A. Tinjauan Pustaka
Di lingkungan pendidikan tinggi, baik mahasiswa dan dosen tidak asing lagi dengan
istilah tinjauan pustaka. Pada tingkat Diploma (1-4) dan Strata 1 (S1) menggunakan
istilah tinjauan pustaka pada bab 2. Sedangkan pada tingkat pascasarjana (S2-S3)
menggunakan istilah kajian pustaka. Selanjutnya dalam tulisan ini akan menggunakan
istilah tinjauan pustaka.
Istilah lain dari tinjauan pustaka yang sering digunakan para peneliti adalah studi
literatur. Studi literatur yang dibuat dengan membaca banyak buku, majalah kesehatan,
artikel, jurnal penelitian dan sumber lainnya akan mempermudah peneliti dalam
merumuskan kerangka konsep penelitian.1 Referensi lain menyebutkan istilah lain dari
tinjauan pustaka adalah studi kepustakaan yang mempunyai arti yang sama dengan yang
telah dijelaskan di atas.
Tinjauan pustaka diperlukan untuk memberikan pemantapan dan penegasan tentang ciri
khas penelitian yang hendak dikerjakan. Ciri khas penelitian ini akan tampak dengan
melampirkan referensi yang digunakan dalam daftar pustaka baik dari buku-buku ajar,
artikel dan jurnal penelitian sebelumnya. Suatu naskah penelitian yang berbobot harus
terdiri dari 80% artikel/jurnal penelitian, dan sisanya dapat dari buku ajar yang relevan
dan sumber lain yang membahas masalah penelitian yang diteliti.
Jika peneliti menggunakan karya orang lain tanpa menampilkan sumbernya, baik nama
author (penulis/peneliti), tahun, judul, tempat dan penerbit dan sebagainya yang
dilampirkan dalam daftar pustaka, atau nama dan tahun (Metode Harvard) pada naskah
penelitian merupakan praktik plagiat. Plagiarisme akan menjadikan seorang peneliti di
tuntut secara hukum dan mempunyai sejarah dalam hal akademik yang buruk, yang
akan dipikul seumur hidup.
Tinjauan pustaka dalam penelitian kesehatan tidak hanya membahas secara substansial
variabel dependen maupun variabel independen yang diteliti dari berbagai buku ajar /
texbook. Pada Tinjauan pustaka peneliti secara mendalam menggali teori yang
berhubungan dengan variabel yang diteliti, kemudian melakukan investigasi dari
penelitian sebelumnya yang relevan sehingga memahami secara mendalam masalah dan
faktor penyebab masalah penelitian yang akan diteliti.
Penelitian yang terdahulu yang dapat dipaparkan pada tinjauan pustaka antara lain hasil
penelitian baik deskriptif maupun analitik (kuantitatif/kualitatif). Selain itu yang perlu
didalami adalah metoda penelitian apakah sudah sesuai, dampak dari masalah peneltian
tersebut baik positif maupun negatif, sehingga dapat menjadi pedoman apakan hasil
penelitian tersebut dapat di aplikasikan di lingkungan / lokasi penelitian yang dipilih oleh
peneliti. Lebih lanjut Riyanto mengemukakan hal-hal yang perlu di muat dalam tinjauan
pustaka dalam penelitian kesehatan antara lain:3
Seluruh aspek penyakit yang diteliti tidak perlu ditulis dalam tinjauan pustaka, hal-hal
yang ditulis difokuskan pada aspek yang akan diteliti dengan penekanan utama pada
hubungan variabel yang dipermasalahkan (dependen) dengan variabel lain yang menjadi
faktor penyebab maupun perancu.
Buku sumber pustaka sebaiknya tidak terlalu lama tahunnya sehingga masih up to date
(10 tahun) kecuali yang menjadi grand theory sebagai acuan kerangka teori di akhir bab
2, tetapi setidaknya carilah terbitan yang terbaru.
Gunakan hasil penelitian dalam artikel / jurnal yang relevan yang dapat memperkuat
teori yang dibangun dengan sumber yang up to date.
Tujuan utama membuat tinjauan pustaka adalah menjadi dasar pijakan atau fondasi
untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka pikir, menentukan
hipotesis penelitian, mengorganisasikan, dan kemudian menggunakan variasi pustaka
dalam bidangnnya.
