Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran

p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

POLA ARGUMEN TOULMIN PADA PROSES PEMBELAJARAN


IPA SMP
I Nengah Suartha1, I Gusti Agung Nyoman Setiawan2,
Anak Agung Rai Sudiatmika3
123
Program Studi S2 Pendidikan IPA FMIPA
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
Email : ing.suartha80@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan dan menjelaskan pola argumen Toulmin
pada proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura. (2) mendeskripsikan dan
menjelaskan kualitas argumen proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura.
Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan sumber data dari empat orang guru IPA
serta siswa kelas VII dan VIII. Sumber data dipilih berdasarkan teknik purposive
sampling. Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu
dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Penelitian
bertempat di SMP Negeri 1 Amlapura, dan dilaksanakan pada semester genap Tahun
Ajaran 2017/2018. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pola argumen
Toulmin pada proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura terdiri dari 2 pola
dengan variasinya. (2) kualitas argumen proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1
Amlapura 64,40% pola Ground-Claim dengan kategori lemah dan 35,60% pola
Warrant-Ground-Claim dengan kategori cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa: (1) Pola argumentasi pada proses pembelajaran
IPA SMP Negeri 1 Amlapura terdiri atas pola Claim-Gorund dan Claim-Ground-
Warrant dengan variasinya. (2) Kualitas argumen proses pembelajaran IPA SMP
Negeri 1 Amlapura 64,40% dengan kategori lemah dan 35,60% dengan kategori
cukup kuat. Jadi kualitas argumen proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura
bervariasi dari lemah dan cukup kuat, karena lemahnya pengawasan dari kepala
sekolah dan pengawas akademik dalam bentuk supervisi akademik, sumber belajar
yang tersedia hanya berupa buku paket, proses pembelajaran tanpa mengacu pada
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah disusun.

Kata kunci: Pola Argumen Toulmin, Proses Pembelajaran IPA SMP

ABSTRACT

This study aims to (1) describe and explain the Toulmin argument pattern in the
science learning process at SMP Negeri 1 Amlapura and (2) describe and explain the
argument quality in the science learning process at SMP Negeri 1 Amlapura. The
design of this study was qualitative with data sources form four science teachers and
students in grade VII and VIII. Data sources were selected based on purposive
sampling technique. The main instrument in this study was the researcher who was
assisted by observation guidelines, interview guidlines, and documentation. The study
took place at SMP Negeri 1 Amlapura, and was conducted in even semester of
academic year 2017/2018. Data was collected through observation, interview and

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 1


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

documentation techniques. The stages of data analysis carried out are data reduction,
data presentation, and data verification. The results of the study shows: (1) the
Toulmin argument pattern in the science learning process at SMP Negeri 1 Amlapura
consists of 2 pattern with variations. The pattern are claim-ground pattern with the
pattern variations claim-ground, ground-claim, and claim-ground warrant pattern with
the pattern variations claim-ground-warrant, claim-warrant-ground, warrant-ground-
claim, warrant-claim-ground, ground-warrant-claim, and ground-claim-warrant. (2)
the argument quality in the science learning process at SMP Negeri 1 Amlapura was
64.40% ground-claim pattern with weak category and 35.60% warrant-ground-claim
with a fairly strong category. Based on the results of the study it can be concluded
that (1) argumentation pattern in the science learning process at SMP Negeri 1
Amlapura consists of claim-ground and claim-ground-warrant pattern with the
variations. (2) argument quality in the science learning process at SMP Negeri 1
Amlapura 64.40% with weak category and 35.60% with fairly strong category. So it
be concluded that the argument quality of the science learning process at SMP Negeri
1 Amlapura varies from weak to fairly strong, because of the weak supervision of the
principal and academic supervisor in the form of academic supervision, learning
resources available are only in the form of textbooks and LKS, the learning process
without referring to the planned implementation of learning.

Keywords: Argument Toulmin Pattern, The Learning Process at SMP (Junior High
School)

PENDAHULUAN sekolah dari jenjang pendidikan dasar sampai


jenjang pendidikan menengah.
Pembangunan Sumber Daya Manusia Menurut Handayani (2015)
(SDM) yang berkualitas sangat diperlukan Pendidikan merupakan upaya terencana
dalam menghadapi persaingan global pada dalam proses pembimbingan dan
era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) saat pembelajaran bagi individu agar berkembang
ini, terutama dapat berkompetisi dalam dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri,
penguasaan dan pengembangan IPTEK. bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat,
Pendidikan memegang peranan penting dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek
karena pendidikan merupakan wahana untuk jasmani maupun rohani. Kurikulum 2013
meningkatkan dan mengembangkan kualitas diharapkan dapat diimplementasikan
sumber daya manusia (SDM). Tujuan pembelajaran abad 21. Hal ini untuk
pendidikan pada umumnya ialah menyikapi tuntutan zaman yang semakin
menyediakan lingkungan yang kompetitif. Adapun pembelajaran abad 21
memungkinkan anak didik untuk mencerminkan empat hal, yaitu: (1) critical
mengembangkan bakat dan kemampuan thinking and problem solving; (2) creativity
secara optimal, sehingga dapat mewujudkan and innovation; (3) communication; (4)
dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai collaboration. Siswa dituntut untuk
dengan kebutuhan pribadi dan kebutuhan memahami, mengelola, dan menciptakan
masyarakat. komunikasi yang efektif dalam berbagai
Berbagai upaya inovatif telah bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan
dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai multimedia. Peserta didik diberikan
tujuan pendidikan. Upaya tersebut adalah kesempatan menggunakan kemampuannya
melalui penyempurnaan kurikulum 2006 untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada
menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 saat berdiskusi dengan teman-temannya
sudah ditetapkan untuk diberlakukan di maupun ketika menyelesaikan masalah dari

