Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN KONFRONTASI DALAM


KONSELING
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Mikro yang diampu oleh
Yulianton A. Ibrahim, M.Pd

Disusun oleh:
1. Hilda Septiana Widyaningrum (22012035)
2. Anik (22012042)
3. Satrio Dhimas Saputra (22012048)
4. Trisnavita Meitria Putri (22012049)
5. Rifki Faturromi (22012063)
6. Lucy Indah Rachmawati (22012065)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI WATES
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Pendidikan Karakter dan Anti Korupsi, dengan judul “KETERAMPILAN
MENYIMPULKAN DAN KONFRONTASI DALAM KONSELING”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Kulonprogo, 15 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................1
C. TUJUAN.........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................3
A. Definisi dan Tujuan Keterampilan Menyimpulkan/Summarizing....................................................3
B. Tahapan dalam Keterampilan Menyimpulkan.................................................................................4
C. Jenis-jenis Keterampilan dalam Menyimpulkan..............................................................................5
D. Definisi dan Tujuan Keterampilan Konfrontasi...............................................................................6
E. Tahapan dalam Keterampilan Konfrontasi......................................................................................8
F. Jenis-jenis Keterampilan dalam Konfrontasi...................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................13
B. SARAN.........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
LAMPIRAN..............................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konseling merupakan suatu proses bantuan secara profesional dari konselor untuk
konseli yang bertujuan membantu konseli dalam memcahkan memecahkan masalah konseli
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Agar proses konseling berjalan
dengan baik, maka konselor harus mampu menguasai keterampilan dasar konseling.
Berbagai macam teknik yang bisa digunakan konselor yang digunakan untuk merespon
pernyataan konseli. Teknik tersebut adalah teknik dasar komunikasi konseling. Teknik-teknik
tersebut meliputi teknik attending, opening, acceptance, paraphrasing, restatement, reflecting of
feeling, clarification, structuring, lead, silence, reassurance, rejection, advice, confrontation,
interpretation, summary dan termination. Sangat pentingnya teknik-teknik tersebut, dalam
makalah ini akan dipaparkan mengenai summary dan confrontation dalam proses pelayanan
konseling.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mengkaji dan mengulas tentang Keterampilan Menyimpulkan dan Konfrontasi
dalam Konseling, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sebagai penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menyimpulkan/summarizing?
2. Apa tujuan dari keterampilan menyimpulkan?
3. Bagaimana tahapan dari keterampilan menyimpulkan?
4. Apa saja jenis-jenis keterampilan dari menyimpulkan?
5. Apa yang dimaksud dengan keterampilan konfrontasi?
6. Apa tujuan dari keterampilan konfrontasi?
7. Bagaimana tahapan dari keterampilan konfrontasi?
8. Apa saja jenis-jenis dari keterampilan konfrontasi?