Fungsi tinjauan pustaka antara lain untuk (1) mengetahui sejarah masalah penelitian, (2)
membantu memilih prosedur penyelesaiaan masalah penelitian, (3) memahami latar
belakang teori masalah penelitian, (4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, (5)
menghindari terjadinya duplikasi penelitian, dan (6) memberikan pembenaran alasan
pemilihan masalah penelitian, yang akan dijelaskan secara rinci di bawah ini.4
Berdasarkan kajian dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan, peneliti dapat
memperkirakan manfaat hasil penelitian yang akan dilaksanakannya.
Kajian pustaka harus berfungsi sebagai kajian secara kritis tetapi singkat tentang
kekhususan, manfaat dan kelemahan dari penelitian sebelumnya (bukan sekadar senarai
teori atau hasil penelitian yang relevan saja), sehingga peneliti dapat memberikan
pembenaran tentang pentingnya masalah tersebut diteliti.
Melalui tinjauan pustaka, peneliti dapat memiliki pemahaman yang luas dan dalam
tentang masalah penelitian yang diteliti. Selanjutnya peran tinjauan pustaka menurut
beberapa sumber antara lain:2
1. Jurnal Penelitian : Jurnal penelitian yang dimaksud adalah jurnal ilmiah yang telah
memiliki ISSN, terakreditasi baik jurnal lokal, nasional maupun internasional. Akan
lebih bagus lagi jika jurnal yang di ambil sebagai referensi adalah jurnal yang sudah
terindeks SCOPUS. Sebagai contoh jurnal ilmiah dapat diakses melalui Proquest,
EBSCO, WHO, Cochrane dan lain sebagainya. Di Indonesia Kementrian Riset dan
Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK DIKTI) telah memfasilitasi seluruh civitas
akademika baik di PTN maupun PTS untuk dapat mengakses jurnal ilmiah yang
bagus dengan berlangganan portal jurnal seperti EBSCO, Proquest dll. Password
jurnal tersebut data diperoleh dengan menghubungi pustakawan di perguruan
tinggi masing-masing. Penelitian yang berkualitas jika menggunakan sumber
pustaka dari jurnal ilmiah sebesar 80% dari seluruh referensi yang ada.
2. Buku Ajar : Buku ajar yang telah dipublikasi oleh penerbit baik dari dalam maupun
luar negeri. Buku yang sudah dipublikasi akan memiliki nomor ISBN. Sedapat
mungkin gunakan buku yang ditulis oleh author yang kompeten di bidangnya, baik
sebagai pendidik maupun praktisi kesehatan. Untuk melihat kualitas buku ajar
tersebut, lihat bagian referensi yang digunakan. Jika menggunakan referensi yang
up to date dan dapat dipertangungjawabkan, buku ajar tersebut adalah buku yang
layak digunakan dan dapat menjadi koleksi peneliti.
3. Artikel dari Internet : artikel dari internet yang layak dijadikan sumber pustaka
adalah artikel yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun institusi pendidikan.
Peneliti harus mencantumkan URL / alamat situs tersebut sebagai syarat penulisan
referensi ilmiah. Contohnya artikel elektronik dari WHO, Kemenkes, Harvard
University, Universitas Indonesia, dan lain sebagainya.
4. Narasumber : Menggunakan sumber pustaka dari narasumber dapat digunakan jika
sumber lainnya tidak ada atau waktu penerbitannya sudah lebih dari 10 tahun.
Sebagai bukti harus dicantumkan kapan dan dimana topik tersebut dibicarakan
seperti seminar, workshop dan pertemuan ilmiah lainnya. Untuk studi kualitatif,
dapat dilampirkan bukti berupa transkrip dari rekaman yang di rekam saat
narasumber tersebut berbicara pada acara tersebut dilaksanakan. Narasumber
yang dimaksud adalah narasumber yang kompeten dan seorang guru besar.
5. Majalah Kesehatan : sepanjang majalah kesehatan tersebut memiliki ISBN dan
authornya dapat di kontak untuk dimintai keterangan ataupun konfirmasi terkait
masalah penelitian yang diteliti, sumber tersebut dapat digunakan.
Para peneliti dari berbagai disiplin ilmu memiliki hak seluas-luasnya untuk
mengembangkan rasa ingintahunya. Namun demikian ada batasan yang harus dipatuhi
yaitu harus berdasarkan sistematika yang jelas dan sesuai dengan domain masing-
masing peneliti. Hal ini disebabkan karena penelitian yang dilakukan khusunya penelitian
di dunia kesehatan, harus sesuai dengan kode etik penelitian. Hak peneliti yang luas ini
harus diimbangi juga dengan tanggung jawab yang besar. Pengembangan ilmu harus
mengacu kepada peningkatan kesejahteraan umat manusia.5
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi, segala hasil
penelitian yang dilakukan di berbagai negara dapat segera di ketahui hanya berbekal
komputer dan internet. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi para peneliti untuk
membatasi sumber ilmiah yang relevan yang harus digunakan.
Seringkali para mahasiswa atau peneliti pemula bertanya tentang batasan jumlah
referensi ilmiah yang digunakan. Dalam hal kuantitas referensi yang digunakan, tidak
ada batasan. Tetapi dalam hal kualitas, ada batasan yang jelas yakni 80% dari seluruh
referensi harus berasal dari jurnal ilmiah.
Ada beberapa institusi pendidikan yang membuat batasan minimal referensi ilmiah yang
digunakan misalnya setiap variabel harus di ambil dari sekian referensi seperti di bawah
ini:
1. Strata I ke bawah harus terdiri dari 5 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri
dan sisanya boleh ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri
2. Strata II harus terdiri dari 8 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri dan sisanya
boleh ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri.
3. Strata III harus terdiri dari 10 jurnal penelitian / buku ajar dari luar negeri dan
sisanya boleh ditambahkan buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri
Kerangka Teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi empiris.6 Kerangka
teori harus berdasarkan teori asal / grand theory. Sebagai contoh masalah perilaku ibu
hamil dalam memeriksakan kehamilannya dapat menggunakan kerangka teori dari
Green yang sering digunakan mahasiswa, atau dapat juga menggunakan kerangka teori
reason action, Health Believe Model, atau teori lain yang sesuai dengan masalah
penelitian yang dapat di temukan dalam buku ajar Health Behavior Theory for Public
Health dan buku ajar lainnya.
Jika masalah yang diteliti berhubungan dengan penyakit tetapi yang di dalami adalah
pengetahuan tentang penyakit tersebut, maka dapat menggunakan teori pengetahuan
seperti tacit knowledge dan explicit knowledge. Contoh PERCEDE teori Green dapat
dilibat pada gambar berikut ini.7
PERCEDE GREEN
Gambar 1. PERCEDE Teori Green.7
C. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah hubungan antara konsep yang dibangun berdasarkan hasil-hasil
studi empiris terdahulu sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.6
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus.
Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati
atau diukur. Konsep hanya dapat diamati dan diukur melalui konstruk yang dikenal
dengan istilah variabel.1
Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Variabel penelitian adalah sesuatu yang
bervariasi yang dapat diukur. Contoh variabel dalam penelitian kesehatan adalah Hb
darah, tekanan darah, berat badan, kunjungan ANC, jenis tenaga kesehatan, dan lain
sebagainya. 1
Kerangka Konsep dapat berpijak pada kerangka teori yang dibentuk pada bab II.
Kerangka teori biasanya lebih kompleks dari kerangka konsep, karena tidak semua
variabel dalam kerangka teori diangkat menjadi variabel penelitian. Oleh karena itu pada
BAB II sebelum gambar kerangka konsep penelitian dipaparkan, peneliti wajib
menjustifikasi mengapa variabel lain tidak diteliti. Alasan yang disampaikan harus ilmiah,
buka sekedar keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan penelitia saat itu.
Contoh gambar kerangka konsep dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Kerangka Konsep
Gambar 2. Contoh Kerangka Konsep 1
D. Hipotesis
Pengertian Hipotesis
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara, patokan duga, atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.1
Jika ditinjau dari asal kata, Hipotesis terdisi dari kata:
Hipo : di bawah
Thesis : dalil
Jadi Hipotesis adalah suatu dalil atau kaidah yang kebenarannya belum diketahui.
Hipotesis adalah penjelasan sementara yang diajukan tentang hubungan antara dua
atau lebih fenomena terukur/variabel untuk pembuktian secara empirik.6
Setelah melalui pembuktian dengan penelitian yang dilakukan, maka hipotesis yang
dibuat tentu saja dapat terbukti benar atau salah, dapat diterima atau ditolak. Jika
diterima atau terbukti benar, maka hipotesis tersebut menjadi tesis.1, 9
Kegunaan Hipotesis
Seringkali terdapat dalam naskah penelitian hipotesis penelitian ditulis hipotesis kerja.
Yang harus muncul dalam naskah penelitian adalah hipotesis penelitian atau hipotesis
kerja.9 Dalam penelitian dikenal dua macam hipotesis yaitu:1, 9
Hipotesis kerja / hipotesis penelitian adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan
untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul. Ciri
hipotesis kerja adalah terdapat kata: ada, terdapat, jika, , maka, lebih dan sebagainya.
Hipotesis statistik adalah Hipotesis yang digunakan dalam analisis statistik, pertama kali
diperkenalkan oleh Fisher. Hipotesis statistik biasanya menggunakan rumus, contoh : H0
: x = y.1
Hipotesis statistik bersifat universal, sedangkan hipotesis penelitian berifat individual,
sesuai dengan penelitian yang dikerjakan peneliti, tergantung pada dugaan si peneliti itu
sendiri. Dibawah ini adalah tabel perbedaan hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.9
Tabel 1. Perbedaan Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik
Selanjutnya hipotesis yang akan dibahas adalah hipotesis penelitian bukan hipotesis
statistik.
Uji yang dilakukan adalah uji Z dan untuk SE karena sampel (mahasiswa) dan populasi
yang dipakai adalah populasi (masyarakat umum).
Rumus :
Rumus Uji Z
Sampel : x = 35, n = 75 p (Perokok) = 35/75 = 0,47
Proporsi Perokok di populasi p = 0,25
Hasil Uji Z
Jenis hipotesis menurut arah hipotesis terdiri dari ada dua macam yaitu:
Hipotesis satu arah : Hipotesis yang sudah memberi arah. Ciri hipotesis satu arah
terdapat kata : “ lebih tinggi, lebih rendah.”
Contoh : “Proporsi kejadian spina bifida pada ibu hamil yang mengkonsumsi asam folat 3
bulan pra konsepsi lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang mengkonsumsi
asam folat hanya pada saat trimester pertama.”
Hipotesis dua arah : Hipotesis yang belum mempunyai arah, ciri hipotesis ini adalah
terdapat kata : “ ada hubungan, ada korelasi, ada perbedaan” Jadi belum mengarahkan
dampak faktor tertentu terhadap kejadian tertentu.
Contoh: “Terdapat hubungan senam hamil dengan lama persalinan kala II.”
Ada juga jenis hipotesis positif dan hipotesis negatif. Hipotesis yang lazim ditemukan
dalam penelitian adalah hipotesis positif, namun jarang ditemukan hipotesis negatif.
Contoh :
Hipotesis Negatif:
Tidak terdapat hubungan antara makanan cepat saji dengan penurunan densitas massa
tulang
Tidak ada hubungan antara obat SF dengan kejadian perdarahan kala tiga
Hipotesis Positif:
Terdapat hubungan antara masase perineum dengan robekan perineum tingkat III
Semakin teratur ibu hamil melakukan senam hamil, semakin cepat persalinan kala II.
Daftar Pustaka :
Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta; 2010.
Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara; 2012.
Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan; Dilengkapi COntoh kuesioner dan
Laporan Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
Hamdiyati Y. Cara Membuat Kajian Pustaka. . Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
bagi Guru-Guru MGMP Kota Bandung [Internet]. 2008. Available from:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196611031991012-
YANTI_HAMDIYATI/Kajian_Pustaka_Pelatihan_KTI-PTK.pdf.
Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto; 2011.
Kusumayati A. Materi Ajar Metodologi Penelitian. Kerangka Teori, Kerangka Konsep dan
Hipotesis. Depok: Universitas Indonesia; 2009.
Green LW, Ottoson JM. A Framework for Planning and Evaluation: PRECEDE-PROCED
Evolution anf Application of te Model. Journees de Sante Publique [Internet].
2006. Available from:
http://jasp.inspq.qc.ca/Data/Sites/1/SharedFiles/presentations/2006/JASP2006-
Ottawa-Green-Ottoson14-1.PDF.
Djami MEU. Hubungan Kontrasepsi Hormonal dengan Kualitas Hidup wanita Pernah
Kawin di Wilayah Kerja Puskesmas Tigaraksa. In: Indonesia U, editor. Manuskrip.
Depok2011.
Dahlan S. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto; 2009.
Hastono SP, Sabri L. Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers; 2006.