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 2


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

pendidiknya. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan siswa dalam


merupakan sarana yang sangat strategis untuk menyampaikan argumentasi tentunya tidak
melatih dan meningkatkan terlepas dari peran guru sebagai fasilitator
Menurut Desstya (2014) Sains atau dalam bidang pendidikan. selain guru dan
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan model pembelajaran yang diterapkan.
disiplin ilmu dari physical science dan life Ketersediaan sumber belajar yang bervariasi
science. Kelompok ilmu physical science dalam mendukung literasi siswa dalam
meliputi: ilmu astronomi, kimia, geologi, menggali informasi sangat berperan
mineralogi, meteorologi, dan fisika. mendukung proses pembelajaran.
Kelompok ilmu life science yakni biologi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
(anatomi, fisiologi, zoologi). Pembelajaran pada guru-guru IPA dan siswa SMP di
IPA yang berlangsung pada umumnya lebih Kabupaten Karangasem menunjukkan bahwa
banyak menekankan pada aspek pengetahuan sekolah menggunakan buku paket dengan
dan pemahaman yang merupakan jumlah yang terbatas dan lembar kerja siswa
kemampuan berpikir tingkat rendah, yang konten materinya belum sesuai dengan
sedangkan aspek-aspek yang merupakan sasaran kurikulum.
keterampilan berpikir tingkat tinggi hanya Banyak siswa yang kesulitan
sebagian kecil dilakukan. Kondisi ini memahami konsep-konsep dan prinsip-
menyebabkan keterampilan berpikir kritis prinsip pembelajaran IPA. Hal ini tidak
siswa tidak berkembang dengan baik. Proses terlepas dari materi yang dipelajari belum
pembelajaran hanya diarahkan pada mampu dikaitkan dengan kehidupan sehari-
kemampuan anak untuk menghapalkan hari oleh guru. Hubungan sebab akibat
informasi dan tidak diarahkan untuk merupakan suatu bentuk argumentasi. Oleh
mengembangkan karakter dan potensi peserta karena itu, penyajian materi IPA dengan pola
didik dalam berpikir kritis sesuai dengan argumentasi yang baik sangat tepat untuk
sasaran pembelajaran abad 21. dikembangkan. Sebuah argumentasi dapat
Siswa Indonesia kurang terlatih dalam meyakinkan dan memengaruhi pendengar
menyelesaikan soal-soal kontektual, atau pembaca dengan alasan-alasan yang
kemampuan nalar ilmiah masih rendah, logis dan kuat guna membuktikan kebenaran
keterbatasan kemampuan siswa suatu pendapat yang didasarkan atas data dan
mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan fakta. Salah satu pola argumentasi yang baik
(argumentasi) dan kreativitas dalam adalah pola argumen Toulmin. Dipilihnya
meyelesaikannya (Tjalla, 2001). Berdasarkan pola argumen Toulmin dalam proses
hasil wawancara dikatakan bahwa siswa yang pembelajaran pada penelitian ini disebabkan
berani tampil untuk mengemukakan argumen karena pola argumentasi Toulmin merupakan
pada saat proses pembelajaran masih sangat pola argumentasi yang paling lengkap. Uraian
sedikit. Siswa belum mampu berpendapat proses pembelajaran dalam bentuk argumen
secara formal di dalam kelas. Siswa Toulmin terdiri dari claim, qualifier, ground,
cenderung pasif dan kurang berminat untuk warrant, rebuttal, dan backing (Toulmin,
mengemukakan argumen tentang pelajaran 1958). Penyajian materi pada proses
yang disampaikan oleh guru baik dalam pembelajaran dengan mengikuti pola
bentuk bertanya maupun menjawab argumentasi Toulmin akan mampu
pertanyaan. Proses pembelajaran yang menumbuhkan, melatih dan mengembangkan
seharusnya terdapat interaksi dua arah keterampilan berpikir kritis siswa. Selain itu,
menjadi interaksi satu arah saja karena penyajian materi dalam bentuk argumen
banyak siswa yang terkesan kurang berminat sangat baik diimplementasikan dalam
atau pasif dalam menerima pelajaran. pembelajaran berbasis sains.
Kemampuan berargumentasi tidak
didapatkan dengan mudah tanpa disertai
dengan latihan berkelanjutan (Kuhn, 2013
dalam Wardani, A.D, dkk., 2016). Untuk

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 3


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

METODE PENELITIAN partisipan pasif. Hal tersebut ditujukan untuk


menjaga keaslian sumber data penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Dokumentasi juga digunakan untuk
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. memeriksa data yang belum tercatat dalam
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 pengamatan peneliti. Dalam penelitian ini,
Amlapura pada kelas VII dan VIII. Penentuan dokumentasi dapat berupa foto, rekaman
ini dilakukan dengan teknik purposive video, dan rekaman audio, untuk
sampling, dengan dasar pertimbangan sebagai memudahkan pengumpulan data.
berikut: (1) SMP Negeri 1 Amlapura dikenal Dokumentasi dibantu dengan penggunaan
memiliki siswa yang aktif; (2) terdapat banyak media kamera sebagai perekam video dan
informasi mengenai keaktifan atau kekritisan pengambil foto selama pelaksanaan penelitian
siswa yang bervariasi di masing-masing kelas; dan sound recorder. Untuk mendapatkan data
(3) belum adanya informasi yang jelas yang diinginkan dalam penelitian ini
mengenai pola argumen pada proses digunakan beberapa instrumen penelitian,
pembelajaran IPA dan kualitas argumen siswa yaitu pedoman penentuan komponen
di SMP Negeri 1 Amlapura. Pada penelitian argumen, pedoman penentuan level atau
kualitatif ini, jumlah informan atau sumber kualitas argumen. Pedoman penentuan
data diambil dengan cara purposive sampling komponen argumen dan penentuan kualitas
dan snowball sampling. argumen digunakan setelah diperoleh
Pada penelitian ini terdapat dua objek transkrip berdasarkan rekaman audio-video
yang diteliti yaitu pola argumen dan kualitas pada saat proses pembelajaran IPA. Pada saat
argumen. Pola argumen ini ditinjau proses pembelajaran IPA dilakukan
berdasarkan pola argumen Toulmin yang perekaman audio-video.
meliputi Claim, Ground, Warrant, Backing, Hasil rekaman audio-video tersebut
Qualifier dan Rebuttal. Kualitas argumen kemudian ditranskrip terlebih dahulu sebelum
dianalisis menggunakan kerangka analisis dianalisis menggunakan pedoman penentuan
kualitas argumen yang dikemukakan oleh komponen/pola argumen dan pedoman
Erduran et al., (2004) penentuan level argumen untuk mengetahui
Penelitian ini dilakukan melalui tiga kualitas argumen. Reduksi data dilakukan
tahap, yakni: (1) tahap pra-lapangan, peneliti secara terus menerus selama pengumpulan
melakukan penyusunan, perencanaan, dan data berlangsung, sehingga dapat diambil
penyiapan segala bentuk materi yang kesimpulan sementara. Kesimpulan tersebut
dibutuhkan sebagai bahan dasar tahap selanjutnya dicocokkan kembali dengan data
berikutnya. (2) tahap lapangan, tahap lainnya sehingga diperoleh kepastian dari data
pengumpulan informasi secara holistik- penelitian. Setelah data direduksi, langkah
kontekstual, sebagai aktivitas yang selanjutnya adalah tahap pemaparan atau
memanfaatkan segala sesuatu yang telah penyajian data. Data dalam penelitian ini
dipersiapkan sebelumnya. dan (3) tahap pasca disajikan dalam uraian terhadap masing-
lapangan dilakukan setelah data terkumpul masing komponen yang menjadi fokus
secara keseluruhan. Kegiatan analisis data penelitian. Penarikan kesimpulan dilakukan
dilakukan mulai dari penemuan hasil dengan melakukan verifikasi temuan yang
penelitian, pembahasan hasil penelitian yang diperoleh terhadap bukti-bukti yang ada.
diperoleh, sampai diperoleh simpulan akhir. Setelah diperoleh kesimpulan yang sesuai,
Pengumpulan data dilakukan secara dilakukan konsultasi bersama pakar yang
bertahap dan disesuaikan dengan data yang dalam hal ini diupayakan secara ilmiah dapat
diperlukan. peneliti menggunakan jenis data menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
primer. Data-data dalam penelitian ini sejak awal. Uji keabsahan data pada penelitian
diperoleh dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan uji credibility,
observasi dan wawancara. Selama melakukan tranferability, dependability, dan
pengamatan peneliti bertindak sebagai confirmability.

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 4


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

Alur penelitian dapat digambarkan


dalam bentuk bagan berikut.