C. TUJUAN
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah:

1
1. Untuk mengetahui definisi dari keterampilan menyimpulkan/summarizing
2. Untuk mengetahui tujuan dari keterampilan menyimpulkan
3. Untuk mengetahui tahapan dari keterampilan menyimpulkan
4. Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan dari menyimpulkan
5. Untuk mengetahui definisi keterampilan konfrontasi
6. Untuk mengetahui tujuan dari keterampilan konfrontasi
7. Untuk mengetahui tahapan dari keterampilan konfrontasi
8. Untuk mengetahui jenis-jenis dari keterampilan konfrontasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Tujuan Keterampilan Menyimpulkan/Summarizing
1) Pengertian
Menurut Cormier, Nurius & Osborn, 2009 (dalam Agung Budi Prabowo,
2021) menjelaskan bahwa biasanya, setelah konseli mengungkapkan beberapa pesan
atau pembicaraan untuk beberapa waktu, konselor mampu melihat konsistensi dan
pola pesan konseli, yang kita sebut sebagai tema. Tema pesan yang disampaikan
mengacu atau menampilkan dalam beberapa cara. Konselor dapat mengidentifikasi
tema dengan mendengarkan apa yang dibicarakan konseli secara berulang dan dengan
intensitas yang paling tinggi. Tema menunjukkan apa yang sedang konseli mencoba
untuk memberitahu kami dan apa yang konseli perlu fokus pada di sesi konseling.
Brammer (1979) menjelaskan bahwa keterampilan summarization mencakup
perhatian pada apa yang dikatakan konseli (content), bagaimana konseli mengatakan
(feelings), dan tujuan, waktu, dan efek dari pernyataan (process).
Ivey dkk., 1997 (dalam Agung Budi Prabowo, 2021) merekomendasikan
konselor untuk mendengarkan cara konseli bercerita. Konselor dapat merespon tema
konseli dengan menggunakan respon menyimpulkan (summarization). Misalkan
konselor telah bekerja dengan seorang remaja yang selama tiga sesi terakhir, telah
membuat referensi berulang untuk hubungan dengan laki-laki gay namun belum
benar-benar diidentifikasi masalah ini sengaja. Konselor bisa menggunakan
summarization untuk mengidentifikasi tema dari referensi yang diulang dengan
mengatakan sesuatu seperti “Aku sadar bahwa selama beberapa sesi terakhir Anda
sudah bicara secara konsisten tentang hubungan dengan laki-laki gay. Mungkin ini
adalah masalah bagi Anda bahwa kami mungkin ingin fokus pada masalah tersebut.
Ivey dkk., 1993 (dalam Agung Budi Prabowo, 2021) menjelaskan bahwa
summarization dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih parafrase atau refleksi
dengan tujuan menyingkat pesan konseli. Summarization melibatkan mendengarkan
konseli selama periode waktu (tiga menit atau lebih), memilih hubungan di antara isu-
isu kunci, dan ulangan pesan yang disampaikan konseli.

3
2) Tujuan
Menurut Cormier, Nurius & Osborn, 2009 (dalam Agung Budi Prabowo,
2021) menjelaskan bahwa summarization memiliki beberapa tujuan. Tujuan pertama
dari summarization adalah untuk mengikat beberapa elemen dari pesan konseli.
Tujuan kedua dari summarization adalah untuk mengidentifikasi tema umum atau
pola yang menjadi jelas setelah beberapa pesan atau kadang-kadang setelah beberapa
sesi konseling telah dilakukan. Tujuan ketiga summarization adalah untuk
memperlambat laju sesi yang bergerak terlalu cepat. Dalam hal demikian, ringkasan
memberikan ruang bernapas psikologis selama sesi. Sebuah tujuan akhir dari
summarization adalah untuk meninjau kemajuan yang telah dilakukan selama satu
atau lebih wawancara.
B. Tahapan dalam Keterampilan Menyimpulkan
Dilansir dari Agung Budi Prabowo (2021). Adapun tahapan dalam summarization
yaitu meliputi:
1. Mendengarkan aktif untuk mampu mengingat hal yang konseli sampaikan secara
berulang. Di tahap ini adalah Langkah penting dan tidak mudah karena konselor
diharuskan mempunyai kesadaran tentang pesan baik verbal maupun non verbal
dari konseli.
2. Mengidentifikasi pola atau pesan utama yang disampaikan konseli. Memahami
masalah utama dan perasaan yang klien sampaikan. Seperti apa yang telah konseli
ucapkan berulang-ulang dan bagaimana konseli mengucapkan hal-hal terkait
emosinya.
3. Menggunakan batang kalimat yang sudah konselor pilih, lalu memilih kalimat
untuk mengilustrasikan tema atau untuk mengikat beberapa elemen dari pesan
konseli, dilakukan dengan suara yang jelas dan lugas sebagai respon dari bagian
summarization konselor.
4. Menilai efektivitas summarization dari konselor dengan mendengarkan maupun
mengamati apakah konseli menyangkalatau menegaskan hal yang telah konselor
rangkum dan konselor sampaikan. Lalu untuk mengetahui apakah konseli
memahami apa yang sudah konselor sampaikan.

