1. PENDAHULUAN
Mengadakan survei terhadap data yang ada merupakan langkah yang
penting sekali dalam metode ilmiah. Memperoleh informasi dari penelitian
terdahulu harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah sebuah penelitian
menggunakan data primer atau data sekunder, apakah penelitian tersebut
menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau di dalam museum.
Menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun merupakan kerja
kepustakaan yang sangat diperlukan dalam mengerjakan penelitian.
2. MENGENAL PERPUSTAKAAN
Dalam rangka menelusuri literatur serta menelaah studi yang ada pada
perpustakaan maka sipeneliti harus lebih dahulu mengenal perpustakaan secara
lebih baik, termasuk sistem pelayanan, sistem penyusunan literatur, dan klasifikasi
buku yang dianut oleh perpustakaan tersebut.
49
2.2 Sistem klasifikasi
Dalam mengenal perpustakaan, si peneliti juga harus mengetahui sistem
klasifikasi buku/literatur yang di anut oleh perpustakaan tersebut, dalam mengatur
buku-bukunya. Sistem klasifikasi diatur menurut jumlah bahan bacaan yang ada,
mulai dari yang tersulit sampai kepada yang cukup standar, ataupun yang
sederhana, yang disesuaikan dengan kondisi perpustakaan yang sedang dibina.
Dalam klasifikasi standar, maka ada dua sistem umum klasifikasi yang
dianut, yaitu sebagai berikut.
Sistem library of congress ( LC )
System Dewey decimal ( DD )
49
pengarang. Jika kartu isi, maka huruf pertama adalah huruf dari isi buku atau
bahan bacaan yang bersangkutan.
5. SUMBER BACAAN
Sumber bacaan banyak sekali, dari buku teks sampai dengan surat kabar.
Dalam penelitian ilmiah, selain dari buku referensi, digunakan juga sumber-
sumber berikut :
Buku teks (texsbook)
Jurnal
Periodical
Yearbook
Buletin
49
Annual review
Recent advances
49
BA PERUMUSAN
B MASALAH
----
1. PENDAHULUAN
Tiap kerja meneliti harus mempunyai masalah penelitian untuk dipecahkan.
Perumusan masalah penelitian merupakan kerja yang bukan mudah, termasuk
bagi penelitit-peneliti yang sudah berpengalaman. Padahal masalah selalu ada
disekeliling kita.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun
kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan
arti(ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah(gap) baik antar
kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.
Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah itu, atau sedikit-
dikitnya menutup celah yang terjadi.
49
3. SUMBER UNTUK MEMPEROLEH MASALAH
Sebenarnya banyak sekali pemasalahan yang harus dipecahkan berada
disekeliling peneliti. Yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah
kesanggupan peneliti menggali dan mengidentifikasikan masalah serta
mengetahui sumber-sumber dimana masalah penelitian diperoleh dengan mudah.
Sumber-sumber dimana masalah diperoleh antara lain sebagai berikut.
a. pengamatan terhadap kegiatan manusia
b. bacaan
c. analisis bidang pengetahuan
d. ulangan serta perluasan penelitian
e. cabang studi yang sedang dikerjakan
f. pengalaman dan catatan pribadi
g. praktik serta keinginan masyarakat
h. bidang spesialisasi
i. pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti
j. pengamatan terhadap alam sekeliling
k. diskusi-diskusi ilmiah
49
BA MEMILIH
B VARIABEL
---- DAN TEKNIK
PENGUKURANNYA
1. PENDAHULUAN
Sesudah masalah penelitian dirumuskan dan studi kepustakaan dilakukan,
maka tibalah saatnya bagi seorang peneliti untuk merumuskan hipotesis.
Hipotesis tersebut harus berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan.
Peneliti juga harus menentukan variabel-variabel mana yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis tersebut.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasikan,
dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung dari luas serta
sempitnya penelitian yang akana dilakukan.
49
permintaan terhadap uang, konsumsi makanan adalah contoh-contoh dari variabel.
Konsep dapat diubah menjadi variabel. Caranya adalah dengan memusatkan pada
aspek tertentu dari variabel itu sendiri, konsep perilaku kontrasepsi dapat diubah
menjadi variabel penggunaan kontrasepsi.
3. MENDEFINISIKAN VARIABEL
Ada dua cara untuk memberikan definisi terhadap variabel. Pertama-tama,
suatu konstrak didefinisikan dengan konstrak yang lain. Kedua, dengan
menyatakan kegiatan yang ditimbulkannya, atau perilaku yang dihasilkannya, atau
dengan sifat-sifat yang dapat diimplikasikan daripadanya. Sehubungan dengan
kedua cara tersebut, maka definisi terhadap variabel atau konstrak dapat dibagi
atas dua pula, yaitu :
1) Definisi konstitutif
2) Definisi operasional
4. TEKNIK PENGUKURAN
Pengukuran adalah penetapan / pemberian angka terhadap objek atau
fenomena menurut aturan tertentu (Stevens, 1951). Ada tiga buah kata kunci yang
diperlukan dalam memberikan definisi terhadap pengukuran seperti diatas.
Ketiga kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan. Angka tidak lain
dari sebuah symbol dalam bentuk 1,2,3,…dan seterusnya atau I, II, III,…dan
seterusnya, yang tidak mempunyai arti, kecuali deberikan arti kepadanya. Jika
pada angka telah dikaitkan arti kuantitatif, maka angka tersebut setelah berubah
menjadi nomor (number).
49
mesjid perbulan. Indikan terhadap ”bengis” misalnya, jumlah kali seorang anak
memukul adiknnya tiap hari, Dan sebagainya.
4.2 Pengukuran Versus Realita
Dalam ilmu-ilmu natural, ukuran dari suatu variabel dapat secara langsung
diamati dan dibandingkan dengan realita. Setongkol jagung A dua kali lebih
panjang dari tongkol lain, dapat diukur secara realita dengan mengunakan
centimeter misalnya. Tingkat panas suatu benda dapat diukur dengan
memberikan angka terhadap derajat panas dalam bentuk derajat celsius, misalnya.
Dilain pihak,pengukuran variabel dalam ilmu sosial sering mengandung tanda
tanya, apakah pengukuran yang dilakukan cocok dengan realita.
Jika reliabilitas dan validitas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal
dalam memberkan kesimpulan ataupun dalam memberi alasan terhadap
hubungan-hubugan antar variabel. Bahkan secara luas, reliabilitas dan validitas
mencakup mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai
kepada data siap untuk dianalisis.
49
5.1 Reliabilitas
Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Pengertian reliabilitas dapat
lebih mudah dipikirkan jika petanyaan berikut dijawab
1. jika set objek yang sama diukur berkali-kali dengan alat ukur yang sama,
apakah kita akan memperoleh hasil yang sama?
2. apakah ukuran yang diperoleh dengan menggunakan alat ukuran tertentu
adalah ukuran sebenarnya dari objek tersebut?
3. berapa besar error yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran tersebut
terhadap objek
5.2 Validitas
Validitas banyak macamnya. Ada yang membagi validitas atau concurrent
validity, construct validity, face validity, factorial validity, empirical validity,
intrinsic validity, dan predictive validity. Conrurrent validity berkenaan dengan
hubungan antara skor dengan kriteria penampilan (performance). Construct
validity berkenaan dengan “kualitas psikologi apa yang diukur oleh sebuah
pengujian” dan mengevaluasikannya dengan “memperlihatkan bahwa kontrak
tertentu yang bisa diterangkan” dapat menyebabkan penampilan baik
(performance-nya) dalam ujian. Content validity berkenaan dengan baik
buruknya sampling dari isi suatu universe (populasi). Curricular validity
ditentukan dengan cara menilik isi dari ujian itu sendiri dan menilai sampai
seberapa jauh jauh ujian tersebut. Empirical validity menunjuk hubungan antara
skor dan sebuah kriteria, diman kriteria tersebut adalah ukuran bebas dan
langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh ujian tersebut. Fase validity
berhubungan dengan apa yang nampaknya untuk mengukur sesuatu, dan bukan
terhadap apa yang seharusnya kegiatan tersebut mengukur.
49
BA MERUMUSKAN DAN
B MENGUJI HIPOTESIS
----
1. PENDAHULUAN
Setelah si peneliti menelaah hasil-hasil penelitian dari peneliti-peneliti
terdahulu melalui studi kepustakaan, dan sipeneliti telah memilih dan
merumuskan masalah penelitian yang ingin dipecahkan, maka tibalah saatnya
sipeneliti merumuskan hipotesis-hipotesis untuk diuji.
2. MERUMUSKAN HIPOTESIS
1. Definisi Hipotesis
49
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan
antarfakta.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung dari hal berikut.
a. Pengamatan yang tajam dari sipeneliti.
b. Imajinasi serta pemikiran kreatif dari sipeneliti.
c. Kerangka analisis yang digunakan oleh sipeneliti.
d. Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh sipeneliti.
2. Ciri-ciri Hipotesis
3. Jenis-jenis Hipotesis
49
merumuskan hipotesis mempunyai sebi tersendiri. Sipeneliti harus sanggup
memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat
diterka. Dalam menggali hipotesis, sipeneliti harus :
a. Mempunyai banyak informasi tentang maslah yang ingin dipecahkan
dengan jalan banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;
b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-
tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam
fenomena yang sedang diselidiki;
c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teoriilmu dan bidang yang
bersangkutan.
3. MENGUJI HIPOTESIS
49
alasan. Karena cara memberi alasan adalah berkenaan dengan berpikir tentang
berpikir.
Logika adalah cara menalar dimana data diamati dan dibagi-bagi, buktinya
dicari dan dipertimbangkan, dan kemudian kesimpulan diambil. Ada dua cara
dalam memberi alasan, yaitu cara deduktif (dari umum menjadi spesifik) dan cara
induktif (dari spesifik menuju umum).
49
BAB MENGUMPULKAN
----
10 DATA
1. PENDAHULUAN
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah
member arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah
yang dirumuskan tidak akan bisa dipecahkan karena metode untuk memperoleh
data yang digunakan tidak memungkinkan, ataupun metode yang ada tidak dapat
menghasilkan data seperti yang diinginkan. Jika hal sedemikian terjadi, maka
tidak ada lain jalan bagi sipeneliti kecuali menukar masalah yang ingin
dipecahkan.
Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa
kelompok yaitu :
- Metode pengamatan langsung
- Metode dengan mengunakan pertanyaan
- Metode khusus
49
dimaksud dengan pengamatan dalam metode ilmiah, bukanlah kegiatan
pengamatan seperti diatas. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik
mengumpulkan data.
1. Definisi
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
sipenanya atau pewawancara dengan sipenjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
49
alasan, dan sebagainya. Sasaran isi dari pertanyaan atau keterangan yang ingin
diperoleh berjenis-jenis banyak dan sifatnya, dan sukar dikelompokkan dalam
jenis-jenis umum.
5. Melaksanakan wawancara
Wawancara dilakukan setelah persiapan untuk itu dimantapkan. Dalam
persiapan wawancara, sampel responden, kriteria-kriteria responden,
pewawancara, serta interview guide telah disiapkan dahulu.
Interview guide sudah harus disusun dan pewawancara harus mengerti
sekali akan isi serta makna dari interview guide tersebut. Segala pertanyaan yang
ditanyakan haruslah tidak menyimpang dari panduan yang telah digariskan dalam
interview guide tersebut. Latihan wawancara harus diadakan sebelum wawancara
diadakan.
1. Jujur
49
2. Berminat
3. Akuratan
4. Penyesuaian diri
5. Personalitas dan temperamen
6. Inteligensia dan pendidikan
BAB
49
----
11
DESAIN PERCOBAAN
1. PENDAHULUAN
Dalam melakukan penelitian secara eksperimental maka perlu sekali
diketahui desain-desain yang sering digunakan dalam penelitian tersebut. Dengan
desain yang baik, maka pengaturan variable-variabel dan kondisi-kondisi
eksperimental dapat dilakukan secara seksama, ketat, dan tertib.
49
Suatu desain percobaan harus mempunyai ciri-ciri tertentu, dan harus
memberikan keterangan yang cukup untuk memecahkan masalah yang sedang
diteliti atau dicoba. Jika penelitian dirancang dengan hanya mempunyai sedikit
saja ciri-ciri suatu desain percobaan, maka desain tersebut dinamakan desain
praeksperimental. Dilain pihak, ada juga desain penelitian percobaan, dimana
sebagian besar saja dari ciri-ciri desain percobaan terdapat didalamnya. Desain
demikian disebut desain eksperimental semu. Sedangkan desain percobaan yang
mempunyai ciri-ciri lengkap diperlukan oleh sebuah percobaan sehingga desain
tersebut mempunyai validitas yang tinggi, dinamakan desain eksperimental yang
sebenarnya.
49
Dalam rangka meningkatkan validitas, desain percobaan harus diarahkan
kepada meningkatkan validitas eksternal dari suatu percobaan. Untuk ini, ada tiga
prinsip dasar yang perlu diketahui, yaitu : replikasi, randomisasi (berhubungan
dengan validitas eksternal) dan kontrol internal (yang berhubungan dengan
validitas internal).
49
Desain percobaan, umumnya mempunyai lebih banyak kebaikan
dibandingkan dengan kelemahannya. Kebaikan dari desain percobaan adalah
sebagai berikut.
a. Dengan adanya desain percobaan, maka telah terjalin kerja sama antara ahli
statistic dengan peneliti dalam menganalisis dan memberikan interpretasi
terhadap data.
b. Dalam percobaan, peneliti dapat membuat preplanning yang sistematis terlebih
dahulu.
c. Perhatian dapat ditujukan terhadap hubungan-hubungan tertentu dalam
mengukur dan mengenal sumber-sumber variasi.
d. Jumlah uji yang digunakan dapat ditentukan lebih dahulu dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi.
e. Dengan adanya pengelompokan, maka pengaruh yang dapat diukur secara
lebih tepat
f. Kesimpulan yang diperoleh dapat diketahui secara pasti dengan kepastian
matematika.
5. LANGKAH-LANGKAH POKOK
Dalam membuat desain percobaan, maka buatlah sejenis check list tentang
hal-hal berikut.
1) Berikan penjelasan tentang masalah
2) Kumpulkan keterangan yang tersedia
3) Buat program mengenai desain percobaan
6. DESAIN PRAEKSPERIMENTAL
49
Desain praeksperimental adalah desain percobaan yang tidak mencukupi
semua syarat-syarat dari suatu desain percobaan sebenarnya. Beberapa desain
praeksperimental adalah sebagai berikut.
1. One shot study case
2. Desain satu kelompok pretest-pretest
3. Design randomized control group only
8. PERCOBAAN FAKTORIAL
Dalam penjelasan yang lalu, percobaan yang dilakukan hanya terbatas
kepada perlakuan-perlakuan dimana tiap perlakuan mempunyai intensitas ataupun
dosis yang sama, ataupun perlakuan yang terdiri dari satu level saja. Percobaan
factorial, dilain pihak, adalah percobaan dimana perlakuan terdiri dari semua
kemungkinan kombinasi level. Yang paling sederhana adalah percobaan 22
faktorial, yaitu percobaan yang terdiri dari dua perlakuan dan tiap perlakuan
terdiri dari dua level.
49