Studi literatur tentang komponen/pola dan kualitas argumen,


proses pembelajaran IPA SMP, dan analisis kurikulum

Pengembangan pedoman penentuan komponen/pola argumen


dan kualitas argumen, serta teknik pengambilan data
Tahap
Persiapan
Pengembangan instrumen penentuan komponen/pola argumen
dan kualitas argumen, serta teknik pengambilan data

Penentuan guru dan kelas untuk menjadi subjek penelitian

Pembelajaran pertemuan ke-1, pertemuan ke-2 dan pertemuan


ke-3 (untuk masing-masing guru IPA)

Perekaman audio-video pada saat proses pembelajaran IPA (data


awal)
Tahap
Pelaksanaan
Pembuatan transkrip berdasarkan rekaman audio-video kegiatan
pembelajaran

Analisis data berdasarkan hasil transkrip

Interpretasi hasil analisis dan pengolahan data


Tahap
PenarikanKes
Penarikan Kesimpulan
impulan

Gambar 1. Alur penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pola Argumen Toulmin pada Proses


Pembelajaran IPA SMP Negeri 1
Terdapat dua pokok bahasan yang Amlapura
ditinjau, antara lain (1) pola argumen Toulmin Pola argumentasi pada proses
pada proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura
Amlapura, dan (2) kualitas argumen pada yang telah dianalisis terdiri dari 2.237 wacana
proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 pada seluruh proses pembelajaran, dengan
Amlapura. jumlah 382 (17,08%) wacana bersifat
argumen sedangkan 1.855 (82,92%) wacana
bersifat tidak argumen. Wacana argumen
yang terdiri dari dua variasi pola argumen
diantaranya pola Ground-Claim (64,40%),
dan pola Ground-Warrant-Claim (35,60%).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
Tabel 1 berikut.

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 5


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

Tabel 1. Pola Argumen Toulmin

Pola Argumen
No Jumlah %
Toulmin
1 C–G 246 64,40
W
2 136 35,60
C┴G
Jumlah 382

Berdasarkan Tabel 1 di atas, tampak yang ada di bumi memiliki sistem hidrologi
bahwa argumen siswa 64,40% dengan pola yang artinya sistem daur ulang air”. Argumen
claim-ground dan 35,60% dengan pola claim- ini dimulai dengan pernyataan pembicara
ground-warrant. Percakapan lainnya termasuk tentang pengertian hidrosfer. Argumennya
dalam kategori non claim diantaranya adalah adalah “Hidrosfer merupakan lapisan air
stimulans, respon, pernyataan, menjawab yang menyelimuti permukaan bumi.”
respon, claim dan counter claim. Kategori non Pernyataan ini mengawali atau menjadi
claim ini bukan sebuah argumen, melainkan standpoint argumennya sehingga dapat
yang mendukung (mengarahkan pada) diposisikan sebagai Claim. Selanjutnya,
argumen. pembicara menunjukkan data yang berkaitan
Argumen dengan pola claim-ground dengan claim yaitu “Hampir 70% permukaan
yang ditemukan dapat dilihat pada argumen bumi terdiri atas air”. Data ini menjelaskan
berikut. Argumen 1, Argumen 1, “Recycle claim, maka dapat dikatakan bahwa ini adalah
dilakukan untuk sampah yang tidak dapat Ground. Selanjutnya, terdapat kalimat yang
terurai. botol bekas dapat digunakan lagi menghubungkan data sehingga pembicara
untuk membuat kerajinan tangan ”. Argumen dapat menyatakan claim yang disebut dengan
tersebut dapat dilihat bahwa kalimat 1) adalah Warrant. Kalimat tersebut adalah “Air yang
claim dari siswa yang berisi tentang konsep ada di bumi memiliki sistem hidrologi yang
dari materi yang dibahas “Recycle dilakukan artinya sistem daur ulang air”. Data di atas
untuk sampah yang tidak dapat terurai” apabila digambarkan pada bagan menjadi
Kesimpulan ini merupakan jawaban atas seperti berikut.
permasalahan yang telah diutarakan oleh guru
pada saat menyampaikan pendahuluan. Untuk
mendukung claim yang berisi kesimpulan ini W (3)
ditunjukkan alasan atau penyebab dari apa
yang telah ditemukan pada kalimat 2). Dalam G (2) C (1)
hal ini dinyatakan contoh recycle “botol bekas
dapat digunakan lagi untuk membuat
kerajinan tangan”. Pola ini banyak ditemukan Berdasarkan temuan ini terlihat jelas
dalam proses pembelajaran IPA SMP Negeri bahwa selama ini pembelajaran yang
1 Amlapura. Apabila data-data di atas diterapkan belum membekali siswa untuk
digambarkan dengan sebuah bagan ilustrasi memberdayakan kemampuan berpikir,
akan menjadi seperti berikut. rendahnya kemampuan berkomunikasi
khusunya dalam kemampuan berargumen dan
tidak melatih siswa untuk aktif membangun
G (2) C (1) pengetahuannya sendiri, akibatnya
pemahaman konsep siswa pada materi IPA
Argumen dengan pola claim-ground- sangat rendah. Menurut teori belajar
warrant dapat dilihat pada argumen berikut. Behaviorisme bahwa hubungan antara
Argumen 5 “Hidrosfer merupakan lapisan air stimulus dengan respon akan semakin
yang menyelimuti permukaan bumi. Hampir bertambah erat jika dilatih dan akan semakin
70% permukaan bumi terdiri atas air. Air berkurang apabila jarang/tidak dilatih

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 6


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

(Herlanti, 2012). Adanya permasalahan pada membuat rebuttal dengan baik. kemampuan
permasalahan pada penguasaan materi IPA, argumen ilmiah harus didukung dengan
guru seharusnya melatih siswa agar mampu pengetahuan konseptual. Dengan pengetahuan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan konseptual yang memadai, maka argumen
dengan menggunakan konsep IPA yang telah yang dihasilkan siswa akan memiliki
dipelajarinya kemudian siswa dirangsang keterpercayaan lebih tinggi. Sejalan dengan
untuk membentuk argumennya melalui itu Jane Maloney dan Shirley Simon (2006),
permasalahan yan diberikan saat proses menunjukkan bahwa siswa mampu
pembelajaran (Khusnayain, 2013). mengevaluasi bukti ilmiah untuk mendukung
Proses pembelajaran yang keputusan yang dibuatnya. Bukti-bukti ilmiah
mengimplementasikan argumentasi yang baik dapat mereka gunakan untuk mendukung
dalam suatu wacana baik lisan maupun tulisan kesimpulan yang mereka buat. Selanjutnya
memiliki konsep penyajian argumen yang aktivitas pembelajaran kolaboratif yang
terstruktur dan berpola, dapat memudahkan berfokus pada diskusi bukti ilmiah dapat
seseorang untuk memahami dengan baik dikembangkan untuk melatih kemampuan
argumen yang disampaikan. Hal ini sangat siswa untuk berargumen ilmiah secara efektif
berkaitan dalam konteks pembelajaran, salah dalam pengambilan keputusan. Penelitan
satunya penyajian materi pembelajaran pada lainnya dari Tanja Riemeier, et al (2009),
saat proses pembelajaran yang dilaksanakan. menunjukkan bahwa setiap argumen tunggal
Konsep materi pembelajaran yang disajikan biasanya mengandung unsur yang sedikit
secara argumentatif berdasarkan pola-pola berbeda dan elemen yang dianggap
argumen yang lengkap, pada saat proses berkualitas tinggi itu jarang. Argumen yang
pembelajaran akan mampu mengantarkan terdiri dari kualitas struktur konseptual yang
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang tinggi terjadi ketika siswa mampu
utuh. Hal ini tampaknya sesuai dengan apa menggunakan pengalaman khusus yang
yang Demetris Lazarou (2009) telah sarankan, mereka lakukan selama pembelajaran. Jadi,
bahwa melalui pengajaran yang jelas dengan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
memanfaatkan Pola Argumen Toulmin dan bahwa dalam masalah ilmiah yang kompleks
dengan upaya membangun argumen siswa. terdapat ide-ide ilmiah dalam argumen siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola Berdasarkan hasil pengamatan di
argumen Toulmin dapat dianggap sebagai lapangan ternyata ada peningkatan
sebuah pembangun mental yang signifikan kemampuan siswa dalam menyampaikan
untuk siswa, sebagai bentuk terstruktur argumennya. Siswa mulai berani
dengan baik yang dapat menjadi sebuah menyampaikan argumen yang dilengkapi
mediator yang signifikan dari upaya argumen dengan data atau alasan. Walaupun proses
siswa. Hal ini juga mengusulkan bahwa pembelajaran masih di dominasi oleh siswa
melalui penggunaan TAP, para siswa menjadi yang pintar. Pemberian kesempatan kepada
mampu untuk menilai argumen mereka dan siswa dalam pelakasanaan proses
tetap memantau pengembangan keterampilan pembelajaran dapat meningkatkan
argumen mereka sesuatu yang bisa menjadi pemahaman siswa mengenai konsep yang
motivasi intrinsik bagi mereka sendiri. disampaikan. Demetris Lazarou (2009)
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada peningkatan yang
siswa sudah mampu menyampaikan claim positif dari keterampilan argumen siswa
yang disertai dengan data atau alasan. Sekolah Dasar, yang dapat diamati melalui
Walaupun data dan alasan yang disampaikan pengajaran yang jelas dengan memanfaatkan
belum kuat. Hasil penelitian ini didukung oleh Pola Argumen Toulmin dan dengan upaya
Wardani, dkk. (2016) yang menunjukkan membangun argumen siswa. Penelitian yang
bahwa siswa dalam tahap mampu membuat sejalan dilakukan Sugandi (2015),
claim namun belum didukung oleh warrant menunjukkan bahwa penerapan pola argumen
yang sesuai dengan konsep fisika yang Toulmin pada pembelajaran fisika
disetujui para ahli. Siswa juga belum dapat menggunakan metode diskusi memiliki

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 7


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

pengaruh yang besar terhadap peningkatan Abbas dan Sawamura (2009) mengemukakan
pemahaman konsep siswa dengan perolehan bahwa lingkungan belajar yang mendukung
efek size sebesar 2,37. siswa berargumen dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyampaikan
B. Kualitas Argumen pada Proses pendapatnya dan mengkomunikasikan
Pembelajaran IPA SMP Negeri 1 pemikirannya untuk membentuk alur
Amlapura penalaran yang terstruktur. Sesuai dengan
Pola C-G ini merupakan pola dengan pernyataan Simon dan Erduran (2002) bahwa
dua elemen yaitu claim dan ground. Meskipun keterampilan berbahasa dalam pembelajaran
variasi nya berbeda letak, namun elemen sains perlu mendapat perhatian karena
penyusunnya tetap sama. Sehingga sesungguhnya bahasa memegang peran sentral
kelengkapan variasi pola C-G dan variasi pola baik dalam pembelajaran maupun dalam
G-C sama. Argumen proses pembelajaran IPA pengembangan lingkungan pembelajaran.
SMP 64,40% menggunakan pola C-G. Hasil observasi menunjukkan bahwa
Berdasarkan kelengkapan elemen argumen, siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tabel kualitas argumen pola C- semakin meningkat setiap kali pertemuan.
G berada pada level 2 merupakan argumen Siswa terlihat mulai berani menyampaikan
yang lemah . Sehingga, dapat dikatakan argumennya untuk menanggapi pertanyaan
bahwa 64,40% argumen dalam proses dari temannya. Hal ini sejalan dengan
pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura Sampson, et al., 2008 menunjukkan adanya
kualitasnya masih lemah. peningkatan kinerja dan hasil belajar IPA
Pola C-G-W dan variasinya pada siswa yang menggunakan argumen
merupakan pola dengan tiga elemen Toulmin, dalam pembelajarannya. Akan tetapi masalah
yaitu elemen Claim, Ground, dan Warrants. yang diajukan oleh guru belum mampu
Pola ini dikatakan sudah cukup baik karena menggali kemampuan siswa dalam
telah memiliki elemen pokok wacana mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
argumen yaitu pernyataan (Claim), alasan Guru hanya menggali argumen siswa sebatas
(Ground), dan pembenaran (Warrant). pendapat pribadi yang tidak menuntut adanya
Berdasarkan hasil analisis diperoleh 35,60% bukti, fakta, atau dukungan pendapat lain.
menggunakan pola C-W-G. Sesuai dengan Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa
tabel kualitas argumen yang dikaji pun menunjukkan bahwa argumen sebagian
berdasarkan kelengkapan elemen besar berada pada level II, yaitu
penyusunnya, 35,60% kualitas argumen mengungkapkan sebuah claim disertai dengan
berada di level 3 kategori cukup kuat. alasan (herliyanti, 2014).
Berdasarkan hasil temuan ini, dapat Kualitas argumen juga dipengaruhi
dikatakan bahwa kualitas argumen proses oleh seberapa banyak pengalaman dan
pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura pengetahuan yang siswa miliki. Temuan
berada pada level 2 dan 3 dengan kategori menunjukkan bahwa pengalaman sebelumnya
lemah dan cukup kuat. Penelitian ini sejalan para peserta mempengaruhi konten
dengan Fardhani (2011), menunjukkan bahwa pengetahuan yang mereka buat untuk
level argumentasi yang paling banyak muncul mendukung argumen ilmiah mereka
selama pelaksanaan pembelajaran adalah (McDonald, 2014). Dalam hal ini jelas, bahwa
argumentasi level 2. Kebanyakan siswa juga keterampilan argumen merupakan suatu
sudah bisa menyusun argumen dengan tahapan bagaimana siswa menggunakan dan
struktur tertentu. Proses pembelajaran IPA menuangkan segala informasi dan
SMP Negeri 1 Amlapura masih perlu pengetahuan yang dimilikinya dalam konteks
menggali kemampuan siswa menyampaikan permasalahan yang disajikan. Akan tetapi,
argumen dalam bentuk pembiasaan. Rencana siswa kurang dekat dengan budaya membaca.
proses pembelajaran perlu dirancang untuk Hal ini juga merupakan faktor penyebab
menciptakan suasana belajar yang mendukung rendahnya kualitas argumen siswa
siswa untuk mau menyampaikan argumennya. sebagaimana hasil penelitian Rahmawati

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 8


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

(2012), yang menunjukkan bahwa terdapat dan mengembangkan cara mereka sendiri
hubungan yang signifikan antara kebiasaan dalam menyampaikan argumen.
membaca dengan kemampuan argumen. Aktivitas pembelajaran lainnya yang
Upaya yang dapat dilakukan untuk digunakan untuk mendorong siswa
meningkatkan kualitas argumen siswa adalah memberdayakan kemampuan argumen adalah
dengan melibatkannya dalam kegiatan dengan menghadapkan siswa pada
pembelajaran yang memerlukan pemikiran permasalahan yang bersifat acak dan
kritis yang dapat diimplementasikan dalam diselesaikan secara berkelompok.
pembelajaran akan tetapi dilakukan dengan Permasalahan yang diberikan dalam diskusi
kualitas yang berbeda-beda. Hal tersebut kelompok mendorong siswa untuk melakukan
tergantung pada sampai tingkatan apa analisis secara kritis dan evaluasi secara kritis.
kemampuan argumen tersebut harus Ketika siswa mengahadapi permasalahan yang
dilakukan. Siswa tidak memerlukan bersifat tidak terstruktur, mereka terlebih
kemampuan untuk memfokuskan, dahulu harus memiliki kemampuan untuk
memberikan alasan, melakukan inferensi, menata permasalahan agar mengetahui
melakukan analisis situasi, menuntut dan langkah-langkah yang diperlukannnya untuk
mengemukakan kejelasan pendapat, dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini
menyusun kesimpulan yang tepat, jika sesuai dengan pendapat bahwa pembelajaran
pembelajaran yang dilakukan hanya kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
mensyaratkannya untuk menerima dan argumen siswa melalui lingkungan belajar
mengingat materi pelajaran. Siswa tidak dapat aktif dalam kelompok (Coopers dalam Sen &
menyampaikan argumen dalam kegiatan Sen, 2015).
pembelajaran cenderung disebabkan karena Penyelesaian yang dilakukan dengan
aktivitas pembelajaran yang tidak mendorong diskusi secara berkelompok juga mendorong
siswa untuk berpikir secara kritis. siswa untuk mengembangkan kemampuan
Jika siswa secara aktif terlibat dalam argumen. Ketika siswa berhadapan dalam
kegiatan pembelajaran, kemampuan kelompok, terdapat argumen-argumen yang
argumennya dapat dilatih dengan berbeda yang harus dikelola untuk
mengarahkannya pada kegiatan pembelajaran memperoleh penyelesaian masalah yang tepat.
yang memberdayakan kemampuan berpikir Slavin (2009) mengemukakan bahwa
kritis seperti aktivitas pemecahan masalah pengajaran pemikiran kritis yang efektif
kontekstual secara berkelompok. Siswa tidak bergantung pada penentuan suasana dan ruang
dapat memberdayakan kemampuannya jika kelas yang mendorong penerimaan terhadap
tidak memiliki ketertarikan terhadap kegiatan sudut pandang yang berlainan dan diskusi
pembelajaran. Dengan demikian, bahan bebas. Hal ini menunjukan bahwa cara guru
pembelajaran yang digunakan guru, dalam hal dalam melibatkan siswa ke dalam aktivitas
ini memuat permasalahan yang bersifat diskusi pemecahan masalah kontekstual dalam
kontekstual mencerminkan adanya upaya kelompok dapat mendorong siswa untuk
untuk mengembangkan ketertarikan berikut menggunakan pola berpikir yang reflektif,
pemberdayaan kemampuan argumen siswa. melibatkan diskusi internal dan metakognisi,
Aizikovitsh-Udi dan Cheng (2015) dan penuh pertimbangan untuk mengambil
mengungkapkan bahwa jika guru secara kesimpulan yang sesuai dan memutuskan
konsisten dan sistematis mendorong tindakan apa yang harus dilakukan.
penggunaan kemampuan berpikir kritis dalam
pembelajaran di kelas dengan PENUTUP
menghubungkan materi pelajaran ke dalam
permasalahan kehidupan sehari-hari, dan Berdasarkan hasil penelitian dan
medorong adanya diskusi terhadap perbedaan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat
pendapat maka siswa akan cenderung disimpulkan sebagai berikut. (1) Pola
mempraktikan kemampuan berpikir kritisnya argumentasi pada proses pembelajaran IPA
SMP Negeri 1 Amlapura terdiri atas 2 pola

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 9


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

dengan variasinya. Pola tersebut adalah (1) DAFTAR PUSTAKA


pola Ground-Claim dan pola Claim-Ground-
Warrant. (2) Kualitas argumen proses Abbas, S. dan Sawamura, H. 2009.
pembelajaran IPA SMP 64,40% terdiri dari Developing an Argument Learning
Ground dan Claim dengan kategori lemah, Environment Using Agent-Based ITS
35,60% argumen terdiri dari Ground, Claim, (ALES). Education Data Mining. 1:
dan Warrant dengan kategori cukup kuat. Jadi 200-209.
dapat disimpulkan bahwa kualitas argumen
proses pembelajaran IPA SMP bervariasi dari Aizikovitsh-Udi, E., and Cheng, D. 2015.
lemah dan cukup kuat, karena lemahnya Developing critical thinking skills
pengawasan dari kepala sekolah dan from dispositions to
pengawas akademik dalam bentuk supervisi abilities:Mathematics education from
akademik, sumber belajar yang tersedia hanya early childhood to high school.
berupa buku paket, proses pembelajaran tanpa Creative Education 6(4): 455-462.
mengacu pada rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang sudah disusun. Demetris Lazarow. 2009. Learning to TAP: an
Berdasarkan hasil dari temuan, Effort to Scaffold Students’
pembahasan dan simpulan maka saran yang Argumentation in Science.
dapat diajukan adalah sebagai berikut. (1) Contemporary Science education
Guru hendaknya menyiapkan perangkat Research: Scientific Literacy and
pembelajaran yang dapat mendorong aktivitas Social Aspects of Science ESERA
pembelajaran yang mampu meningkatkan Conference.
kualitas argumen siswa dengan memberikan
masalah yang bersifat kontekstual. (2) Guru Desstya, Anatri. 2016. Kedudukan dan
hendaknya mengoptimalkan aktivitas yang Aplikasi Pendidikan Sains di Sekolah
melibatkan interaksi baik antara guru dan Dasar. Jurnal Profesi Pendidikan
siswa ataupun antar peserta didik yang Dasar, Vol. 1, No. 2, Hal. 193-200.
melibatkan diskusi, penyampaian dan Tersedia Pada:
menanggapi argumen, serta memberikan http://journals.ums.ac.id/index.php/pp
penilaian terhadap tanggapan orang lain. (3) d/article/download/1002/679.
Kemampuan argumen siswa hendaknya tidak
hanya terbatas pada aktivitas pembelajaran Fardhani, I. 2015. Analisis Kualitas
yang menuntut kemampuan tersebut untuk Argumentasi Siswa Kelas VII SMP
muncul. Akan tetapi siswa secara mandiri pada Materi Ekosistem dengan
hendaknya menggunakan kemampuan Metode Debat. UPI Bandung, h. 31.
menyampaikan argumen secara kritis dalam
setiap kegiatan pembelajaran untuk
Handayani, Putri, Murniati, Sardianto M S.
kepentingan mencapai pemahaman yang
2015. Analisis Argumentasi Peserta
optimal terhadap materi pembelajaran, serta Didik Kelas X SMA Muhammadiyah
mengembangkan pola berpikir yang reflektif,
1 Palembang dengan Menggunakan
penuh pertimbangan, dinamis dan
Model Argumentasi Toulmin. Jurnal
berkelanjutan untuk menghadapi tantangan
Inovasi dan Pembelajaran Fisika,
dalam kehidupan. (4) Sekolah sebagai
Volume 2, Nomor 1, Hal. 60-68.
lembaga pendidikan hendaknya memberikan
Tersedia Pada:
dukungan fasilitas, program latihan dan
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/j
pengembangan, serta pengawasan kepada ipf/article/view/2355.
guru untuk dapat mengoptimalkan perannya
sebagai tenaga pendidik.

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 10


Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran
p-ISSN : 1858-4543 e-ISSN : 2615-6091

Herlanti, Y., Rustaman, NY., Rohman dan Wardani, A.D. 2016. Kemampuan
Fitriani, A. 2012. Kualitas Argumentasi Ilmiah dan Pemecahan
Argumentasi Pada Diskusi Isu Masalah Fisika Siswa SMA pada
Sosiosaintifik Mikrobiologi Melalui Materi Gaya dan Gerak. Pros. Semnas
Weblog. Jurnal Pendidikan Indonesia. Pend. IPA Pascasarjana UM. (I),
1 (2): 168-177. ISBN: 978-602-9286-21-2

Khusnayain, A., dan Suyatna, A. 2013.


Pengaruh Skill Argumentasi
Menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Literasi Sains Siswa. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 1 (4).

Maloney, J. and Simon, S. 2006. Mapping


Children’s Discussions of Evidence in
Science to Access Collaboration and
Argumentation. International Journal
of Science Education. 2 (15).

Simon, S. and Johnson, S. 2008. Professional


Learning Portfolios for Argumentation
in School Science. International
Journal of Science Education. 30 (5):
669-688.

Slavin, R. E. 2009. Psikologi pendidikan:


Teori dan praktik Edisi Kedelapan
Jilid 2. Jakarta: Indeks.

Sugandi. 2015. Pengaruh Penggunaan Pola


Argumentasi Toulmin Pada
Pembelajaran Fisika Melalui Metode
Diskusi Terhadap Peningkatan
Pemahaman Konsep dan Kualitas
Argumentasi Siswa SMA.
Repository.upi.edu

Remieier, T. et al. 2009. The Quality of


Students Argumentation and Their
Conceptual Understanding-An
Exploration of Their Interrelationship.
Contemporary Science Education
Research: Scientific Literacy and
Social Aspects of Science ESERA
Conference.

Toulmin. 2003. An Introduction to Reasoning.


New York: Macmillan Publishing.

JIPP, Volume 4 Nomor 1 April 2020 ____________________________________________________________ 11

Anda mungkin juga menyukai