingan dan konseling kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah.
3) Guru mata pelajaran adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan serta bertanggung jawab
4) Siswa adalah peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan, dan pelayanan
6) BP3 adalah badan pembantu penyelenggaraan pendidikan berupa organisasi orang tua
b. Kewajiban dan tugas personil sekolah yang terkait dengan kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah
1. Kepala sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas kepala sekolah adalah
sebagai berikut:
Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling.
yang bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling pada
bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan ini dilampiri bukti fisik
Mengadakan kerjasama dengan instansi lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap sedikitnya 40 orang siswa, bagi kepala
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam hal-hal sebagai berikut:
personil sekolah.
dan konseling.
Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana, dan
sekolah.
4. Guru pembimbing
siswa.
Mengadakan penilaian proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian bimbingan dan konseling.
a. Para pengelola sekolah masih beranggapan bahwa tugas sekolah adalah mengajar, oleh
karena itu semua dana dan usaha dipusatkan untuk meluluskan sebanyak mungkin siswa agar
mereka mendapat ijazah untuk melanjutkan sekolah. Mutu sekolah diukur berdasarkan
jumlah siswa yang lulus dengan nilai ijazah yang baik. Sekolah yang seperti ini kurang
pada wali kelas / guru. Tetapi di pihak lain wali kelas dan guru tidak mempunyai cukup
b. Kepala sekolah dan guru masih belum memiliki pengetahuan yang benar mengenai
peranan dan kedudukan program bimbingan dalam kesatuannya dengan program pendidikan
di sekolah. Di pihak lain kepala sekolah memberikan tugas kepada petugas bimbingan yang
c. Banyak lembaga pendidikan konselor, seperti IKIP, kurang memberikan bekal praktek
bimbingan kepada para calon petugas bimbingan. Akibatnya setelah lulus dan bertugas di
lapangan, para petugas bimbingan kurang memahami tugas pokoknya. Mereka sibuk daftar
pribadi dan membantu tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi sekolah, termasuk
melakukan tugas disiplin sekolah. Para siswa menangkap bahwa sifat BP sebagai pusat
d. Nama staf bimbingan memberikan kesan kepada guru bahwa fungsi bimbingan telah
memiliki spesifikasi. Oleh karena itu mereka bebas dari tugas membimbing siswa, jika
menemukan siswa yang nakal, mereka menyerahkan / menyusun siswa yang nakal tersebut
Banyak petugas bimbingan bukan lulusan studi psikologi pendidikan dan bimbingan banyak
sarjana pendidikan non BP diberi tugas sebagai konselor sekolah. Mereka umumnya guru
yang berhasil mencapai gelar sarjana pendidikan. Akibatnya banyak program bimbingan
tidak terlaksana dengan baik, bahkan banyak yang melanggar prinsip-prinsip bimbingan,
Untuk menyatukan pandangan tentang kode etik jabatan, berikut ini dikemukakan suatu
rumusan dari Winkel (1992): “Kode etik jabatan ialah pola ketentuan/aturan/tata cara yang
Sehubungan dengan itu, Bimo Walgito (1980) mengemukakan beberapa butir rumusan kode
1) Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang bimbingan dan
2) Pembimbing harusnya berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang
sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau wewenangnya. Karena itu,
pembimbing jangan sampai mencampuri wewenang serta tanggung jawab yang bukan
wewenang serta tanggung jawabnya.
3) Oleh karena pekerjaan pembimbing langsung berkaitan dengan kehidupan pribadi orang
(1) Menggunakan tenaga-tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
(3) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi
klien.
(4) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien tersebut.
e) Meminta bantuan ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau di luar keahliannya
ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling.
f) Pembimbing harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang berat yang memerlukan
pengabdian penuh.
Di samping rumusan tersebut, pada kesempatan ini dikemukakan rumusan kode etik
bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yang
pembimbing/konselor sendiri.
c) Pembimbing/konselor tidak membedakan klien atas dasar suku bangsa, warna kulit,
kepercayan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbing/konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti
mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
g) Pembimbing/konselor memiliki sifat tanggung jawab, baik terhadap lembaga dan orang-
h) Pembimbing/konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin. Dalam hal ini dia
tingkah laku orang, serta teknik dan prosedur layanan bimbingan guna memberikan layanan
dengan sebaik-baiknya.
j) Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan
pembimbing menjaga kerahasiaan ini. Data ini hanya dapat disampaikan kepada orang yang
berwenang menfsirkan dan menggunakannya, dan hanya dapat diberikan atas dasra
persetujuan klien.
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang
membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf inteligensi, minat, bakat,
dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
m) Data hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh dari
sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi lainnya itu.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes
o) Hasil psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai dengan alasan-alasan
tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada pihak lain, sejauh pihak yang
diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak merugikan klien
sendiri.
Kelompok 3
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program
bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang
dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).
Rochman Natawidjaja Dn Moh. Surya (1985) menyatakan program bimbingan yang disusun
diperlukan;
mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tetap; dan
d) Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk
Pendapat di atas, menekankan perlunya rumusan program bimbingan yang jelas dan
sistematik. Keberhasilan dalam merumuskan program yang demikian, merupakan titik awal
dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985)
seperti berikut :
a) Tahap persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survei untuk menginventarisasi tujuan,
kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin
sekolah. Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya program
bertugas merumuskan tujuan program bimbingan yang akan di susun, mempersiapkan bagan
organisasi dari program tersebut, dan membuat kerangka dasar dari program bimbingan yang
akan disusun.
Melalui empat langkah tersebut diharapkan program bimbingan itu dapat di wujudkan dengan
baik.
dikemukakan itu, berikut ini dapat pula disajikan langkah-langkah penyusunan program
personel sekolah lainnya guna mendapatkan masukan (input) mengenai berbagai hal yang
b) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan
dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan ini juga ditentukan personalia yang akan melaksanakan
c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan
tersebut.
f) Setelah program dilaksanakan, perlu diadakan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui bilamana ada bagian-bagian yang tidak terlaksana dan seterusnya dicari factor
penyebabnya.
g) Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan penyempurnaan (revisi) untuk
program berikutnya.
Demikian seterusnya, sehingga terwujudlah program bimbingan yang lebih sempurna.
Terciptanya program bimbingan yang baik telah merupakan sebagian dari keberhasilan
perkembangn tertentu.
atau bimbingan individual, bimbingan pribadi, bimbingan akademik atau bimbingan karir,
dan sebagainya.
pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai dengan karakteristiknya. Selain itu,
program bimbingan hendaknya disesuaikan dengan keadaan individu yang akan dilayani
Pendidikan formal terendah adalah sekolah dasar (SD). Meskipun demikian menurut Winkel
layanan bimbingan. Hal ini, dikuatkan dalam Pedoman dan Penyuluhan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1980 Buku III C, dalam rangka pelaksanaan kurikulum
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah dasar lebih
menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara lain mengatur
yang dapat diterima oleh orang dewasa serta teman-teman sebayanya, mengembangkan
kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan membentuk kata hati (Winkel,
1991). Program bimbingan hendaknya mengacu kepada tujuan umum di SD yaitu memiliki
sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik, menikmati kesehatan jasmani dan rohani,
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan
pelajaran, bekerja di masyarakat, dan mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan
seumur hidup.
Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah dasar, Gibson dan Mitchell
b) Di SD masih menggunakan sistem guru kelas sehingga seandainya ada anak yang tidak
Program bimbingan dan konseling untuk siswa SMP hendaknya berorientasi kepada
perkembangan untuk siswa/anak pada tingkat SMP antara lain: menerima peranannya sebagi
pria atau wanita, memperjuangkan taraf kebebasan yang wajar dari orang tua dan orang-
orang dewasa lainnya, menambah bekal pengetahuan dan pemahaman untuk pendidikan
Hambatan dari pencapaian tugs-tugas perkembangan tersebut antara lain: kurang kepercayaan
diri, kurangnya kepekaan perasaan, sering timbulnya kegelisahan, dan kurangnya semangat
kerja keras.
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SMP hendaknya berorientasi kepada
b) Bimbingan tentang muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan
c) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya, maka program bimbingan
d) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
e) Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan ataupun
pekerjaan.
Cole (1959) mengemukakan beberapa tugas-tugas perkembangan pada usia remaja (siswa
1. Kematangan emosional
5. Kematangan intelektual
Pogram bimbingan di perguruan tinggi agak berbeda dengan program yang ada di lembaga
pendidikan yang lebih rendah (sekolah). Hal ini disebabkan karena adanya hal-hal yang lebih
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah, konselor beserta personel
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa aspek, yaitu: (1) pengumpulan
data, (2) pengklasifikasian, (3) pendokumentasian, (4) penyimpanan, (5) penyediaan data
yang diperlukan, dan (6) penafsiran. data yang perlu diproses adalah data tentang keadaan
siswa disekolah yang meliputi : (a) kemampuan akolastik (bakat khusus, hasil belajar,
kepribadian, inteligensi, riwayat pendidikan), (b) cita-cita, (c) kebiasaan belajar, (d)
hubungan sosial, (e) minat terhadap mata pelajaran, (f) kesehatan fisik, (g) pekerjaan orang
Komponen ini terdiri dari : (1) pemberian orientasi kehidupan sekolah pada siswa baru, (2)
pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang dipandang memerlukannya,
(3) pemberian informasi jabatan kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi, dan (4) pemberian informasi pendidikan lanjutan.
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang sifatnya lebih pribadi.
Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu
d. Komponen pelaksana
Pelaksanaan jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru bidang
studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing.
e. Komponen metode/alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu dapat berupa :
tes pikologis, tes hasil belajar, dokumen, angket, kartu pribadi, brosur/poster, dan konseling
dan sebagainya.
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal ajaran, secara periodik, bilamana perlu
(insidental), akhir masa sekolah, awal semester atau waktu lain tergantung dari jenis/macam
Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang bersangkutan; guru, orang tua, teman-
teman siswa, sekolah, masyarakat ataupun instansi. Tergantung atas jenis data yang
dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta
Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu
1. Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh
2. Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh
3. Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh
4. Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh
5. Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan
pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program
mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung
b) layanan responsive
Keterkaitan keempat komponen program bimbingan dan konseling ini dapat digambarkan
pada gambar 1
Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua siswa
(for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang
normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau
dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu
siswa agar :
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya
Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya
membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan dasar
bimbingan dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang
juga materi yang dipandang utama bagi siswa SLTP/SLTA, yaitu yang menyangkut karir.
Materi-materi tersebut, di antaranya : (a) fungsi agama bagi kehidupan, (b) pemantapan
pilihan program studi, (c) keterampilan kerja profesional, (d) kesiapan pribadi (fisik-psikis,
jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (e) perkembangan dunia kerja, (f) iklim
kehidupan dunia kerja, (g) cara melamar pekerjaan, (h) kasus-kasus kriminalitas, (i)
b) Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan
Tujuan layanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan,
Tujuan layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan
Materi layanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dan
kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena
dipandang penting bagi perkembangan dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti kenginan
untuk memperoleh informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika,
Masalah siswa lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dialami atau
perkembangannya. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung
Layanan ini diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan
Layanan perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa agar (1) memiliki
pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan,
atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar, maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan,
Tujuan layanan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya
karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi atau materi perencanaan
individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan siswa untuk memahami secara khusus
ditujukan untuk memandu seluruh siswa, layanan yang diberikan lebih bersifat individual
karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-
akademik, karir, dan sosial-pribadi. Materi pengembangan aspek (a) akademik meliputi :
jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar
latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (c)
Ketiga komponen program, merupakan pemberian layanan BK kepada siswa secara langsung.
Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang
secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran
melalui pengembangan profesinal; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru,
staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan
penyelenggaraan layanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk
meliputi dua aspek, yaitu : (1) pemberian layanan, dan (2) kegiatan manajemen.
• Perencanaan
Perencanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling mengacu pada program tahunan
yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan. Perencanaan
kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling harian yang merupakan penjabaran dari
program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing
(c) jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan;(d pelaksana
layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat; dan (e) waktu dan tempat.
Rencana kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam
kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung
jawab konselor. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan
Konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran. Volume keseluruhan kegiatan
pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban
• Pelaksanaan
Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif
dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental dan keteladanan. Program
pelayanan Bimbingan dan Konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan
SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan
Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan di dalam dan di
luar jam pelajaran, yang diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah.
sekolah/madrasah dapat berbentuk: (1) kegiatan tatap muka secara klasikal; dan (2) kegiatan
non tatap muka. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk
kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.
Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan
dilaksanakan secara terjadwal. Sedangkan kegiatan non tatap muka dengan peserta didik
dapat berbentuk kegiatan tatap muka maupun non tatap muka dengan peserta didik, untuk
kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas. Satu
kali kegiatan layanan/pendukung Bimbingan dan Konseling di luar kelas/di luar jam
pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas. Kegiatan
50% dari seluruh kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling, diketahui dan dilaporkan
• Penilaian
Penilaian kegiatan bimbingan dan konseling terdiri dua jenis yaitu: (1) penilaian hasil; dan
(2) penilaian proses. Penilaian hasil kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dilakukan
melalui:
1. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan
pendukung Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang
dilayani.
2. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu
sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung
3. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan
sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung
Bimbingan dan Konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan
secara kualitatif.
BIMBINGAN DI SEKOLAH
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus
diperhatikan guru dalam proses belajar- mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan
pembimbing, yaitu:
a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa
memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri
untuk mandiri.
j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk
k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja.
berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat perhatian dan
penghargaan
d) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang
lebih baik
e) Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minatnya
Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas tugas bimbingan dalam
a) Melaksanakan kegiatan diagnostic kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari atau
mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, dengan cara:
i. Menandai siswa yang diperkirakan mengalami masalah, dengan jalan melihat prestasi
belajarnya yang paling rendah atau berada di bawah nilai rata-rata kelasnya
ii. Mengidentifikasi mata pelajaran dimana siswa mendapat nilai rendah (di bawah rata-rata
kelas)
iii. Menelusuri bidang/bagian dimana siswa mengalami kesulitan yang menyebabkan nilainya
rendah
iv. Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu pelajaran tambahan dengan bimbingan dari guru
b) Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-mengajar
atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas, antara lain :
• Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas
Dalam kegiatan-kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerjasama antara guru
dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru
dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimingan, sebaliknya
layanan bimbingan di sekolah perlu dukungan atau bantuan guru. Ada beberapa
pertimbangan, mengapa guru juga harus melaksanakan kegiatan bimbingan dalam proses
pembelajaran. Dalm hal ini, ochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat
1. Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung
dengan tujuan-tujuan pribadi siswa. Ini berarti guru dituntut untuk memahami harapan-
harapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya guru dapat menciptakan siatuasi belajar
atau iklim kelas yang memungkinkan siwa dapat belajar dengan baik.
2. Guru yang memahami siswa dan maslah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap
hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas. Guru
mempunyai kesempatan yang luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa yang
diperkirakan mempunyai masalah. Dengan demikian masalah-masalah itu dapat diatasi sedini
mungkin, sehingga para siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani oleh suatu
permasalahan.
3. Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata.
Berhubunga guru mempunyai kesempatan yang terjadwal untuk bertatap muka dengan para
siswa, maka ia akan dapat memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa,
yang menyangkut masalah pribadi siswa, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dalam
keadaan seperti itu peran guru dalam kegiatan bimbingan sangat penting.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan disekolah akan
lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah dalam proses
pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor)
Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan (1) kurangnya waktu
untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena tenaga konselor masih sangat terbatas,
sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang cukup banyak tidak bisa dilakukan secara
intensif dan (2) keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua
bentuk layanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan
sebagainya.
Dilain pihak guru juga mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Koestoer partowisastro
b. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah tugas
Di dalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru atau pihak-
Kegiatan semacam ini disebut dengan konferensi kasus (case conference). Bila guru menemui
masalah yang sudah berada di luar batas kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan
oleh konselor, dengan demikian pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas
DALAM LAYANAN BK
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman bimbingan dan Penyuluhan
dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri dari; (a) kepala sekolah, (b) penyuluh
pendidikan (konselor sekolah), (c) guru penyuluh atau wali kelas, (d) guru, dan (e) petugas
administrasi.
Dalam kurikulum tersebut dijelaskan rincian tugas masing-masing personil sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah mempunyai
(masyarakat).
6) Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam rangka kerja sama
pelaksanaan bimbingan.
