Anda di halaman 1dari 23

BAB

--- STUDI KEPUSTAKAAN


6

1. PENDAHULUAN
Mengadakan survei terhadap data yang ada merupakan langkah yang
penting sekali dalam metode ilmiah. Memperoleh informasi dari penelitian
terdahulu harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah sebuah penelitian
menggunakan data primer atau data sekunder, apakah penelitian tersebut
menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau di dalam museum.
Menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun merupakan kerja
kepustakaan yang sangat diperlukan dalam mengerjakan penelitian.

2. MENGENAL PERPUSTAKAAN

Dalam rangka menelusuri literatur serta menelaah studi yang ada pada
perpustakaan maka sipeneliti harus lebih dahulu mengenal perpustakaan secara
lebih baik, termasuk sistem pelayanan, sistem penyusunan literatur, dan klasifikasi
buku yang dianut oleh perpustakaan tersebut.

2.1 Sistem pelayanan


Sistem pelayanan perpustakaan secara umum dapat dibagi atas dua jenis, yaitu :
1. sistem tertutup
2. sistem terbuka

49
2.2 Sistem klasifikasi
Dalam mengenal perpustakaan, si peneliti juga harus mengetahui sistem
klasifikasi buku/literatur yang di anut oleh perpustakaan tersebut, dalam mengatur
buku-bukunya. Sistem klasifikasi diatur menurut jumlah bahan bacaan yang ada,
mulai dari yang tersulit sampai kepada yang cukup standar, ataupun yang
sederhana, yang disesuaikan dengan kondisi perpustakaan yang sedang dibina.
Dalam klasifikasi standar, maka ada dua sistem umum klasifikasi yang
dianut, yaitu sebagai berikut.
 Sistem library of congress ( LC )
 System Dewey decimal ( DD )

3. SUMBER PADA PERPUSTAKAAN


Dalam menelusuri bacaan-bacaan dalam perpustakaan dalam rangka
mencari keterangan-keterangan tentang buku serta bahan bacaan apa yang ada
pada suatu perpustakaan, maka sumber utama adalah sebagai berikut.
 Kartu catalog perpustakaan
 Buku referensi

3.1 Kartu katalog perpustakaan


Salah satu kunci untuk mengetahui bahan bacaan apa yang ada pada satu
perpustakaan adalah kartu katalog. Untuk tiap buku biasanya indeks yang
mengurutkan semua publikasi yang dipunyai oleh perpustakaan. Tiap kartu
catalog berisi nama pengarang, judul publikasi, edisi, kota penerbit, nama
penerbit, tahun, kolesi(yaitu keterangan tentang jumlah halaman, ilustrasi, tabel,
dan lain-lain), dan anotasi (misalnya: karangan ini adalah PH. D thesis, atau
disampaikan pada Seminar di Tokyo, dan sebagainya). Tiap buku atau publikasi
biasanya mempunyai 3 buah kartu, yaitu kartu catalog menurut pengarang(author
card), kartu menurut isi(subject card) dan kartu menurut judul(title card). Kartu
katalog disusun menurut abjad seperti kamus, dan abjad pertama sesuai dengan
jenis kartu. Jika kartu pengarang, maka abjad pertama adalah huruf pertama dari

49
pengarang. Jika kartu isi, maka huruf pertama adalah huruf dari isi buku atau
bahan bacaan yang bersangkutan.

3.1 Buku Referensi


Selain dari kartu katalog, maka ada satu lagi sumber pada perpustakaan
dimana sipeneliti dapat menggunakannya sebagai penunjuk informasi dalam
menelusuri bahan bacaan. Sumber ini adalah buku referensi. Referensi berasal
dari bahasa inggis, reference, kata sifat yang berasal dari to refer, yang berarti
menunjuk pada. Buku-buku referensi ini dapat berisi uraian singkat atau
penunjukan nama dari bahan bacaan tersebut. Bahan dari buku referensi tidaklah
untuk dibaca dari halaman pertama sampai tamat. Akan tetapi, digunakan pada
bagian-bagian penting yang diinginkan saja. Buku-buku referensi pada
perpustakaan dapat dibagi dua jenis, yaitu sebagai berikut
 Yang memberikan informasi langsung
 Yang memberikan petunjuk pada sumber informasi

