Anda di halaman 1dari 33

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1  Manfaat Critical Book Review
Manfaat dari pembuatan Critical Book Review adalah :
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum & Pembelajaran.
2.      Membantu mahasiswa untuk berfikir kritis dalam menganalisis sebuah buku.
3.      Untuk melatih mahasiswa dalam membuat karya tulis.

1.2  Tujuan Penulis Critical Book Review


1.      Mencari tau kesamaan dan perbedaan isi topik yang terkandung dalam kedua buku tersebut.
2.      Mencari dan mengetahui informasi mengenai topik yang terkandung dalam kedua buku tersebut.
3.      Mencari tau kekurangan dan kelebihan dari kedua buku tersebut.
4.      Memahami tentang Kurikulum dan Pembelajaran yang sebenarnya.

1.3  Identitas Buku yang Direview

a.    Identitas Buku Wajib( buku pertama)


1.    Judul               :    KURIKULUM & PEMBELAJARAN
2.    Edisi               :    Cetakan ke 4 & 5
3.    Pengarang       :    Dr. Toto Ruhimat,M.Pd dan Tim Pengembangan
                         MKDP Kurikulum & Pembelajaran
4.    Penerbit          :    PT RajaCrafindo Persada, Jakarta
5.    Kota Terbit     :    Jakarta
6.    Tahun Terbit   :    2015 & 2016
7.    ISBN              :    978-979-769-382-4

b.      Identitas Buku Pembanding(buku kedua)


1.      Judul              :    PENGEMBANGAN KURIKULUM
2.      Edisi              :    Cetakan ke 15
3.      Pengarang      :    Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata
4.      Penerbit         :    PT REMAJA ROSDAKARYA
5.      Kota Terbit    :    Bandung
6.      Tahun Terbit  :    2012
7.      ISBN             :    979-514-601-7
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
RINGKASAN BUKU 1

Bab 1
Pengertian kurikulum diorganisasikan menjadi dua, kurikulum adalah sejumlah rencana
isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan pentunjuk
institusi pendidikan yang isinya berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang
harus dimiliki. Selanjutnya, kurikulum adalah seluruh pengalaman dibawah bimbingan dan
arahan dari intitusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar.
Konsep kurikulum meliputi: (1) sebagai subtansi, yang dipandang sebagai rencana
pembelajaran bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai; (2) sebagai sitem,
merupakan bagian dari system persekolahan pendididkan, dan bahkan masyarakat; dan (3)
sebagai bidang studi, merupakan kajaian para ahli kurikulum yang bartujuan untuk
mengembangkan tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, di mana setiap dimensi
memiliki hubungan satu dengan lainnya. Keempat dimensi tersebut adalah: (1) kurikulum
sebagai suatu ide; (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan
perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; (3) kurikulum sebagai aktivitas atau sering disebut
juga kurikulum sebagai suatu realita, yang secara teoritis merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai rencana tertulis; (4) kurikulum sebagai hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Kurikulum berperan dalam pencapaian tujuan pendidikan, yakni : (1) memiliki peran
konservatif, (2) kreatif, (3) kritis, dan (4) evaluatif.
Bab 2
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting, sehingga
apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak menggunakan
landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika diterpa angina tau terjadi goncangan, bangunan
gedung tersebut akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak
memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan
yang akan dipertaruhkan adalah manusia
(peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri.
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun
kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan
yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsin serta berperan sesuai dengan
tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan
nasional yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap
pengembangan kurikulum, yaitu:
1.      Landasan filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat
pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Asumsi-asumsi filosofis tersebut berimplikasikan pada perumusan tujuan pendidikan,
pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik
dan peranan pendidik.
2.      Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yangb dijadikan titk
tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologo yang harus menjadi acuan ;
yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi pengembangan memepelajari
proses dan karakteristik perkembangan peserta dididk sebagai subjek pendidikan sedangkan
psikologi belajar memepelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga jenis
teori belajar yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori
belajar kognitif, behavoiristik, dan humanistik.
3.      Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber sebagai sosiologi dan
antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Karekteristik sosial
buadaya dimana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan
dikembangkan.
4.      Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau
penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan
teknologi baik yang bersifat hardware maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bab 3 
Sistem kurikulum terbagi menjadi empat komponen, yaitu: (1) komponen tujuan, (2) isi
kurikulum, (3) metode atau strategi pencapaian tujuan , dan (4) komponen evaluasi. Sebagai
suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu
komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidakberkaitan dengan komponen
lainnya, maka sistem kurikulum juga akan terganggu.
      Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai
tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang dinamakan kompetensi. Tujuan
pendidikan diklasifikasikam menjadi empat, yaitu:
1)                  Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
2)                  Tujuan Istruksional (TN)
3)                  Tujuan Kurikuler (TK)
4)                  Tujuan Intruksional atau Tujuan Pembelajaran (T

Menurut Bloom, dalam bukunya yang sangat terkenal Taxconomy of educational


Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang terbit pada tahun
1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga
klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu
Pengetahuan(knowledge), Pemahaman(comprehension), Penerapan(application), Analisi,
Sintensis, dan Evaluasi. Menurut Krathwohl dan kawan-kawan(1964), dalam bukunya
Taxconomy of educational Objectives: Affective Domain, domain afektif memilki tingkatan
yaitu, Penerimaan, Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakterisasi Nilai. Domain
psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill
seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk ke dalam domain ini adalah : Persepsi
(perception), Kesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual), Menyesuaikan
(adaption), dan Menciptakan (organization).
Strategi pembelajaran dapat dibagi atas Strategi Exposition dan Strategi Discovery
Learning, serta Stretegi Groups dan Individual Learning.

Bab 4
Prinsip adalah suatu hal yang sifatnya  sangat penting dan mendasar, terlahir dari dan
menjadi suatu kepercayaan. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menunjukkan pada
pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal
yang terkait dengan pengembangan kurilkulum, terutama dalam fase    perencanaan kurikulum
(curriculum planning ). Pada dasrnya, prinsip-prinsip tersebut merupakan cirri dari hakikat
kurikulum itu sendiri.

Setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: data empiris
(empirical data), data eksperimen( experiment data), cerita/legenda yang hidup di masyarakat
(folkore and curriculum ), dan akal sehat (common sense). data empiris dan data eksperimen
merupakan data yang dianggap paling percaya disbanding legenda dan pertimbangan akal sehat.
Namun demikian, akal sehat dan cerita yang hidup di masyarakat tetap menjadi bahan yang
harus diperhatikan. Bahkan hard data sendiri digunakan setelah melalui pertimbangan akal sehat.
Sesuai dengan sumber datanya, maka prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bisa
diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip, yaitu: anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh
( whole truth), anggapan kebenaran parsial(partial truth), dan anggapan kebenaran yang masih
memerlukan pembuktian(hypothesis).
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu
prinsip umum dan prinsip khusus. prinsip umum biasanya digunkaan hampir dalam setiap
pengembangan kurikulum dimana pun. Di samping itu, prinsip ini merujuk pada prinsip yang
harus diperhatikian untuk dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari komponen-komponen
kurikulum itu sendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen
tujuan, prinsip unruk mengembangkan komponen isi kurikulum, prinsip untuk mengembangkan
media atau alat bantu pembelajaran, serta prinsip yang berkaitan dengan komponen evaluasi. di
mana prinsip pengembangan satu komponen dengan komponen lainya akan berbeda.

Bab 5

Model pengembangan kurikulum, yaitu langkah sistematis dalam proses penyusunan


kurikulum. Alternatif prosedur dalam rangka mendesain(designing),
menerapkan(implementation), dan mengevaluasi(evaluation) suatu kurikulum. Model
pengembangan kurikulumharus dapat menggambarkan suatun proses sistem perencanaan
program pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan
dalam pendidikan, berdasarkan pada perkembangan teori dan praktik kurikulum. dewasa ini telah
banyak dikemukakan model-model pengembangan kurikulum, diantaranya: (1) Model Ralph
Tyler; (2) Model Administratif; (3) Model Grass Roots; (4) Model Demostrasi; (5) Model
Miller-Seller; (6) Model Taba( Inverted model) dan (7) Model Beauchamp.
 Organisasi kurikulum merupakan pola susunan sajian isi kurikulum, yang bertujuan
untuk memepermudah siswa dalam mempelajaribahan pelajaran serta mempermudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan sehubungan dengan organisasi kurikulum,
yaitu: ruang lingkup atau cakupan (scope), urutan bahan (sequence), kontionitas, keseimbangan,
dan keterpaduan ( intergrated).
Secara umum terdapat dua bentuk organisasi kurikulum, yaitu:
1.    Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran ( Subject curriculum )
      Dalam bentuk kurikulum ini meliputi :
a)      Mata Pelajaran yang Terpisah-pisah (Separated Subject Curriculum )
b)      Mata Pelajaran Terhubung (Correlated Curriculum )
c)      Fusi Mata Pelajaran ( Broadfields Curriculum )

2.  Kurikulum Terpadu ( Intergrated Curriculum )


Dalam bentuk kurikulum ini meliputi di antaranya :
a)      Kurikulum Inti ( Core Curriculum )
b)      Social Functions dan Persistent Situations
c)      Experience atau Activity Curriculum

Bab 6

Evaluasi Kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara


keseluruhan ditinjau dari berbagai criteria. Indikator kinerja yang di evaluasi adan efektivitas,
relavansi, efisiensi, dan kelaikan ( feasibility ) program.
Tujuan Evaluasi Kurikulum adalah untuk keperluan : (a) Perbaikan Program; (b)
Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak; dan (c) Penentuan tindakan lanjut hasil
pengembangan. Model Evaluasi digolongkan ke dalam lima model, yaitu:
       I.            Measurement

Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan perbedaan
individual maupun kelompok. Hasil evaluasi digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa,
bimbingan pendidikan dan perbandingan efektifitas  antara dua atau lebih program/ metode
pendidikan. Objek evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar terutama dalam aspek kognitif dan
khususnya yang dapat diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dibakukan.

    II.            Cogruence


Evaluasi pada dasrnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau cogruence antara tujuan
pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauhmana perubahan hasil pendidikan
telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan program, bimbingan
pendidikan, dan pemberian informasi kepada di pihak-pihak luar pendidikan. Objek evaluasi
dititikberatkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik, maupun nilai dan sikap.

  III.            illumination

Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai pelaksanaan program, pengaruh faktor
lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan program serta pengaruh program terhadap
perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgment (pertimbangan) yang
hasilnya diperlukan untuk penyempurnaan program. Objek evaluasi mencakup latar belakang
dan perkembangan program, proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitan-kesulitanyang
dialami.

  IV.            Educational System Evaluation

Evaluasi pada adasrnya adalah perbandingan antara performance setiap dimensi program dan
criteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgment. Hasil evaluasi diperlukan
untuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Objek
evaluasi mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses dan hasil yang dicapai dalam arti
yang lebih luas.

    V.            CIPP

CIPP merupakan model evaluasi dengan fokus pada contect, input, process, secara product.
Keempat aspek tersebut menjadi bagian penting dalam kegiatan evaluasi kurikulum yang dia
nggap mencakup keseluruhan dimensi kurikulum.
  Bab 7
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen sistem
pembelajaran. konsep dan pemahaman pembelajaran dapat dipahami dengan menganalisis
aktivitas komponen pendidik, peserta didik, bahan ajar, media, alat, prosedur, dan proses belajar.
konsep awal dalam memahami pembelajaran ini dapat dipandang dari apa itu “belajar”.
Perubahan dan munculnya beberapa konsep dan pemahaman tentang belajar merupakan
suatu bukti bahwa pembelajaran adalah proses mencari kebenaran, dan menggembangkannya
untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, khususnya yang berhubungan dengan
upaya mengubah perilaku, sikap, pengetahuan, dan pemaknaan terhadap tugas-tugas selama
hidupnya. Dalam proses pembelajaran terdapat unsur-unsur yang akan menghasilkan hasil
belajar. Melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran bisa berkelanjutan, sehingga segala
sesuatu yang dibutuhkan manusia akan terpenuhi.

Bab 8
Pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari istilah pengajaran. Kata pembelajaran
dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajar dalaman hanya ada di
dalam konteks guru-murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam
konteks guru-murid dikelas formal. Akan tetapi, meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak
dihadiri oleh guru secara fisik. Di dalam kata pengajaran, ditwkankan pada kegiatan belajar
siswa melaluimusaha-usaha yang terencana dalam memanipulsi sumber-sumber belajar agar
terjadi proses belajar.
Sebagai sebuah sistem, pembelajaran memiliki sejumlah komponen, yaitu:
      Tujuan : tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh kegiatan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan dalam uapaya mencapai tujuan-tujuan
lain yang lebih tinggi tingkatnya, yakni tujuan pendidikan dan tujuan pembangunan nasional.
Dimulai dari tujuan pembelajaran (
umum dan khusus), tujuan-tujuan itu bertingkat, berakumulasi, dan bersinergi untuk menuju
tujuan yang lebih tinggi tingkatnya, yakni membangun manusia (peserta didik) yang sesuai
dengan yang dicita-citakan.
Bahan ( Materi Pembelajaran ) : pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata
pelajaran atau bidang studi dengan topic/sub topic dan rinciannya. Secara umum isi kurikulum
itu dapat dipilah menjadi tiga unsure utama, yaitu: logika ( pengetahuan tentang benar-salah;
berdasarkan prosedur keilmuan), etika ( pengetahuan tentang baik-buruk) berupa muatan nilai
moral, dan estetika( pengetahuan tentang indah-jelek) berupa muatan nilai seni.
      Strategi Pembelajaran : merupakan salah satu komponen di dalam sistem pembelajaran, yang
tidak dapat dipisahkan dalam komponen lain yang dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain: (1)
tujuan, (2)materi, (3)  siswa, (4) fasilitas, (5
) waktu, dan (6) guru. Jenis strategi meliputi: (1) ekspositori klasikal, (2) heuristic, (3)
pembelajaran kelompok, dan (4) pembelajaran individual.
      Media Pembelajaran : adalah alat dan bahan yang dapat digunakan untuk kepentingan
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Jenis media pembelajaran meliputi: (1)
media visual, (2) media audio, (3) media audio visual, (4) media penyaji, (5) media interaktif.
      Evaluasi Pembelajaran : evaluasi pembelajaran bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi
penilaian dan pengukuran. Evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat
keputusan tentang nilai suatu objek ( value judgment) tidak hanya di dasarkan kepada hasil
pengukuran ( quantitative description), dapat pula didasarkan kepada hasil pengamatan
(qualitative decription) yang pada akhirnya menghasilakan keputusan nilai tentang suatu objek
yang dinilai.

Bab 9
Dari pembahasan mengenai prinsip-prinsip pembelajaran seperti yang telah
dikemukakan, pada pokonya dapat dikemukakan ke dalam rangkuman sebagai berikut:
1)   Pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi antara siswa dengan lingkungan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu : perubahan perilaku ( pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan).
2)      Bahwa untuk terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien, maka terdapat beberapa
ketentuan, kaidah, norma atau disebut dengan prinsip pembelajaran yang harus menjadi
perhatian dan menjadi inspirasi dalam melaksanakan proses pembelajaran.
3)      Prinsip pembelajarab\n di klasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
  prinsip pembelajran yang bersifat umum, yaitu: bahwa belajar menghasikan perubahan perilaku
peserta didik yang relative permanen; Peserta didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan
yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan; Perubahan atau pencapaian kualitas
ideal itu tidak tumbuh alami linier sejalan proses kehidupan;
  prinsip pembelajaran yang bersifat khusu antara lain yaitu: Prinsip Perhatian dan Motivasi,
Keaktifan, Keterlibatan langsung/ berpengalaman, Pengulangan, Tantangan, Balikan dan
Penguatan, dan Prinsip Perbedaan Individual.

Bab 10
Pembelajaran adalah kegiatan dimana guru melakukan peranan-peranan tertentu agar
siswa dapat belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Terdapat berbagai
konsepsi tentang pembelajaran, hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan pendekatan yang
digunakan orang dalam memahami makna pembelajaran. pembelajaran dapat dipahami melalui
pendekatan filsafati, pendekatan psikologi, dan pendekatan sistem.
Strategi pembelajaran adalah pola umum rencana interaksi antara siswa dengan guru dan
sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Adanya berbagai strategi pembelajaran, berbagai jenis strategi pembelajaran tersebut
dapat difahami berdasarkan: a) rasio guru dan siswa yang terlibat dalam pembelajaran; b) pola
hubungan guru dengan siswa dalam pembelajaran; c) peranan guru dan siswa dalam pengelolaan
pembelajaran; d) peranan guru dan siswa dalam mengolah “ pesan” atau materi pembelajaran; e)
proses berpikir mengolah “pesan” atau materi pembelajaran.
Bab 11
      Suatu perubahan, termasuk perubahan di bidang pendidikan dapat dikatakan sebagai
bentuk inovasi apabila perubahan tersebut dilakukan dengan sengaja, untuk memeperbaiki
keadaan sebelumnya agar lebih menguntungkan demi upaya untuk meningkatkan kehidupan
yang lebih baik. Everett M. Rogers (1983), menyebut difusi adalah proses untuk
mengomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu sistem sosial melalui saluran komunikasi
tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. Diffusion is the process by which an innovation is
communicated through certain cannels over time among the members of a social system.
                  Inovasi apada dasrnya merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru, atau
berupa praktik-praktik tertentu atau berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi
yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan
persoalan yang timbul, dan memperbaiki suatu keadaan tertentuu, atau proses tertentu yang
terjadi di masyarakat. Difusi masyarakat dimaknakan sebagai penyebarluasakan gagasan inovasi
tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu
dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat. Komunikasi
dimaknai sebagai proses penyampain pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui
saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Hal ini juga terjadi dalam pendidikan.
                  Ada empat ciri inovasi pendidikan, yaitu : 1) memilki kekhasan/ khusus. Artinya
suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk
hasil yang diharapkan; 2) memilki ciri atau unsur kebaruan; 3) program inovasi dilaksanakan
melalui program yang terencana. Dalam arti bahwa suatu inovasi akan dilakukan melalui proses
yang tak tergesa-gesa, namun kegiatan inovasi akan dilakukan dengan inovasi yang dipersiapkan
secara matang dengan  program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu; 4) inovasi yang
digulirkan memiliki tujuan, yaitu, bahwa program inovasi yang dilakukan harus memiliki apa
yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi yang bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut
dicapai dari sistem inovasi yang dilakukan.