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, konselor sekolah sangat
berperan. Adapun peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan dan
konseling, adalah:
konseling.
6) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri sendiri, lingkungan
8) Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana tindakan positif
terhadap siswa.
11) Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan menafsirkannya
bimbingan dan konseling dan memimpin usaha survei dalam masyarakat sekitar sekolah
13) Bersama guru menyusun pengalaman atau kegiatan-kegiatan ko-kurikule yang sesuai
14) Membanu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian metode
mengajar yang sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing siswa.
15) Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya dan terhadap
siswa ptus sekolah serta melakukan usaha penilaian lain yang berubungan dengan program
16) Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan mengadakan kunjungan rumah
(home visit).
20) Melakukan alihtangan (Referal) masalah siswa kepada lembaga atau ahli lain yang lebih
berwenang.
Wali kelas merupakan personel sekolah yang ditugasi untuk menangani masalah-masalah
yang dialami oleh siswa yang menjadi binaannya. Berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan
7) Memeberikan penerangan.
9) Memantau hubungan sosial siwa dengan individu lainnya dari berbagai segi, seperti
13) Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case conference).
d. Guru/Pengajar
Guru merupakan personel sekolah yang memiliki kesempatan untuk bertatap muka lebih
banyak dengan siswa dibandingkan dengan personel sekolah lainnya. Oleh sebab itu, peran
dan tanggung jawab guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolahan juga
1. Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan dan
konseling.
11. Mengirimkan (referal) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikannya kepada konselor.
e. Petugas Administrasi
Dari petugas administrasi di sekolah yang bersangkutan. Mengenai tugas dan tanggung jawab
observasi wawancara, riwayat hidup, sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah panggilan
Bidang bimbingan dan konseling yang ada selama ini telah banyak digeluti oleh berbagai
pihak dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Sebagian besar diantara mereka tidak
memiliki latar belakang pendidikan bidang bimbingan dan konseling. Di samping itu,
literature yang memberikan wawasan, pengertian, dan berbagai seluk beluk teori dan praktek
bimbingan dan konseling yang dapat memperluas dan mengarahkan pemahaman mereka itu
juga masih sangat terbatas. Melihat hal tersebut diatas, maka tak heran bila dalam
konseling yang sampai saat ini terjadi dalam pelaksanaan konseling tersebut yakni sebagai
berikut :
1. Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari
pendidikan.
Ada dua pendapat yang berebeda mengenai kaitan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
a. Bahwa bimbingan dan konseling sama saja dengan pendidikan. Jadi dengan sendirinya
sudah termasuk ke dalam usaha sekolah yang menyelenggararakan pendidikan. Sekolah tidak
perlu bersusah payah menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara mantap dan
lain dari pendidikan dan sama sekali tidak melihat pentingnya bimbingan dan konseling.
b. Bimbingan dan konseling harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga ahli
dengan perlengkapan yang benar-benar memenuhi syarat. Pelayanan ini harus secara nyata
Kedua pendapat tersebut diatas adalah pandangan-pandangan ekstrem yang perlu dievaluasi.
Memang secara umum bimbingan dan konseling di sekolah termasuk ke dalam ruang lingkup
upaya pendidikan, namun bukan berarti pengajaran (yang baik) saja akan menjangkau seluruh
misi pendidikan di sekolah. Sekolah juga harus memperhatikan kepentingan peserta didik
untuk bisa membuat mereka berkembang secara optimal. Maka dalam hal ini, peran
bimbingan dan konseling adalah menunjang seluruh usaha sekolah demi keberhasilan peserta
didik.
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah
yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah.
diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian. Konselor ditugaskan mencari siswa
yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswa yang
bersalah itu. Konselor didorong untuk mencari bukti-bukti atau berusaha agar siswa
mengakua bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada tempatnya atau kurang ajar, atau
mengisap ganja dan sebagainya. Dalam hubungan ini pengertian konselor sebagai mata-mata
yang mengintip segenap gerak-gerik siswa agar dapat berkembang dengan pesat.
Berdasarkan pandangan di atas, adalah wajar bila siswa tidak mau datang kepada konselor
karena menganggap bahwa dengan datang kepada konselor berarti menunjukkan aib, ia telah
berbuat salah, atau predikat-predikat negative lainnya. Padahal sebaliknya, dari segenap
anggapan yang merugikan itu, di sekolah konselor haruslah menjadi teman dan kepercayaan
pencurahan kepentingan siswa, apa yang terasa di hati dan terpikirkan oleh siswa. Petugas
bimbingan dan konseling bukanla pengawas ataupun polisi yang selalu mencurigai dan akan
menangkap siapa saja yang bersalah. Petugas bimbingan dan konseling adalah kawan
pengiring petunjuk jalan, pembangun kekuatan, dan Pembina tingkah laku positif yang
dikehendaki. Petugas bimbingan dankonseling hendaknya bisa menjadi si tawar si dingin bagi
siapaupun yang dating kepadanya. Dengan pandangan, sikap, ketrampilan, dan penampilan
konselor siswa aatau siapapun yang berhubungan dengan konsellor akan memperoleh suasana
Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka
pada umumnya klien sesuai dengan problem yang dialaminya, memerlukan pula pelayanan
lain seperti pembrian informasi, penempatan dan penyaluran, konseling, bimbingan belajar,
pengalih tangan kepada petugas yang lebih ahli dan berwenang, layanan kepada orang tua
siswa dan masayarakat, dan sebagainya. Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak
lanjut serta mensinkronisasikan upaya yang satiu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan
4. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat incidental.
Pada hakikatnya pelayan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang
lalu, sekarang, dan yang akan datang. Di samping itu konselor seyogyanya tidak hanya
Maka petugas bimbingan dan konseling harus terus memasyarakatkan dan membangun
suasana bimbingan dan konseling, serta mampu melihat hal-hal tertentu yang perlu diolah
segenap individu.
Bimbingan dan konseling tidak mengenal penggolonan siswa-siswa atas dasar mana
golongan siswa tertentu dalam memperoleh palayanan yang lebih dari golongan yang lainnya.
Semua siswa mendapat hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan dan
Petugas bimbingan dan konseling membuka pintu yang selebar-lebarnya bagi siapa saja siswa
Kalaupun ada penggolongan, maka penggolongan didasarkan atas klasifikasi masalah (seperti
kondisi klien (misalnya jenis kelamin, kelasa social/ekonomi, agama, suku, dan sebagainya).
Lebih jauh klasifikasi masala itu akan mengarah pada spesialisasi keahlian konseling tertentu
sesuai dengan permasalahan yang ada.
Ada asumsi bahwa bimbingan konseling hanya melayani orang-orang normal yang
mengalami masalah tertentu. Bukankah jika segenap fungsi yang ada pada diri seseorang
yang normal dapat berjalan dengan baik, dia akan dapat menjalin kehidupannya secara
normal pula? Kehidupan yang normal ini pasti menuju kebaikan dan kewajaran. Sayangnya,
bekerjanya fungsi-fungsi yang sebenarnya normal itu kadang-kadang terganggu atau arahnya
tidak tetap sehingga memerlukan bantuan konselor demi lebih lancar dan lebih terarahnya
Jika seseorang ternyata mengalami keabnormalan tertentu, apalagi kalau sudah bersifat sakit
jiwa, maka orang tersebut sudah seyogianya menjadi klien psikeater. Masalahnya ialah masih
seseorang mengalami keabnormalan mental atau ketidaknormalan jiwa, sehingga terlalu cepat
agar pergi saja ke psikeater. Hal ini tentu saja tidak pada tempatnya atau bahkan berbahaya.
Klien yang sebenarnya tidak sakit, tetapi oleh konselor dikirim ke dokter atau psikeater,
pertama-tama akan menganggap bahwa konselor tersebut sebenarnya ahli; keahlianya adalah
semua atau setidak-tidaknya diragukan. Sebagai akibatnya, klien tidak lagi mempercayainya.
Konselor-konselor yang demikian itu akan memudarkan citra profesi bimbingan dan
konseling. Kedua, klien berkemungkinan akan mempersepsi masalah yang dialaminya secara
salah. Atau mungkin akan memprotes pengiriman yang salah alamat itu dan memeberikan
Konselor yang memiliki kemampuan yang tinggi, akan mampu mendeteksi dan
mempertimbangkan lebih jauh tentang mantap atau kurang mantapnya fungsi-fungsi yang ada
pada klien, sehingga kliennya perlu dikirim kepada dokter atau psikiater atau tidak.
