ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan dan menjelaskan pola argumen Toulmin
pada proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura. (2) mendeskripsikan dan
menjelaskan kualitas argumen proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura.
Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan sumber data dari empat orang guru IPA
serta siswa kelas VII dan VIII. Sumber data dipilih berdasarkan teknik purposive
sampling. Instrumen utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu
dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Penelitian
bertempat di SMP Negeri 1 Amlapura, dan dilaksanakan pada semester genap Tahun
Ajaran 2017/2018. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pola argumen
Toulmin pada proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura terdiri dari 2 pola
dengan variasinya. (2) kualitas argumen proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1
Amlapura 64,40% pola Ground-Claim dengan kategori lemah dan 35,60% pola
Warrant-Ground-Claim dengan kategori cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa: (1) Pola argumentasi pada proses pembelajaran
IPA SMP Negeri 1 Amlapura terdiri atas pola Claim-Gorund dan Claim-Ground-
Warrant dengan variasinya. (2) Kualitas argumen proses pembelajaran IPA SMP
Negeri 1 Amlapura 64,40% dengan kategori lemah dan 35,60% dengan kategori
cukup kuat. Jadi kualitas argumen proses pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura
bervariasi dari lemah dan cukup kuat, karena lemahnya pengawasan dari kepala
sekolah dan pengawas akademik dalam bentuk supervisi akademik, sumber belajar
yang tersedia hanya berupa buku paket, proses pembelajaran tanpa mengacu pada
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah disusun.
ABSTRACT
This study aims to (1) describe and explain the Toulmin argument pattern in the
science learning process at SMP Negeri 1 Amlapura and (2) describe and explain the
argument quality in the science learning process at SMP Negeri 1 Amlapura. The
design of this study was qualitative with data sources form four science teachers and
students in grade VII and VIII. Data sources were selected based on purposive
sampling technique. The main instrument in this study was the researcher who was
assisted by observation guidelines, interview guidlines, and documentation. The study
took place at SMP Negeri 1 Amlapura, and was conducted in even semester of
academic year 2017/2018. Data was collected through observation, interview and
documentation techniques. The stages of data analysis carried out are data reduction,
data presentation, and data verification. The results of the study shows: (1) the
Toulmin argument pattern in the science learning process at SMP Negeri 1 Amlapura
consists of 2 pattern with variations. The pattern are claim-ground pattern with the
pattern variations claim-ground, ground-claim, and claim-ground warrant pattern with
the pattern variations claim-ground-warrant, claim-warrant-ground, warrant-ground-
claim, warrant-claim-ground, ground-warrant-claim, and ground-claim-warrant. (2)
the argument quality in the science learning process at SMP Negeri 1 Amlapura was
64.40% ground-claim pattern with weak category and 35.60% warrant-ground-claim
with a fairly strong category. Based on the results of the study it can be concluded
that (1) argumentation pattern in the science learning process at SMP Negeri 1
Amlapura consists of claim-ground and claim-ground-warrant pattern with the
variations. (2) argument quality in the science learning process at SMP Negeri 1
Amlapura 64.40% with weak category and 35.60% with fairly strong category. So it
be concluded that the argument quality of the science learning process at SMP Negeri
1 Amlapura varies from weak to fairly strong, because of the weak supervision of the
principal and academic supervisor in the form of academic supervision, learning
resources available are only in the form of textbooks and LKS, the learning process
without referring to the planned implementation of learning.
Keywords: Argument Toulmin Pattern, The Learning Process at SMP (Junior High
School)
Pola Argumen
No Jumlah %
Toulmin
1 C–G 246 64,40
W
2 136 35,60
C┴G
Jumlah 382
Berdasarkan Tabel 1 di atas, tampak yang ada di bumi memiliki sistem hidrologi
bahwa argumen siswa 64,40% dengan pola yang artinya sistem daur ulang air”. Argumen
claim-ground dan 35,60% dengan pola claim- ini dimulai dengan pernyataan pembicara
ground-warrant. Percakapan lainnya termasuk tentang pengertian hidrosfer. Argumennya
dalam kategori non claim diantaranya adalah adalah “Hidrosfer merupakan lapisan air
stimulans, respon, pernyataan, menjawab yang menyelimuti permukaan bumi.”
respon, claim dan counter claim. Kategori non Pernyataan ini mengawali atau menjadi
claim ini bukan sebuah argumen, melainkan standpoint argumennya sehingga dapat
yang mendukung (mengarahkan pada) diposisikan sebagai Claim. Selanjutnya,
argumen. pembicara menunjukkan data yang berkaitan
Argumen dengan pola claim-ground dengan claim yaitu “Hampir 70% permukaan
yang ditemukan dapat dilihat pada argumen bumi terdiri atas air”. Data ini menjelaskan
berikut. Argumen 1, Argumen 1, “Recycle claim, maka dapat dikatakan bahwa ini adalah
dilakukan untuk sampah yang tidak dapat Ground. Selanjutnya, terdapat kalimat yang
terurai. botol bekas dapat digunakan lagi menghubungkan data sehingga pembicara
untuk membuat kerajinan tangan ”. Argumen dapat menyatakan claim yang disebut dengan
tersebut dapat dilihat bahwa kalimat 1) adalah Warrant. Kalimat tersebut adalah “Air yang
claim dari siswa yang berisi tentang konsep ada di bumi memiliki sistem hidrologi yang
dari materi yang dibahas “Recycle dilakukan artinya sistem daur ulang air”. Data di atas
untuk sampah yang tidak dapat terurai” apabila digambarkan pada bagan menjadi
Kesimpulan ini merupakan jawaban atas seperti berikut.
permasalahan yang telah diutarakan oleh guru
pada saat menyampaikan pendahuluan. Untuk
mendukung claim yang berisi kesimpulan ini W (3)
ditunjukkan alasan atau penyebab dari apa
yang telah ditemukan pada kalimat 2). Dalam G (2) C (1)
hal ini dinyatakan contoh recycle “botol bekas
dapat digunakan lagi untuk membuat
kerajinan tangan”. Pola ini banyak ditemukan Berdasarkan temuan ini terlihat jelas
dalam proses pembelajaran IPA SMP Negeri bahwa selama ini pembelajaran yang
1 Amlapura. Apabila data-data di atas diterapkan belum membekali siswa untuk
digambarkan dengan sebuah bagan ilustrasi memberdayakan kemampuan berpikir,
akan menjadi seperti berikut. rendahnya kemampuan berkomunikasi
khusunya dalam kemampuan berargumen dan
tidak melatih siswa untuk aktif membangun
G (2) C (1) pengetahuannya sendiri, akibatnya
pemahaman konsep siswa pada materi IPA
Argumen dengan pola claim-ground- sangat rendah. Menurut teori belajar
warrant dapat dilihat pada argumen berikut. Behaviorisme bahwa hubungan antara
Argumen 5 “Hidrosfer merupakan lapisan air stimulus dengan respon akan semakin
yang menyelimuti permukaan bumi. Hampir bertambah erat jika dilatih dan akan semakin
70% permukaan bumi terdiri atas air. Air berkurang apabila jarang/tidak dilatih
(Herlanti, 2012). Adanya permasalahan pada membuat rebuttal dengan baik. kemampuan
permasalahan pada penguasaan materi IPA, argumen ilmiah harus didukung dengan
guru seharusnya melatih siswa agar mampu pengetahuan konseptual. Dengan pengetahuan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan konseptual yang memadai, maka argumen
dengan menggunakan konsep IPA yang telah yang dihasilkan siswa akan memiliki
dipelajarinya kemudian siswa dirangsang keterpercayaan lebih tinggi. Sejalan dengan
untuk membentuk argumennya melalui itu Jane Maloney dan Shirley Simon (2006),
permasalahan yan diberikan saat proses menunjukkan bahwa siswa mampu
pembelajaran (Khusnayain, 2013). mengevaluasi bukti ilmiah untuk mendukung
Proses pembelajaran yang keputusan yang dibuatnya. Bukti-bukti ilmiah
mengimplementasikan argumentasi yang baik dapat mereka gunakan untuk mendukung
dalam suatu wacana baik lisan maupun tulisan kesimpulan yang mereka buat. Selanjutnya
memiliki konsep penyajian argumen yang aktivitas pembelajaran kolaboratif yang
terstruktur dan berpola, dapat memudahkan berfokus pada diskusi bukti ilmiah dapat
seseorang untuk memahami dengan baik dikembangkan untuk melatih kemampuan
argumen yang disampaikan. Hal ini sangat siswa untuk berargumen ilmiah secara efektif
berkaitan dalam konteks pembelajaran, salah dalam pengambilan keputusan. Penelitan
satunya penyajian materi pembelajaran pada lainnya dari Tanja Riemeier, et al (2009),
saat proses pembelajaran yang dilaksanakan. menunjukkan bahwa setiap argumen tunggal
Konsep materi pembelajaran yang disajikan biasanya mengandung unsur yang sedikit
secara argumentatif berdasarkan pola-pola berbeda dan elemen yang dianggap
argumen yang lengkap, pada saat proses berkualitas tinggi itu jarang. Argumen yang
pembelajaran akan mampu mengantarkan terdiri dari kualitas struktur konseptual yang
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang tinggi terjadi ketika siswa mampu
utuh. Hal ini tampaknya sesuai dengan apa menggunakan pengalaman khusus yang
yang Demetris Lazarou (2009) telah sarankan, mereka lakukan selama pembelajaran. Jadi,
bahwa melalui pengajaran yang jelas dengan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
memanfaatkan Pola Argumen Toulmin dan bahwa dalam masalah ilmiah yang kompleks
dengan upaya membangun argumen siswa. terdapat ide-ide ilmiah dalam argumen siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola Berdasarkan hasil pengamatan di
argumen Toulmin dapat dianggap sebagai lapangan ternyata ada peningkatan
sebuah pembangun mental yang signifikan kemampuan siswa dalam menyampaikan
untuk siswa, sebagai bentuk terstruktur argumennya. Siswa mulai berani
dengan baik yang dapat menjadi sebuah menyampaikan argumen yang dilengkapi
mediator yang signifikan dari upaya argumen dengan data atau alasan. Walaupun proses
siswa. Hal ini juga mengusulkan bahwa pembelajaran masih di dominasi oleh siswa
melalui penggunaan TAP, para siswa menjadi yang pintar. Pemberian kesempatan kepada
mampu untuk menilai argumen mereka dan siswa dalam pelakasanaan proses
tetap memantau pengembangan keterampilan pembelajaran dapat meningkatkan
argumen mereka sesuatu yang bisa menjadi pemahaman siswa mengenai konsep yang
motivasi intrinsik bagi mereka sendiri. disampaikan. Demetris Lazarou (2009)
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada peningkatan yang
siswa sudah mampu menyampaikan claim positif dari keterampilan argumen siswa
yang disertai dengan data atau alasan. Sekolah Dasar, yang dapat diamati melalui
Walaupun data dan alasan yang disampaikan pengajaran yang jelas dengan memanfaatkan
belum kuat. Hasil penelitian ini didukung oleh Pola Argumen Toulmin dan dengan upaya
Wardani, dkk. (2016) yang menunjukkan membangun argumen siswa. Penelitian yang
bahwa siswa dalam tahap mampu membuat sejalan dilakukan Sugandi (2015),
claim namun belum didukung oleh warrant menunjukkan bahwa penerapan pola argumen
yang sesuai dengan konsep fisika yang Toulmin pada pembelajaran fisika
disetujui para ahli. Siswa juga belum dapat menggunakan metode diskusi memiliki
pengaruh yang besar terhadap peningkatan Abbas dan Sawamura (2009) mengemukakan
pemahaman konsep siswa dengan perolehan bahwa lingkungan belajar yang mendukung
efek size sebesar 2,37. siswa berargumen dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyampaikan
B. Kualitas Argumen pada Proses pendapatnya dan mengkomunikasikan
Pembelajaran IPA SMP Negeri 1 pemikirannya untuk membentuk alur
Amlapura penalaran yang terstruktur. Sesuai dengan
Pola C-G ini merupakan pola dengan pernyataan Simon dan Erduran (2002) bahwa
dua elemen yaitu claim dan ground. Meskipun keterampilan berbahasa dalam pembelajaran
variasi nya berbeda letak, namun elemen sains perlu mendapat perhatian karena
penyusunnya tetap sama. Sehingga sesungguhnya bahasa memegang peran sentral
kelengkapan variasi pola C-G dan variasi pola baik dalam pembelajaran maupun dalam
G-C sama. Argumen proses pembelajaran IPA pengembangan lingkungan pembelajaran.
SMP 64,40% menggunakan pola C-G. Hasil observasi menunjukkan bahwa
Berdasarkan kelengkapan elemen argumen, siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tabel kualitas argumen pola C- semakin meningkat setiap kali pertemuan.
G berada pada level 2 merupakan argumen Siswa terlihat mulai berani menyampaikan
yang lemah . Sehingga, dapat dikatakan argumennya untuk menanggapi pertanyaan
bahwa 64,40% argumen dalam proses dari temannya. Hal ini sejalan dengan
pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura Sampson, et al., 2008 menunjukkan adanya
kualitasnya masih lemah. peningkatan kinerja dan hasil belajar IPA
Pola C-G-W dan variasinya pada siswa yang menggunakan argumen
merupakan pola dengan tiga elemen Toulmin, dalam pembelajarannya. Akan tetapi masalah
yaitu elemen Claim, Ground, dan Warrants. yang diajukan oleh guru belum mampu
Pola ini dikatakan sudah cukup baik karena menggali kemampuan siswa dalam
telah memiliki elemen pokok wacana mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
argumen yaitu pernyataan (Claim), alasan Guru hanya menggali argumen siswa sebatas
(Ground), dan pembenaran (Warrant). pendapat pribadi yang tidak menuntut adanya
Berdasarkan hasil analisis diperoleh 35,60% bukti, fakta, atau dukungan pendapat lain.
menggunakan pola C-W-G. Sesuai dengan Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa
tabel kualitas argumen yang dikaji pun menunjukkan bahwa argumen sebagian
berdasarkan kelengkapan elemen besar berada pada level II, yaitu
penyusunnya, 35,60% kualitas argumen mengungkapkan sebuah claim disertai dengan
berada di level 3 kategori cukup kuat. alasan (herliyanti, 2014).
Berdasarkan hasil temuan ini, dapat Kualitas argumen juga dipengaruhi
dikatakan bahwa kualitas argumen proses oleh seberapa banyak pengalaman dan
pembelajaran IPA SMP Negeri 1 Amlapura pengetahuan yang siswa miliki. Temuan
berada pada level 2 dan 3 dengan kategori menunjukkan bahwa pengalaman sebelumnya
lemah dan cukup kuat. Penelitian ini sejalan para peserta mempengaruhi konten
dengan Fardhani (2011), menunjukkan bahwa pengetahuan yang mereka buat untuk
level argumentasi yang paling banyak muncul mendukung argumen ilmiah mereka
selama pelaksanaan pembelajaran adalah (McDonald, 2014). Dalam hal ini jelas, bahwa
argumentasi level 2. Kebanyakan siswa juga keterampilan argumen merupakan suatu
sudah bisa menyusun argumen dengan tahapan bagaimana siswa menggunakan dan
struktur tertentu. Proses pembelajaran IPA menuangkan segala informasi dan
SMP Negeri 1 Amlapura masih perlu pengetahuan yang dimilikinya dalam konteks
menggali kemampuan siswa menyampaikan permasalahan yang disajikan. Akan tetapi,
argumen dalam bentuk pembiasaan. Rencana siswa kurang dekat dengan budaya membaca.
proses pembelajaran perlu dirancang untuk Hal ini juga merupakan faktor penyebab
menciptakan suasana belajar yang mendukung rendahnya kualitas argumen siswa
siswa untuk mau menyampaikan argumennya. sebagaimana hasil penelitian Rahmawati
(2012), yang menunjukkan bahwa terdapat dan mengembangkan cara mereka sendiri
hubungan yang signifikan antara kebiasaan dalam menyampaikan argumen.
membaca dengan kemampuan argumen. Aktivitas pembelajaran lainnya yang
Upaya yang dapat dilakukan untuk digunakan untuk mendorong siswa
meningkatkan kualitas argumen siswa adalah memberdayakan kemampuan argumen adalah
dengan melibatkannya dalam kegiatan dengan menghadapkan siswa pada
pembelajaran yang memerlukan pemikiran permasalahan yang bersifat acak dan
kritis yang dapat diimplementasikan dalam diselesaikan secara berkelompok.
pembelajaran akan tetapi dilakukan dengan Permasalahan yang diberikan dalam diskusi
kualitas yang berbeda-beda. Hal tersebut kelompok mendorong siswa untuk melakukan
tergantung pada sampai tingkatan apa analisis secara kritis dan evaluasi secara kritis.
kemampuan argumen tersebut harus Ketika siswa mengahadapi permasalahan yang
dilakukan. Siswa tidak memerlukan bersifat tidak terstruktur, mereka terlebih
kemampuan untuk memfokuskan, dahulu harus memiliki kemampuan untuk
memberikan alasan, melakukan inferensi, menata permasalahan agar mengetahui
melakukan analisis situasi, menuntut dan langkah-langkah yang diperlukannnya untuk
mengemukakan kejelasan pendapat, dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini
menyusun kesimpulan yang tepat, jika sesuai dengan pendapat bahwa pembelajaran
pembelajaran yang dilakukan hanya kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
mensyaratkannya untuk menerima dan argumen siswa melalui lingkungan belajar
mengingat materi pelajaran. Siswa tidak dapat aktif dalam kelompok (Coopers dalam Sen &
menyampaikan argumen dalam kegiatan Sen, 2015).
pembelajaran cenderung disebabkan karena Penyelesaian yang dilakukan dengan
aktivitas pembelajaran yang tidak mendorong diskusi secara berkelompok juga mendorong
siswa untuk berpikir secara kritis. siswa untuk mengembangkan kemampuan
Jika siswa secara aktif terlibat dalam argumen. Ketika siswa berhadapan dalam
kegiatan pembelajaran, kemampuan kelompok, terdapat argumen-argumen yang
argumennya dapat dilatih dengan berbeda yang harus dikelola untuk
mengarahkannya pada kegiatan pembelajaran memperoleh penyelesaian masalah yang tepat.
yang memberdayakan kemampuan berpikir Slavin (2009) mengemukakan bahwa
kritis seperti aktivitas pemecahan masalah pengajaran pemikiran kritis yang efektif
kontekstual secara berkelompok. Siswa tidak bergantung pada penentuan suasana dan ruang
dapat memberdayakan kemampuannya jika kelas yang mendorong penerimaan terhadap
tidak memiliki ketertarikan terhadap kegiatan sudut pandang yang berlainan dan diskusi
pembelajaran. Dengan demikian, bahan bebas. Hal ini menunjukan bahwa cara guru
pembelajaran yang digunakan guru, dalam hal dalam melibatkan siswa ke dalam aktivitas
ini memuat permasalahan yang bersifat diskusi pemecahan masalah kontekstual dalam
kontekstual mencerminkan adanya upaya kelompok dapat mendorong siswa untuk
untuk mengembangkan ketertarikan berikut menggunakan pola berpikir yang reflektif,
pemberdayaan kemampuan argumen siswa. melibatkan diskusi internal dan metakognisi,
Aizikovitsh-Udi dan Cheng (2015) dan penuh pertimbangan untuk mengambil
mengungkapkan bahwa jika guru secara kesimpulan yang sesuai dan memutuskan
konsisten dan sistematis mendorong tindakan apa yang harus dilakukan.
penggunaan kemampuan berpikir kritis dalam
pembelajaran di kelas dengan PENUTUP
menghubungkan materi pelajaran ke dalam
permasalahan kehidupan sehari-hari, dan Berdasarkan hasil penelitian dan
medorong adanya diskusi terhadap perbedaan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat
pendapat maka siswa akan cenderung disimpulkan sebagai berikut. (1) Pola
mempraktikan kemampuan berpikir kritisnya argumentasi pada proses pembelajaran IPA
SMP Negeri 1 Amlapura terdiri atas 2 pola
Herlanti, Y., Rustaman, NY., Rohman dan Wardani, A.D. 2016. Kemampuan
Fitriani, A. 2012. Kualitas Argumentasi Ilmiah dan Pemecahan
Argumentasi Pada Diskusi Isu Masalah Fisika Siswa SMA pada
Sosiosaintifik Mikrobiologi Melalui Materi Gaya dan Gerak. Pros. Semnas
Weblog. Jurnal Pendidikan Indonesia. Pend. IPA Pascasarjana UM. (I),
1 (2): 168-177. ISBN: 978-602-9286-21-2