4
C. Jenis-jenis Keterampilan dalam Menyimpulkan
Dilansir dari Lasantha, 2014. Di dalam keterampilan menyimpulkan (summary)
terdapat dua jenis yaitu summary bagian dan summary akhir/keseluruhan. Di setiap jenis-
jenis dari keterampilan menyimpulkan (summary) itu terdapat perbedaan yang sangat
jelas, yang dimana itu akan dijelaskan di dalam buku ini. Jenis-jenis keterampilan
menyimpulkan (Summary) yaitu:

1. Summary bagian
Merupakan kesimpulan yang dibuat saat percakapan klien dan konselor
yang dipandang penting. Simpulan ini berisi tentang suatu data/sekelompok data
dalam suatu proses konseling. Untuk kesimpulan tersebut didahului kata-kata
pendahuluan seperti: untuk sementara ini…, sampai saat ini…, sejauh ini…,
selama ini…, dsb.
Contoh :
a) Konseli : “ Ibu, saya merasa sebagian hidup saya telah hilang,
setelah kehilangan ayah saya. Saya merasa lemah sekali bu. Saya
tidak mampu menjaga diri saya akibat perceraian keluarga saya.
Dulu ayah saya selalu memperhatikan saya, menyayangi saya.
Sekarang dia pergi meninggalkan kami. Saya hampir tidak bisa
tidur lama setiap malam”.
b) Konselor : “Saya mengerti, sejauh ini dapat Ibu simpulkan bahwa
Anda merasa kehilangan sosok ayah yang sangat perhatian
terhadap Anda, dan Anda begitu kecewa dengan perceraian orang
tua Anda. Sekarang, mari kita cari cara-cara yang dapat membantu
Anda mengatasi masalah tersebut”.
2. Summary akhir/keseluruhan
Merupakan kesimpulan yang dibuat pada akhir komunikasi konseling
sebagai kesimpulan keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan akhir didahului
oleh kata-kata pendahuluan seperti sebagai kesimpulan akhir…, sebagai puncak
pembicaraan…, sebagai penutup pembicaraan kita…, dari awal hingga akhir
pembicaraan kita…, dsb.
Contoh:

5
a) Konseli : “Pacar saya meninggalkan saya. Saya sangat
menginginkannya menjadi suami saya kelak, dan saya begitu syok
ketika menyadari bahwa dia telah bersama orang lain. Akhirnya
prestasi belajar saya semakin buruk dalam dua semester ini.
b) Konselor : “Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita tadi,
dapat Ibu kemukakan bahwa Anda masih belum menerima
kepergian pacar Anda bersama orang lain, oleh karena itu mulai
besok kita akan mencoba menggali kelemahan dan kelebihan dari
beberapa alternatif yang telah kita bicarakan”.

Keterampilan summary bermanfaat sangat penting bagi konselor dan konseli,


karena memberi kesempatan berpartisipasi pada keduanya. Selain itu, summary sangat
penting untuk mengakhiri satu bagian atau bagian pertama yang kemudian dilanjutkan
pada bagian berikutnya dan juga memberikan kesempatan bagi konselor untuk
mendorong konseli mengutarakan perasaannya mengenai proses konseling. Tujuan dari
summary antara lain untuk menyatukan berbagai unsur-unsur dalam pesan klien,
mengidentifikasi tema-tema umum, mengarahkan pembicaraan klien, mencegah langkah
yang terburu-buru dalam suatu sesi konseling, dan mereview kemajuan yang diperoleh
selama satu atau beberapa kali wawancara.

