Anda di halaman 1dari 42

TEORI PERKEMBANGAN ANAK

A. Pengertian Perkembangan Anak


Istilah perkembangan (development) dalam psikologi merupakan
sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Di dalamnya terkandung
banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep
perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang
terkandung di dalamnya, diantaranya adalah pertumbuhan, kematangan, dan
perubahan.
Secara sederhana Seifert dan Hoffnung mendefinisikan
perkembangan sebagai Long-term changes in a persons growth feelings,
paterns of tingking, social relationships, and motor skills.1
Menurut Monks dkk, mengartikan perkembangan sebagai suatu
proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang
kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang
lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar. 2
Sedangkan Desmita mendefinisikan perkembangan tidak terbatas
pada pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi
jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan,
melalui pertumbuhan dan belajar. 3
Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan.
Pertumbuhan (growth) sebenarnya merupakan sebuah istilah yang sering

1
Seifert, K.L. dan Hoffnung, R.J., Child and Adolescent Development, (Boston: Houghton
Mifflin Company, 1994), hlm. 17.
2
F.J. Monks A.M.P Knoers, Ontwikkelings Psychology, terj. Siti Rahayu Haditono,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), cet. 11, hlm. 1
3
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 4
digunakan dalam biologi, sehingga pengertian lebih bersifat biologis. 4 C.P.
Chaplin, mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan
dalam ukuran bagian-bagian tubuh dari organisme sebagai suatu
keseluruhan.5 Menurut A.E. Sinolungan, pertumbuhan merujuk pada
perubahan kuantitatif, seperti panjang, volume, atau berat. 6 Sedangkan
Ahmad Tanthowi, mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang
meningkat dalam ukuran, sebagai akibat dari adanya perbanyakan sel-sel. 7
Pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani yang disebut di atas,
sebenarnya merupakan satu kesatuan dalam diri manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Laju perkembangan rohani dipengaruhi oleh
laju pertumbuhan jasmani, demikian juga sebaliknya. Pertumbuhan dan
perkembangan itu pada umumnya berjalan selaras dan pada tahap-tahap
tertentu menghasilkan kematangan, baik kematangan jasmani maupun
kematangan mental.
Istilah kematangan dalam bahasa inggris disebut dengan maturation.
Chaplin mengartikan kematangan sebagai; 1) perkembangan atau proses
mencapai kemasakan (kemantapan), 2) proses perkembangan, yang dianggap
berasal dari keturunan, atau tingkah laku khusus individu (spesies). 8
Sementara itu Davidoff, menggunakan istilah kematangan untuk
menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada
pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan syaraf. Proses kematangan ini
juga sangat tergantung pada gen karena pada saat terjadinya pembuahan, gen
sudah memprogram potensi-potensi tertentu untuk perkembangan mahluk
tersebut di kemudian hari.9

4
Ibid. 5.
5
C.P. Chaplin, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), cet. ke-8, hlm. 9.
6
Sinolungan, A.E., Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Gunung Agung,
1997), hlm. 8.
7
Desmita, Op. cit., hlm. 5.
8
C.P. Chaplin, Op. cit., hlm. 6.
9
Davidoff, L.L., Introduction to Psychology, terj. Mari Juniati, (Jakarta: Erlangga, 1988),
hlm. 11.
Jadi kematangan sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa
individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut
mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian,
kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau
pembawaan, karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang
umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. 10
Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau
fisik, sedang perkembangan berkenaan dengan aspek-aspek psikis atau
rohaniah. Pertumbuhan menunjukkan perubahan secara kuantitas, yaitu
penambahan ukuran besar, tinggi ataupun berat, sedang perkembangan
berkenaan dengan peningkatan kualitas, yaitu peningkatan dan
penyempurnaan fungsi.11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur, sedang
perkembangan dengan penyempurnaan fungsi.
Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini
bersifat kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material,
melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi.
Baik pada pertumbuhan maupun perkembangan berhubungan pula
dengan kematangan, yang merupakan masa yang terbaik bagi berfungsinya
atau berkembangnya aspek-aspek kepribadian tertentu. 12 Misalnya usia satu
tahun merupakan masa kematangan bagi bayi untuk berjalan, usia enam
tahun bagi kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses
pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, disamping itu
disebabkan pula perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian bisa
dirumuskan pengertian perkembangan adalah perubahan kualitatif dari pada

10
Ibid.
11
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 111.
12
Ibid, hlm. 112.
setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. 13 Hal ini
senada dengan apa yang disampaikan oleh Muhibbin Syah yang
mendefinisikan perkembangan sebagai proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ
jasmaniahnya itu sendiri.14 Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan
itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh
organ-organ fisik. Perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia
mengakhiri hayatnya. Sementara itu, pertumbuhan hanya terjadi sampai
manusia mencapai kematangan fisik (maturation).15 Artinya orang tak akan
bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai
tingkat kematangan.
Fungsi-fungsi kepribadian manusia berhubungan dengan aspek
jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah
diantaranya adalah:
1. Fungsi motorik pada bagian-bagian tumbuh.
2. Fungsi sensorik pada alat-alat indera.
3. Fungsi neurotik pada sistem syaraf.
4. Fungsi seksual pada bagian-bagian tumbuh yang erotis.
5. Fungsi pernafasan pada organ pernafasan.
6. Fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi.
7. Fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan.
Sedangkan fungsi-fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan misalnya:
1. Fungsi perhatian.
2. Fungsi pengamatan.
3. Fungsi tanggapan.
4. Fungsi ingatan.
5. Fungsi fantasi.
6. Fungsi pikiran.

13
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm. 54.
14
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 11.
15
Ibid.
7. Fungsi perasaan.
8. Fungsi kemauan.16
Setiap fungsi yang disebutkan di atas, baik yang jasmaniah maupun
yang kejiwaan, dapat mengalami perubahan. Perubahan pada fungsi-fungsi
tersebut tidak secara kuantitatif, melainkan lebih bersifat kualitatif. Perubahan
yang kualitatif tidak dapat dikatakan sebagai pertumbuhan, melainkan sebagai
perkembangan. Oleh karena perkembangan menyangkut berbagai fungsi, baik
jasmaniah maupun rohaniah, maka akan salah apabila kita beranggapan bahwa
perkembangan adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis.

B. Hukum-hukum Perkembangan
Perkembangan tidak dapat dipisahkan daari pertumbuhan.
Pertumbuhan sesuatu materi jasmaniah dapat menumbuhkan fungsi dan
bahkan perubahan fungsi pada materi jasmanish itu. Perubahan fungsi
jasmaniah dapat menghasilkan kematangan atas fungsi itu. Kematangan
fungsi-fungsi jasmaniah sangat mempenaruhi perubahan pada fungsi-fungsi
kejiwaan. Itulah sebabnya mengapa perkembangan tidak dapat dipisahkan
dengan pertumbuhan.
Seperti halnya pertumbuhan yang terjadi dengan hukum-hukum
tertentu, demikian pula perkembangan tidak terjadi secara kebetulan,
melainkan dengan hukum-hukum tertentu pula. Hukum perkembangan
diantaranya adalah:
1. Perkembangan adalah kualitatif
Perkembangan tidak mengenai materi, melainkan mengenai
fungsi. Perubahan fungsi tidak terjadi secara kuantitatif, melainkan
secara kualitatif. Dengan demikian perkembangan itu adalah kualitatif.
2. Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil belajar
Berbagai bukti menunjukkan bahwa ciri perkembangan fisik dan
mental sebagian berasal dari proses kematangan intrinsik dan sebagian
16
Wasty Soemanto, Op. cit., hlm. 55.
17
berasal dari latihan dan usaha individu. Belajar merupakan kegiatan
yang dinamis, oleh karena itu wajar bahwa pengatahuan, keterampilan
dan sikap seseorang menjadi berkembang setelah belajar. Perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini akan menentukan
tingkat kedewasaan. Tingkat-tingkat kedewasaan seseorang merupakan
indikator penting bagi perkembangan orang, baik secara jasmaniah
maupun kejiwaan.
3. Usia mempengaruhi perkembangan
Beberapa anak berkembang dengan lancar bertahap dan langkah
demi langkah, sedangkan yang lain bergerak dengan melonjak. Beberapa
diantaranya menunjukkan sedikit penyimpangan. Oleh karena itu semua
anak tidak mencapai titik perkembangan yang sama pada usia yang
18
sama. Dengan bertambahnya usia, maka perkembangan dan
pertumbuhan seseorang berlangsung terus menuju kepada tingkat
kematangan-kematangan tertentu pada fungsi-fungsi jasmaniah.
Kematangan fungsi jasmaniah dapat mempercepat proses perkembangan,
baik pada fungsi jasmaniah itu sendiri maupun pada fungsi kejiwaan.
4. Masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang
berbeda-beda.
Dalam keadaan normal, perkembangan seseorang berlangsung
dalam tempo tertentu yang tidak mesti sama jika dibandingkan dengan
tempo perkembangan orang lain. Tergantung tingkat faktor-faktor yang
19
mempengaruhinya, baik secara internal maupun eksternal.
5. Dalam keseluruhan periode perkembangan, setiap perkembangan
individu mengikuti pola umum yang sama.
Setiap individu berkembang dengan mengikuti pola umum yang
sama. Ini dikarenakan masing-masing individu memiliki material serta
fungsi-fungsi yang sama untuk bertumbuh. Perubahan sifat-sifat genes

17
Elisabeth B. Hurlock, child development, terj. Meitasari Candrasa dan Muslimah
Zarkasih, (Jakarta: Erlangga, tth), hlm. 28
18 Ibid. hlm. 35
19 Wasti Sumanto, Op.cit, hlm. 56
terjadi secara berkesinambungan dan teratur meskipun terdapat pengaruh
lingkungan yang menyebabkan perbedaan perkembangan, namun pola
20
umum perkembangan tetap sama.
6. Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan
Setiap fenomena atau gejala perkembangan anak merupakan
produk dari kerjasama dan pengaruh timbal balik antara potensi hereditas
21
dengan faktor lingkungan. Faktor hereditas dan lingkungan sama-sama
penting bagi perkembangan individu. Hereditas menumbuhkan fungsi-
fungsi dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan pengaruh lingkungan
lainnya mengembangkan fungsi-fungsi dan kapasitas. Baik rangsangan
hereditas dan rangsangan lingkungan berinteraksi saling mempengaruhi
untuk menimbulkan proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini
22
mengharuskan pendidik untuk melakukan usaha-usaha:
a. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
b. Memotivasi kegiatan anak untuk belajar, dan
c. Membimbing perkembangan anak kearah perkembangan
optimal
7. Perkembangan yang lambat dapat dipercepat
Lambatnya perkembangan pribadi anak yang diakibatkan oleh
penyakit, tekanan batin keputusasaan dan kurangnya perhatian dari
lingkungan dapat dipercepat, melalui sikap pro aktif dari orang tua yang
dedaktis, penciptaan lingkungan yang kondusif, serta memotivasi belajar
anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki anak.
8. Perkembangan meliputi proses individuasi dan integrasi
Meskipun tingkah laku individu pada mulanya bersifat umum,
namun dengan majunya pertumbuhan terjadilah perkembangan masing-
masing fungsi yang tidak bersamaan. Dalam pola umum pertumbuhan
fisiknya, muncullah fungsi menggunakan sebelah tangannya tanpa
dibarengi dengan penggunaan tangan yang sebelahnya lagi. Gerakan
tangan yang masih global itu kemudian disusul dengan gerakan otot balik
20 Ibid.
21 Kartono Kartini, Psikologi Anak, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 21
22 Wasti Sumanto, Op.cit, Ihlm. 58
pada tangan dan jari untuk dapat memegang sesuatu benda. Dan akhirnya
berkembanglah kecakapan sensoris-motorik seperti menulis dan memetik
senar gitar. Ini merupakan proses individuasi dengan jalan
mendefinisikan gerakan-gerakan khusus secara berangsur-angsur dari
pola gerak global atau umum.
Perkembangan juga merupakan proses integrasi. Perkembagan
pribadi terjadi dari kondisi sederhana menuju kondisi yang semakin
kompleks. Kecakapan-kecakapan yang bersifat kompleks berkembang
melalui koordinasi dan integrasi dari fungsi-fungsi yang lebih sederhana
dan kecil-kecil. Kenyataan ini menghendaki agar pendidikan mampu
membimbing anak sehingga anak dapat mengungkap potensi-potensi
yang dimiliki secara totalitas.23

C. Aspek-Aspek Perkembangan
Perkembangan berhubungan dengan keseluruhan kepribadian individu,
karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi.
Kesatupaduan kepribadian ini sebenarnya sukar dipisah-pisahkan, tetapi untuk
sekedar membantu mempermudah dalam memepelajari dan memahaminya,
pembahasan aspek demi aspek bisa dilakukan
Secara sederhana kita dapat membedakan beberapa aspek utama
kepribadian, yaitu aspek fisik dan motorik, aspek intelektual, aspek sosial,
aspek bahasa, aspek emosi, dan aspek moral dan keagamaan. 24 Aspek-aspek
ini adalah aspek-aspek besar yang terbagi lagi atas sub aspek dan sub-sub
aspek yang lebih kecil.
Perkembangan dari setiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-
sama atau sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau
mungkin juga mengikuti aspek lainnya, tergantung dari faktor lingkungan
tumbuh anak. Demikian uraian singkat dari aspek-aspek perkembangan:

23
Ibid, hlm. 56-59.
24
Nana Syaudih Sukmadinata, Op. cit., hlm. 114.
1. Aspek Fisik dan Motorik
Aspek ini mengalami perkembangan yang sangat menonjol
adalah pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan
tahun-tahun pertama kehidupannya. Selama sembilan bulan dalam
kandungan, ukuran fisik bayi tumbuh dan berkembangan dari
seperduaratus mili meter menjadi 50 cm panjangnya. Selama dua tahun
pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi
anak kecil yang bisa duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan
dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan berbagai benda atau
alat pada akhir tahun kedua.

