Anda di halaman 1dari 26

Bahan Ajar Metlid : Tinjauan Pustaka, Kerangka

Teori, Kerangka Konsep dan Hipotesis


Posted on February 1, 2016by Moudy E.U Djami
A. Tinjauan Pustaka
Pengertian Tinjauan Pustaka
Di lingkungan pendidikan tinggi, baik mahasiswa dan dosen
tidak asing lagi dengan istilah tinjauan pustaka. Pada tingkat
Diploma (1-4) dan Strata 1 (S1) menggunakan istilah tinjauan
pustaka pada bab 2. Sedangkan pada tingkat pascasarjana (S2-
S3) menggunakan istilah kajian pustaka. Selanjutnya dalam
tulisan ini akan menggunakan istilah tinjauan pustaka.

Tinjauan pustaka adalah pengkajian kembali literatur-literatur


yang relevan (review of related literature) dengan penelitian
yang sedang dikerjakan.
Istilah lain dari tinjauan pustaka yang sering digunakan para
peneliti adalah studi literatur. Studi literatur yang dibuat
dengan membaca banyak buku, majalah kesehatan, artikel,
jurnal penelitian dan sumber lainnya akan mempermudah
peneliti dalam merumuskan kerangka konsep
penelitian.  Referensi lain menyebutkan istilah lain dari
1

tinjauan pustaka adalah studi kepustakaan yang mempunyai


arti yang sama dengan yang telah dijelaskan di atas.
2

Tinjauan pustaka diperlukan untuk memberikan pemantapan


dan penegasan tentang ciri khas penelitian yang hendak
dikerjakan. Ciri khas penelitian ini akan tampak dengan
melampirkan referensi yang digunakan dalam daftar pustaka
baik dari buku-buku ajar, artikel dan jurnal penelitian
sebelumnya. Suatu naskah penelitian yang berbobot harus
terdiri dari 80% artikel/jurnal penelitian, dan sisanya dapat
dari buku ajar yang relevan dan sumber lain yang membahas
masalah penelitian yang diteliti.

Jika peneliti menggunakan karya orang lain tanpa


menampilkan sumbernya, baik nama author (penulis/peneliti),
tahun, judul, tempat dan penerbit dan sebagainya yang
dilampirkan dalam daftar pustaka, atau nama dan tahun
(Metode Harvard) pada naskah penelitian merupakan praktik
plagiat. Plagiarisme akan menjadikan seorang peneliti di tuntut
secara hukum dan mempunyai sejarah dalam hal akademik
yang buruk, yang akan dipikul seumur hidup.

Tinjauan pustaka dalam penelitian kesehatan tidak hanya


membahas secara substansial variabel dependen maupun
variabel independen yang diteliti dari berbagai buku
ajar / texbook. Pada Tinjauan pustaka peneliti secara
mendalam menggali teori yang berhubungan dengan variabel
yang diteliti, kemudian melakukan investigasi dari penelitian
sebelumnya yang relevan sehingga memahami secara
mendalam masalah dan faktor penyebab masalah penelitian
yang akan diteliti.
Penelitian yang terdahulu yang dapat dipaparkan pada tinjauan
pustaka antara lain hasil penelitian baik deskriptif maupun
analitik (kuantitatif/kualitatif). Selain itu yang perlu didalami
adalah metoda penelitian apakah sudah sesuai, dampak dari
masalah peneltian tersebut baik positif maupun negatif,
sehingga dapat menjadi pedoman apakan hasil penelitian
tersebut dapat di aplikasikan di lingkungan / lokasi penelitian
yang dipilih oleh peneliti. Lebih lanjut Riyanto mengemukakan
hal-hal yang perlu di muat dalam tinjauan pustaka dalam
penelitian kesehatan antara lain:  Teori-teori yang berhubungan
3

dengan permasalahan yang akan diteliti.