D. Definisi dan Tujuan Keterampilan Konfrontasi


A. Pengertian
Konfrontasi adalah keterampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor
yang menantang konseli karena adannya ketidaksesuaian yang terlihat dalam
pernyataan dan tingkahlaku konseli, terjadi inkonsistensi antara perkataan dan
perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya. Konfrontasi ini sifatnya membantu klien,
bukan dimaksudkan untuk menyerang klien tetapi hanya dibatasi pada komentar-
komentar khusus terhadap perilaku klien yang tidak konsisten.
Menurut Supriyo dan Mulawarman (2006 : 40) dalam Julianty Safitri (2018)
mengemukakan bahwa “Konfrontasi adalah keterampilan/teknik yang digunakan
oleh konselor untuk menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepansi atau

6
inkronguensi dalam diri klien dan kemudian konselor mengumpan balikkan kepada
klien”. Kesenjangan itu terjadi :
(a) Antara dua pernyataan;
(b) Klien mengatakan satu pihak dia sangat memperhatikan pacarnya tapi dalam
pernyataan lain dia malas menghubungi;
(c) Antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan;
(d) Klien mengatakan bahwa dia sangat minat mengambil tes pegawai, tapi dia
tidak datang ketempat tes tersebut;
(e) Antara pernyataan dan tingkah laku nonverbal;
(f) Klien menyatakan bahwa dia sangat senang bertemu pacarnya tetapi sewaktu
bercerita raut wajahnya sedih;
(g) Antara dua tingkah laku nonverbal;
(h) Kaki gemetar sedangkan bibir tersenyum.
Menurut Retno Tri Hariastuti dan Eko Darmanto (2007 : 54) dalam Julianty
Safitri (2018) mengemukakan bahwa “Konfrontasi merupakan suatu respon verbal
yang digunakan oleh konselor untuk menyatakan adanya diskrepansi atau
kesenjangan antara perasaan, fikiran, dan perilaku klien seperti yang tampak pada
pesan-pesan yang dinyatakannya. Konfrontasi juga dapat digunakan sebagai alat
untuk membawa klien memusatkan perhatian pada bagian atau aspek-aspek perilaku
yang jika diubah dapat membuatnya menjadi orang yang dapat bertindak lebih
efektif.
B. Tujuan
Menurut Hariastuti dan Darminto (2007:54) dalam Julianty Safitri (2018)
mengemukakan bahwa “Tujuan konfrontasi adalah untuk mengenali pesan-pesan
klien yang bercampur aduk atau tidak konsisten, serta bertujuan pula untuk
mengeksplorasi cara-cara lain dalam upaya memahami situasi atau diri klien”.
Sedangkan menurut Hatauruk dan Pribadi, (2011: 27) mengemukakan bahwa “Tujuan
konfrontasi adalah untuk membuat orang agar mengubah pertahanan yang telah
dibangun guna menghindari pertimbangan bidang tertentu dan untuk meningkatkan
komunikasi terus terang. Pertahanan-pertahanan psikologis ini biasanya merupakan

7
bidang yang penting didekati, tetapi sangat sensitive sehingga sangat takut
mengurusinya.

E. Tahapan dalam Keterampilan Konfrontasi


Cormier, Nurius & Osborn (2009) menjelaskan bahwa konfrontasi yang efektif memiliki
empat tahap, yakni:
1) Amati konseli dengan hati-hati untuk mengidentifikasi jenis kesenjangan, atau
distorsi, bahwa sajian konseli. Dengarkan untuk jangka waktu tertentu sehingga
konselor dapat mendeteksi beberapa inkonsistensi sebelum melompat dengan
respon konfrontasi.
2) Menilai tujuan konfrontasi konselor. Pastikan bahwa konforontasi didasarkan
pada kebutuhan konseli untuk ditantang dalam beberapa cara dan bukan pada
kebutuhan konselor untuk menantang konseli. Menilai apakah hubungan tersebut
cukup aman bagi konseli untuk dapat memperoleh manfaat dari konfrontas . Juga
menilai apakah konfrontasi sesuai berdasarkan ras dan etnis, jenis kelamin, dan
usia konseli.
3) Merangkum berbagai elemen kesenjangan tersebut. Dengan demikian,
menggunakan pernyataan yang menghubungkan bagian-bagian dari konflik
daripada perselisihan salah satu bagian, untuk tujuan 34 keseluruhan konfrontasi
adalah untuk menyelesaikan konflik dan untuk mencapai integrasi.
4) Ingatlah untuk menilai efektivitas konfrontasi Konselor. Konfrontasi akan efektif
setiap kali konseli mengakui keberadaan keganjilan atau konflik. Namun, perlu
diingat bahwa efektivitas konfrontasi konselor mungkin tidak langsung.
Perhatikan juga tanda-tanda konseli mungkin merasa defensif atau tanda-tanda
yang menunjukkan reaksi tidak langsung untuk konfrontasi konselor.
F. Jenis-jenis Keterampilan dalam Konfrontasi
Menurut Sugiharto (2013). Konfrontasi dalam wawancara konseling dimaknai
sebagai pemberian tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari konseli.
Konfrontasi yang efektif tidak menyerang klien, tetapi merupakan tanggapan khusus dan
terbatas tentang perilaku klien yang tidak konsisten. Penggunaan keterampilan ini
mensyaratkan beberapa tingkat kepercayaan dalam hubungan konseling yang telah

8
dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan lain. Nada suara, cara mengintroduksi
konfrontasi, sikap badan dan ekspresi wajah, serta tanda-tanda non verbal lainnya
merupakan faktor-faktor utama dalam menerapkan keterampilan ini.
Jenis Konfrontasi :
1. Konfrontasi verbal dan tingkah laku non verbal
Bentuk non verbal dapat berupa gerakan dari anggota tubuh, seperti
mendengarkan, mengangguk tanda setuju dan sentuhan. Sedangkan komunikasi
non-verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, contohnya
menggunakan bahasa tubuh seperti mimik wajah dan gerakan tangan, bahkan
intonasi suara dan kecepatan berbicara.
2. Konfrontasi pesan-pesan verbal dengan tahap-tahap atau langkah-langkah
tindakan.
Konfrontasi pesan-pesan verbal adalah suatu proses di mana seseorang
secara aktif menghadapi atau menyampaikan pendapat atau perasaan mereka
kepada orang lain melalui kata-kata atau komunikasi lisan. Konfrontasi pesan-
pesan verbal sering digunakan dalam berbagai situasi, seperti konflik
interpersonal, pengambilan keputusan kelompok, atau memberikan umpan balik.
Proses ini dapat membantu mengungkapkan perasaan, kebutuhan, atau
keprihatinan dengan jelas dan terbuka. Berikut adalah beberapa tahap atau
langkah-langkah yang dapat digunakan dalam konfrontasi pesan-pesan verbal:
a. Persiapan:
 Identifikasi tujuan: Tentukan apa yang ingin dicapai dengan
konfrontasi ini, apakah itu mencapai pemahaman bersama,
memecahkan masalah, atau menyampaikan perasaan.
 Persiapan materi: Pertimbangkan apa yang ingin dikatakan dan
siapkan argumen atau bukti yang mendukung pesan.
 Pilih waktu dan tempat yang tepat: Pilih waktu dan tempat yang
tenang dan pribadi, di mana Anda dapat berbicara tanpa gangguan.
b. Ekspresi dengan jujur:

9
 Menggunakan Bahasa yang lugas dan faktual. Dapat dimulai
dengan ungkapan yang jujur tentang perasaan yang dirasa atau
yang ada di dalam benak.
 Menghindari mengeneralisasi atau menuduh. Fokuskan pada
perilaku atau situasi spesifik daripada membuat pernyataan umum.
c. Dengarkan dengan aktif:
 Pemberian kesempatan kepada pihak lain untuk merespons.
Dengarkan dengan cermat apa yang mereka katakan tanpa
menginterupsi.
 Menunjukkan empati dan pengertian terhadap pandangan atau
perasaan mereka, meskipun mungkin tidak setuju.
d. Diskusi dan pertanyaan:
 Ajukan pertanyaan yang relevan untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih dalam dan membantu menyelesaikan masalah jika ada.
 Diskusikan bersama solusi atau tindakan yang mungkin
diperlukan.
e. Berikan umpan balik:
 Jika diperlukan, berikan umpan balik atau saran konstruktif
mengenai bagaimana situasi dapat diperbaiki atau apa yang dapat
diubah.
 Hindari menggunakan kata-kata kasar atau menuduh.
f. Jangan menyerang pribadi:
 Fokuskan konfrontasi pada isu atau perilaku, bukan pada pribadi
orang yang Anda bicarakan. Hindari menghina atau
menyalahgunakan.
g. Kesepakatan atau tindakan selanjutnya:
 Usahakan untuk mencapai kesepakatan atau tindakan selanjutnya
yang memungkinkan kedua belah pihak merasa puas dengan
hasilnya.
 Pastikan semua pihak memahami apa yang diharapkan dari mereka
setelah konfrontasi.

10
h. Ikuti dengan tindakan:
 Pastikan Anda dan pihak lain mengikuti tindakan yang telah
disepakati. Ini penting untuk memastikan bahwa konfrontasi tidak
hanya menjadi percakapan kosong.
 Konfrontasi pesan-pesan verbal yang efektif melibatkan
keterbukaan, empati, dan komunikasi yang jelas. Hal ini dapat
membantu dalam penyelesaian konflik, pengambilan keputusan
yang lebih baik, dan memperkuat hubungan interpersonal.
3. Konfrontasi diantara dua pesan verbal (dinyatakannya secara tidak konsisten).
Konfrontasi antara dua pesan verbal yang dinyatakan secara tidak
konsisten mengacu pada situasi di mana seseorang menyampaikan dua pernyataan
atau pesan verbal yang bertentangan atau tidak sesuai satu sama lain. Ini dapat
menciptakan ketidakjelasan, kebingungan, atau konflik dalam komunikasi,
terutama jika orang yang mendengarkan mencatat inkonsistensi tersebut.
4. Konfrontasi dua pesan non verbal (ditampakannya tingkah laku tidak konsisten).
Konfrontasi dua pesan non-verbal merujuk pada situasi di mana tingkah
laku atau ekspresi non-verbal seseorang tidak konsisten atau bertentangan satu
sama lain. Pesan non-verbal dapat mencakup ekspresi wajah, gerakan tubuh,
bahasa tubuh, nada suara, dan bahasa isyarat. Ketidaksesuaian dalam pesan-pesan
non-verbal dapat menciptakan ketidakjelasan, kebingungan, atau konflik dalam
komunikasi.
5. Konfrontasi dua pribadi atau orang (konselor-konseli, konseli-orang tuanya,
konseli saudaranya, dan sebagainya).
Konfrontasi antara dua individu, seperti konselor-konseli, konseli-orang
tuanya, konseli-saudaranya, atau dalam konteks hubungan lainnya, merujuk pada
proses di mana satu pihak secara terbuka dan jujur menghadapi pihak lainnya
mengenai masalah atau perasaan yang perlu dibahas. Ini adalah komponen
penting dalam terapi, konseling, dan penyelesaian konflik interpersonal. Dalam
berbagai situasi ini, konfrontasi dapat digunakan untuk mencapai pemahaman
yang lebih dalam, memecahkan masalah, memperkuat hubungan, atau membantu
individu dalam pertumbuhan dan perubahan pribadi.