RINGKASAN BUKU

Bab 1
                  Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya
membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat
berlangsung dalam lingkungan keluarga,sekolah,ataupun masyarakat. Setiap praktik pendidikan
diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan,
pengembangan pribadi,kemampuan sosial,ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan
bahan pengajaran,ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan
metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan,
juga diperlukan cara-cara dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu
tujuan, bahan ajar, metode-alat,dan penilaian adalah komponen-komponen utama kurikilum.
Dengan berpedoman dengan kurikulum , interaksi pendidikan antara guru dan siswa
berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruang hampa,tetapi selalu terjadi dalam
lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain lingkungan fisik, alam,sosial budaya, ekonomi,
politik dan religi.
                  Bidang cakupan teori atau bidang study kurikulum meliputi:  konsep kurikulum,
penentuan kurikulum, pengembangan kurikulum,desain kurikulum, implementasi, dan evaluasi
kurikulum. Selain sebagai bidang study menurut Beaucham, kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan juga sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem
persekolahan. Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai,
bahan yang akan di sajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran dan jadwal waktu
pengajaran. Sebagai suatu sietem, kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan
kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut
penentuan segala kebijakan tentang kurikulum, susumam personalia dan prosedur pengembangan
kurikulum, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaan. Fungsi utama sistem kurikulum adalah
dalam pengembangan penerapan, dan penyempurnaannya, baik sebagai dokumen tertulis
maupum aplikasinya dan menjaga agar kurikulum tetap dinamis.
      Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu
kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum, dan satu teori
kurikulum diturunkan atau dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Kurikulu dapat dipandang
sebagai rencana konkret penerapan dari suatu teori pendidikan. Untuk lebih memahami
hubungan kurikulum dengan pendidikan, dikemukakan beberapa teori pendidikan dan model-
model konsep kurikulum dari masing-masing teori tersebut. Minimal ada empat teori pendidikan
yang banyak dibicarakan oleh para ahli pendidikan yang dipandang mendasari pelaksanaan
pendidikan, yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan interaksional, dan teknologi
pendidikan.
                  Siswa sebagai individu selalu berinteraksi dengan lingkungannya selau terjadi
hubungan timbal balik antara kedua nya. Pandangan-pandangannya mempengaruhi bentuk dan
pola lingkungan, dilain pihak kekuatan dan keterbatasan lingkungan mempengaruhi individu
siswa. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa. Interaksi juga terjadi antara
pemikiran siswa dengan kehidupannya. Suatu kebenaran tidak akan diyakininya apabila tidak
dicobakan dan dihayati dalam kehidupannya sehari-hari.
Bab 2
                  Teori menjelaskan suatu kejadian. Kejadian ini bisa sangat luas atau sangat sempit.
Suatu kejadian yang dijelaskan oleh suatu teori menunjukan suatu set yang universal. Set
universal ini terbentuk oleh tiga bagian. Bagian pertama, kejadian yang diketahui,yang
dinyatakan sebagai fakta, hukum,atau prinsip. Bagian  kedua yang dinyatakan sebagai
asumsi,proporsi, dan postulat. Bagian ketiga adalah begian dari set universal atau bagian dari
keseluruhan yang belum diketahui. Dalam usaha mendeskripsikan, menjelaskan,dan membuat
prediksi,para ahli terus mencari dan menemukan hukum-hukum baru dan hubungan-hubungan
baru diantara hukum-hukum tersebut. Melalui proses demikian mungkin terjadi dalam suatu” set
kejadian”, semua hukum diinterealasinya dapat dinyatakan dan teoro itu telah berkembang
menjadi hukum yang lebih tinggi. Para ahli teori mencari hubungan baru dengan
menggabungkan beberapa”set kejadian” menjadi suatu “ set kejadian yang baru yang lebih
universal”. Hal itu mendorong pencarian dan pengkajian selanjutnya, untuk menemukan hukum-
hukum baru dan hubungan baru dalam suatu teori baru. Fungsi yang lebih besar dari suatu teori
adalah melahirkan teori baru. Pendidikan meruoakan suatu ilmu terapan ( applied science), yaitu
terapan dari ilmu atau disiplin lain terutama filsafat, psikologi, sosiologi,dan humanitas. Sebagai
ilmu teraoan, perkembangan teori pendidikan berasal dari pemikiran-pemikiran filosofi-teoretis,
penelitian,empiris dalampraktik pendidikan. Dengan latar belakang seperti itu, beberapa ahli
menyatakan bahwa ilmu pendidikan merupakan ilmu yang “ belum jelas”. Hal itu diperkuat oleh
kenyataan bahwa cakupan sulit untuk dapat merumuskan teori pendidikan. Teori-teori
pendidikan yang ada lebih menggambarkan pandangan filosofi, seperti teori pendidikan
Langeveld, Kohnstam,dan sebagainya, atau lebih menekankan/ pada pengajaran seperti
Gagne,Skinner,dan sebagainya.
 Beberapa aliran fisafat pendidikan menggambarkankedudukannya,juga sebagai teori
pendidikan, seperti dalam filsafat pendidikan realism dari Borudy,idealisme dari
butler,pragmatism dari Mc Murray. Pratte menegaskan hubungan antara filsafat debfab teori
pendidikan progresif (eksperimentalisme),esensialisme,perenialisme,rekonstruksionalisme,dan
eksistensialisme. Dalam sebuah aliran filsafat ini, dikemukakan pandangan filosofinya tentang
peranan sekolah(pendidikan), tentang hakikat pengetahuan, tentang manusia,tentang nilai, dan
sumber-sumber nilai.