1. Seluruh aspek penyakit yang diteliti tidak perlu ditulis
dalam tinjauan pustaka, hal-hal yang ditulis difokuskan
pada aspek yang akan diteliti dengan penekanan utama
pada hubungan variabel yang dipermasalahkan
(dependen) dengan variabel lain yang menjadi faktor
penyebab maupun perancu.
2. Buku sumber pustaka sebaiknya tidak terlalu lama
tahunnya sehingga masih up to date (10 tahun) kecuali
yang menjadi grand theory sebagai acuan kerangka teori
di akhir bab 2, tetapi setidaknya carilah terbitan yang
terbaru.
3. Gunakan hasil penelitian dalam artikel / jurnal yang
relevan yang dapat memperkuat teori yang dibangun
dengan sumber yang up to date.
4. Membuat kerangka teori sebagai dasar untuk
mengembangkan kerangka konsep penelitian. Dengan
membuat kerangka toeri, maka peneliti dapat meletakkan
masalah yang sedang diteliti dalam konteks ilmu
pengetahuan yang sedang didalami.
Tujuan Tinjauan Pustaka
Tujuan utama membuat tinjauan pustaka adalah menjadi dasar
pijakan atau fondasi untuk memperoleh dan membangun
landasan teori, kerangka pikir, menentukan hipotesis
penelitian, mengorganisasikan, dan kemudian menggunakan
variasi pustaka dalam bidangnnya.

Fungsi Tinjauan Pustaka


Fungsi tinjauan pustaka antara lain untuk (1) mengetahui
sejarah masalah penelitian, (2) membantu memilih prosedur
penyelesaiaan masalah penelitian, (3) memahami latar
belakang teori masalah penelitian, (4) mengetahui manfaat
penelitian sebelumnya, (5) menghindari terjadinya duplikasi
penelitian, dan (6) memberikan pembenaran alasan pemilihan
masalah penelitian, yang akan dijelaskan secara rinci di bawah
ini.
4

1. Mengetahui Sejarah Masalah Penelitian. Berdasarkan


sejarah masalah yang berkaitan dengan masalah
penelitiannya, peneliti akan mendapatkan informasi
tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya, aspek-aspek yang telah diteliti, prosedur-
prosedur yang telah diterapkan, hasil dan hambatan yang
ditemukan di dalam penelitian, dan perbedaan antara
masalah yang hendak dipecahkan dengan masalah-
masalah yang sudah dipecahkan orang lain.
2. Memilih Prosedur Penyelesaiaan Masalah Penelitian.
Berdasarkan prosedur-prosedur yang telah diterapkan
oleh para peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan
masalah penelitiannya, peneliti dapat memilih prosedur
yang cocok atau membuat prosedur baru berdasarkan
kajian tentang kelebihan dan kekurangan dari prosedur-
prosedur yang ada.
3. Memahami Latar Belakang Teori Masalah Penelitian.
Berdasarkan latar belakang teori masalah penelitian,
peneliti dapat memetakan kedudukan masalah
penelitiannya ke dalam perspektif cakupan pengetahuan
yang lebih luas, sehingga dapat membantu peneliti dalam
menjelaskan pentingnya penelitan itu dilakukan serta
dampak dari hasil penelitiannya.
4. Mengetahui Manfaat Penelitian Sebelumnya. Berdasarkan
kajian dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan,
peneliti dapat memperkirakan manfaat hasil penelitian
yang akan dilaksanakannya.
5. Menghindari Terjadinya Duplikasi Penelitian. Pengkajian
pustaka dapat menghindari duplikasi penelitian. Dalam
batas-batas tertentu suatu penelitian boleh merupakan
duplikasi dari penelitian lain, sepanjang penelitian yang
akan dilaksanakan memiliki tujuan berbeda untuk
melengkapi hasil penelitian sebelumnya atau mempunyai
alasan yang kuat untuk meragukan hasil penelitian
sebelumnya (bukan plagiat).
6. Memberikan Pembenaran Alasan Pemilihan Masalah
Penelitian. Kajian pustaka harus berfungsi sebagai kajian
secara kritis tetapi singkat tentang kekhususan, manfaat
dan kelemahan dari penelitian sebelumnya (bukan sekadar
senarai teori atau hasil penelitian yang relevan saja),
sehingga peneliti dapat memberikan pembenaran tentang
pentingnya masalah tersebut diteliti.
 Peran Tinjauan Pustaka
Melalui tinjauan pustaka, peneliti dapat memiliki pemahaman
yang luas dan dalam tentang masalah penelitian yang diteliti.
Selanjutnya peran tinjauan pustaka menurut beberapa sumber
antara lain:
2

1. Mengetahui batas-batas cakupan permasalahan


penelitian.
2. Dapat menempatkan pertanyaan penelitian dari perspektif
yang jelas dan komprehensif
3. Dapat membatasi pertanyaan penelitian yang diajukan
dan menentukan konsep studi yang berkaitan erat dengan
permasalahan.
4. Dapat mengetahui dan menilai hasil-hasil penelitian yang
sejenis yang bisa sama maupun kontradiktif antara
penelitian satu dengan penelitian lainnya.
5. Dapat menentukan metode penelitian yang tepat untuk
memecahkan masalah penelitian.
6. Mencegah dan mengurangi replikasi yang kurang
bermanfaat dengan penelitian sebelumnya.
7. Dapat lebih yakin dalam menginterpretasikan hasil
penelitian yang hendak dilakukannya.
Macam-Macam Sumber Tinjauan Pustaka
Adapun sumber-sumber yang dapat digunakan dalam
menyusun tinjauan pustaka adalah referensi ilmiah yang
mempunyai ISBN untuk buku, ISSN untuk jurnal dan sedapat
mungkin dari jurnal ilmiah yang berbobot. Sumber-sumber
referensi ilmiah yang dapat digunakan dalam penelitian
kesehatan antara lain:

1. Jurnal Penelitian : Jurnal penelitian yang dimaksud


adalah jurnal ilmiah yang telah memiliki ISSN,
terakreditasi baik jurnal lokal, nasional maupun
internasional. Akan lebih bagus lagi jika jurnal yang di
ambil sebagai referensi adalah jurnal yang sudah terindeks
SCOPUS. Sebagai contoh jurnal ilmiah dapat diakses
melalui Proquest, EBSCO, WHO, Cochrane dan lain
sebagainya. Di Indonesia Kementrian Riset dan
Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK DIKTI) telah
memfasilitasi seluruh civitas akademika baik di PTN
maupun PTS untuk dapat mengakses jurnal ilmiah yang
bagus dengan berlangganan portal jurnal seperti EBSCO,
Proquest dll. Password jurnal tersebut data diperoleh
dengan menghubungi pustakawan di perguruan tinggi
masing-masing. Penelitian yang berkualitas jika
menggunakan sumber pustaka dari jurnal ilmiah sebesar
80% dari seluruh referensi yang ada.
2. Buku Ajar : Buku ajar yang telah dipublikasi oleh penerbit
baik dari dalam maupun luar negeri. Buku yang sudah
dipublikasi akan memiliki nomor ISBN. Sedapat mungkin
gunakan buku yang ditulis oleh author yang kompeten di
bidangnya, baik sebagai pendidik maupun praktisi
kesehatan. Untuk melihat kualitas buku ajar tersebut, lihat
bagian referensi yang digunakan. Jika menggunakan
referensi yang up to date dan dapat
dipertangungjawabkan, buku ajar tersebut adalah buku
yang layak digunakan dan dapat menjadi koleksi peneliti.
3. Artikel dari Internet : artikel dari internet yang layak
dijadikan sumber pustaka adalah artikel yang dikeluarkan
oleh pemerintah maupun institusi pendidikan. Peneliti
harus mencantumkan URL / alamat situs tersebut sebagai
syarat penulisan referensi ilmiah. Contohnya artikel
elektronik dari WHO, Kemenkes, Harvard University,
Universitas Indonesia, dan lain sebagainya.
4. Narasumber : Menggunakan sumber pustaka dari
narasumber dapat digunakan jika sumber lainnya tidak
ada atau waktu penerbitannya sudah lebih dari 10 tahun.
Sebagai bukti harus dicantumkan kapan dan dimana topik
tersebut dibicarakan seperti seminar, workshop dan
pertemuan ilmiah lainnya. Untuk studi kualitatif, dapat
dilampirkan bukti berupa transkrip dari rekaman yang di
rekam saat narasumber tersebut berbicara pada acara
tersebut dilaksanakan. Narasumber yang dimaksud adalah
narasumber yang kompeten dan seorang guru besar.
5. Majalah Kesehatan : sepanjang majalah kesehatan
tersebut memiliki ISBN dan authornya dapat di kontak
untuk dimintai keterangan ataupun konfirmasi terkait
masalah penelitian yang diteliti, sumber tersebut dapat
digunakan.
Jumlah Referensi yang Dibutuhkan
Para peneliti dari berbagai disiplin ilmu memiliki hak seluas-
luasnya untuk mengembangkan rasa ingintahunya. Namun
demikian ada batasan yang harus dipatuhi yaitu harus
berdasarkan sistematika yang jelas dan sesuai dengan domain
masing-masing peneliti. Hal ini disebabkan karena penelitian
yang dilakukan khusunya penelitian di dunia kesehatan, harus
sesuai dengan kode etik penelitian. Hak peneliti yang luas ini
harus diimbangi juga dengan tanggung jawab yang besar.
Pengembangan ilmu harus mengacu kepada peningkatan
kesejahteraan umat manusia. 5

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan


komunikasi, segala hasil penelitian yang dilakukan di berbagai
negara dapat segera di ketahui hanya berbekal komputer dan
internet. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi para peneliti
untuk membatasi sumber ilmiah yang relevan yang harus
digunakan.

Seringkali para mahasiswa atau peneliti pemula bertanya


tentang batasan jumlah referensi ilmiah yang digunakan.
Dalam hal kuantitas referensi yang digunakan, tidak ada
batasan. Tetapi dalam hal kualitas, ada batasan yang jelas yakni
80% dari seluruh referensi harus berasal dari jurnal ilmiah.

Ada beberapa institusi pendidikan yang membuat batasan


minimal referensi ilmiah yang digunakan misalnya setiap
variabel harus di ambil dari sekian referensi seperti di bawah
ini:

1. Strata I ke bawah harus terdiri dari 5 jurnal penelitian /


buku ajar dari luar negeri dan sisanya boleh ditambahkan
buku ajar atau jurnal penelitian dari dalam negeri
2. Strata II harus terdiri dari 8 jurnal penelitian / buku ajar
dari luar negeri dan sisanya boleh ditambahkan buku ajar
atau jurnal penelitian dari dalam negeri.
3. Strata III harus terdiri dari 10 jurnal penelitian / buku ajar
dari luar negeri dan sisanya boleh ditambahkan buku ajar
atau jurnal penelitian dari dalam negeri
Cara Membuat Tinjauan Pustaka
Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal,
sebagai berikut : 
4

1. Mulai mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar,


jurnal cetak maupun jurnal elektronik dan lain sebagainya.
2. Buatlah matriks untuk mengisi ringkasan referensi yang
diperoleh baik jurnal, artikel, buku ajar dan lain
sebagainya agar saat menulis dengan segera dapat
ditemukan sumber mana yang dimaksud.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang untuk dapat
meningkatkan konsentrasi dan fokus pada saat mulai
menulis
4. Baca dahulu panduan penulisan, sehingga pada saat
melakukan editing pada tulisan kita, tidak terlalu banyak
yang dirubah terkait penulisan.
5. Selain melakukan ringkasan dengan tools matriks yang
digunakan, proses analisis juga kita lakukan terhadap
jurnal yang dibaca, apakah relevan dan layak digunakan
atau tidak.
6. Kunsi sukses dalam menulis adalah niat dan aksi harus
sejalan. Jika tidak pernah memulai, maka tidak akan
pernah selesai.
7. Lakukan refresh otak dan pikiran jika mulai jenih,
munculkan motivasi pada diri sendiri baik itu dari
keluarga (ayah/ibu) jika berhasil dapat membuat mereka
bangga, dapat menjadi role model bagi keluarga dan lain
sebagainya sehingga tetap semangat dalam menulis dan
menyelesaikan proyek tugas akhir
8. Selalu berdoa memohon tuntutan dan hikmat dari yang
Maha Kuasa agar dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik dan tepat waktu.
B. Kerangka Teoritis
Kerangka Teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan
studi empiris.  Kerangka teori harus berdasarkan teori
6

asal / grand theory. Sebagai contoh masalah perilaku ibu hamil


dalam memeriksakan kehamilannya dapat menggunakan
kerangka teori dari Green yang sering digunakan mahasiswa,
atau dapat juga menggunakan kerangka teori reason
action,Health Believe Model, atau teori lain yang sesuai dengan
masalah penelitian yang dapat di temukan dalam buku
ajar Health Behavior Theory for Public Health dan buku ajar
lainnya.
Jika masalah yang diteliti berhubungan dengan penyakit tetapi
yang di dalami adalah pengetahuan tentang penyakit tersebut,
maka dapat menggunakan teori pengetahuan seperti tacit
knowledge dan explicit knowledge. Contoh PERCEDE teori
Green dapat dilibat pada gambar berikut ini.
7

Gambar 1. PERCEDE Teori Green. 7

C. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah hubungan antara konsep yang
dibangun berdasarkan hasil-hasil studi empiris terdahulu
sebagai pedoman dalam melakukan penelitian. 6

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi


dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan
abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau
diukur. Konsep hanya dapat diamati dan diukur melalui
konstruk yang dikenal dengan istilah variabel. 1

Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Variabel penelitian


adalah sesuatu yang bervariasi yang dapat diukur. Contoh
variabel dalam penelitian kesehatan adalah Hb darah, tekanan
darah, berat badan, kunjungan ANC, jenis tenaga kesehatan,
dan lain sebagainya. 
1

Kerangka Konsep dapat berpijak pada kerangka teori yang


dibentuk pada bab II. Kerangka teori biasanya lebih kompleks
dari kerangka konsep, karena tidak semua variabel dalam
kerangka teori diangkat menjadi variabel penelitian. Oleh
karena itu pada BAB II sebelum gambar kerangka konsep
penelitian dipaparkan, peneliti wajib menjustifikasi mengapa
variabel lain tidak diteliti. Alasan yang disampaikan harus
ilmiah, buka sekedar keterbatasan waktu, dana, tenaga dan
kemampuan penelitia saat itu. Contoh gambar kerangka konsep
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. Contoh Kerangka Konsep  1

Contoh Kerangka Konsep lain yang meneliti variabel


perancu/confounding variablesdapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 3. Kerangka Konsep dengan Variabel Perancu 8

D. Hipotesis
Pengertian Hipotesis
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara,
patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. 1

Jika ditinjau dari asal kata, Hipotesis terdisi dari kata:

Hipo          : di bawah

Thesis       : dalil

Jadi Hipotesis adalah suatu dalil atau kaidah yang


kebenarannya belum diketahui.
Hipotesis adalah penjelasan sementara yang diajukan tentang
hubungan antara dua atau lebih fenomena terukur/variabel
untuk pembuktian secara empirik. 6

Setelah melalui pembuktian dengan penelitian yang dilakukan,


maka hipotesis yang dibuat tentu saja dapat terbukti benar atau
salah, dapat diterima atau ditolak. Jika diterima atau terbukti
benar, maka hipotesis tersebut menjadi tesis. 1, 9

Kegunaan Hipotesis
Hipotesis berguna untuk : 6

1. Menuntun arah penelitian : hubungan dua fenomena atau


lebih dari dua
2. Identifikasi variabel yang digunakan: Misalnya untuk
meneliti status gizi dengan mengukur berat badan yang
dibandingkan dengan usia menggunakan KMS.
3. Menentukan disain penelitian: analitik vs deskriptif;
Potong lintang vs eksperimental
4. Petunjuk jenis analisis statistik yang digunakan : satu arah
atau dua arah
Jenis Hipotesis
Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik
Seringkali terdapat dalam naskah penelitian hipotesis
penelitian ditulis hipotesis kerja. Yang harus muncul dalam
naskah penelitian adalah hipotesis penelitian atau hipotesis
kerja.  Dalam penelitian dikenal dua macam hipotesis yaitu:
9 1, 9

 Hipotesis Kerja / hipotesis penelitian


Hipotesis kerja / hipotesis penelitian adalah suatu rumusan
hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang
peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul. Ciri
hipotesis kerja adalah terdapat kata: ada, terdapat, jika, , maka,
lebih dan sebagainya.

Contoh hipotesis penelitian / hipotesis kerja:

1. Terdapat hubungan merokok dengan kejadian BBLR.


2. Angka kematian bayi lebih tinggi pada persalinan yang
ditolong oleh dukun bayi.
 Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik adalah Hipotesis yang digunakan dalam
analisis statistik, pertama kali diperkenalkan oleh Fisher.
Hipotesis statistik biasanya menggunakan rumus, contoh : H0 :
x = y. 1

Hipotesis statistik bersifat universal, sedangkan hipotesis


penelitian berifat individual, sesuai dengan penelitian yang
dikerjakan peneliti, tergantung pada dugaan si peneliti itu
sendiri. Dibawah ini adalah tabel perbedaan hipotesis
penelitian dan hipotesis statistik.
9

Tabel 1. Perbedaan Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik

Hipotesis Statistik
(H0)
  Hipotesis Penelitian  
Terdapat hubungan
antara minum
alkohol dengan Tidak terdapat
kanker payudara hubungan antara
  minum alkohol dengan
Peneliti 1 kanker payudara
Tidak ada hubungan Tidak ada hubungan
antara minum antara minum alkohol
alkohol dengan dengan kanker
Peneliti 2 kanker payudara payudara
 

Selanjutnya hipotesis yang akan dibahas adalah hipotesis


penelitian bukan hipotesis statistik.

Contoh lain hipotesis statistik pada uji perbandingan satu


proporsi: 10

H0 : tidak ada perbedaan proporsi perokok antara mahasiswa


dan populasi

Ha : ada perbedaan proporsi perokok antara mahasiswa dan


populasi
Batas kritis alfa = 0,05

Uji yang dilakukan adalah uji Z dan untuk SE karena sampel


(mahasiswa) dan populasi yang dipakai adalah populasi
(masyarakat umum).

Rumus :

Sampel : x = 35, n = 75 p (Perokok) = 35/75 = 0,47

Proporsi Perokok di populasi p = 0,25

Dari nilai pv : Keputusan uji adalah H0 ditolak

Kesimpulan : Ada perbedaan proporsi perokok antara sampel


(mahasiswa) dengan populasi (masyarakat umum).

Jenis Hipotesis Menurut Arah Hipotesis


Jenis hipotesis menurut arah hipotesis terdiri dari ada dua
macam yaitu:

1. Hipotesis satu arah : Hipotesis yang sudah memberi arah.


Ciri hipotesis satu arah terdapat kata : “ lebih tinggi, lebih
rendah.”
Contoh : “Proporsi kejadian spina bifida pada ibu hamil yang
mengkonsumsi asam folat 3 bulan pra konsepsi lebih rendah
dibandingkan dengan ibu hamil yang mengkonsumsi asam
folat hanya pada saat trimester pertama.”
1. Hipotesis dua arah : Hipotesis yang belum mempunyai
arah, ciri hipotesis ini adalah terdapat kata : “ ada
hubungan, ada korelasi, ada perbedaan” Jadi belum
mengarahkan dampak faktor tertentu terhadap kejadian
tertentu.
Contoh: “Terdapat hubungan senam hamil dengan lama
persalinan kala II.”
 

Hipotesis Positif dan Hipotesis Negatif


Ada juga jenis hipotesis positif dan hipotesis negatif. Hipotesis
yang lazim ditemukan dalam penelitian adalah hipotesis positif,
namun jarang ditemukan hipotesis negatif. Contoh :

Hipotesis Negatif:

 Tidak terdapat hubungan antara minum alkohol dengan


kanker payudara
 Tidak terdapat hubungan antara makanan cepat saji
dengan penurunan densitas massa tulang
 Tidak ada hubungan antara obat SF dengan kejadian
perdarahan kala tiga
Hipotesis Positif:

 Terdapat hubungan antara pemakaian kontrasepsi


hormonal dengan kejadian kualitas hidup akseptor
 Terdapat hubungan antara masase perineum dengan
robekan perineum tingkat III
 Semakin teratur ibu hamil melakukan senam hamil,
semakin cepat persalinan kala II.
 

4. Cara Membuat Hipotesis yang Benar


Suatu hipotesis haus memenuhi syarat sebagai berikut: 6, 9

1. Merupakan kalimat deklaratif


2. Merupakan jawaban sementara
3. Dapat dibuktikan secara empiris
4. Berkaitan dengan teori-teori yang ada
5. Konsisten dengan pertanyaan penelitian
6. Hipotesis hanya dibuat untuk penelitian analitik : Korelasi
/ hubungan antara dua atau lebih variabel
7. Hipotesis hanya dibuat untuk pertanyaan utama
8. Menyebutkan variabel secara spesifik
9. Hipotesis boleh mengandung beberapa variabel
bebas/independen, tetapi hanya mengandung satu variabel
terikat/dependen
10. Hipotesis dapat dibuat dalam bentuk Hipotesis
positif dan hipotesis negatif
11. Hipotesis dapat terdir dari dua arah dan satu arah
 