11
6. Konfrontasi pesan verbal dan konteks atau situasi.
Konfrontasi pesan verbal dan konteks atau situasi merujuk pada cara di
mana komunikasi lisan atau kata-kata yang diucapkan oleh seseorang dapat
dipengaruhi oleh lingkungan dan situasi di mana komunikasi tersebut terjadi.
Konteks dan situasi dapat memiliki dampak besar pada bagaimana pesan verbal
diinterpretasikan dan diterima oleh pihak lain.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah konseli mengungkapkan beberapa pesan atau pembicaraan untuk beberapa
waktu, konselor mampu melihat konsistensi dan pola pesan konseli, yang kita sebut
sebagai tema. Konselor dapat mengidentifikasi tema dengan mendengarkan apa yang
dibicarakan konseli secara berulang dan dengan intensitas yang paling tinggi.
Tujuan dari summarization untuk mengidentifikasi tema umum atau pola yang
menjadi jelas setelah beberapa pesan setelah beberapa sesi konseling yang dilakukan.
Menggunakan batang kalimat yang sudah konselor pilih, lalu memilih kalimat untuk
mengilustrasikan tema atau untuk mengikat beberapa elemen dari pesan konseli,
dilakukan dengan suara yang jelas dan lugas sebagai respon dari bagian summarization
konselor. Summary sangat penting untuk mengakhiri satu bagian atau bagian pertama
yang kemudian dilanjutkan pada bagian berikutnya dan juga memberikan kesempatan
bagi konselor untuk mendorong konseli mengutarakan perasaannya mengenai proses
konseling. Tujuan dari summary antara lain untuk menyatukan berbagai unsur-unsur
dalam pesan klien, mengidentifikasi tema-tema umum, mengarahkan pembicaraan klien,
mencegah langkah yang terburu-buru dalam suatu sesi konseling, dan mereview
kemajuan yang diperoleh selama satu atau beberapa kali wawancara.
Konfrontasi adalah keterampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor yang
menentang konseli karena adannya ketidaksesuaian yang terlihat dalam pernyataan dan
tingkahlaku konseli, terjadi inkonsistensi antara perkataan dan perbuatan, ide awal
dengan ide berikutnya. Konfrontasi merupakan suatu respon verbal yang digunakan oleh
konselor untuk menyatakan adanya diskrepansi atau kesenjangan antara perasaan, fikiran,
dan perilaku klien seperti yang tampak pada pesan-pesan yang dinyatakannya.
Konfrontasi juga dapat digunakan sebagai alat untuk membawa klien memusatkan
perhatian pada bagian atau aspek-aspek perilaku yang jika diubah dapat membuatnya
menjadi orang yang dapat bertindak lebih efektif. Tujuan konfrontasi adalah untuk
mengenali pesan-pesan klien yang bercampur aduk atau tidak konsisten, serta bertujuan
pula untuk mengeksplorasi cara-cara lain dalam upaya memahami situasi atau diri klien.

13
B. SARAN

Sebagai calon konselor, pemakalah harus menguasai dan memahami berbagai


keterampilan dalam teknik dasar komunikasi konseling. Diantaranya yaitu keterampilan
menyimpulkan dan konfrontasi dalam pemberian layanan konseling agar tercipta konseling
yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA
Budi Prabowo, Agung. 2021. Modul Keterampilan Dasar Konseling. Yogyakarta: Universitas
Ahmad Dahlan.
Safitri, julianty. 2018. Pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok melalui teknik
konfrontasi terhadap pengendalian emosi siswa kelas x smk negeri 4 medan tahun
pembelajaran 2017/2018. Medan : fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas
muhammadiyah sumatera utara.
Lasantha. 2014. Teknik Summary dan Termination.
http://bk112094-kamila.blogspot.com/2014/01/teknik-summary-and-termination.html,
diakses pada tanggal 21 Oktober 2023 pukul 11.02

Ari Kusumawardani, Widya. 2013. “Konfrontasi”,


https://widyaarikusuma.wordpress.com/2013/11/13/konfrontasi/, diakses pada 15
Oktober 2023 pukul 18.53

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai