Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya penulis mampu untuk menyelesaikan makalah dengan judul “ ” ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati penulis meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat direvisi kembali. Karena penulis sangat menyadari, bahwa
makalah yang telah dibuat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta
membantu selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat penulis haturkan, penulis berharap supaya makalah yang telah kami
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 : PEMBAHASAN
A. Isi UU RI no. 12 tahun 2006
B. Alasan UU RI no. 62 tahun 1958 diganti dengan UU RI no. 12 tahun 2006
C. Kelebihan dan kekurangan UU RI no. 62 tahun 1958
BAB 3 : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kewarganegaraan adalah keikutsertaan seseorang menjadi suatu anggota dalam sebuah
lingkup pengaruh kesatuan politik tertentu dalam hal ini sebuah negara, yang memberikan
seseorang tersebut satu hak untuk ikutserta didalam kegiatan politik di negara tersebut.
Seseorang tersebut kemudian disebut sebagai warga negara
Dan pada era reformasi menuntut perubahan paradigma dalam penyelenggaraan negara
yang lebih demokratis dan berdasarkan prinsip negara hukum yang memperkuat
perlindungan hak asasi manusia dan persamaan kesederajatan didepan hukum bagi setiap
warga negara. Wujud perubahan tersebut secara konstitusional terihat dari adanya
amandemen UUD 1945 yang bertujuan untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai
tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945
Oleh karena ini, UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan akhinya digantikan
dengan UU No.12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan. Adanya reformasi peraturan
perundang-undangan tentang kewarganegaraan ini merupakan respon atas tuntutan
demokratisasi dan kebutuhan reformasi lainnya agar masalah hak-hak dan perlindungan
warga negara dapat diposisikan secara tepat didalam rangka perlindungan HAM tanpa
mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena dalam kenyataan dan
praktek UU No. 62 tahun 1958 ini tidak mencerminkan adanya pengakuan dan penghormatan
terhadap hak-hak tersebut. Hal ini terutama disebabkan karena politik hukum negara dan
kebijakan-kebijakan yang mengikutinya sangat diksriminatif tidak saja atas dasar etnis dan
kelas sosial , tetapi juga atas dasar jenis kelamin dan gender.

2.1 RUMUSAN MASALAH


1. Apa isi UU RI no. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan pasal 16-23?
2. Mengapa UU RI no. 62 tahun 1958 diganti dengan UU RI no. 12 tahun 2006?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan UU RI no. 62 tahun 1958?
3.1 TUJUAN
1. Untuk mengetahui isi UU RI no. 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan pasal 16-23
2. Untuk mengetahui alasan UU RI no. 62 tahun 1958 diganti dengan UU RI no. 12 tahun
2006
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan UU RI no. 62 tahun 1958.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. ISI UU NO. 12 TAHUN 2006


1. ISI UNDANG-UNDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006


TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III
SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH
KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 16

Sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
adalah:

Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpahnya sebagai berikut:

Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan seluruh kesetiaan
saya kepada kekuasaan asing, mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan menjalankan
kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan
tulus dan ikhlas.

Yang menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai berikut:

Saya berjanji melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui,
tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara kepada
saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.
Pasal 17
Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, pemohon wajib menyerahkan
dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya kepada kantor imigrasi dalam waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah
atau pernyataan janji setia.

Pasal 18
(1.) Salinan Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) dan berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji
setia dari Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) menjadi bukti
sah Kewarganegaraan Republik Indonesia seseorang yang memperoleh
kewarganegaraan.
(2.) Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh kewarganegaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pasal 19

(1.) Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia dapat
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat.
(2.) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila yang
bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia
paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun
tidak berturut-turut, kecuali dengan perolehan kewarganegaraan tersebut
mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.
(3.) Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), yang bersangkutan dapat diberi izin tinggal tetap sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(4.) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk
menjadi Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 20
Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan
kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden
setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan
berkewarganegaraan ganda.

Pasal 21

(1.) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya
berkewarganegaraan Republik Indonesia.
(2.) Anak warga negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara
sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara Indonesia
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia.
(3.) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) memperoleh
kewarganegaraan ganda, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengajukan dan memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB IV
KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 23
Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:
a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri,
yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin,
bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan
Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam
itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing
atau bagian dari Negara asing tersebut;
g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu Negara asing;
h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya; atau
i. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun
terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia
sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun
berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi
Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan Republik
Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan,
sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
2. KELEBIHAN
a. Jika dibandingkan dengan UU terdahulu UU no12 mempunyai beberapa keunggulan
diantaranya:
tidak mengorbankan keepentingan nasional (mis : kewarganegaraan ganda terbatas
sampai 18 th)
b. adanya asas perlindungan maksimum (mencegah kasus ketiadaan kewarganegaraan)
c. mengakui asas persamaan dalam hukum
d. non diskriminasi (mis : dicabutnya Surat Bukti Kewarganegaraan Republik
Indonesia/SBKRI)

3. NILAI POSITIF UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Warga Negara adalah warga suatu Negara yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, atau dengan kata lain warga
negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara resmi merupakan anggota
resmi dari suatu Negara tertentu. Sedangkan Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal
yang berhubungan dengan warga negara.

UU no 12 tahun 2006 ini telah menghapus semua aturan kewarganegaraan yang


diskriminatif. Selain memperlakukan warga keturunan sama seperti warga bangsa
indonesia lainnya, UU ini juga melakukan terobosan penting yakni dengan memberi
kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campur antaram wni dengan
wna sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan belum menikah. Ketentuan ini bertujuan
untuk melindungi hak hak anak.

Sebelum UU ini disahkan, seorang anak yang lahir di Indonesia dari perempuan
WNI yg menikah dengan pria WNA statusnya adalah WNA. Akibatnya, jika
orangtuanya cerai, anak tersebut akan di deportasi ke negara asal ayahnya. Kasus
semacam itu sudah banyak terjadi.

Lebih kompleks lagi masalah yang dihadapi sang anak apabila negara asal
ayahmya ternyata menolak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut. Dengan
demikian, anak itu akhirnya menjadi kehilangan kewarganegaraan (stateless). Ibunya
mau tidak mau harus mengajukan permohonan kepengasilam agar anaknya dapat
mendapat. kewarganegaraan indonesia. Fengan disajkan. uu ini, maka masalah. semacam
ini tidak perlu terjadi. lagi

B. ALASAN DIGANTINYA UU NO. 62 TAHUN 1958 DENGAN UU NO. 12 TAHUN


2006.
1. Secara filosofis, UU no. 62 tersebut masih mengandung ketentuan-ketentuan yang belum
sejalan dengan falsafah pancasila, antara lain:
a. Masih bersifat diskriminatif.
b. Kurang menjamin pemenuhan Hak Asasi Manusia dan persamaan antar warga
negara.
c. Kurang memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.
2. Secara sosiologis, undang-undang tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan
tuntunan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari mayarakat internasional dalam
pergaulan global yang menghendaki adanya persamaan perlakuan dan kedudukan setiap
warga negara dihadapkan hukum serta adanya kesetaraan dan keadilan gender.
3. Secara yuridis, landasan konstitusional pembentukan undang-undang tersebut adalah
UUD 1950 yang sudah tidak berlaku sejak dekrit presiden 5 Juli 1959. Dalam
perkembangannya, UUD 1945 telah mengalami perubahan yang lebih menjamin
perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dan hak-hak warga negara lainnya.

Menurut UUDS 1950, yang kemudian mendasari lahirnya UU No.62 1958 yang
mengaturtentang kewarganegaraan. Pada UU tersebut berisi ketentuan-ketentuan yang
mengatur tentang status kewaganegaraan Indonesia, yang berdasarkan perundang-
undangan dan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak
17 agustus 1945 telah menjadi warga negara Indonesia. Didalam UU No.62 th 1958 ini
asas kewarganegaraan yang digunakan ialah asas ius sanguinis.
Oleh karena itu, UU No. 12 tahun 2006 dikeluarkan untuk menggantikan UU
kewarganegaraan sebelumnya karena dinilai dari berbagai sudut pandang sangat
bertentangan dengan persamaan kedudukan warga negara Indonesia. Didalam UU ini
banyak di masukan kebijakan baru guna menghapuskan diskriminasi dan mencegah
terjadinya pelanggaran hak warga negara Indonesia. Dalam UU No.12 tahun 2006
terdapat beberapa asas kewarganegaraan yang diberlakukan, diantaranya sebagai berikut:

a. Asas ius sanguinis, merupakan asas yang menentukan status kewarganegaraan


seseorang dengan berdasarkan berdasarkan pertalian darah atau keturunan.
b. Asas ius soli, merupakan asas yang cara menentukan kewarganegaraan seseorang
dengan berdasarkan negara tempat kelahiran seseorang tersebut, ini diberlakukan
secara terbatas untuk anak-anak sesuai peraturan yang ada pada UU No. 12 Tahun
2006.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, merupakan asas yang memberlakukan bahwa setiap
orang hanya memiliki satu status kewarganegaraan.
d. Asas kewarganegaraan ganda(dwi) terbatas, merupakan asas yang memberlakukan
dwi kewarganegaraan untuk anak-anak berdasarkan ketentuan yang tercantum pada
UU No. 12 Tahun 2006.berdasarkan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU
nomor 12 tahun 2006.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN UU NO. 62 TAHUN 1958


1. Kelebihan:
a. menyelesaikan masalah Dwi-Kewarganegaraan yang ada pada waktu itu;
b. mencegah timbulnya Dwi-kewarganegaraan di kemudian hari. Dalam Perjanjian ini ,
masalah Dwi-Kewarganegaraan yang ada itu diselesaikan dengan cara
menghilangkan salah satu kewarganegaraan yang serempak dimiliki seseorang. Untuk
itu kedua belah pihak menyepakati hal-hal berikut ini:
1) Suatu golongan diantara mereka yang berdwi-Kewarganegaraan dianggap
tidak mempunyai kewarganegaraan rangkap lagi, karena menurut pendapat
pemerintah Indonesia kedudukan sosial politik mereka membuktikan bahwa
mereka dengan sendirinya (secara implicit) telah melepaskan
kewarganegaraan RRC nya. Dengan demikian pula halnya dengan istri dan
anaknya yang belum dewasa, diikutkan dalam anggapan itu.
2) Mereka yang berkewarganegaraan rangkap selain butir a diatas, harus memilih
dengan kehendak sendiri salah satu kewarganegaraan yang akan mereka
pertahankan, dengan ketentuan bahwa mereka yang menyatakan pilihannya,
bagi Indonesia menjadi orang asing. Suami/isteri yang berkewarganegaraan
rangkap menetukan pilihannya masing masing. sementara itu anak selama
belum dewasa, mengikuti pilihan bapak/ibunya. Jika kemudian telah dewasa
anak tersebut harus memilih salah satu kewarganegaraan. Apabila ia tidak
menyatakan pilihannya, ia dianggap tetap berkewarganegaraan seperti selama
ia belum dewasa.

2. Kekurangan:
a. Adanya diskriminasi dan bias gender.
Hal ini mengakibatkan ketidakadilan terhadap wanita dan pria terhadap warga yang
melakukan perkawinan campur. Diskriminasi gender merujuk kepada bentuk
ketidakadilan terhadap individu tertentu, hal ini terjadi karena kecenderungan
manusia untuk membeda-bedakan diri dengan orang lain.
Sementara itu, bias gender adalah kondisi dimana terdapat penyimpangan atau
pembelokan arah dalam peran-eran antar pria dan wanita, ruang lingkupnya tersebar
dalam berbagai persoalan. Faktor utama yang menjadi sebab adalah pandangan
bahwa peran waanita terbatas karena pria dinilai lebih kompeten dan lebih mampu
dalam banyak hal.
b. Menganut asas ius sanguinis, dimana seorang anak harus mengikuti kewarganegaraan
ayahnya, ia tidak memiliki kebebasan memilih kewarganegaraan yang diinginkannya.
c. Menjadi aparat birokrasi, dalam Undang-Undang No.62 Tahun harus sesuai dengan
undang-undang/peraturan/perjanjian yang berlaku terlebih dahulu. Sedangkan dalam
Undang-Undang No.12 Tahun 2006 anak yang lahir di wilayah Indonesia tetapi ayah
dan ibunya tidak diketahui, maka dia dinyatakan menjadi warga negara Indonesia.
d. UU kewarganegaraan no. 62 tahun 1958 ini baik secara filosofis, yuridis, maupun
sosiologis tidak memenuhi syarat.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan digantikan dengan UU No.12
tahun 2006 tentang kewarganegaraan sebagai respon atas tuntutan demokratisasi dan
kebutuhan reformasi lainnya. UU no 12 tahun 2006 ini telah menghapus semua aturan
kewarganegaraan yang diskriminatif. UU ini juga melakukan terobosan penting yakni
dengan memberi kewarganegaraan ganda bagi anak dari hasil perkawinan campur
antaram wni dengan wna sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan belum menikah.
Ketentuan ini bertujuan untuk melindungi hak hak anak.
Dalam UU No.12 tahun 2006 terdapat beberapa asas kewarganegaraan yang
diberlakukan, diantaranya sebagai berikut:
a. Asas ius sanguinis.
b. Asas ius soli,
c. Asas kewarganegaraan tunggal.
d. Asas kewarganegaraan ganda(dwi) terbatas.

B. SARAN
Dalam menciptakan kebijakan Negara diperlukan ketelitian dan kekongruenan dengan
berbagai dinamika kehidupan masyarakat agar tidak terjadi lagi diskriminasi, pelanggaran
ham, maupun tindakan-tindakan lainnya yang dapat merugikan orang lain serta Negara.
Sebagai warga Negara juga diperlukan rasa solidaritas dan empati bagi sesama demi
kemajuan bangsa Indonesia ini dan jangan sampai tindakan kita menimbulkan
perpecahan kebhinekaan yang dapat menghancurkan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU12-2006KewarganegaraanRI.pdf

http://eprints.unsri.ac.id/4008/1/Perubahan_Paradigma.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/2922/2/1HK09323.pdf

https://antromaster.blogspot.com/2012/12/kewarganegaraan.html

http://magazineofhanny.blogspot.com/2011/03/uu-ri-no-12-th2006.html

https://herayantiyusuf.blogspot.com/2013/03/uu-kewarganegaraan-indonesia.html#

Diposting oleh Selliaa Sella di 15.01

http://selliapkn.blogspot.com/2016/09/nilai-positif-uu-kewarganegaraan-no12.html

https://guruppkn.com/undang-undang-kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai