Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah yang diampu oleh
Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd. dan Dr. Sima Mulyadi, M.Pd.
Disusun Oleh :
2019
JENIS-JENIS ASESMEN PENDENGARAN
A. Jenis-Jenis Instrumen asesmen
Ada dua jenis instrumen asesmen, yaitu formal dan informal.
Penyusunan asesmen formal memerlukan keahlian tinggi, waktu yang lama,
dan biaya yang sangat besar. Untuk memperoleh suatu bentuk instrumen
asesmen berupa tes yang didasarkan validitas tertentu (construct dan content)
juga memerlukan perhitungan reliabilitas dan tiapbutir soal perlu dikalibrasi
untuk mengetahui daya pembeda dan derajat kesulitannya.
Karena penyusunan instrumen asesmen formal tidak mudah, maka
tidak mudah pula menemukan instrumen tersebut. Karena itu, para ahli di
bidang anak -anak berkebutuhan khusus umumnya mempercayai bahwa
asesmen informal merupakan cara yang terbaik untuk memperoleh informasi
tentang kemampuan, kesulitan/ masalah yang dihadapi, serta kebutuhan
belajar siswa. Informasi yang dikumpulkan dalam asesmen informal bersifat
alamiah dalam seting pendidikan dan lingkungan belajar sehari-hari siswa,
jenis asesmen informal seperti interview, observasi, dan berbasis kurikulum
B. Jenis-jenis Asesmen pendengaran
1. Murni Winarsih (2018, hlm. 9)
a) Asesmen secara medis
Secara medis seorang anak dapat diketahui apakah mengalami
gangguan pendengaran atau ketunarunguan melalui seorang ahli:
dokter anak, dokter THT dan audiolog. Dari dokter THT ini, seeorang
dapat diketahui mengalami gangguan pendengran, kemudian oleh
audiolog diukur derajat ketuliannya melalui pengukuran pendengaran
dengan menggunakan alat audiometer dan alat pengukuran yang lain
seperti garpu tala, free fieldt test, conditined test.Pengukuran
pendengaran yang dilakukan pada bayi berbeda dengan pengukuran
pendengaran yang dilakukan pada anak kecil. Tujuan dari pengukuran
pendengaran ini untuk mengumpulkan informasi, data-data yang
berkaitan dengan kemampuan pendengaran seseorang, sehingga dapat
membantu untuk pemakaian alat bantu mendengar
yang sesuai dengan derajat ketuliannya.
1) Pengukuran pendengaran pada bayi
a) Behavioral Observasi Audiometry (BOA)
Pengukuran behavioral observasi audiometry ini yaitu
dengan mengamati tingkah laku, reaksi atau perubahan sikap
yang terjadi pada bayi saat bayi diberikan rangsangan atau
stimulus berupa bunyi. Misalnya dengan menggunakan
krincingan yang dibunyikan dari arah samping atau belakang,
diharapkan bayi menunjukkan reaksi mata berkedip,mata
melebar, tiba-tiba terdiam atau menoleh ke arah sumber bunyi.
Pada pengukuran ini, pengamatan harus cermat, reaksi bayi
harus betul-betul alami terjadi bukan karena kebetulan bayi itu
bergerak, lalu si pengukur atau observer langsung mengambil
kesimpulan bahwa ada reaksi dari bayi (Cox, 1980, hlm. --).
b) Free fields test
Pengukuran pendengaran ini hampir sama dengan BOA
yaitu mengamati perubahan tingkah laku atau respon bayi
terhadap rangsangan atau stimulus berupa bunyi, perbedaannya
terletak pada penggunaan sumber bunyi. Pada Free Fields Test
ini, sumber bunyi yang digunakan sudah di kalibrasi
intesitasnya (kekuatannya). Alat-alat yang digunakan sebagai
sumber bunyi pada Free Fields Test ini berupa baby
reactometer dan vianatone. Alat-alat ini mengeluarkan bunyi
dengan intensitas yang lemah hingga kuat, secara otomatis
dapat dilihat pada alat tersebut. (Cox,1980, hlm.--).