ab 3
             Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral
dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Mengingat peninganya peranan kurikulum didalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan. Penyusunan kulrikulum
membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Kalau landasan pembuatan sebuah gedung tidak kokoh yang akan
ambruk adalah gedung tersbut, tetapi kalau landasan pendidikan, khususnya kurikulum yang
lemah, yang akan “ambruk” adalah manusianya.
                 Pendidikan berintikan berisikan interaksi antaramanusia, terutama antara pendidikan dan
terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Didalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta proses bagaiman interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi
tujuan pendidikan, siapa pendidik dan terdidik,apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi
pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang
mendasar, yang esensial, yaitu jawaban-jawaban filosofis.
      Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika yang membahas segala yang ada dalam
ala mini, epistemology yang membahs kebenaran dan aksiologi yang membahas nilai. Aliran-
aliran filsafat yang kita kenal bertolak belakang dari pandangan yang berbeda dalam ketiga hal
itu. Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk masala-
masalah pendidikan yang disebut filsafat pendidikan. Walaupun dilihat sepintas, filsafat
pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran fislosofis untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan, tetapi antara keduanya yaitu antara dilsafat dan filsafat pendidiakn
terdapat hubungan yang sangat erat. Menurut Donald Butler, filsafat memberikan arah dan
metodologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-
bahan bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat, malah
menurut Butler menjadi satu.
                  Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antara peserta
didik dan pendidik dan juga antara peserta didik dan orang-orang lainnya. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya, karena kondidi psikologisnya. Manusia berbeda dengan benda atau
tanaman, karena benda atau tanaman tidak mempunyai aspek psikologisnya. Manusia juga lain
dari binatang, karena kondidi psikologis manusia jauh lebih tinggi tarafnya dan lebih kompleks
dibandingkan dengan binatang. Berkat kemampuan-kemampuan psikologis yang lebih tinggi dan
inilah sesungguhnya manusia menjadi lebih maju, lenih banyak memiliki kecakapan,
pengetahuan, dan keterampian dibandingkan dengan binatang.
                 Kondisi psikologis  ,setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap perkembangannya,
latar belakang sosial budaya,juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya.
Kondisi ini pun berbeda pula bergantung pada konteks, peranan,status individu di antara
individu-individu yang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai
dengan kondidi psikologis para peserta didik  maupun kondisi pendidikannya. Interaksi
pendidikan dirumah berbeda dengan di sekolah, interaksi antara anak guru pada jenjang sekolah
lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas.
     
Bab 4
      Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita ketahui bahwa
pendidika mempersiapkan generasi muda untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan, tetapi memberikan bekal pengetahuan , keterampilan serta nilai-
nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Anak-anak
berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam
lingkungan masyarakat, dan diarahkan dalam kehidupan bermasyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karekteristik dan kekayaan budayanya, menjadi landasan dan
seklaigus avuan pendidikan.
                  Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan
asing terhadap masyarakat, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu
membangun masyarakat.oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan
dengan kondisi, karakteristik, kekayaan, dan perkembangan masyaraktat tersebut.
      Tujuan umum pendidikan sering dirumuskan untuk menyiapkan generasi muda menjadi
orang dewasa anggota masyarakat  yang mandiri dan produktif. Hal itu merefleksikan konsep
adanya tutuntutan individual ( pribadi) dan sosial dari orang dewasa kepada generasi muda.
Tuntutan individual merupakan harapan orang dewasa agar generasi muda dapat
mengembangkan pribadinya sendiri, mengembangkan segala potensi dan kemempuan yang
dimilikinya. Tuntutan sosial adalah harapan orang dewasa agar ananka mampu bertingkah laku,
berbuat dan hidup dengan baik dalam berbagai situasi dan lingkungan masyarakat.

  Bab 5
      Kurukulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai- nilai telah
ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-
hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar
adalah berusaha menguasai seluruh atau bagian besar isi pendidikan yang diberikan atau
disiapkan oleh guru.
                  Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan, maka pendidikan lebih
bersifat intelektual. Nama- nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama
dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, mate- matika, ilmu kealaman,
sejarah dan sebagainya.
      Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam pengembangan secara berangsur memperhatikan proses belajar yang
dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang dipentingkan
dalam materi pelajarann tersebut. Penekanan pada segi intelektual ini dianut oleh hampir seluruh
proyek pengembangan kurikulum pada tahun 1960-an di sekolah- sekolah bagian Amerika
Serikat. Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan
secara logis dan sistematis daripada penyelarasan urutan bahan dengan kemampuan berpikir
anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih
mengutamakan susuna isi, yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa
sama pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip- prinsip dan generalisasi. Para ahli
kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang diajarkan bersipat universal, merka
mengabaikan karekteristiksiswa dan kebutuhan masyarakat setempat.

  Bab 5
      Kurukulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai- nilai telah
ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-
hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar
adalah berusaha menguasai seluruh atau bagian besar isi pendidikan yang diberikan atau
disiapkan oleh guru.
                  Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan, maka pendidikan lebih
bersifat intelektual. Nama- nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama
dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, mate- matika, ilmu kealaman,
sejarah dan sebagainya.
      Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam pengembangan secara berangsur memperhatikan proses belajar yang
dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang dipentingkan
dalam materi pelajarann tersebut. Penekanan pada segi intelektual ini dianut oleh hampir seluruh
proyek pengembangan kurikulum pada tahun 1960-an di sekolah- sekolah bagian Amerika
Serikat. Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan
secara logis dan sistematis daripada penyelarasan urutan bahan dengan kemampuan berpikir
anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih
mengutamakan susuna isi, yaitu apa yang diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa
sama pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip- prinsip dan generalisasi. Para ahli
kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang diajarkan bersipat universal, merka
mengabaikan karekteristiksiswa dan kebutuhan masyarakat setempat.

Bab 6
      Komponen kurikulum terditi atas:
1)      Tujuan
2)      Bahan Ajar
3)      Strategi Mengajar
4)      Media Mengajar
5)      Evaluasi Pengajaran
6)      Penyampurnaan Pengajaran

Desain kurikulum :
1)      Subject centered design
2)      Learner-centered design
3)      Problem centered desugn
Bab 7
Dalam penyusunan kurikulum, masalah mengajar struktur perlu mendapatkan perhatian
utama, sebab keberhasilan pelaksanaan suatu kurikulum sangat dipengaruhi oleh hal tersebut.
Pendidikan yang menekankan struktur, mengutamakan pendidikan intelek, tetapi tidak berarti
pendidikan segi lain di abaikan. Pendidikan yang menekankan struktur bukan saja dapat berhasil
dengan bak pada anak-anak yang cerdas, tetapi juga pada anak-anak biasa bahkan anak-anak
yang kurang mampu. Ini tidak berarti urutan dan isi bahan pelajaran bagi mereka sama.
Bagaimana pengetahuan-pengetahuan dasr dijalin dengan minat dan kemampuan anak. Hal itu
membutuhkan pemahaman yang dalam serta kejujuran yang sungguh-sungguh untuk menyajikan
fenomena-fenomena baik dalam penyusunan kurikulum maupun dalam penyajian di kelas.
Pengetahuan dasar yang dihubungkan dengan fenomena-fenomena tersebut harus disajikan
dengan benar, menarik minat dan memberikan manfaat.

Bab 8
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman
belajaryang disajikan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum terintergrasi filsafat, nilai-nilai,
pengetahuan an perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh ahli pendidikan/ahli
kurikulum,ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan, pengusaha serta unsure-unsur
masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud member pedoman kepada para
pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan pengembangan siswa, mencapai tujuan yang
cita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga dan masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua
konsep, prinsip, nilai, pengatahuan, metode, alat dan kemampuan guru diuji dalam bentuk
perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep,
prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terketak pada guru. Oleh karena itu,
gurulah yang memegang kunci pelaksanaan dan keberhasikan kurikulum. Dialah sebenarnya
perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum
diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembang kemampuan siswa
secra optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.
Dalam pengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu:
administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang pengetahuan, guru-guru,
dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara
terustrator, guru dan orangtua.

Bab 9
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan
pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil
evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para
pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem
pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum
juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya,
dalam memahami dan mambantu perkemangan siswa, memilih bahan pelajran, memilih metode
dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilainan serta fasilitas pendidikan lainnya.
Evaluasi kurikulum sukar dirimuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa factor:
a.    Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
b.    Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum
yang digunakan.
c.    Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga
berubah,

Evaluasi merupakan kegiatan yang luas,komplek, dan terus-menerus untuk mengetahui


proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangan informal 
sampai yang sangat formal. Pada tingkat yang sangat informal evaluasi kurikulum berbentuk
perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program
sekolah. Pada tingkat yang lebih formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan
pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai
bentuk kemajuan ke arah tujuan yang telah ditentukan.
Model-model evaluasi kurikulum:
 Evaluasi model penelitian
 Evaluasi model objektif
 Model campuran multivariasi

BAB III. PEMBAHASAN

A.1 Pembahasan tentang definisi kurikulum


            Kurikulum dari buku yang direview menurut R. Ibrahim (2005) mengelompokkan
kurikulum menjadi tiga dimensi,yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem,
dan kurikulum sebagai bidang studi. Dimensi pertama memandang kurikulum sebagai rencana
kegiatan belajar bagi siswa disekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu
kurikulum dapat juga menunjuk pada suatu dokumen yang berisi tentang tujuan, bahan ajar,
kegiatan belajar mengajar,jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang
kebijakan pendidikan dan masyarakat.
            Dimensi kedua memandang kurikulum sebagai bagian dari sistem persekolahan, sistem
pendidikan dan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup sturktur personalia
dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem adalah memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
            Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi, yaitu bidag studi kurikulum.
Hal ini merupakan kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Mereka yang
mendalami bidang kurikulum mempelajarai konsep-konsep dasar tentang kurikulum, melalui
studi kepustakaan dan sebagai kegiatan penelitian dan percobaan, sehingga menemukan hal-hal
baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
            Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan penelitian kurikulum ditinjau dari
tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai ilmu
ditinjau dari konsep, asumsi, teori-teori dan prinsip-prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum
sebagai sestem dijelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungan dengan sistem-sistem lain,
komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis pendidikan,
menajemen kurikulum, dan sebagainya. Kurikulum sebagai rencana diungkap beragam rencana
dan rancangan atau desai kutikulum. Rencana bersifat menyeluruh untuk semua jalur, jenjang
dan jenis pendidikan pula, dengan rancangan atau desain, terdapat desain berdasarkan konsep,
tujuan, isi, proses, masalah, kebutuhan siswa.
           
            A.2 Pembahasan tentang landasan Filosofis
            Landasan Filosofis menurut buku yang dirivew adalah landasan filosofis, yaitu asumsi-
asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang
menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Asumsi-asumsi filosofis tersebut
berimplikasikan pada perumussan tujuan pendidikan, pengembangan, isi atau materi pendidikan,
penentuan strategi, serta pada peran peserta didik dan peran pendidik.
            Filsafat membahas segala prmasalahan yang dihadadi oleh manusia termasuk masalah-
masalah pendidikan ini yang disebut filsafat pendidikan. Walaupun dilihat sepintas, filsafat
pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan, tetapi antara keduanya yaitu antara filsafatdan filsafat pendidikan
terdapat hubungan yang sangat erat. Menurut Donald butler, filsafat memberikan arah dan
metologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-bahan
bagi pertimbangan-pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat, malah menurut
Butler menjadi satu.
           