4. MEMBACA DAN MENCATAT BAHAN BACAAN


Selain bahan bacaan ditelurusi, maka tibalah membaca dan mencatat bahan-
bahan perpustakaan yang bersangkutan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan. Membaca dan mencatat informasi merupakan bagian yang penting
dalam studi kepustakaan

5. SUMBER BACAAN

Sumber bacaan banyak sekali, dari buku teks sampai dengan surat kabar.
Dalam penelitian ilmiah, selain dari buku referensi, digunakan juga sumber-
sumber berikut :
 Buku teks (texsbook)
 Jurnal
 Periodical
 Yearbook
 Buletin

49
 Annual review
 Recent advances

49
BA PERUMUSAN
B MASALAH
----

1. PENDAHULUAN
Tiap kerja meneliti harus mempunyai masalah penelitian untuk dipecahkan.
Perumusan masalah penelitian merupakan kerja yang bukan mudah, termasuk
bagi penelitit-peneliti yang sudah berpengalaman. Padahal masalah selalu ada
disekeliling kita.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun
kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan
arti(ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah(gap) baik antar
kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah itu, atau sedikit-
dikitnya menutup celah yang terjadi.

2. CIRI-CIRI MASALAH YANG BAIK


Ada beberapa ciri-ciri maslah yang harus diperhatikan, baik dilihat dari
segi isi (content) dari rumusan masalah, ataupun dari segi kondisi penunjang yang
diperlukan dalam pemecahan masalah yang telah dipilih. Ciri-ciri dari masalah
yang baik adalah sebagai berikut:
1. masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian.
2. masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas.
3. masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti.

49
3. SUMBER UNTUK MEMPEROLEH MASALAH
Sebenarnya banyak sekali pemasalahan yang harus dipecahkan berada
disekeliling peneliti. Yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah
kesanggupan peneliti menggali dan mengidentifikasikan masalah serta
mengetahui sumber-sumber dimana masalah penelitian diperoleh dengan mudah.
Sumber-sumber dimana masalah diperoleh antara lain sebagai berikut.
a. pengamatan terhadap kegiatan manusia
b. bacaan
c. analisis bidang pengetahuan
d. ulangan serta perluasan penelitian
e. cabang studi yang sedang dikerjakan
f. pengalaman dan catatan pribadi
g. praktik serta keinginan masyarakat
h. bidang spesialisasi
i. pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti
j. pengamatan terhadap alam sekeliling
k. diskusi-diskusi ilmiah

4. CARA MERUMUSKAN MASALAH


Setelah masalah diidentifikasikan dan dipilih, maka tibalah saatnya masalah
tersebut dirumuskan. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan
hipotesis nantinya, dan dari rumusan masalah dapat menghasilkan topik
penelitian, atau judul dari penelitian. Umumnya rumusan masalah harus
dilakukan dengan kondisi berikut:
a. masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
b. Rumusan hendaklah jelas dan padat.
c. Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan
masalah
d. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
e. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

49
BA MEMILIH
B VARIABEL
---- DAN TEKNIK
PENGUKURANNYA
1. PENDAHULUAN
Sesudah masalah penelitian dirumuskan dan studi kepustakaan dilakukan,
maka tibalah saatnya bagi seorang peneliti untuk merumuskan hipotesis.
Hipotesis tersebut harus berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan.
Peneliti juga harus menentukan variabel-variabel mana yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis tersebut.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasikan,
dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung dari luas serta
sempitnya penelitian yang akana dilakukan.

2. KONSEP, KONSTRAK, DAN VARIABEL


Ilmu sosial banyak sekali menggunakan abstraksi-abstraksi yang dibuat
secara umum yang dinamakan konsep. Konsep menggambarkan suatu fenomena
secara abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu
yang khas. Umumnya konsep dibuat dan dihasilkan oleh ilmuwan secara sadar
untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu. Konsep begini rupa dinamakan
konstrak(Construct). Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam
nilai. Badan, misalnya, adalah konsep dan bukan variabel, karena badan tersebut
tidak mempunyai keragaman nilai. Sebaliknya, besar badan adalah variabel.
Berat badan adalah variabel, karena ada keragaman nilai, bisa 45 kg, bisa 47,3 kg,
bisa 59,76 kg ataupun 5380,77777 ons. Seks adalah variabel, dan mempunyai dua
keragaman, yaitu laki-laki dan perempuan. Status pemilikan, status perkawinan,

49
permintaan terhadap uang, konsumsi makanan adalah contoh-contoh dari variabel.
Konsep dapat diubah menjadi variabel. Caranya adalah dengan memusatkan pada
aspek tertentu dari variabel itu sendiri, konsep perilaku kontrasepsi dapat diubah
menjadi variabel penggunaan kontrasepsi.

3. MENDEFINISIKAN VARIABEL
Ada dua cara untuk memberikan definisi terhadap variabel. Pertama-tama,
suatu konstrak didefinisikan dengan konstrak yang lain. Kedua, dengan
menyatakan kegiatan yang ditimbulkannya, atau perilaku yang dihasilkannya, atau
dengan sifat-sifat yang dapat diimplikasikan daripadanya. Sehubungan dengan
kedua cara tersebut, maka definisi terhadap variabel atau konstrak dapat dibagi
atas dua pula, yaitu :
1) Definisi konstitutif
2) Definisi operasional

4. TEKNIK PENGUKURAN
Pengukuran adalah penetapan / pemberian angka terhadap objek atau
fenomena menurut aturan tertentu (Stevens, 1951). Ada tiga buah kata kunci yang
diperlukan dalam memberikan definisi terhadap pengukuran seperti diatas.
Ketiga kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan. Angka tidak lain
dari sebuah symbol dalam bentuk 1,2,3,…dan seterusnya atau I, II, III,…dan
seterusnya, yang tidak mempunyai arti, kecuali deberikan arti kepadanya. Jika
pada angka telah dikaitkan arti kuantitatif, maka angka tersebut setelah berubah
menjadi nomor (number).

4.1 Indikan dari Objek


Suatu objek mempunyai ciri atau sifat. Jika kita mengukur suatu objek,
yang diukur sebenarnya bukanlah objek tersebut, bukan pula sifatnya, tetapi yang
diukur adalah indikan dari sifat tersebut. Indikan tidak lain dari suatu istilah yang
sering digunakan, yang berarti ”sesuatu yang menunjukkan pada sesuatu yang
lain” indikan terhadap ”alim” misalnya adalah jumlah kali seseorang pergi ke

49
mesjid perbulan. Indikan terhadap ”bengis” misalnya, jumlah kali seorang anak
memukul adiknnya tiap hari, Dan sebagainya.
4.2 Pengukuran Versus Realita
Dalam ilmu-ilmu natural, ukuran dari suatu variabel dapat secara langsung
diamati dan dibandingkan dengan realita. Setongkol jagung A dua kali lebih
panjang dari tongkol lain, dapat diukur secara realita dengan mengunakan
centimeter misalnya. Tingkat panas suatu benda dapat diukur dengan
memberikan angka terhadap derajat panas dalam bentuk derajat celsius, misalnya.
Dilain pihak,pengukuran variabel dalam ilmu sosial sering mengandung tanda
tanya, apakah pengukuran yang dilakukan cocok dengan realita.

4.3 Jenis-jenis ukuran


Secara umum, terdapat empat jenis ukuran, yaitu:
1. ukuran nominal
2. ukuran ordinal
3. ukuran interval
4. ukuran rasional

5. RELIABILITAS DAN VALIDITAS


Setelah peneliti memilih ukuran uhntuk variabel maka timbul sekurangnya
dua pertanyaan lain, yaitu
1. bagaimana reliabilitas dari alat pengukur.
2. bagaimana validitasnya?

Jika reliabilitas dan validitas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal
dalam memberkan kesimpulan ataupun dalam memberi alasan terhadap
hubungan-hubugan antar variabel. Bahkan secara luas, reliabilitas dan validitas
mencakup mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai
kepada data siap untuk dianalisis.

49
5.1 Reliabilitas
Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Pengertian reliabilitas dapat
lebih mudah dipikirkan jika petanyaan berikut dijawab
1. jika set objek yang sama diukur berkali-kali dengan alat ukur yang sama,
apakah kita akan memperoleh hasil yang sama?
2. apakah ukuran yang diperoleh dengan menggunakan alat ukuran tertentu
adalah ukuran sebenarnya dari objek tersebut?
3. berapa besar error yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran tersebut
terhadap objek

5.2 Validitas
Validitas banyak macamnya. Ada yang membagi validitas atau concurrent
validity, construct validity, face validity, factorial validity, empirical validity,
intrinsic validity, dan predictive validity. Conrurrent validity berkenaan dengan
hubungan antara skor dengan kriteria penampilan (performance). Construct
validity berkenaan dengan “kualitas psikologi apa yang diukur oleh sebuah
pengujian” dan mengevaluasikannya dengan “memperlihatkan bahwa kontrak
tertentu yang bisa diterangkan” dapat menyebabkan penampilan baik
(performance-nya) dalam ujian. Content validity berkenaan dengan baik
buruknya sampling dari isi suatu universe (populasi). Curricular validity
ditentukan dengan cara menilik isi dari ujian itu sendiri dan menilai sampai
seberapa jauh jauh ujian tersebut. Empirical validity menunjuk hubungan antara
skor dan sebuah kriteria, diman kriteria tersebut adalah ukuran bebas dan
langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh ujian tersebut. Fase validity
berhubungan dengan apa yang nampaknya untuk mengukur sesuatu, dan bukan
terhadap apa yang seharusnya kegiatan tersebut mengukur.

49
BA MERUMUSKAN DAN
B MENGUJI HIPOTESIS
----

1. PENDAHULUAN
Setelah si peneliti menelaah hasil-hasil penelitian dari peneliti-peneliti
terdahulu melalui studi kepustakaan, dan sipeneliti telah memilih dan
merumuskan masalah penelitian yang ingin dipecahkan, maka tibalah saatnya
sipeneliti merumuskan hipotesis-hipotesis untuk diuji.

2. MERUMUSKAN HIPOTESIS
1. Definisi Hipotesis

Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian,


yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan
apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang
diterima secara sementara sebagai sutu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja panduan dalam verifikasi. Hipotesis
adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomen yang kompleks.

Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut.


a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
b. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta,
yang kadangkala hilang begitu saja dari perrhatian peneliti.
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokus fakta yang bercerai-cerai
tanpa koordinasi kedalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.

49
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan
antarfakta.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung dari hal berikut.
a. Pengamatan yang tajam dari sipeneliti.
b. Imajinasi serta pemikiran kreatif dari sipeneliti.
c. Kerangka analisis yang digunakan oleh sipeneliti.
d. Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh sipeneliti.

2. Ciri-ciri Hipotesis

Hipotesis yang baik mempunyai cirri-ciri berikut.


a. Hipotesis harus banyak menyatakan hubungan.
b. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
c. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya
ilmu pengetahuan.
d. Hipotesis harus dapat diuji
e. Hipotesis harus sederhana.
f. Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.

3. Jenis-jenis Hipotesis

Hipotesis, yang isi dan rumusannya bermacam-macam, dapat dibedakan


menjadi beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan kita dalam membaginya.
Hipotesis dapat kita bagi sebagai berikut.
1. Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan
2. Hipotesis kerja vs hipotesis nul.
3. Hipotesis common sense dan ideal.

4. Menggali dan Merumuskan Hipotesis

Menemukan suatu hipotesis memerlukan kemampuan sipeneliti dalam


menggaitkan masalah-masalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur dengan
menggunakan suatu kerangka anailsis yang dibentuknya. Menggali dan

49
merumuskan hipotesis mempunyai sebi tersendiri. Sipeneliti harus sanggup
memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat
diterka. Dalam menggali hipotesis, sipeneliti harus :
a. Mempunyai banyak informasi tentang maslah yang ingin dipecahkan
dengan jalan banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;
b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-
tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam
fenomena yang sedang diselidiki;
c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teoriilmu dan bidang yang
bersangkutan.

3. MENGUJI HIPOTESIS

Fungsi hipotesis adalah untuk memberi suatu pernyataan terkaan tentang


hubungan tentative antara fenomena-fenomena dalam penelitian. Kemudian
hubungan tentatif ini akan diuji validitasnya menurut teknik-teknik yang sesuai
untuk keperluan pengujian. Bagi seorang peneliti, hipotesis bukan merupakan
suatu hal yang menjadi vested interest, dalam artian bahwa hipotesis harus selalu
diterima kebenarannya.
Jika hipotesis diuji dengan konsistensi logis, maka si peneliti memilih suatu
desain dimana logika dapat digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesis.
Cara ini sering digunakan dalam menguji hipotesis pada penelitian yang
menggunakan metode noneksperimental seperti metode deskriptif, metode
sejarah, dan sebagainya

1. Menguji hipotesis dengan konsistensi logis

Penggunaan logika memegang peranan penting dalam menguji hipotesis


dengan konsistensi logis. Logika adalah ilmu yang mempelajari cara memberi

49
alasan. Karena cara memberi alasan adalah berkenaan dengan berpikir tentang
berpikir.
Logika adalah cara menalar dimana data diamati dan dibagi-bagi, buktinya
dicari dan dipertimbangkan, dan kemudian kesimpulan diambil. Ada dua cara
dalam memberi alasan, yaitu cara deduktif (dari umum menjadi spesifik) dan cara
induktif (dari spesifik menuju umum).

2. Menguji dengan mencocokkan fakta


Satu cara lagi menguji hipotesis adalah dengan mencocokkan fakta. Hal ini
sering dilakukan pada penelitian dengan metode percobaan. Si peneliti dalam
hal ini mengadakan percobaan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan
untuk menguji hipotesisnya. Pada percobaan tersebut si peneliti menggunakan
control.

49
BAB MENGUMPULKAN
----
10 DATA

1. PENDAHULUAN
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah
member arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah
yang dirumuskan tidak akan bisa dipecahkan karena metode untuk memperoleh
data yang digunakan tidak memungkinkan, ataupun metode yang ada tidak dapat
menghasilkan data seperti yang diinginkan. Jika hal sedemikian terjadi, maka
tidak ada lain jalan bagi sipeneliti kecuali menukar masalah yang ingin
dipecahkan.
Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa
kelompok yaitu :
- Metode pengamatan langsung
- Metode dengan mengunakan pertanyaan
- Metode khusus

2. PENGUMPULAN DATA DENGAN OBSERVASI LANGSUNG


Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluaan tersebut. Dalam kegiatan sehari-
hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Kita sering
mengamati bulan purnama, mengamati lampu warna-warni, mengamati gunung
yang indah, ataupun mengintip gadis cantik sedang mandi di sungai. Tetapi yang

49
dimaksud dengan pengamatan dalam metode ilmiah, bukanlah kegiatan
pengamatan seperti diatas. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik
mengumpulkan data.

3. PENGUMPULAN DATA DENGAN WAWANCARA


Selain dari pengumpulan data dengan cara pengamatan, maka dalam ilmu
sosial dapat juga diperoleh dengan mengadakan interview atau wawancara.
Dalam hal ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau
informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap.

1. Definisi
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
sipenanya atau pewawancara dengan sipenjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

2. Wawancara sebagai proses interaksi

interview merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden.


Walaupun bagi pewawancara, proses tersebut adalah satu bagian dari langkah-
langkah dalam penelitian, tetapi belum tentu bagi responden, wawancara adalah
bagian dari penelitian. Andaikatapun pewawancara dan responden menganggap
bahwa wawancara adalah bagian dari penelitian, tetapi sukses atau tidaknya
pelaksanaan wawancara bergantung sekali dari proses interaksi yang terjadi. Suatu
elemen yang paling penting dari proses interaksi yang terjadi adalah wawasan dan
pengertian (insight).

3. Sasaran isi wawancara


Seperti telah dijelaskan, data yang diperoleh dengan teknik wawancara
adalah dengan menanyakan sesuatu kepada responden. Sudah jelas, keterangan
tersebut diperoleh berdasarkan apa yang diketahui dan yang ingin diberikan oleh
responden, baik tentang suatu fakta, suatu kepercayaan, suatu standar, suatu

49
alasan, dan sebagainya. Sasaran isi dari pertanyaan atau keterangan yang ingin
diperoleh berjenis-jenis banyak dan sifatnya, dan sukar dikelompokkan dalam
jenis-jenis umum.

4. Menggali keterangan lebih dalam


Jika keterangan yang diberikan masih bersifat sangat umum, maka perlu
digali keterangan tentang hal tersebut secara lebih mendalam. Bahkan dalam
banyak hal, jika banyak sekali jawaban “tidak tahu”, peneliti perlu menggali
tentang jawaban “tidak tahu” tersebut, pada akhirnya diperoleh jawaban yang
jelas. Misalnya ditanyakan “mangapa anda tidak menggunakan tenaga kerja diluar
keluarga dalam membajak sawah?” jawaban yang diperoleh misalnya, adalah
“menyusahkan saja”. Maka perlu digali lagi apa yang dimaksudkan dengan
“menyusahkan saja”.

5. Melaksanakan wawancara
Wawancara dilakukan setelah persiapan untuk itu dimantapkan. Dalam
persiapan wawancara, sampel responden, kriteria-kriteria responden,
pewawancara, serta interview guide telah disiapkan dahulu.
Interview guide sudah harus disusun dan pewawancara harus mengerti
sekali akan isi serta makna dari interview guide tersebut. Segala pertanyaan yang
ditanyakan haruslah tidak menyimpang dari panduan yang telah digariskan dalam
interview guide tersebut. Latihan wawancara harus diadakan sebelum wawancara
diadakan.

6. Beberapa kualifikasi pewawancara


Sudah jelas tidak sukar untuk menjawab pertanyaan “bagaimanakah atau
apakah cirri-ciri seorang pewawancara yang ideal?” banyak sekali sifat-sifat
controversial tentang cirri-ciri pewawancara yang baik, tetapi beberapa sifat
pewawancara yang tidak controversial. adalah seperti dibawah ini :

1. Jujur

49
2. Berminat
3. Akuratan
4. Penyesuaian diri
5. Personalitas dan temperamen
6. Inteligensia dan pendidikan

7. PENGUMPULAN DATA MELALUI DAFTAR PERTANYAAN


Alat lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang sering
disebutkan secara umum dengan nama kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan
lengkap. ini membedakan daftar pertanyaan dengan interview guide. Keterangan-
keterangan yang diperoleh dengan mengisi daftar pertanyaan, dapat dilihat dari
segi siapa yang mengisi (menulis isian) daftar pertanyaan tersebut.

8. BEBERAPA METODE PENGUMPULAN DATA YANG LAIN


Selain dari metode pengumpulan data yang telah diterangkan diatas, maka
banyak metode lain yang juga sering digunakan dalam penelitian. Antara lain
metode proyektif, metode sosiometri, content analysis, dan sebagainya. Dalam
buku ini akan dibicarakan hanya dua dari metode-metode yang ada, yaitu metode
proyektif dan metode sosiometri.

BAB
49
----
11
DESAIN PERCOBAAN

1. PENDAHULUAN
Dalam melakukan penelitian secara eksperimental maka perlu sekali
diketahui desain-desain yang sering digunakan dalam penelitian tersebut. Dengan
desain yang baik, maka pengaturan variable-variabel dan kondisi-kondisi
eksperimental dapat dilakukan secara seksama, ketat, dan tertib.

1. Definisi desain percobaan


Desain percobaan tidak lain dari semua proses yang diperlukan dalam
merencanakan dan melaksanakan percobaan. Secara sempit, desain penelitian
sering ditafsirkan sebagai suatu proses merencanakan percobaan, sehingga hasil
yang diperoleh dari percobaan ini dapat memecahkan masalah secara mantap.
Tetapi sebenarnya desain percobaan bukan saja memberikan proses perencanaan,
tetapi juga mencakup langkah-langkah yang berurutan, menyeluruh, komplit,
dibuat lebih dahulu, serta cara pelaksanaan percobaan, supaya peneliti yakin
bahwa data yang diperoleh dapat dianalisis secara objektif dan dapat digunakan
untuk mengadakan suatu interferensi yang falid berkenaan dengan masalah yang
sedang diselidiki.

2. Guna desain percobaan


Desain percobaan sangat diperlukan dalam melakukan penelitian
eksperimental. Guna dari desain percobaan adalah untuk memperoleh suatu
keterangan yang maksimum mengenai cara membuat percobaan dan bagaimana
proses perencanaan serta pelaksanaan percobaan akan dilakukan.

3. Jenis-jenis desain percobaan

49
Suatu desain percobaan harus mempunyai ciri-ciri tertentu, dan harus
memberikan keterangan yang cukup untuk memecahkan masalah yang sedang
diteliti atau dicoba. Jika penelitian dirancang dengan hanya mempunyai sedikit
saja ciri-ciri suatu desain percobaan, maka desain tersebut dinamakan desain
praeksperimental. Dilain pihak, ada juga desain penelitian percobaan, dimana
sebagian besar saja dari ciri-ciri desain percobaan terdapat didalamnya. Desain
demikian disebut desain eksperimental semu. Sedangkan desain percobaan yang
mempunyai ciri-ciri lengkap diperlukan oleh sebuah percobaan sehingga desain
tersebut mempunyai validitas yang tinggi, dinamakan desain eksperimental yang
sebenarnya.

2. CIRI DAN PRINSIP DASAR DESAIN PERCOBAAN

1. Ciri-ciri desain percobaan


Beberapa ciri dasar dari desain percobaan adalah sebagai berikut :
a. Variabel-variabel serta kondisi yang diperlukan diatur secara ketat dan
dikontrol. Manipulasi terhadap variabel baik secara langsung atau tidak
langsung dilakukan.
b. Variabel-variabel yang ingin diteliti selalu dibandingkan dengan variable
control
c. Analisis variance selalu digunakan.

2. Validitas dalam desain percobaan


Jika diperbandingkan masalah validitas, maka peneliti mempermasalahkan
alat ukur. Apakah alat ukur yang digunakan memang mencerminkan alat ukur
atau konsep yang digunakan dalam penelitian? Dalam desain percobaan, validitas
menyangkut pertanyaan : apakah seorang peneliti mengukur apa yang dipikirkan
oleh sipeneliti akan diukur? Dalam desain percobaan, terdapat dua jenis validitas
yang perlu diperhatikan, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.

3. Tiga prinsip dasar desain percobaan

49
Dalam rangka meningkatkan validitas, desain percobaan harus diarahkan
kepada meningkatkan validitas eksternal dari suatu percobaan. Untuk ini, ada tiga
prinsip dasar yang perlu diketahui, yaitu : replikasi, randomisasi (berhubungan
dengan validitas eksternal) dan kontrol internal (yang berhubungan dengan
validitas internal).

3. PERLAKUAN DAN FAKTOR


Dalam membicarakan desain percobaan, istilah perlakuan dan istilah factor
sering sekali dijumpai. Kedua istilah tersebut adalah istilah teknis yang artinya
adalah sebagai berikut .
1. Perlakuan
Perlakuan (dalam bahasa inggris disebut treatment) adalah suatu set khusus
yang dikenakan atau yang dilakukan terhadap sebuah unit percobaan dalam batas-
batas desain yang digunakan. Contoh-contoh dari perlakuan adalah sebagai
berikut .
- Dalam percobaan agronomi, perlakuan bisa saja sejenis pupuk, sejumlah
pupuk, jarak tanaman,varietas jenis tanaman, dan sebagainya.
- Dalam penelitian peternakan, perlakuan bisa saja turunan lembu, jenis kelamin
hewan, campuran makanan ternak, dan sebagainya.
- Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, perlakuan bisa saja umur, jenis kelamin,
jumlah tahun sekolah, motivasi, dan sebagainya.
2. Faktor dan faktorial
Dalam banyak percobaan, sipeneliti bekerja dengan lebih dari satu
perlakuan atau lebih dari satu variabel bebas. Dalam bahasa desain percobaan,
variabel bebas demikian sering juga disebut faktor. Faktor ini sering dijabarkan
dalam huruf kecil. Misalnya, suatu penelitian yang menyangkut pemupukan, jarak
tanam, dan musim, maka ketiga variabel bebas diatas ditulis sebagai :
P = jenis pupuk yang digunakan
d = jarak tanam
m = musim
4. KEBAIKAN DAN KELEMAHAN DESAIN PERCOBAAN

49
Desain percobaan, umumnya mempunyai lebih banyak kebaikan
dibandingkan dengan kelemahannya. Kebaikan dari desain percobaan adalah
sebagai berikut.
a. Dengan adanya desain percobaan, maka telah terjalin kerja sama antara ahli
statistic dengan peneliti dalam menganalisis dan memberikan interpretasi
terhadap data.
b. Dalam percobaan, peneliti dapat membuat preplanning yang sistematis terlebih
dahulu.
c. Perhatian dapat ditujukan terhadap hubungan-hubungan tertentu dalam
mengukur dan mengenal sumber-sumber variasi.
d. Jumlah uji yang digunakan dapat ditentukan lebih dahulu dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi.
e. Dengan adanya pengelompokan, maka pengaruh yang dapat diukur secara
lebih tepat
f. Kesimpulan yang diperoleh dapat diketahui secara pasti dengan kepastian
matematika.

Kelemahan dari desain percobaan, antara lain sebagai berikut.


a. Desain dan analisis percobaan selalu dinyatakan dalam “bahasa” ahli-ahli
statistic.
b. Desain percobaan menghendaki biaya yang besar dan juga memakan waktu
yang lama.

5. LANGKAH-LANGKAH POKOK
Dalam membuat desain percobaan, maka buatlah sejenis check list tentang
hal-hal berikut.
1) Berikan penjelasan tentang masalah
2) Kumpulkan keterangan yang tersedia
3) Buat program mengenai desain percobaan

6. DESAIN PRAEKSPERIMENTAL

49
Desain praeksperimental adalah desain percobaan yang tidak mencukupi
semua syarat-syarat dari suatu desain percobaan sebenarnya. Beberapa desain
praeksperimental adalah sebagai berikut.
1. One shot study case
2. Desain satu kelompok pretest-pretest
3. Design randomized control group only

7. DESAIN EKSPERIMENTAL SEMU


Desain percobaan yang belum secukupnya mempunyai sifat-sifat suatu
percobaan sebenarnya, dinamakan desain eksperimental semu. Desain percobaan
ini mempunyai banyak kekurangan, baik dalam masalah randomisasi, replikasi
ataupun masalah control internal. Karena kekurangan-kekurangan ini, penelitian
tersebut belum mempunyai cukup syarat untuk disebut percobaan sebenarnya.

8. PERCOBAAN FAKTORIAL
Dalam penjelasan yang lalu, percobaan yang dilakukan hanya terbatas
kepada perlakuan-perlakuan dimana tiap perlakuan mempunyai intensitas ataupun
dosis yang sama, ataupun perlakuan yang terdiri dari satu level saja. Percobaan
factorial, dilain pihak, adalah percobaan dimana perlakuan terdiri dari semua
kemungkinan kombinasi level. Yang paling sederhana adalah percobaan 22
faktorial, yaitu percobaan yang terdiri dari dua perlakuan dan tiap perlakuan
terdiri dari dua level.

49

Anda mungkin juga menyukai