2. Aspek Intelektual
Aspek kognitif atau intelektual perkembangannya diawali dengan
perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan dan
memecahkan masalah sederhana, kemudian berkembang ke arah
pemahaman dan memecahkan masalah yang lebih rumit. Aspek ini
berkembang pesat pada masa mulai masuk sekolah dasar (6-7 tahun).
Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada
masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun). Walaupun individu
semakin pandai setelah belajar di perguruan tinggi, namun para ahli
berpendapat bahwa setelah usia 17 tahun atau 18 tahun peningkatan
kemampuan terjadi sangat lamban, yang ada hanyalah pengayaan,
pendalaman dan perluasan wawasan.25

3. Aspek Sosial
Aspek sosial anak berkaitan dengan hubungan anak dengan
orang-orang di sekitarnya.
Lama, sebelum matanya dapat melihat dengan jelas, bayi yang
baru dilahirkan akan merespon bunyi atau suara dan menuju ke asal suara

25
Ibid. hlm. 115.
sebagaimana layaknya orang dewasa. 26 Bayi harus diberikan perawatan
dengan penuh kelembutan, kasih sayang dan perhatian yang konsisten,
sebab pada masa itu bayi sedang belajar tentang kasih sayang dan
mempercayai orang lain. Anak yang merasa diberikan kasih sayang dan
keamanan pada masa awal perkembangannya, maka ia kelak mudah
mengembangkan persahabatan dan kedekatan dengan orang lain. 27
Ketrampilan sosial cukup kompleks, dan anak perlu waktu untuk
memahaminya. Anak perlu belajar tentang bagaimana merasakannya,
bagaimana mendengar, berbagi, bekerjasama, mengambil atau memberi,
dan mengatasi konflik. Umumnya bayi dan anak kecil dikenalkan oleh
keinginan-keinginan dan perasaannya sendiri. Mereka belum dapat
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Ia akan berbuat sesuatu
sesuai dengan apa yang ia rasakan dan inginkan.

4. Aspek Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan menirukan bunyi dan
perabaan. Perkembangan selanjutnya berhubungan erat dengan
perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat
untuk berfikir. Berfikir merupakan suatu proses memahami dan melihat
hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa
alat bantu, yaitu bahasa. Perkembangan kedua aspek ini saling menunjang.
Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain,
dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian
perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling
menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial.

5. Aspek Emosi
Perkembangan aspek afektif atau perasaan (emosi) berjalan
konstan, kecuali pada masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja

26
Ali Nugraha dan Neny Ratnawati, Kiat Merangsang Kecerdasan Anak: Panduan Agar
Anak Komunikatif dan Berfikir Kreatif, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), cet. 2, hlm. 64.
27
Ibid.
tengah (usia 15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa
optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi dengan rasa bingung
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pada masa
remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka.
Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (usia 18-21 tahun). Kalau
pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua,
ambivalensi, maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian
sikap yang relatif mempunyai kepercayaan diri. 28

6. Aspek Moral dan Keagamaan


Aspek moral dan keagamaan juga berkembang sejak kecil. Peranan
lingkungan terutama keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini.
Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena
meniru, kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan
prakarsa sendiri inipun, pada mulanya dilakukan karena ada kontrol atau
pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontrol dari dalam
dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah
melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa
perintah, tanpa harapan akan suatu imbalan atau pujian. Secara potensial
tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja,
tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu sangat berpengaruh
terhadap pencapaian nya.29
Sebagai realisasi tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak
dalam hal keagamaan, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk
diperhatiakan orang tua, yaitu pendidikan ibadah, pendidikan pokok-
pokok ajaran agama, pendidikan akhlakul karimah dan pendidikan
aqidah islamiyah30

28
Nana Syaodih Sukmadinata, Op. cit., hlm. 115.
29
Ibid., hlm. 116.
30
H.M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarata: Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 105.
Secara umum terdapat pola-pola perkembangan, baik untuk setiap
aspek maupun keseluruhan aspek perkembangan, tiap individu seringkali
ditemukan kekhususan-kekhususan. Terbentuknya pola khusus ini berkaitan
erat dengan perpaduan antara foktor-faktor yang ada dalam diri individu
dengan faktor luar.

D. Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai
fase perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan
bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya. Sekalipun
perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini
dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya.
Menurut Toy Buzan, secara garis besar seorang anak mengalami tiga
tahap perkembangan penting, yaitu kemampuan motorik, perkembangan
fisik dan perkembangan mental.31
Kemampuan motorik melibatkan keahlian motorik kasar, seperti
menunjang berat tubuh di atas kaki, dan keahlian motorik halus seperti
gerakan halus yang dilakukan oleh tangan dan jari. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik mengacu pada perkembangan alat-atal indra.
Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa, ingatan, kesadaran
umum, dan perkembagan kecerdasan.32
Para ahli psikologi perkembangan pada umunya membagi periodisasi
perkembangan didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga
hal antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan
psikologis dan periodisasi berdasarka dedaktis. 33

31
Tony Buzan, Brain Child: Cara Pintar Membuat Anak Jadi Pintar, Terj. Marselita
Harapan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 159.
32
Ibid.
33
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: Teraju Mizan Publika,
2004), hlm. 173.
1. Periodisasi berdasarkan perubahan biologis
Periodisasi ini bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan
Aristoteles yang menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai
mencapai dewasa dalam tiga periode, sebagai berikut:
a. Fase kecil (0 sampai 7 tahun: masa bermain)
b. Fase anak sekolah (7 sampai 14 tahun: masa anak sekolah
rendah)
c. Fase remaja (14 sampai 21 tahun: masa peralihan)
Yang dijadikan dasar Aristoteles dalam pembagian perkembangan
adalah dengan memperhatikan gejala pertumbuhan jasmani: antara fase
pertama dan fase kedua dibatasi dengan pergantian gigi, antara fase kedua
dan ketiga ditandai dengan bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin.
2. Periodisasi berdasarkan psikologis
Tokoh yang menggunakan periodisasi ini adalah Oswald Kroch.
Gejala psikologis yang dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa
kegoncangan. Menurut Kroch, kegoncangan yang ia istilahkan dengan
trotz, dialami manusia selama dua kali, yakni; a) pada tahun ketiga,
keempat kadang-kadang permulaan tehun kelima, dan b) pada permulaan
masa pubertas.
3. Periodisasi berdasarkan dedaktis
Dasar dedaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa
perkembangan ini adalah berhubungan dengan masalah materi apa yang
harus diberikan dan bagaimana mengajarkan materi itu kepada anak.
Tokoh pencetus pembagian periode ini adalah John Amos Comenius
yang terkenal konsepsinya mengenai bermacam-macam sekolah yang
disesuaikan dengan perkembangan anak. Secara singkat periodesasi yang
34
dibuat Comenius antara lain sebagai berikut:
a. Masa sekolah ibu, (untuk anak usia 0 sampai 6 tahun)
b. Masa sekolah bahasa ibu (untuk anak usia 6 sampai 12
tahun)
c. Masa sekolah bahasa latin, (untuk anak usia 12 sampai 18
tahun)
d. Masa sekolah tinggi, (untuk anak usia 18 sampai 24 tahun)

34
Kartini Kartono, Op.cit, hlm. 34-35
Jalaluddin juga membagi perkembangan kedalam beberapa tahap
sekaligus menerangkan bimbingan apa yang harus diberikan yang mengacu
35
pada pernyataan-pernyataan Rasullullah.
1. Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung
pada lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada
gerak-gerak, menangis. Usia setahun secara berangsur dapat
mengucapkan kalimat satu kata, 300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia
4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu serta memiliki sifat egosentris, dan
usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak
mulai tumbuh dorongan untuk belajar. Dalam membentuk diri anak pada
usia ini menurut Rasulullah adalah dengan cara belajar sambil bermain
karena dinilai sejalan dengan tingakt perkembangan usia ini.
2. Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada
perkembangan intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya
sehingga rasullullah menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada
pembentukan disiplin dan moral (Addibhu). Sebagai langkah awal yang
dinilai efektif dalam pembentukan disiplin pada usia ini adalah shalat,
puasa dibulan Ramadhan, mengaji, dan lain sebagainya.
3. Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki
rentang masa dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini
anak berada pada masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi
bengal, perkataan-perkataan kasar menjadi perkataan harian sehingga
dengan sikap emosional ini mendorong anak untuk bersikap keras dan
mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu masa pancaroba yaitu
masa peralihan dari kanak-kanak ke masa pubertas. Dalam kaitannya
dengan kehidupan beragama, gejolak batin seperti itu akan menimbulkan

35
Jalaluddin, Mempersiapkan Anak Saleh (Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasul
Allah SAW), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 117-137
konflik. Pada tingkat tertentu tak jarangkonflik batin menjurus pada
keraguan terhadap keyakinan yang dianutnya, dan puncaknya akan
berakibat pada terjadinya konversi.

Perkembangan pribadi manusia menurut Wasty Soemanto dibagi ke


dalam beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan aspek
fisiologis, perkembangan aspek psikologis, perkembangan aspek sosial, dan
perkembangan aspek didaktis/pedagogis.36 Tahap-tahap perkembangan untuk
tiap aspek tersebut tidaklah sama. Berikut ini dikemukakan tahap-tahap
perkembangan pada tiap-tiap aspek secara umum.
1. Tahap-tahap perkembangan fisiologis
Perkembangan fisiologis merupakan perubahan kualitatif
terhadap struktur dan fungsi-fungsi fisiologis. Dengan adanya berbagai
penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan biologis manusia,
akhirnya orang pun dapat menemukan pengetahuan tentang tahap-tahap
perkembangan fisiologis manusia secara agak mendetail.
Berikut ini tahap-tahap perkembangan fisiologis yang cukup
terperinci sesuai dengan hasil penelitian dari Gesell dan Amatruda.
Menurut mereka tahap-tahap perkembangan fisiologis manusia dari awal
prenatal sampai usia 5 tahun:
a. Tahap konsepsi (seminggu setelah pembuahan); dalam tahap ini
sperma memasuki ovum dan dalam proses pertumbuhannya terjadi
pula pengorganisasian sel-sel germinal.
b. Tahap embrionik (1 minggu sesudah konsepsi sampai umur 8
minggu kandungan); dalam tahap ini setelah ovum dimasuki oleh unsur
syaraf dari ibu, terjadilah pertumbuhan sistem syaraf. Dalam proses
pertumbuhan sistem syara ini terjadi pula pembentukan fungsi pre-
neural.
c. Tahap fetal (umur 2 sampai 2,5 bulan kandungan); tahap ini terjadi
pembentukan fungsi informasi dan komunikasi dengan sensitifitas oral.

36
Wasty Soemanto, Op. cit., hlm. 60.
d. Tahap perluasan fetal (umur 2,5 sampai 3,5 bulan kandungan):
dalam tahap ini terjadi perluasan pembentukan fungsi vetal dengan
berkembangnya sistem syaraf dan jaringan otak di kepala.
e. Tahap perkembangan reflek (umur 3,5 sampai 4 bulan kandungan);
fungsi reflek mulai berkembang.
f. Tahap perkembangan alat pernafasan (umur 4 sampai 4,5 bulan
kandungan); dalam tahap ini terjadi perkembangan fungsi pernafasan
pada bayi prenatal.
g. Perkembangan fungsi tangan (umur 4,5 sampai 5 bulan
kandungan); tahap ini tangan dan jari-jarinya mulai dapat bergerak-
gerak.
h. Tahap perkembangan fungsi leher (umur 5 sampai 6 bulan
kandungan); tahap ini terjadi percepatan gerakan dan reflek pada leher.
i. Tahap perkembangan fungsi otonomik (umur 6 bulan sampai
lahir); dengan semakin lengkapnya pertumbuhan material tubuh bayi,
maka dalam tahap ini berkembanglah fungsi sistem otonomik dengan
pengendalian fisiko-kimiawi.
j. Tahap kelahiran (sekitar 9 sampai dengan 10 bulan kandungan);
dalam tahap ini terjadi perkembangan pesat pada fungsi vegetatif.
k. Tahap perkembangan fungsi penglihatan (usia 1 bulan); bayi mulai
dapat melihat benda-benda di alam sekitarnya, ini berlangsung sampai
usia 4 bulan.
l. Tahap keseimbangan kepala (usia 4 sampai 7 bulan); dalam tahap
ini gerakan kepala semakin seimbang.
m. Tahap perkembangan fungsi tangan (usia 7 sampai 10 bulan) tahap ini
gerakan-gerakan tangan anak semakin terarah dan semakin kuat, sehingga
anak cakap memegang dan menangkap sesuatu dengan tangan.
n. Tahap perkembangan fungsi otot dan anggota badan (usia 10 bulan
sampai 1 tahun); anak mengalami perkembangan berangsur-angsur
dalam hal duduk, merayap, merangkak dan merambat.
o. Tahap perkembangan fungsi kaki (usia 1 sampai 1,4 tahun); anak
mulai dapat berdiri dan belajar berjalan.
p. Tahap perkembangan fungsi verbal (usia 1,5 sampai 2 tahun); anak
mulai dapat menirukan dan mengucapkan kata-kata, dan kemudian
pernyataan-pernyataan singkat.
q. Tahap perkembangan toilet (umur 2 sampai 3 tahun); anak mulai
dapat belajar kencing dan buang air besar tanpa bantuan orang lain.
r. Tahap perkembangan fungsi bicara (usia 3 sampai 4 tahun); anak
mulai bicara secara jelas dan berarti. Kalimat yang diucapkan anak
mulai semakin baik.
s. Tahap belajar matematik (usia 4 sampai 5 tahun); anak mulai dapat
belajar matematik sederhana misalnya, menyebutkan bilangan,
menghitung urutan bilangan dan penguasaan jumlah kecil dari pada
benda-benda.
t. Tahap sosialisasi (usia 5 sampai 7 tahun); dalam tahap ini anak mulai
dapat belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya. Dalam umur ini
anak siap mengikuti pendidikan kanak-kanak. 37

2. Tahap-tahap perkembangan psikologis


Perkembangan psikologis pribadi manusia dimulai sejak masa
bayi hingga masa dewasa. Seperti halnya pada perkembangan fisiologis,
maka perkembangan psikologis melalui pentahapan tertentu yang
berbeda dengan pentahapan perkembangan fisiologis.
Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), perkembangan
fungsi dan kapasitas kejiwaan manusia berlangsung dalam 5 tahap,
sebagai berikut:
a. Perkembangan masa bayi (sejak lahir 2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan pribadi didominasi oleh
perasaan. Perasaan-perasaan senang atau tidak senang menguasai diri
anak bayi, sehingga setiap perkembangan fungsi pribadi dan tingkah
laku bayi sangat dipengaruhi oleh perasaan. Perasaan ini sendiri tidak

37
Ibid, hlm. 61-63.
tumbuh dengan sendirinya, melainkan berkembang sebagai akibat
dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimuli lingkungannya.
b. Perkembangan masa kanak-kanak (2 12 tahun)
Dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak dimulai dengan
makin berkembangnya fungsi-fungsi indera anak untuk mengadakan
pengamatan. Perkembangan fungsi ini memperkuat perkembangan
fungsi pengamatan pada anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa
perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masa ini sangat
didominasi oleh pengamatannya.
c. Perkembangan masa pre adolesen (12 15 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual
pada anak sangat dominan dengan adanya pertumbuhan sistem syaraf
serta fungsi pikirannya, anak mulai kritis dalam menanggapi suatu ide
atau pengetahuan dari orang lain. Kekuatan intelektual kuat, energi
fisik kuat, sedangkan kemauan kurang keras. Dengan pikirannya yang
berkembang anak mulai belajar menemukan tujuan-tujuan serta
keinginan-keinginan yang dianggap sesuai baginya untuk
memperoleh kebahagiaan.
d. Perkembangan masa adolesen (15 20 tahun)
Dalam tahap perkembangan ini kualitas kehidupan manusia
diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat. Keadaan ini membuat
anak mulai tertarik kepada lawan jenis. Disamping itu, anak mulai
mengembangkan pengartian tentang kenyataan hidup serta mulai
memikirkan pola tingkah laku yang bernilai moral. Ia juga mulai
belajar memikirkan kepentingan sosial serta kepentingan pribadinya.
Berhubungan dengan berkembangnya keinginan dan emosi yang
dominan dalam pribadi anak dalam masa ini Maka anak dalam masa
ini sering mengalami kegoncangan serta ketegangan dalam jiwanya.
e. Masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai
dominan. Orang mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan
hidup pribadi, yaitu pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan
kelompok dan pemuasan keinginan masyarakat. Semua ini akan
direalisir oleh individu dengan belajar mengandalkan daya kehendaknya.
Dengan kemauannya, orang melatih diri untuk memilih keinginan-
keinginan yang akan direalisir dalam tindakan-tindakannya. Realisasi
setiap keinginan ini menggunakan fungsi penalaran, sehingga orang
dalam masa perkembangan ini mulai mampu melakukan "self direction
dan self control". Dengan kemampuan self direction dan self control itu
maka manusia tumbuh dan berkembang menuju kematangan untuk hidup
berdiri sendiri dan bertanggung jawab.38

3. Tahap perkembangan sosiologis


Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting
dalam menentukan hubungan sosial di masa depan, dan pola perilaku
terhadap orang-orang lain. Dan karena kehidupan bayi berpusat di sekitar
rumah, maka di rumahlah di letakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya
kelak. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap sosial atau
anti sosial merupakan sikap bawaan.
Penelitian tentang penyesuaian sosial anak menunjukkan
pentingnya peletakan dasar-dasar sosial pada masa bayi. Hal ini
berdasarkan dua alasan. Pertama, jenis perilaku yang diperlihatkan bayi-
bayi dalam situasi sosial mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
sosialnya. Alasan kedua mengapa dasar-dasar sosial yang dini itu penting
adalah, bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap
sampai anak dewasa.
Tentu saja ini tidak berarti bahwa kondisi tidak dapat diubah dengan
bertambah majunya bayi atau selama masa kanak-kanak. Hal ini jelas bahwa
dasar-dasar yang buruk merupakan penyebab dari penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial yang buruk. Tetapi, mengadakan perubahan setelah pola
perilaku menjadi kebiasaan tidaklah mudah, juga tidak ada

38
Ibid, hlm. 64-65.
jaminan bahwa perubahan-perubahan ini akan sempurna. Itulah sebabnya
mengapa dasar-dasar sosial yang baik sangat penting selama tahun-tahun
masa bayi.

4. Tahap-tahap perkembangan dedaktis/pedagogis


Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat
dikemukakan di sini menurut dua sudut tinjauan, yaitu dari sudut tinjauan
teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tinjauan teknis
khusus perlakuan pendidikan. Mengenai pentahapan perkembangan pribadi
manusia dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dapat
diambilkan dari John Amos Comenius, mengenai perkembangan pribadi
manusia yang terdiri atas lima tahap:
a. Tahap 6 tahun pertama.
Tahap perkembangan fungsi penginderaan yang memungkinkan
anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya.
b. Tahap 6 tahun kedua
Tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang
memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual
dalam usaha mengenal dan menganalisa lingkungannya.
c. Tahap 6 tahun ketiga
Tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan
anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan
hubungan-hubungan antar variabel di dalam lingkungannya.
d. Tahap 6 tahun keempat
Tahap perkembangan fungsi kemampuan "berdikari" self
direction dan self control.
e. Tahap pematangan pribadi
Tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek
kepribadian menuju kematangan pribadi dimana manusia
berkemampuan mengasihi Allah dan sesama manusia. 39
39
Ibid., hlm. 75.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Masalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
manusia, para ahli psikologi memiliki pendapat yang berbeda-beda. Ahli
yang beraliran Nativisme, mereka berpendapat bahwa perkembangan
individu itu, semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan (heredity).
Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer.
Sedangkan menurut para ahli yang beraliran Empirisme,
perkembangan individu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan atau
pendidikan, sedangkan faktor dasar atau pembawaan sama sekali tidak
berpengaruh. Tokoh utama aliran ini ialah John Locke.
Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrim di
atas adalah aliran Konfergensi dengan tokohnya yang terkenal William Stern.
Menurut aliran ini perkembangan individu sebenarnya ditentukan oleh kedua
kekuatan tersebut, baik faktor dasar maupun pembawaan maupun faktor
lingkungan atau pendidikan. Keduanya secara convergent akan menentukan atau
mewujudkan perkembangan kepribadian seorang individu. 40
Tokoh pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantoro juga
sependapat dengan aliran ini. Beliau mengemukakan adanya dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu, yaitu faktor dasar atau pembawaan
faktor internal dan faktor ajar atau lingkungan (faktor eksternal). 41
Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh adanya faktor-
faktor seperti; 1) faktor dari dalam diri manusia, yaitu: bakat, minat,
kemauan, kecerdasan, dan fantasi, 2) faktor dari luar diri manusia yang
mempengaruhi perkembangan manusia antara lain: keluarga, sekolah, teman,
masyarakat dan lingkungan alam, 3) faktor campuran antara dari dalam dan
dari luar diri manusia, yaitu adanya saling pengaruh antara bawaan dan
pengaruh dari lingkungan.42

40
Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi,
(Jakarta: Bulan Bintang, 2000), hlm. 21.
41
Akyas Azhari,Op. cit., hlm.
188. 42Ibid., hlm. 191.
Menurut Elizabeth B. Hurlock baik faktor kondisi internal maupun
faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat
atau kualitas kepribadian seseorang. Tetapi seberapa besar pengaruh kedua
faktor itu dapat ditentukan, masih sulit memperoleh jawaban yang pasti.
Adapun beberapa faktor yang disebut faktor internal antara lain mencakup:
1. Intelegensi
Intelegensi termasuk faktor penting, dimana intelegensi sangat
menentukan tingkat kecepatan perkembangan kepribadian. Berdasarkan
berdasarkan penelitian Terman LM (Genetic Studies of Genius) dan Meat
TD (The Age of Walking and Talking in Relation to General Intelegence),
telah dibuktikan adanya pengaruh intelegensi terhadap tempo perkembangan
anak terutama dalam perkembangan berjalan dan berbicara.
Kematangan seks ternyata juga dipengaruhi ole tingkat kecerdasan
anak. Mereka yang sangat cerdas mencapai kematangan seks kira-kira satu
atau dua tahun lebih dahulu dibanding dengan anak yang kurang cerdas, dan
bagi anak-anak yang kurang kecerdasannya seperti idiot dan imbicil,
kematangan ini sangat lambat atau sama sekali tidak datang
2. Seks/jenis kelamin
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis kelamin tidak tampak
jelas, yang nyata kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan
jasmaniahnya. Pada waktu lahir, anak laki-laki lebih besar dari anak
perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih
cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak
perempuan umumnya lebih cepat mencapai kematangan seks kira-kira satu
atau dua tahun lebih awal dan fisiknya juga tampak lebih cepat besar dari
pada anak laki-laki. Dalam perkembangan mental juga tampak ada
perbedaan, anak perempuan lebih cepat mencapai kedewasaannya dari pada
anak laki-laki, terutama dalam kondisi kecerdasan.
3. Kelenjar-Kelenjar
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa indoktrinologi
(kelenjar buntu) berpengaruh pada pertumbuhan jasmani seseorang
setelah ia dilahirkan.
4. Kebangsaan (ras).
Hal ini bisa dijelaskan dengan mengambil contoh: bahwa anak-
anak dari ras Mediteran (laut tengah) tumbuh lebih cepat daripada anak-
anak dari Eropa sebelah utara. Anak-anak Negro dan Indian
pertumbuhannya tidak begitu cepat dibandingkan dengan anak-anak kulit
putih dan kuning.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan
antara lain mencakup:
1. Posisi dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga dan seterusnya pada
umumnya perkembangan itu lebih cepat dari pada anak pertama. Anak
bungsu biasanya perkembangannya lebih lambat karena cenderung
dimanja.
2. Makanan
Pada usia kanak-kanak makanan merupakan faktor yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Bukan hanya
berhubungan dengan kuantitas makanan, tetapi juga berkenaan dengan
kualitas gizi yang terkandung di dalamnya. Keduanya sangat
mempengaruhi perkembangan fisiologis dan mental anak-anak secara
langsung atau tidak langsung.
3. Budaya
Faktor budaya sangat besar pengaruhnya, sehingga dapat
mempengaruhi sifat kepribadian dan kedewasaan seseorang. Hal yang
termasuk dalam faktor budaya di sini selain budaya masyarakat termasuk

juga pendidikan, agama dan sebagainya. 43

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan di atas,


Elizabeth juga mengemukakan beberapa hal yang menjadi penyebab
terjadinya perkembangan (cause of development) antara lain kematangan
(maturation), belajar dan latihan (learning) serta kombinasi antara
kematangan dan belajar (interaction of maturation and learning).44
Menurut Desmita, periode pre natal merupakan periode yang sangat
penting dan menentukan perkembangan individu pada periode-periode
berikutnya.45 Selama periode ini, rahim merupkan lingkungan yang sangat
menentukan bagi perkembangan janin.
Sebagian besar proses pertumbuhan janin sangat bergantung pada
kondisi internal ibu, baik kondisi fisik maupun psikisnya. Sebab, ibu dan janin
merupakan satu unitas organik yang tunggal. Semua kebutuhan ibu dan janin
dipenuhi melalui proses fisiologis yang sama. Subtansi fisik ibu akan mengalir
pula ke dalam jasad janinnya. Demikian pula dengan setiap gerakan yang
dilakukan ibu, dapat memberikan rangsangan berupa pengalaman indera yang
beraneka ragam. Oleh sebab itu, kesehatan ibu, pengaturan diet, pemakaian obat,
serta kondisi emosional ibu dapat menimbulkan pengaruh kimia pre natal yang
berakibat kerusakan sel atau kejadian traumatik. 46 Bayi yang lahir cacat atau
terbelakang secara mental merupakan hasil dari peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan ibu selama masih mengandung
Kematangan dan belajar atau latihan tidak berlangsung sendiri-
sendiri, tetapi bersama-sama dan saling mempengaruhi. Biasanya melalui
suatu latihan yang tepat dan terarah dapat menghasilkan perkembangan yang
maksimum.

43
Ibid, hlm. 188-190.
44
Ibid, hlm. 190
45
Desmita, Op.cit., hlm. 80.
46
Ibid, hlm. 81.
Kematangan selain berfungsi sebagai potensi-potensi yang siap
untuk dilatih atau dikembangkan, juga menjadi penentu batas atau kualitas
perkembangan yang akan terjadi sebelum seseorang dilahirkan.

F. Tanda-Tanda Perkembangan Belajar Anak


Dalam kerangka penciptaan lingakungan keluarga yang memberikan
nilai edukatif pada anak, orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang
perkembangan anak. Dengan memahami karakteristiknya, seorang ibu atau
orang tua dapat menangkap segala isyarat yang ditampilkan anak melalui
perilakunya. Hal tersebut bermanfaat untuk merespon perilaku anak sehingga
tanggapan yang muncul adalah yang mengandung unsur belajar anak.
Bagian berikut akan menguraikan perkembangan anak mulai dari
bayi hingga usia menjelang sekolah.
Usia Pengelompokan
0 sampai 6 bulan Bayi fase 1
6 sampai 12 bulan Bayi fase 2
1 sampai 2 tahun Anak kecil fase 1 (batita 1)
2 sampai 3 tahun Anak kecil fase 2 (batita 2)
3 sampai 4 tahun Usia awal sekolah (pra TK)
4 sampai 5 tahun Usia pra sekolah (usia TK)
Tabel : Pengelompokan Anak Berdasarkan Usia 47

Aspek-aspek perkembangan yang akan di elaborasi secara rinci


berkaitan dengan aspek fisik, sosial berfikir, dan komunikasi. Karakteristik-
karateristik dari sudut pandang tersebut sangat mendasar karena merupakan
fundamen bagi kehidupan dan perkembangan anak usia dini, baik
menyangkut dirinya, keluarganya maupun komunitasnya yang lebih luas.
1. 0 sampai 6 bulan
Berbagai hasil penelitian menunjukakan, bayi di usia awal bukanlah
individu yang selalu harus dibantu, sosok yang merepotkan, atau individu yang
tidak punya potensi apapun. Sebetuynya ia adalah seorang pelajar yang aktif (an

47
Ali Nugraha dan Neny Ratnawati, Op. cit., hlm. 11.
active learner). Hal tersebut dapat diketahui dari sejumlah perilaku yang
ditampilakannya. Berikut ini ciri-ciri perkembangan bayi pada fase 1 yang
tampak jika dikaitkan dengan potensi belajarnya.
a. Segi fisik
1) Sejak lahir bayi sudah dapat bergerak dan menggerakkan kepalanya
ke arah sumber suara
2) Secara bertahap, ia mampu memegang suatu secara tepat.
3) Ia merasa senang saat didudukan sambil berpegangan tangan orang
dewasa atau orang tuanya.
4) Senang memegang makanan dan merasa senang saat makanan itu
dibolak-balikkan atau dimain-mainan di hadapannya.48
b. Segi sosial
1) Mampu melihat dan memandang orang dewasa saat memberi
makanan kepadanya.
2) Tersenyum dengan muka yang cerah sambil bersuara riang, saat ada
yang mendekat atau menghampirinya.49
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Menangis saat ada yang hal tidak menyenangkan atau jika ia merasa
lapar. Sebaliknya, dapat dihentikan tangisannya ketika dibujuk.
2) Dapat mengeluarkan (membuat) suara, baik berupa ocehan maupun
celotehan tertentu yang khas, seperti layaknya bercakap-csakap. Kadang
hal ini dilakukan ketika ia memejamkan mata.
3) Tertawa saat diajak bercanda atau saat diajak bermain-main.
4) Dapat melihat dan mengenal obyek yang didekatkan dan
ditunjukkan kepadanya.
5) Dapat memegang dan meggoyang-goyang obyek yang dipegangnya.

6) Dapat meletakkan dan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.50

2. 6 sampai 12 bulan
Bayi usia 6 sampai 12 bulan sering disebut sebagai usia infant. Memasuki

usia ini, tubuh anak atau posturnya menjadi lebih kokoh dan kuat dibandingkan

48 Tony Buzan, Op.cit, hlm. 163


49 Bambang Sujiono dan Zuliani Nurani Sujiono, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini,
(Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 80
50 Ali Nugraha dan Neny Ratnawati Op.cit, hlm. 12.
usia sebelumnya. Pada periode ini, arah perilaku anak mulai berubah. Dari yang
berpusat pada diri sendiri, menuju ke eksplorasi atau menjelajah dunia yang
berada di sekitarnya. Dengan cara seperti itu anak memperoleh pengalaman dan
kemampuan untuk membedakan keberadaan orang lain. Misalnya, apakah orang
yang berada di sekitarnya menyukainya atau tidak.
a. Segi fisik
1) Dengan dibiarkan atau dibimbing, anak dapat bergerak dari
pangkuan ke arah duduk sendiri.
2) Belajar minum dari gelas serta mengambil atau menyantap
makanan dengan sendok maupun tanpa sendok.
3) Mulai merangkak, maju pelan-pelan atau menyeret kakinya
untuk bergerak ke depan.
4) Menarik, memegang atau mendorong tangan orang dewasa,
seperti ingin dituntun untuk melangkah atau berjalan.
5) Dapat meraih benda yang ada didekatnya.
b. Segi sosial
1) Menolak aau mengganggu orang lain yang tidak dikenalnya
dengan baik.
2) Menunjukkan sikap baik kepada orang-orang yang familier dan
akrab dengannya (dikenal dekat atau sering kontak dengannya).
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Menoleh atau memandang ketika mendengar namanya disebut.
2) Dapat mendengar dengan jelas dan sudah dapat membedakan
suara-suara yang didengarnya.
3) Dapat meniru sejumlah kata-kata, seperti papa, mama, baba,
dada dan lain-lain.
4) Dapat mendorong atau menyendok benda dengan alat tertentu,
mengetuk-ngetuknya, membuai atau menciuminya pada saat bermain.
5) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
6) Menggigit dan mengunyah benda yang dimainkannya.
7) Senang menjatuhkan benda-benda dan melihat bagaimana jika
benda tersebut dijatuhkan.
8) Mencari benda-benda yang sedang disembunyikan atau
dijauhkan darinya oleh orang lain.
9) Membunyikan benda-benda yang ada disekitarnya.51

3. 1 sampai 2 tahun
Usia ini sering disebut the early toddler. Di Indonesia terkenal dengan
istilah anak usia dibawah tiga tahun.
Meskipun perkembangan fisik (terutama kaki) pada usia ini bukan yang
utama, anak pada usia batita tahap 1 suka berjalan, mendaki aau meniki sesuatu.
Jatuh, menabrak-nabrak, benjol dan memar-memar seringkali terjadi. Pada tahap
ini, penting sekali bagi orang tua untuk menjadi penganman utama. Pereean
orang tua adalah menarahkan gerak anak serta mendukungnya ketika diperlukan.
Di samping perkembangan tersebut, kemampua berbicara anak juga mulai
tumbuh dan berkembang menuju yang lebih baik.
a. Segi fisik
1) Mulai dapat makan sendiri.
2) Sudah mulai dapat berjalan sendiri
3) Dapat mendorong atau menarik mainan samil berjalan, misalnya
menarik mobil-mobilan yang diikatkan pada tali.
4) Dapat menggelindingkan atau melempar bola yang dipegangnya.
5) Dapat memegang pensil, meskipun masih dengan mengepal.
6) Senang dengan benda-benda kecil yang terbuka atau tidak
terbungkus.
7) Senang memaki sepatu atau kaus kaki.
b. Segi sosial
1) Rasa takut pada orang yang tidak dikenal agak berkurang.
2) Bermain atau memainkan sendiri obyek tertentu yang dekat
dengannya.
3) Melindungi atau mempertahankan benda-benda yang dimilikinya
karena anak belum mengerti berbagi.
4) Memukul atau mendorong anak lain jika merasa terancam atau
diganggu.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Mengerti bahwa lambaian tangan adalah ungkapan selamat jalan,
bahkan ia sudah dapat melakukannya.
2) Dapat menyampaikan maksud aau keinginannya, walaupun
seringkali dengan cara berteriak dan ribut untuk mengungkapkannya.
3) Senang dengan buku-buku atau informasi bergambar.

51
Ibid, hlm. 14-15
4) Dapat menggelengkan kepala sebagai tanda tidak setuju atau tidak
mau terhadap sesuatu.
5) Menggunakan beberapa kata yang telah dikenalnya untuk
berkomunikasi dan mencoba berbicara dengan kata-kata baru yang
diperolehnya atau dengan menirukannya.
6) Menggunakan dua kata seaai frase, misalnya saya makan, bu
minum dengan ungkapan nyata.
7) Dapat mengingat dimana benda-benda berada dan diletakkannya.
8) Dapat memukul-mukul, menepuk-nepuk atau medengung-
dengungkan benda ertentu sehingga menjadi irama musik atau
menimbulkan suara tertentu.52

4. 2 sampai 3 tahun
Pada usia ini desebut the odler toddler atau batita tahap 2. di usia dua
tahun, rasa ingin tahu dan keinginannya untuk mengeksploraasi atau menjelajah
segala sesuatu yang berada di sekitarnya semakin besar. Mereka senang berada di
antara anak lainnya. Jika orang tua dapat menempatkan anak usia ini di
kelmpoknya, situasi tersebut sangat baik karena dapat memperbesar
keinginannya untuk belajar dan beraktivitas di antara mereka sendiri.
Marah atau ungkapan ekspresi yang menunjukkan ketidakpuasan dan
protes dalam rangka menyampaikan maksud dan keinginannya adalah hal biasa
dan umum pada usia ini. Yang menggembirakan, perkembangan bicaranya
menjadi lebih jelas dan lancar.
a. Segi fisik
1) Pertumbuhannya sedikit lebih cepat, tapi kadang mncul kedulitan
atau penolakan terhadap makanan.
2) Mulai menunjkka cara yang tepat dalam memegang atau merespon
dengan tangan kanan ataupun kiri.
3) Sudah dapat memegang alat tulis dan dapat menggunakannya,
meskipun hasilnya msih dalam bentuk cakar ayam.
4) Dapat menuangkan atau mengisikan sesuatu dari satu wadah
kewadah lain.

52
Ibid, hlm. 16.
5) Sudah dapat menggunakan kamar kecil untuk buang air kecil atau
buang air besar dengan bantuan orang lain.
b. Segi sosial
1) Dapat mengetahui nama-nama orang dekat dan akrab dengannya.
2) Bisa jadi, ia memiliki orang favorit karena dianggap paling dekat
dengannya.
3) Jika ditanyakan padanya, ia dapat meyebutkan atau megatakan
nama seseorang ata namanya sendiri.
4) Namun ia masih kesulitan dalam bertukar dan mengembil alih peran
sosialnya saat diminta untuk melakukan suatu tindakan.
5) Mungkin akan marah atau melampiaska kemarahannya jika merasa
letih, kesal atau frustasidengan keadaan yang dihadapinya.
6) Dapat berinteraksi secara akrab atau dapat saling menyukai dan
saling membutuhkan dengan orang lain.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Anak mulai tekun atau giat melakukan aktivitas untuk dirinya
sendiri.
2) Anak mulai dapat berbicara dengan menggunakan kalimat,
meskipun masih dengann kalimat yang pendek dan terbaas.
3) Adak sudah lebih mudah mengerti dan memahami sesuatu atau apa
yang dimaksudkan orang lain.
4) Sudah dapat menggunakan dan menyebutkan nama-nama obyek,
benda-benda atau keadaan tertentu.
5) Tumbuh perilaku saling meniru satu sama lain jika sedang main
bersama atas sesuatu yang diamatinya.
6) Senang dan sering kali memukul-mukul atau meepuk-nepuk benda
yang dapat mengeluarkan bunyi, seolah sedang membentuk irama musik.
7) Sudah dapat mengikuti da mengerti instruksi atau petunjuk
sederhana , misalnya bawalah sepatumu kesini.
8) Senang mendengarkan cerita dan dongeng yang didengarkan
kepadanya.53

5. 3 sampai 4 tahun
Memasuki usia awal pra sekolah atau sering disebut the young
preschooler, perkembangan sosialisasi anak semakin baik. Anak mulai
53
Ibid, hlm. 18-19.
dapat berpasangan dengan tema main dan dapat mempercayai nya secara
apik. Hal tersebut nampak saat ia bersama dengan kelompok bermain
nya . Pada tahap ini, proses belajar terpenting untuk anak adalah
bagaimana ia dapat menjadikan temannya sebagai bagian penting dalam
memfasilitasi perkembangannya.
Di usia ini anak sudah dapat belajar menggunakan toilet atau WC
secara benar dan lebih baik dibanding sebelumnya. Meskipun demikian,
mungkin masih terdapat kesalahan-kesalahan. Ciri umum lainnya,
memasuki usia awal para sekolah anak gemar sekali menyampaikan
banyak pertanyaan.
a. Segi fisik
1) Anak sudah dapat berjalan dan berlari dengan sempurna.
2) Anak sudah dapat melompat dengan kaki secara bersamaan.
3) Anak sudah dapat menaiki sepeda roda tiga.
4) Anak sudah dapan menggunakan WC atau toilet sendiri.
b. Segi sosial
1) Anak mulai dapat bermain kooperatif dengan anak lainnya.
2) Anak dapat berbagi dan saling mengambil alih peran dengan
teman bermainnya pada saat mereka berinteraksi atau bergabung.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Anak dapat mengetahui da mengidentifiasi suara yang telah
atau pernah diketahuinya, misalnya suara anjing, kucing, ayam dan lain-
lain.
2) Anak sudah dapat bernyanyi atau melantnkan lagu-lagu dan
iramanya.
3) Anak dapat menghitung angka atau jumlah.
4) Anak seringkali mengajukan pertanyaan.
5) Anak seringkali meminta arti atau meksud dari kata-kata yang
aru dikenalnya.
6) Sudah dapat berkomunikasi lisan atau berbicara, meskiun
pendek-pendek, tetapi kaimatnya cukup jelas. Dapat meggambar suatu
obyek yang dikenal.
6. 4 sampai 5 tahun
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4 tahun cukup berbeda
dengan usia 2 tahun. Gerakan anak menjadi lebih mudah dan ia senang
beraktivitas fisik. Kemampuan konsentrasinya meningkat dan seringkali
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak disangka-sangka. Cara
berpikirnya dituangkan dalam ucapan-ucapannya, gambar-gambarnya,
atau secara bertahap dan berangsur-angsur meninggalkan cara berfikir
yang berorientasi pada dirinya semakin sanggup melihat sesuatu dari
sudut pandang yang lain.
a. Segi fisik
1) Mulai dapat belajar meniki sepeda roda dua.
2) Dapat berdiri dan berjalan dengan kesembangan satu kaki.
3) Mampu melompat atua meloncat dengan baik.
4) Dapat memegang pensil dengan jempol dan jari-jarinya dengan
cukup tepat, walaupun masih harus diberi arahan.
5) Sudah dapat berpakaian dan mengikat tali sepatu sendiri.
b. Segi sosial
1) Kemampua bersahabatnya lebih berkembang, khususnya dengan
sesama jenis.
2) Keinginan berbagi dan bertukar sesuatu atau pendapat dengan anak
atau orang lain lebih berkembang.
3) Menunjukkan kemampuan memahami perasaan orang lain.
c. Segi kemampuan berfikir dan berkomunikasi
1) Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas.
2) Dapat bercerita meng4enal hal yang terjadi pada situasi nyata atau
melalui bantuan gambar.
3) Dapat memeri informasi atau berbicara tentang pengalaman yang
telah dilaluinya, walaupn masih sulit dalam mencari atau menggunakan
kata-kata untuk mengungkapkannya.
4) Dapat mendongeng (membawakan sebuah cerita), bercanda, dan
menjawab tebak-tebakkan, meskipun menurut orang dewasa mungkin
tidak mengandung rasa humor.
5) Mampu menerima pesan-pesanyang diberikan.
6) Dapat menulis atau menarik garis (menggambar garis) sehingga
memungkinkan dapat memperbaiki kemampuannya menulis yang tadinya
cakar ayam atau corat-coret, ke arah yang lebih teratur dan formal.
7) Senang membuat atau mementuk sesuatu dengan tangannya,
misalnya dari tanah liat dan lilin.
8) Dapat menggunakan kata dan serta tetapi.
9) Mungkin mampu menulis nama sendiri.54

54
Ibid, hlm. 22-23.

Anda mungkin juga menyukai