            A.3 Pembahasan tentang landasan psikologis
            Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologis yang
dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologis yang harus
menjadi acuan, yaitu psikologis perkembangan dan psikologis belajar. Psikologis perkembangan
mempelajari proses dan karakteristik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan,
sedangkan psikologis belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada
tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu
teori belajar kognitif, behavioristik, dan himanistik.
            Jadi minimal ada dua bidang psikologis yang mendasari pengembangan kurikulum,
psikologis perkembangan dan psikologis belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik dalam
merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode
pembelajaran serta teknik-teknik pembelajaran.

            A.4 Pembahasan tentang landasan sosial budaya


            Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber sebagai sosiologi dan
antropologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Karekteristik sosial
buadaya dimana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan
dikembangkan.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita ketahui bahwa
pendidika mempersiapkan generasi muda untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan, tetapi memberikan bekal pengetahuan , keterampilan serta nilai-
nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Anak-anak
berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam
lingkungan masyarakat, dan diarahkan dalam kehidupan bermasyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karekteristik dan kekayaan budayanya, menjadi landasan dan
seklaigus avuan pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan
asing terhadap masyarakat, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu
membangun masyarakat.oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan
dengan kondisi, karakteristik, kekayaan, dan perkembangan masyaraktat tersebut.

  A.5 Pembahasan tentang landasan ilmiah dan teknologi


            Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil
riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai
kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware maupun software sehingga pendidikan
yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
            Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun tidak langsung
menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah memberikan isi/ materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan.
Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan
perkembangan masyarakat menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan
dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan.

            A.6 Pembahsan tentang  pengembangan kurikulum


Sistem kurikulum terbagi menjadi empat komponen, yaitu: (1) komponen tujuan, (2) isi
kurikulum, (3) metode atau strategi pencapaian tujuan , dan (4) komponen evaluasi. Sebagai
suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu
komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidakberkaitan dengan komponen
lainnya, maka sistem kurikulum juga akan terganggu.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu
prinsip umum dan prinsip khusus. prinsip umum biasanya digunkaan hampir dalam setiap
pengembangan kurikulum dimana pun. Di samping itu, prinsip ini merujuk pada prinsip yang
harus diperhatikian untuk dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari komponen-komponen
kurikulum itu sendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen
tujuan, prinsip unruk mengembangkan komponen isi kurikulum, prinsip untuk mengembangkan
media atau alat bantu pembelajaran, serta prinsip yang berkaitan dengan komponen evaluasi. di
mana prinsip pengembangan satu komponen dengan komponen lainya akan berbeda.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman
belajaryang disajikan bagi siswa disekolah. Dalam kurikulum terintergrasi filsafat, nilai-nilai,
pengetahuan an perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh ahli pendidikan/ahli
kurikulum,ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan, pengusaha serta unsure-unsur
masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud member pedoman kepada para
pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan pengembangan siswa, mencapai tujuan yang
cita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga dan masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua
konsep, prinsip, nilai, pengatahuan, metode, alat dan kemampuan guru diuji dalam bentuk
perbuatan, yang akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Perwujudan konsep,
prinsip, dan aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terketak pada guru. Oleh karena itu,
gurulah yang memegang kunci pelaksanaan dan keberhasikan kurikulum. Dialah sebenarnya
perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum
diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembang kemampuan siswa
secra optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.

A.7 Pembahasan tentang model-model pengembangan kurikulum


Model pengembangan kurikulum, yaitu langkah sistematis dalam proses penyusunan
kurikulum. Alternatif prosedur dalam rangka mendesain(designing),
menerapkan(implementation), dan mengevaluasi(evaluation) suatu kurikulum. Model
pengembangan kurikulumharus dapat menggambarkan suatun proses sistem perencanaan
program pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan
dalam pendidikan, berdasarkan pada perkembangan teori dan praktik kurikulum. dewasa ini telah
banyak dikemukakan model-model pengembangan kurikulum, diantaranya: (1) Model Ralph
Tyler; (2) Model Administratif; (3) Model Grass Roots; (4) Model Demostrasi; (5) Model
Miller-Seller; (6) Model Taba( Inverted model) dan (7) Model Beauchamp.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurkulum. Pemilihan suatu
model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atau kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang di anut serta model konsep
pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan
dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum
humanistic, teknologis, dan rekontruksi sosial.
Sekurang-kurangnya dikenal delapan model pengembangan kurikulum, yaitu: the
administrative(line staff) model, the grass roots model, beauchamp’s system, the demonstration
model, taba’s inverted model, roger’s interpersonal relations model, the systematic action
research model dan emerging technical model.

A.8 Pembahasan tentang evaluasi kurikulum

Evaluasi Kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara


keseluruhan ditinjau dari berbagai criteria. Indikator kinerja yang di evaluasi adan efektivitas,
relavansi, efisiensi, dan kelaikan ( feasibility ) program.
Tujuan Evaluasi Kurikulum adalah untuk keperluan :

(a)    Perbaikan Program;


(b)   Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak; dan
(c)     Penentuan tindakan lanjut hasil pengembangan.

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan


pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil
evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para
pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem
pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum
juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya,
dalam memahami dan mambantu perkemangan siswa, memilih bahan pelajran, memilih metode
dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilainan serta fasilitas pendidikan lainnya.
Evaluasi kurikulum sukar dirimuskan secara tegas, hal itu disebabkan beberapa factor:
d.               Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
e.                Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum
yang digunakan.
f.                Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga
berubah,
Evaluasi merupakan kegiatan yang luas,komplek, dan terus-menerus untuk mengetahui
proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangan informal 
sampai yang sangat formal. Pada tingkat yang sangat informal evaluasi kurikulum berbentuk
perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program
sekolah. Pada tingkat yang lebih formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan
pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai
bentuk kemajuan ke arah tujuan yang telah ditentukan.
Model-model evaluasi kurikulum:
 Evaluasi model penelitian
 Evaluasi model objektif
 Model campuran multivariasi

A.9 Pembahasan tentang proses pembelajaran


Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen sistem
pembelajaran. konsep dan pemahaman pembelajaran dapat dipahami dengan menganalisis
aktivitas komponen pendidik, peserta didik, bahan ajar, media, alat, prosedur, dan proses belajar.
konsep awal dalam memahami pembelajaran ini dapat dipandang dari apa itu “belajar”.
Perubahan dan  munculnya beberapa konsep dan pemahaman tentang belajar merupakan
suatu bukti bahwa pembelajaran adalah proses mencari kebenaran, dan menggembangkannya
untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, khususnya yang berhubungan dengan
upaya mengubah perilaku, sikap, pengetahuan, dan pemaknaan terhadap tugas-tugas selama
hidupnya. Dalam proses pembelajaran terdapat unsur-unsur yang akan menghasilkan hasil
belajar. Melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran bisa berkelanjutan, sehingga segala
sesuatu yang dibutuhkan manusia akan terpenuhi.
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran dan istilah belajar-
mengajar yang dapat kita perdebatkan, atau kita abaikan saja yang penting makna dari ketiganya.
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau pendidik untuk
membelajarkan siswayang belajar. Pada pendidikan formal ( sekolah ), pembelajaran merupakan
tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang
dipersiapkan untuk itu. Pembelajaran di sekolah semakin berkembang, dari sifar pengajaran yang
sifatnya tradisional sampai pengajaran yang sifatnya modern.kegiatan pembelajran bukan lagi
sekedar menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap
muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran kebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-
pola pembelajaran yang bervariasi.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku

B.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku 1

Buku ini memeberikan penjelasan yang rinci. Penulis juga memberikan bebrapa diagram
dan tabel dibeberapa topic pembahasan sehingga mempermudah pembaca dalam
mengelompokkan dan memahaminya. Hal ini juga merupakan salah satu trik yang membuat
pembaca tidak terlalu jenuh melihat dan membaca tulisan dari awal dan akhir buku. Desain buku
ini juga tidak terlalu berlebihan dan cukup apik. Penjelasan dalam buku ini juga mudah
dimengerti karena tidak menggunakan bahasa yang terlalu baku. Kelebihan lainnya juga penulis
menjelaskan tentang kurikulum secara luas dan mendalam. Pemberian rangkuman di akhir setiap
bab mempermudah pembaca menemukan informasi inti dari bab tersebut.
Kelemahan buku ini terdapat pengulangan dan penjelasan disetiap bab yang berbeda.
Terkadang penulis membuat keterangan atau mengulang informasi yang sama di bab yang
berbeda hal ini sedikit membuat bingung. Buku ini kurang memberikan contoh yang nyata
tentang kurikulum. Penyajian tanpa memberikan contoh yang nyata membuat pembaca menjadi
mengambang. Penjabarannya yang dalam namun tidak ringkas membuat pembaca jenuh. Apabila
pembaca melihatnya akan langsung mengira buku ini terlalu membosankan karena terlalu tebal
dan monoton.

B.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku 2

      Buku ini memberikan penjelasan yang rinci tentang kurikulum menurut bebrapa ahli dari
luar negeri serta dilengkapi dengan permasalahan dan hasil dari penelitian mereka. Penjelasan
dalam buku ini dijelaskan dengan bahasa yang cukup mudah dimengerti. Desain buku ini juga
tidak terlalu berlebihan dan warnyanya juga tidak terlalu mencolok.  Karena kertas yang
digunakan dalam buku ini juga tidak mudah lusuh dan koyak. Tidak lupa pula penulis uga
memberikan beberapa pengertian kurikulum serta contoh lainnya dan itu saling berbeda sehingga
dapat membantu pembaca memperluas pengetahuan dan perkembangan kurikulum itu sangatlah
dinamis dibuktikan dengan setiap tokoh memiliki definisi yang berbeda pada tahun yang berbeda
pula.
      Buku ini tidak membuat rangkuman materi pada setiap babnya, itu mempersulit pembaca
dalam menemukan informasi yang rinci. Buku ini tidak banyak memberikan daftar tabel dan
diagram sehingga pembaca agak sulit memahami materi.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Buku ini layak dibaca karena didalamnya memuat ilmu pendidikan dan menjelaskan latar
pengembangan kurikulum itu sendiri. Dimulai dari dasar, landasan, desain, proses, dan prinsip
serta model pengembangan kurikulum. Dan pada bagian selanjutnya pembahasan bertumpu pada
hakikat pembelajaran. Pembelajran merupakan bentuk aplikasi dari kurikulum.
Hubungan antara keduanya sangat erat. Keduanya memiliki keterkaitan yang padu. Tanpa
kurikulum, pembelajaran tidak akan efektif sementara tanpa pembelajaran kurikulum tidak
berarti apa-apa. Dari kedua buku ini dapat saya simpulkan bahwa bagitu pentingnya kurikulum
dan pembelajaran di bangku sekolah dan pembelajaran.  Setiap buku memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. penulisan critical book review ini tidak bermaksud/ bertujuan
untuk memihak 1 buku atau menjatuhkan buku lain. Saya berharap ini dapat membantu pembeli
memilih buku yang sesuai.

B.     Rekomendasi untuk perbaikan buku


Saya menyarankan setiap buku pelajaran dapat dikemas dengan sangat menyenangkan
dan tidak membosankan.  Desain buku lebih menarik dengan warna sehingga tidak jenuh. Dan
menampilkan lebih banyak contoh-contoh.  Serta penjelasan yang ringkas dan efektif. Jika
membuat kata-kata asing harap dibuat daftar index agar pembaca dapat mengetahui maksud dari
kata-kata tersebut.

Daftar Pustaka

. Toto Ruhimat, M. d. (2015 & 2016). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: PT RajaCrafindo
Persada.
Pendidikan, P. P. (n.d.).
Sukmadinata, P. D. (2012). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.

Anda mungkin juga menyukai