Penanganan masalah oleh ahlinya secara tepat akan memberikan jasmani yang lebih kuat bagi
keberhasilan pelayanan.
Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses yang
bekerja sendiri sarat dengan unsur-unsur budaya, social dan lingkungan. Oleh karenanya
pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerjasama
Di sekolah misalnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tidak berdiri sendiri.
Masalah itu seringkali terkait dengan orangtua siswa, guru dan pihak-pihak lain; terkait pila
dengan berbagai unsure lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab
itu, penanggulangan tidak dilakukan sendiri oleh konselor saja. Dalam hal ini peranan guru,
orang tua danpihak-pihak llain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai
menjalin hubungan kerjasama yang saling mengerti dan saling menunjang demi terbantunya
siswa yang mengalami masalah. Disamping itu. Konselor harus pula memanfaatkan berbagi
sumber daya yang ada dan dapat diadakanuntuk kepentingan pemecahan masalah siswa.
Sesuai asas kegiatan, disamping kinselor bertindak sebagai pusat penggerak bimbingan dan
konseling, pihak lainpun, terutama klien, harus secara langsung aktif terlibat dalam proses
tersebut. Lebih jauh, pihak-pihak lain hendaknya tidak membiarkan konselor bergerak dan
berjalan sendiri. Mereka hendaknya membantu kelancaran usaha pelayanan. Pada dasarnya
pelayanan bimbingan dan konseling adalah usaha bersama yang beban kegiatannya tidak
semata-mata ditimpakannpada konselor saja. Jika kegiatan yang pada dasarnya bersifat usaha
itu hanya dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini konselor, maka hasilnya akan kurang
Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dengan melihat gejala-gejala dan
atau keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun demikian, jika pembahasan masalah
itu dilanjutkan, didalami, dan dikembangkan, seringkali ternyata bahwa masalah yang
sebenarnya lebih jauh, lebih luas dan lebih pelik apa yang sekedar tampak atau disampaikan
itu. Bahkan kadang– kadang masalah yang sebenarnya, sama sekali lain daripada yang
tampak atau dikemukakan itu. Usaha pelayanan seharusnya dipusatkan pada masalah yang
sebenarnya itu. Konselor tidak boleh terpukau oleh keluahan atau masalah yang pertama
disampaikan oleh kien. Konselor harus mampu menyelami sedala-dalamnya masalah klien
yang sebenarnya.
10. Meneanggap pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakuka oleh siapa saja.
Pekerjaan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja, jika dianggap sebagai
pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara amatiran saja. Tapi jika pekerjaan
filosofi, tujuan, metode, dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara
professional, maka pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Salah satu ciri profesionalnya adalah pelayanan itu dilakukan oleh orang-orang yang ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan
11. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater.
Memang dalam hal-hal tertentu terdapat persamaan antara pekerjaan bimbingan dan
konseling dengan pkerjaan dokter atau pskiater, yaitu sama-sama menginginkan klien atau
pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya. Di samping itu, baik konselor maupun
dokter atau psikiater, memakai teknik-teknik yang sudah teruji pada bidang pelayananya
Namun demikian, pkerjaan bimbingan dan konseling tidaklah persis sama dengan pekerjaan
dokter atau psikiater. Baik dokter atau psikiater bekerja dengan orang sakit sedangkan
Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater ialah dengan memakai obat dan
resep serta teknik pengobatan dokter atau psikiater lainnya, sedangkan bimbingan dan
konseling memberikan jalan pemecahan masalah melalui jalan pengubahan orientasi pribadi,
perbaikan, serta teknik-teknik bimbingan dan konseling lainnya, sedangkan bimbingan dan
lainnya.
12. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat
Usaha-usaha bimbingan dan konseling bukanlah hal yang instant, tapi menyangkut aspek-
aspek psikologi/mental dan tingkah laku yang kompleks. Maka proses ini tidak bisa didesak-
desakkan agar cepat matang dan selesai. Pendekatan ingin mencapai hasil segera justeru
dapat melemahkan proses itu sendiri. Ini bukan berarti bahwa usaha bimbingan dan konseling
boleh santai-santai saja menghadapi masalah klien, karena proses bimbingan dan konseling
adalah hal yang serius dan penuh dinamika, maka harus wajar dan penuh tanggung jawab.
Petugas bimbingan dan konseling harus berusaha sebaik dan seoptimal mungkin dalam
Segala cara yang dipakai untuk mengatasi masalah harus disesuaikan dengan pribadi klien
dan berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara
Pada dasarnya, pemakaian suatu cara tergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat masalah,
tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan konseling, dan sarana yang
tersedia.
14. Memusatkan usaha bimbibingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi dan
Perlu diketahui bahwa perlengkapan dan sarana utama yang pasti ada dan dapat
dikembangkan pada diri konselor adalah ketrampilan pribadi. Dengan kata lain koselor tidak
inventori, angket, dan sebagainya). Petugas bimbingan dan konseling yang baik akan selalu
menggunakan apa yang dimiliki secar optimal sambil terus berusaha mengembangkan sarana-
15. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan
saja.
Berat atau ringannya sebuah masalah bukanlah hal yang mudah untuk ditetapkan. Oleh
karena itu, memberikan sifat ringan atau berat pada masalah yang dihadapi klien tidaklah
perlu, karena hal itu tidak akan membantu meringankan usaha pemecahan masalah. Yang
Apabila seluruh kemampuan konselor tidak bisa mengatasi masalah klien, maka diperlukan
pengalihtanganan. Pengalihtanganan tidak harus sekaligus kepada psikiater atau ahli-ahli lain
diluar bidang bimbingan dan konseling. Alih tangan pada tahap pertama hendaknya
dilakukan kepada sesame konelor sendiri yang memiliki keahlian yang lebih tinggi. Dan bila
ternyata ditemukan gejala-gejala kelainan kejiwaan misalnya, maka ahli tangan sebaiknya
Kelompok 4
A. Pengantar
dan sekaligus kontekstual yang semuanya memerlukan keterampilan penyesuaian diri yang
baik. Proses individu untuk menjadi (on becoming) ke arah perkembangan menuju
kemandirian, dalam prakteknya memerlukan upaya fasilitasi, yang dalam setting layanan di
Dalam perspektif psikologi sosial, perkembangan individu tidak lepas dari pengaruh
lingkungan fisik, psikhis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah
perubahan, dan hal tersebut dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) masyarakat). Apabila
perubahan yang terjadi sulit diprediksi atau berada di luar jangkauan individu, maka
jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi
masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergesaran fungsi atau struktur keluarga, dan
Kompleksitas potensi permasalahan yang dihadapi oleh individu dewasa ini, menjadi rasional
bimbingan dan konseling. Inovasi di dunia bimbingan dan konseling, terkait tentang perlunya
reposisi dan rekonseptualisasi layanan bimbingan dan konseling ini, adalah model bimbingan
komprehensif atau dalam referensi lainnya disebut juga model bimbingan perkembangan.
dicapai konseli, sehingga pendekatan ini juga disebut juga bimbingan dan konseling berbasis
standar (standard based guidance and counseling), dan standar yang dimaksud, adalah standar
kemandirian.
Implementasi pendekatan ini menekankan pada prinsip kobalorasi antara konselor dengan
para personal sekolah lainnya (kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi, orang tua, dan
profesi lain sesuai dengan keperluan layanan konseli). Pendekatan ini terintegrasi dengan
proses pendidikan secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat
mengembangkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
Berangkat dari kerangka pikir pendekatan bimbingan dan konseling komprehensif tersebut,
maka implementasi layanan bimbingan dan konseling di sekolah diorientasikan pada upaya
memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan
karier; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi
Program bimbingan dan konseling yang berbasis pada pendekatan komprehensif, meliputi
empat komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif;
(3) perencanaan individual; dan (4) dukungan sistem. Keempat komponen program tersebut,
dalam konteks memfasilitasi perkembangan konseli secara optimal, dapat dijelaskan dalam
bagan berikut:
1. Pelayanan Dasar
a. Pengertian
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan
secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap
kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi
b. Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan
yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya,
atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk
membantu konseli, agar: (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan
tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya; (3) mampu menangani
atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya; dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-
aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Semua ini berkaitan dengan upaya membantu
dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian, antara lain mencakup
keputusan; (d) keterampilan pemecahan masalah; (e) keterampilan hubungan antar pribadi
atau berkomunikasi; (f) penyadaran keragaman budaya; dan (g) perilaku bertanggung jawab.
Terkait dengan pengembangan karier, khususnya siswa SMP dan SMA, meliputi: (a) fungsi
agama bagi kehidupan; (b) pemantapan pilihan program studi; (c) keterampilan kerja
profesional; (d) kesiapan pribadi—fisik-psikhis; (e) perkembangan dunia kerja; (f) iklim
kehidupan dunia kerja; (g) cara melamar pekerjaan; (h) kasus-kasus kriminalitas; (i)
2. Pelayanan Responsif
a. Pengertian
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera
Konseling individual, konseling crisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan
kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.
b. Tujuan
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhannya
dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami
c. Fokus Pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah dan
kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena
dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti
kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karier dan pilihan
program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika,
pergaulan bebas.
Masalah lainnya adalah berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan menggangu
kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi
a. Pengertian
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan
dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan
segala karakteristiknya, penafsiran hasil assesmen dan penyediaan informasi yang akurat
sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan sehingga konseli
mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya
secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatan orientasi,
b. Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli, agar: (1) memiliki pemahaman
tentang diri dan lingkungannya; (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau
pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karier; dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan
Tujuan perencanaan individual ini juga dapat dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi
konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karier, dan
pengembangan sosial pribadi oleh dirinya sendiri. Isi pelayanan perencanaan individual
adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang
untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena
didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing
2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuan dirinya.
c. Fokus Pengembangan
akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakup fokus tersebut meliputi: (1) akademik,
pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai
positif; dan (3) sosial-pribadi, meliputi: pengembangan konsep diri yang positif dan
4. Dukungan Sistem
Ketiga komponen di atas merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli
secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan
konseli.
pelayanan di atas. Sedangkan bagi personil pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar
pengembangan jejaring (networking); (b) kegiatan manajemen; dan (c) riset dan
pengembangan.
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi: (a) konsultasi dengan
guru-guru; (b) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat; (c)
bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah
yang kondusif bagi perkembangan konseli; (e) melakukan penelitian tentang masalah-
masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling; dan (f) melakukan kerjasama
atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Kegiatan Manajemen
pengembangan program, (b) pengembangan staff; (c) pemanfaatan sumber daya; dan (d)
c. Pengembangan Profesionalitas
keterampilannya melalui: (1) inservice training; (2) aktif dalam organisasi profesi; (3) aktif
dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar, workshop, atau (3) melanjutkan studi ke
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah
lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah untuk memperoleh informasi, dan umpan balik
tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan referal, serta
meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini
berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat
yang dipandang relevan dengan upaya peningkatan mutu layanan bimbingan dan konseling.
Pihak-pihak terkait, seperti: (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi
seperti ABKIN, (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait seperti psikolog, psikiater,
dokter, dan orang tua konseli, (5) MGP, dan (6) Depnaker.
e. Manajemen Program
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan
tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktivitas konselor yang berhubungan dengan
pengembangan profesional secara berkelanjutan, meliputi: (a) merancang, melaksanakan dan
layanan bimbingan dan konseling, sebagai sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah
dan implementasi proses pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan unjuk
pengembangan diri konselor profesional sesuai dengan standar kompetensi konselor; (3)
mengembangkan kesadaran komitmen terhadap etika profesional; dan (4) berperan aktif di
Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan
sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru,
pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak
penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan atau akses yang seluas-
luasnya kepada semua anak untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan
dari segi kurikulum, sarana parasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik. Untuk itu proses identifikasi dan
asesmen yang akurat perlu dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan/atau profesional di
bidangnya untuk dapat menyusun program pendidikan yang sesuai dan obyektif.
pendidikan di sekolah inklusi tidak cukup melalui instructional approach. Hal tersebut proses
perkembangan anak berkebutuhan khusus untuk menjadi (on becomening), relatif dihadapkan
pada hambatan (barrier of development), baik yang bersumber dari dalam diri individu anak
inilah yang memberikan landasan empirik akan pentingnya layanan bimbingan dan konseling
Layanan bimbingan konseling bagi anak luar biasa memiliki beberapa dasar yaitu: (1) dasar
historis; (2) dasar yuridis; (3) dasar psikologis-pedagogis; dan (4) dasar sosiologis (Agus
a. Dasar Historis
Proses pembelajaran di sekolah, awalnya tidak terlepas dari layanan bimbingan konseling,
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di beberapa negara, tidak terlepas dari layanan
b. Dasar Yuridis
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ps. 5 ayat (1) ‘Setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu’. Ayat (2):
Warganegara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus. Ayat Ayat (4) ‘Warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus’. Pasal 11 ayat (1) dan
(2) ‘Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi’. ‘Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun’. Pasal 12 ayat (1) ‘Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Dalam
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah’. Pasal 45 ayat (1) ‘Setiap
satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
Bimbingan dan konseling dalam rangka menemukan pribadi, mengandung makna bahwa
guru kelas dalam kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan diharapkan mampu memberikan
bantuan kepada siswa dan pihak-pihak yang dekat dengan siswa, seperti orang tua/wali siswa
agar dengan keinginan dan kemampuannya dapat mengenal kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki siswa serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan
diri lebih lanjut. Proses pengenalan diri harus ditindaklanjuti dengan proses penerimaan.
Tanpa diimbangi dengan suatu bentuk penerimaan, siswa dan pihak-pihak yang dekat
tersebut menjadi lebih baik. Sebagai contoh, jika siswa memiliki kelemahan dari sisi postur
badan (terlalu pendek atau terlalu tinggi), dan siswa yang bersangkutan atau pihak-pihak
terdekat tidak dapat menerima hal itu sebagai suatu kenyataan, maka program pengembangan
Dari paparan di atas, maka layanan bimbingan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan
potensi diri peserta didik secara utuh dan komprehensif, sehingga pada akhirnya peserta didik
memiliki kemandirian dalam sikap dan perbuatan dengan penuh tanggungjawab. Secara
spesifik anak luar biasa memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya untuk
c. Dasar Psikologis-Pedagois
Dalam diri siswa terdapat sejumlah potensi yang membutuhkan stimulasi dari lingkungan
perkembangan individu dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor bawaan seperti
kapasitas intelegensi, bakat, minat, dan faktor lingkungan yaitu intervensi pendidikan.
Kaitanya dengan pengembangan potensi yang dimiliki anak luar biasa, maka layanan
bimbingan konseling sebagai salah satu wujud intervensi pendidikan, memiliki peranan yang
d. Dasar Sosiologis
Misalnya, proses pembentukan konsep diri sebagai syarat psikologis anak luar biasa untuk
hidup mandiri dan bergabung dengan masyarakat luas, dalam prakteknya tidak cukup melalui
proses pembelajaran mata pelajaran di dalam kelas, akan tetapi membutuhkan sentuhan-
konseling bagi anak berkebutuhan khusus. Secara konseptual, jelaslah bahwa dalam konteks
layanan bimbingan dan konseling telah banyak beberapa hasil penelitian dari mahasiswa
pascasarjana program studi bimbingan dan konseling, khususnya konsentrasi bimbingan dan
konseling bagi anak berkebutuhan khusus. Hasil-hasil penelitian tersebut, telah memberikan
landasan konseptual-operasional yang dapat dijadikan rujukan dalam memformulasikan
Berangkat dari beberapa landasan perlunya layanan bimbingan dan konseling bagi anak
berkebutuhan khusus, di akhir pembahasan dalam makalah ini disajikan sebuah kerangka
berkebutuhan khusus — dalam contoh ini kasus pada anak tunanetra — di sekolah inklusi,
sebagai berikut.
Gambar 1
Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan formal telah dipetakan secara
tepat dalam Kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan pelayanan Bimbingan
dan Penyuluhan, yang diposisikan sejajar dengan pelayanan Manajemen Pendidikan, dan
Akan tetapi, dalam Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, pelayanan Bimbingan dan
Konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi (a)
kelompok mata pelajaran, (b) muatan lokal, dan (c) Materi Pengembangan Diri, yang harus
disampaikan oleh Konselor kepada peserta didik, sebagaimana dapat dilukiskan seperti
Gambar 1.2
Haruslah dihindari dampak yang membawa Konselor yang tidak menggunakan materi
pelajaran sebagai konteks layanan, ke dalam wilayah pelayanan Guru yang menggunakan
mata pelajaran sebagai konteks pelayanan.
Dengan kata lain, sesungguhnya penanganan pengembangan diri lebih banyak terkait dengan
(nurturant effects) yang relevan, yang dapat dan oleh karena itu perlu, dirajutkan ke dalam
pembelajaran yang mendidik yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks pelayanan.
Meskipun demikian, Konselor memang juga diharapkan untuk berperan serta dalam bingkai
pelayanan yang komplementer dengan layanan guru, bahu-membahu dengan Guru termasuk
dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler. Persamaan, keunikan, dan keterkaitan antara
wilayah layanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru dengan wilayah pelayanan,
konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor dapat digambarkan seperti tampak pada
Gambar 1.3, di mana Materi Pengembangan Diri berada dan merupakan wilayah
semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau
ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi
peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
Peserta didik sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak selalu berlangsung secara
mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu
berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang
dianut.
Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun
sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila
perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan
informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari
agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi di
televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obatobat
terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan
dekadensi moral orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup peserta
didik (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral
(akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum
minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai
dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu : (1) beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4)
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri,
serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut
mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan) bagi semua tingkat satuan pendidikan
Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan,
adalah mengembangkan potensi peserta didik dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan
terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah
garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan
tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan,
bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Pendidikan yang
bimbingan dan konseling, hanya akan menghasilkan peserta didik yang pintar dan terampil
dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek
kepribadian.
Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu
dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor,
peserta didik, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para
administrasi), orang tua peserta didik, dan pihak-pihak terkait lainnya (seperti instansi
pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan
peserta didik agar dapat mengembangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh,
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi
Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar peserta didik dapat : (1) merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3)
kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk : (1)
mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan
menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4)
kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan
diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala
potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. Secara khusus bimbingan dan
konseling bertujuan untuk membantu peserta didik atau peserta didik agar dapat mencapai
karir.
a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial peserta didik
2) ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
4) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan
5) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu
6) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
7) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
9) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
atau kewajibannya.
11) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam
12) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal
b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah
sebagai berikut :
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai
2) Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku,
disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca
buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah sebagai berikut :
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan
norma agama.
persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya
masa depan.
5) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri
rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi
7) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang
peserta didik bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan
suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu,
maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (peserta didik)
b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada peserta didik tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada
para peserta didik dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-
fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan
karyawisata.
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan
erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang telah mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir
atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik (peserta
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan peserta didik secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan
proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di
berikut :
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik). Prinsip ini berarti
bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didik atau peserta didik, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat
preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan peserta didik dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang
menjadi fokus sasaran bantuan adalah peserta didik, meskipun pelayanan bimbingannya
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada peserta didik yang
memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai
satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
d. Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau
tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai
e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling.
Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat melakukan pilihan dan
nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan. Kehidupan peserta didik diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi
melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat
bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama
masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh
a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan,
yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam
hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-
pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal
Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar peserta
didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura.
d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan
e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi peserta didik-peserta didik yang mandiri dengan ciri-ciri
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
f. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam
kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa
lampau pun dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
diperbuat sekarang.
g. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
h. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja
sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
i. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh,
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan
norma tersebut.
j. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan
Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah
tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru
pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan
dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli) mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-
lain.
Meskipun sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, namun perbedaan rentang usia
peserta didik pada tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan layanan Bimbingan dan
Konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan, namun batas ragam kebutuhan
antara jenjang yang satu dengan jenjang yang lain tidak terbedakan sangat tajam yang
tergambar sebagai gair. Dengan kata lain, batas perbedaan antar jenjang tersebut lebih
Di pihak lain, perbedaan yang lebih signifikan, juga nampak pada pada sisi pengaturan
ditangani langsung oleh Guru Kelas Taman Kanak-kanak. Sedangkan di jenjang Sekolah
Dasar, meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh Konselor,
Konselor di tiap Sekolah Dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang Sekolah Menengah.
Berikut ini, digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kinerja Konselor di
Di jenjang Taman Kanak-kanak di tanah air tidak ditemukan posisi struktural bagi Konselor.
Pada jenjang ini fungsi bimbingan dan konseling lebih bersifat preventif dan developmental.
dikembangkan oleh konselor jenjang Taman Kanak-kanak membutuhkan alokasi waktu yang
lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh siswa pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Sebaliknya, pada jenjang TK komponen individual student planning (yang terdiri
dari : pelayanan appraisal, advicement, transition planning) dan responsive services (yang
berupa pelayanan konseling dan konsultasi) memerlukan alokasi waktu yang lebih kecil.
Kegiatan konselor di jenjang Taman Kanak-kanak dalam komponen responsive services,
dilaksanakan terutama untuk memberikan pelayanan konsultasi kepada guru dan orang tua
Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar pun juga tidak ditemukan posisi struktural untuk
Konselor. Namun demikian, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik usia Sekolah
Dasar, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada, meskipun tentu saja berbeda dari
ekspektasi kinerja Konselor di jenjang Sekolah Menengah dan jenjang perguruan tinggi.
Dengan kata lain, konselor juga dapat berperan serta secara produktif di jenjang Sekolah
Dasar, bukan dengan memosisikan dari sebagai fasilitator pengembangan diri peserta didik
yang tidak jelas posisinya, melainkan mungkin dengan memosisikan diri sebagai Konselor
Kunjung yang membantu guru Sekolah Dasar mengatasi perilaku mengganggu (disruptive
Secara hukum, posisi konselor di tingkat sekolah menengah telah ada sejak tahun 1975, yaitu
Indonesia konselor di sekolah menengah mendapat tempat yang cukup leluasa. Peran
konselor, sebagai salah satu komponen student support services, adalah men-support
pengembangan menu program bimbingan dan konseling, pembantuan kepada siswa dalam
support. Pada jenjang ini, konselor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling, yang
Meskipun secara struktural posisi konselor perguruan tinggi belum tercantum dalam sistem
pendidikan di tanah air, namun bimbingan dan konseling dalam rangka men-support
perkembangan personal, sosial, akademik, dan karier mahasiswa dibutuhkan. Sama dengan
konselor pada jenjang pendidikan TK, SD, dan SM; konselor perguruan tinggi juga harus
student planning, dan responsive services, serta system support. Namun, alokasi waktu yang
digunakan konselor perguruan tinggi lebih banyak pada pemberian bantuan dalam individual
http://alhifnie.wordpress.com/2012/05/22/materi-kuliah-profesi-kependidikan/
ILMU PENDIDIKAN
Prinsip BK
berpikir, manusia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam
pekembanganya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan
kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap –
tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan
keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu
Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk
menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun idividu
sesuai dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan,
Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat diperlukan
karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat mengantarkan peserta didik pada
pencapai Standar dan kemampuan profesional dan Akademis, serta perkembangan dini
yang sehat dan produktif. Di dalam bimbingan dan konseling selain ada pelayanan juga ada
Prinsip – prinsipnya.
B. Rumusan Masalah
C. Pembahasan.
1[1] Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. PT
RFIKA ADITAMA : Bandung
Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan suatu
cara tertentu melahirkan hal –hal lain , yang keberadaanya tergantung dari pemula itu,
prisip ini merupakam hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah
pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di
ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai
seperangkat landassan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan
Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan telaah
lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi
dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip bimbingan dan konseling
merupakan pemaduan hasil – hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, prinsip yang digunakan bersumber dari
kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budaya, pegertian, tujuan,
3[3] Prayitno dan Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta :
Jakarta
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya :
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta
didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun
wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang
digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
perseorangan (individual).
b. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama
perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang
dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
d. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas dan tanggung
jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagi
diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan dapat
informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya
et.al. (1970) berpendapat bahwa kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat
masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersiafat multi aspek,
berikut
melayani semua siswa, bukan hanya untuk anak yang berbakat atau yang
mempunyai masalah.
b. Program bimbingan akan berlangsung dengan efektif apabila ada upaya kerjasama
antarpersonal sekolah, juga dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti
yang lebih baik untuk berkembang melalui pemberian bantuan yang terencana.
jawabnya.
perorangan maupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah
perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah
sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi
sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan
sebagai berikut :
BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama
individu.
selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang berpengaruh dan dapat
individu yang berupa masalah. Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien secara
BK.
sebgaai berikut :
dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses
tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional.
Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu
hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau
Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak, amat
maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat
sendiri.4[4]
dan konseling.
Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah
pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan
amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur, sekolah
memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi.
Pelayanan BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum seperti
yang dikehendaki.
D. Kesimpulan
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur jenis
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu dan
pokok pelayanan.
kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun disekolah,
dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah kesenjangan sosial,
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu;
individu, masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara berkelanjutan dari
keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan
b. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor
profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke dalam program dan
hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan
keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya disekolah, dan mampu
bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis dengan kepala sekolah.
Daftar Pustaka.
Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. PT RFIKA
ADITAMA : Bandung
Prayitno dan Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta : Jakarta
Syamsu Yusuf dan Nurihsan Juntika. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. PT Remaja
Rosdakarya : Bandung
http://ipankreview.wordpress.com/2009/03/15/fungsi-dan-prinsip-bimbingan-konseling-
Reaksi:
Poskan Komentar
Arsip Blog
Mengenai Saya
M.iqbal ali faui
5,401
http://ozays.blogspot.com/2012/04/prinsip-bk.html
dan Konseling
Oleh :
Mauliza 1401511021
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan
Penulis juga tidak lupa berterimakasih kepada Ibu Kurniana Bektiningsih sebagai dosen
pengampuh mata kuliah Kuliah Bimbingan Konseling dan juga semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat
Semarang, 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu: terwujudnya kehidupan
Namun untuk mencapai tujuan tersebut Konselor haruslah memenuhi Asas dan Prinsip-prisip
akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau
mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Begitu pula dengan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling tidak bisa diabaikan begitu saja, karena prinsip
bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan
pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan
program pelayanan bimbingan. Dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan
praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan yang sangat erat dimana keduanya
memiliki tujuan untuk memperjelas arah atau sasaran yang hendak dicapainya.Adapun secara
1. Tujuan umum
dan bakat – bakatnya, berbagai latar belakang yang ada (latar belakang keluarga,
Dimensi ini dimaksudkan sebagai sesuatu yang secara hakiki pada manusia di satu
segi dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan. Dimensi tersebut
antara lain :
a. Dimensi keindividualan (individualitas)
dirinya secara optimal yang mengarah pada aspek – aspek kehidupan yang
bergaul, bekerja sama, dan hidup bersama dengan orang lain. Hal ini terjadi
karena manusia sebagai makhluk sosial yang harus mampu untuk berinteraksi
sesungguhnya.
pertama dan kedua. Norma, etika, dan berbagai ketentuan yang berlaku
dalam satu kesatuan yang penuh makna Hidup bersama orang lain baik dalam
rangka memperkembangkan dimensi keindividual dan dimensi sosial tidak
keindividualan dan kesosialan dapat bertemu dalam satu kesatuan yang penuh
kendividualan dan kesusilaan akan tidak serasi, bahkan yang satu akan
menitikberatkan pada hubungan diri manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Di mana manusia tidak terpukau dan terpaku pada kehidupan di dunia saja,
keterampilan baru.
- Membuat penyesuaian-penyesuaian
- Membuat interpretasi-interpretasi.
- Memberikan dukungan
- Memberikan wawasan,pandangan,pemahaman,keterampilan dan alternatif
baru
pengembangan pribadi
- Memberikan pengukuhan.
Rumusan 7 (Myers,1992)
2. Tujuan khusus
dari tujuan umum yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang
yang bersifat unik, sehingga tujuan khusus dari bimbingan dan konseling juga
kognisi, afeksi dan perlakuan) konselor terhadap kasus pekerjaan professional itu harus
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses
dan lain-lainya. Kaidah-kaidah tersebut didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan di satu
segi (antara lain bahwa layanan harus didasarkan atas data dan perkembangan klien),dan
tuntutan optimalisasi proses penyelenggaraan layanan di segi lain (yaitu suasana konseling
sebagai sumber daya yang perlu diaktifkan). Asas bimbingan dan konseling yaituketentuan-
ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraann layanan itu. Apabila asas-asas itu
diselenggarakan dan diikuti dengan baik,maka dapat diharapkan proses pelayanan mengarah
pada pencapaian tujuan yang diharapkan;sebaliknya,apabila asas itu diabaikan atau dilanggar
maka sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan
bimbingan dan konseling,bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat dalam
selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas ini dapat diterapkan
yakni asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinan,asas kemandirian,
asas kegiatanasas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih
Untuk mendapatkan wawsan dan pemahaman yang memadai mengenai asas-asas bimbingan
1. Asas kerahasiaan
Pelayanan bimbingan dan konseling ada kalanya berhubungan dengan klien yang
sangat pribadi/ rahasia, kepada konselor, oleh karena itu konselor harus menjaga
kerahasiaan data yang diperolehnya dari klientnya. Bagi klien yang bermasalah
karena itu segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh
konselor, maka konselor akan mendapat kepercayaan dari semua pihak dan
Sebaliknya ,jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan ini dengan
pelayanan bimbingan tidak dapat tempat atau diterima di hati klien dan para calon
klien. Selain itu klien akan takut meminta bantuan pada konselor sebab khwatir
masalah dan diri mereka akan menjadi bahan pembicaraan orang. Sementara itu
menyenangkan ini kepada klien lain. Hal yang demikian dapat berdampak
dapat dipercaya oleh klien. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa asas
dan konseling akan tercapai.kesukarelaan itu ada pada konselor maupun pada
klien. Artinya klien secara sukarela tanpa cara terpaksa mau menyampaikan
3. Asas keterbukaan
keterbukaan,baik dari pihak konselor maupun klien. Keterbukaan ini bukan hanya
berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga
Keterusterangan si klien akan terjadi jika klien tidak lagi mempersoalkan asas
tama membuka diri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh
orang lain(dalam hal ini orang konselor)dan yang kedua mau membuka diri dalam
arti mau menerima saran dan masukan lainnya dari pihak luar.dari pihak konselor
pertanyaan dari klien dan mengunkapkan diri konselor sendiri jika hal itu memang
di kehendaki oleh klien.dalam hubungan suasana seperti itu masing- masing pihak
4. Asas kekinian
Masalah klien yang ditangani melalui kegiatan dan bimbingan dan konseling
dialami pada masa lampau,dan juga bukan masalah yang mungkin dialami di masa
yang akan datang .apabila ada hal tertentu yang menyangkut masa lampu dan atau
masalah yang akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang
belakang dan atau latar depan dari maslah yang dihadapi sekarang,sehingga
pencegahan,pada dasarnya pertanyaan yang perlu dijawab adalah apa yang perlu
menundah-nundah pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-
jelas terlihat misalnya adanya siswa yang mengalami masalah, maka konselor
kepentingan klien dari pada yang lainnya. Jika konselor benar-benar memiliki
alasan yang kuat untuk tidak memberi bantuannya maka harus dapat
kepentingan klien.
5. Asas Kemandirian
sendiri tidak bergantung pada orang lain atau konselor. Ciri-ciri pokok dari
individu yang setelah dibimbing dan dapat mandiri adalah sebagai berikut:
sebagai hasil konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling,dan hal
itu didasari baik oleh konselor maupun klien. Dengan demikian,maka para
6. Asas kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila
klien tidak melakukan sendiri dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling.
7. Asas kedinamisan
pada diri klien yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih
baik. Perubahan itu tidak sekedar mengulang hal yang lama yang bersifat
Asas kedinamisan mengacuh pada hal-hal; yang baru yang hendaknya terdapat
8. Asas keterpaduan
kepribadian yang kalau keadaannya tidak seimbang,serasi dan terpadu justru akan
diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan terjadinya
aspek layanan yang satu dengan aspek layanan yang lainnya menjadi tidak serasi.
sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu
dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan
dan konseling.
9. Asas kenormatifan
maupun kebiasaan sehari-hari. Asas ini diterapkan terhadap isi maupun proses
bimbingan dan konselinglah tingkah laku yang melanggar norma itu di arahkan
Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan
bimbingan dan konseling) yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat
latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha
pengalaman. Teori dan praktek bimbingan dan konselor perlu dipadukan. Oleh
karena itu, seorang konselor ahli harus benar-benar menguasai teori dan praktek
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling,asas ini jika konselor sudah
konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih
ahli. Disamping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan
petugas yang bersangkutan, dan setiap masalah yang ditangani oleh ahli yang
berwenang untuk itu. Hal terakhir itu secara langsung mengacu kepada batasan
yang telah diuraikan pada BAB II ,bahwa bimbingan dan konseling hanya
jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang terbebas dari
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi
dengan “ing ngarso sung tulodo,ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut
agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien
mengalami masalah dan menghadap kepada konselor saja ,namun diluar hubungan
proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
1. Fungsi pemahaman
peningkatan perkembangan dan kehidupan klien (klien, konselor dan orang ketiga)
kehidupan klien. Fokus utama pelayanan bimbingan dan konseling yaitu klien dengan
perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang
diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh pihak – pihak lain yang
memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu
memahami klien yang akan dibantu itu. Materi dalam pemahaman ini dapat
1) Keluarga
2) Kesehatan jasmani
5) Pergaulan sosial
Pemahaman tentang diri klien, pertama kali perlu dipahami oleh klien sendiri
lain yang juga perlu memahami diri klien adalah pihak – pihak yang
bimbingan dan konseling, maupun sebagai bahan acuan utama dalam rangka
penanganan masalah, oleh karena itu maka pemahaman ini wajib dilaksanakan.
dalam arti sempit (seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio
ekonomi, dan keadaan sosio emosional keluarga, hubungan antar tetangga dan
luas itu yaitu diperolehnya berbagai informasi yang diperlukan oleh individu
seperti informasi pendidikan dan jabatan,informasi promosi dan pendidikan
2. Fungsi pencegahan
yang diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai
3. Fungsi pengentasan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik
berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya
Semua fungsi bimbingan dan konseling harus dijalankan sesuai fungsi masing–
masinng bidang karena dari fungsi ini akan berkaitan dengan manfaat atau kegunaan
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat
Pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar ini sangatpenting dan perlu terutama dengan
benar dam mendasar prinsip-prinsip dasar bimbingan dan konseling ini akan dapat
mengemukakan bahwa :
a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung
b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik; seorang anak
e. Bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan
Semua butir yang dikemukakan oleh Van Hoose itu benar, tetapi butir-butir
a. Prinsip-prinsip umum
1. Prinsip-prinsip umum
a) Karena bimbingan ini berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlu
diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek
pengalaman.
yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa
d) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan pada individu
bersangkutan.
g) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang
untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang di peroleh serta
2. Prinsip-prinsip khusus
dalam hal umurnya, jenis kelaminnya, status sosial ekonomi keluarga, kedudukan,
berbeda dengan yang lainnya. Masing-masing individu adalah unik. Secara lebih
terdahulu, sikap dan tingkah laku individu amat dipengaruhi oleh aspek-aspek
kepribadian dan kondisi diri sendiri, serta kondisi lingkungannya. Variasi dan
yang terbentuk dari berbgai aspek kepribadian yang kompleks dan unik; oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan
kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami, keunikan setiap
faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan dan pola-pola
tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan
perkembangan individu.
5. Meskipun individu yang satu dengan lainnya adalah serupa dalam berbagai hal,
Masalah-masalah yang timbul seribu satu macam dan sangat bervariasi, baik
dalam jenis dan intensitasnya. Secara ideal pelayanan bimbingan dan konseling
ingin membantu semua individu dengan berbagai masalahnya itu. Namun, sesuai
dengan keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan
merupakan faktor salah satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut
klien yang secara langsung (tidak terprogram atau terjadwal) kepada konselor
langsung pula sesuai dengan permasalahan klien pada waktu mereka itu datang.
“insidental” seperti itu biasanya dating dari luar lembaga tempat koselor
program pelayanan. Program ini berorientasi kepada seluruh warga lembaga itu
mungkin timbul dan jenis layanan yang dapat diselenggarakan, rentangan dan
unit-unit waktu yang tersedia (misalnya caturwulan, atau semester, atau bulan),
berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai
berikut:
o Bimbingan dan koseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan
yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh,
pelaksanaannya.
ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh
tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Konselor yang bekerja
konseling secara teratur dari waktu ke waktu. Kerjasama dengan berbagai pihak,
baik didalam maupun diluar tempat ia bekerja perlu dikembangkan secara optimal.
Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu; oleh
Dengan proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh
klien hendaknya atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau
Permasalahan khusus yang dialami klien (untuk semua usia) harus ditangani
oleh konselor (dan kalau perlu dialih tangankan kepada ) tenaga ahli dalam
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan
bimbingan dan konseling, oleh Karena itu bekerja sama antara konselor dan
Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan, oleh karena itu
Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh
tehadap individu hendaknya dilakukan. Dan himpunan data yang memuat hasil
data khusus tentang kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan minat, dan
melayani maupun yang dilayani) dan perubahan tingkah laku mereka yang
pernah dilayani.
Lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan
dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik.
Mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur; sekolah
memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar
yang tinggi, para siswanya yang sedang dalam tahap perkembangan yang
dan konseling di sekolah sesubur-suburnya itu sering kali masih tetap berupa
sekolah tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam kaitan ini Belkin
Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang
jelas, dan memiliki kesiapan kerja yang tinggi untuk melaksanakan program
dijalankan itu.
Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu
keharmonisan antara konselor dengan personal lainnya dan siswa. Dalam hal
orang-orang siapa ia akan bekerja sama tentang tujuan yang hendak dicapai
yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai, serta yang bersikap
menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor dan personal sekolah
lainnya.
siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan
Orientasi bimbingan dan konseling adalah titik berat pandangan atau pusat perhatian
konselor terhadap kliennya. Berikut beberapa jenis orientasi bimbingan dan konseling.
1. Orientasi perseorangan
menitikberatkan pandangan pada siswa secara optimal. Dalam hal ini individu
pengaruh tertentu terhadap individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan untuk
terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok,
dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya dalam hubungan
individu para anggota kelompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa
bimbingan dan konseling yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh
kelompok sepanjang nilai-nilai itu sesuai dengan norma-norma umum yang berlaku.
konseling, yaitu:
a) Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling
diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran
layanan.
b) Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan yang berkenaan dengan individu untuk
unik, membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi dan potensinya kearah
pengembangan yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya untuk dirinya sendiri
dan lingkungan.
c) Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual (Ronger,
d) Tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta
2. Orientasi perkembangan
peran perkembangan yang terjadi pada saat ini dan yang akan terjadi pada diri
individu di masa yang akan datang. Orientasi ini lebih menekankan pentingnya
peranan yang terjadi pada individu dan sekaligus bertujuan mendorong konselor dan
Myrick (dalam mayers, 1992) perkembangaan individu secara tradisional dari dulu
dicetuskan oleh havighurst. Dalam hal ini peranan bimbingan dan konseling adalah
perkembangannya.
Ivey dan Rigazio (dalam Mayers,1992) menekankan bahwa
orientasi perkembangan yang justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan
dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal
itu mendorong semua konselor dan klien bekerja sama untuk menghilangkan
bentuk :
Di sisi lain, Thompson & Rudolp menekankan bahwa tugas bimbingan dan
3. Orientasi permasalahan
Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan fungsi dan fungsi
lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien,
dan dapat pula bermanfaat dalam upaya pengentasan masalah yang terjadi. Fungsi
fungsi bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan
DAFTAR PUSTAKA
Priyatno dan Erman Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Mugiarso, Heru. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Pusat Pengembangan
MKU/MKDK-LP3 UNNES
Maulana.
http://teguhfuady.blogspot.com/2010/04/asas-prinsip-dan-tujuan-bimbingan.html
http://ashakhso.blogspot.com/2012/01/asas-asas-dan-prinsip-prinsip-bimbingan.html
FacebookBagikan ke Pinterest
Poskan Komentar
▼ 2013 (2)
o ▼ Oktober (1)
o ► Mei (1)
► 2012 (2)
Mengenai Saya
Lihat profil
lengkapku
http://lucyani10.blogspot.com/2013/10/makalah-tujuan-asas-asas-fungsi-prinsip.html