Daftar Pustaka :
1. Notoatmodjo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta
Rineka Cipta; 2010.
2. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara;
2012.
3. Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan;
Dilengkapi COntoh kuesioner dan Laporan Penelitian.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
4. Hamdiyati Y. Cara Membuat Kajian Pustaka. . Pelatihan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-Guru MGMP
Kota Bandung [Internet]. 2008. Available
from: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND.
_BIOLOGI/196611031991012-
YANTI_HAMDIYATI/Kajian_Pustaka_Pelatihan_KTI-
PTK.pdf.
5. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
6. Kusumayati A. Materi Ajar Metodologi Penelitian.
Kerangka Teori, Kerangka Konsep dan Hipotesis. Depok:
Universitas Indonesia; 2009.
7. Green LW, Ottoson JM. A Framework for Planning and
Evaluation: PRECEDE-PROCED Evolution anf Application
of te Model. Journees de Sante Publique [Internet]. 2006.
Available
from: http://jasp.inspq.qc.ca/Data/Sites/1/SharedFiles/pr
esentations/2006/JASP2006-Ottawa-Green-Ottoson14-
1.PDF.
8. Djami MEU. Hubungan Kontrasepsi Hormonal dengan
Kualitas Hidup wanita Pernah Kawin di Wilayah Kerja
Puskesmas Tigaraksa. In: Indonesia U, editor. Manuskrip.
Depok2011.
9. Dahlan S. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian
Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto;
2009.
10. Hastono SP, Sabri L. Statistik Kesehatan. Jakarta:
Rajawali Pers; 2006.

KERANGKA KONSEP, VARIABEL


DAN HIPOTESIS
Januari 24, 2009 · Filed under Materi III Metodologi Penelitian

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal


khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung
diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau
yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang
yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang
bervariasi.

Contoh: Sehat adalah konsep; istilah ini mengungkap sejumlah observasi


tentang hal-hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka keragaman kondisi
kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah seseorang itu “sehat” atau “tidak
sehat” maka pengetahuan konsep “sehat” tersebut harus melalui konstruk atau
variabel-variabel misalnya: tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya.
Tekanan darah, denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini variabel-variabel yang
digunakan untuk mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu “sehat” atau
“tidak sehat”.

Sosial-ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur sosial ekonomi


keluarga misalnya, harus melalui variabel-variabel: tinggi pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan keluarga itu.

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara


konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang
akan dilakukan.

Contoh sederhara:

Dari contoh kerangka konsep penelitian tersebut di atas dapat dilihat bahwa di sana ada
4 konsep yaitu konsep tentang faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor
pendorong terhadap terjadinya perilaku, dan konsep faktor perilaku pemberian ASIitu
sendiri. Tiap konsep, masing-masing mempunyai variabel-variabel sebagai indikasi
pengukuran masing-masing konsep tersebut. Misalnya untuk mengukur faktor
predisposisi maka dapat melalui variabel pengetahuan, pendidikan, sikap, dan persepsi.

Konsep perilaku pemberian ASI sebagai variabel dependen (vanabel


tergantung) di sini dapat diukur melalui variabel “praktek menyusui”. Artinya
perilaku pemberian ASI oleh ibu-ibu dapat diobservasi atau diukur dari praktek ibu-
ibu dalam memberikan (Air Susu Ibu) kepada anak atau bayi mereka. Apakah
mereka memberikan ASI kepada bayi-bayi mereka atau tidak, bila memberikan
bagaimana frekuensinya, caranya dan sebagainya.

A. VARIABEL

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimilikinya oleh


anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok
yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian
tentangsesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan
sebagainya.

Berdasarkan hubungan fungsional antara variabei-variabel dengan yang


lainnya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu terganiung, akibat, terpengaruh
atau variabel dependen, dan bebas, sebab, mempengaruhi atau variabel independen.
Disebut variabel tergantung atau dependen karena variabel ini dipengaruhi oleh
variabel bebas atau variabel independen. Misalnya, variabel jenis pekerjaan
(dependen) dipengaruhi oleh variabel pendidikan (independen), variabel pendapatan
(dependen) dipengaruhi oleh variasi pekerjaan (independen), dan sebagainya.

Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yakni: a)


skala nominal, b) skala ordinal, c) skala interval dan d) skala ratio.

1. Skala nominal, adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota-anggota yang
mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota
himpunan yang lain. Misalnya, jenis kelamin dibedakan antara laki-laki dan
perempuan; pekerjaan, dapat dibedakan petani, pegawai, dan pedagang; suku
bangsa, dapat dibedakan antara Jawa, Sunda, Batak, Ambon, dan sebagainya.
Pada skala nominal, kita menghitung banyaknya subjek dari setiap kategori
gejala, misalnya jumlah wanita dan pria. masing-masing sekian orang, jumlah
pegawai dan bukan pegawai sekian orang, dan sebagainva. Masing-masing
anggota himpunan tersebut tidak ada perbedaan nilai.

2. Skala ordinal, adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan,


pangkat, atau jabatan. Dalam skala ordinal tiap himpunan tidak hanya
dikategorikan kepada persamaan atau perbedaan dengan himpunan yang lain,
tetapi juga berangkat dari pertanyaan lebih besar atau lebih kecil. Misalnya,
variabel pendidikan dikategorikan SD, SLP, dan SLTA, variabel pendapatan
dikategorikan tinggi, sedang, dan rendah, variabel umur dikategorikan anak-
anak, muda, dan tua, dan sebagainya.

3. Skala interval, seperti pada skala ordinal, tetapi himpunan tersebut dapat
memberikan nilai interval atau jarak antar urutan kelas yang bersangkutan.
Kelebihan dari skala ini adalah bahwa jarak nomor yang sama menunjukkan juga
jarak yang sama dari sifat yang diukur.

Contoh: 

Interval a sampai d adalah 4 – 1 = 3 interval d dan c adalah 5 – 4 = 1. Dalam hal


ini tiap anggota dalam kelas mempunyai persamaan nilai interval. Contoh lain
adalah tentang skala pengukuran suhu dengan Fahrenheit dan Celsius, di mana
masing-masing mempunyai aturan skala yang berbeda letak dan jaraknya,
meskipun masing-masing memulainya dari nol. Contoh lain lagi adalah skala waktu
tahun Masehi dan tahun Hijriah, meskipun masmg-masing memulai dari bilangan
1.

4. Skala ratio, adalah variabel yang mempunyai perbandingan yang sama, lebih
besar atau lebih kecil. Variabel seperti panjang berat dan angka agregasi adalah
variabel rasio. Misalnya, apabila sekarang beras beratnya 1 kuintal. maka 5
karung beras beratnva 5 kuintal.

B. Hipotesis

Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Untuk
mengarahkan kepada hasil penelitian ini dalam perencanaan penelitian perlu
dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban sementara dari suatu
penelitian ini biasanya disebut hipotesis. Jadi hipotesis di dalam suatu penelitianr
berarti jawaban sementara penelitian, patokan juga, atau dalil sementara yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. melalui pembuktian dari
hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau
ditolak.

Kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian atau analisis dari dalam menguji
rumusan jawaban sementara atau hipotesis itulah akhir suatu penelitian. Hasil akhir
penelitian ini disebut juga kesimpulan penelitian, generalisasi atau dalil yang berlaku
umum, walaupun pada taraf tertentu hal tersebut mempunyai perbedaan tingkatan
sesuai dengan tingkat kemaknaan (significantcy) dari hasil analisis statistik. Hasil
pembuktian hipotesis atau hasil akhir penelitian ini juga sering disebut thesis.

Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehuhubungan dengan


masalah yang diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang lain
dan membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan antara
berbagai fakta.

Hipotesis sangat penting bagi suatu penelitian karena hipotesis ini maka
penelitian diarahkan. Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan) dalam
pengumpulan data. Secara garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai
peranan sebagai berikut:

1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.


2. Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
3. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau data.
4. Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang akan
diteliti (diamati).

Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih


sementara dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau
arah dari pelaksanaan penelitian. Memperoleh fakta untuk perumusan hipotesis
dapat dilakukan antara lain dengan:

1. Memperoleh sendiri dari sumber aslinya, yaitu dari pengalaman langsung di


lapangan, rumah sakit, Puskesmas, atau labotarium. Dalam mengemukakan fakta
ini kita tidak berusaha untuk melakukan perubahan atau penafsiran dari keaslian
fakta yang diperoleh.
2. Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya dari
sumber yang asli, tetapi masih berada di tangan orang yang mengidentifikasi
tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli.
3. Fakta yang diperoleh dari orang yang mengidentifikasi dengan jalan
menyusunnya dalam bentuk penalaran abstrak, yang sudah merupakan simbol
berpikir sebagai generalisas; dari hubungan antara berbagai fakta atau variabel.

Fakta adalah sangat penting dalam penelitian, terutama dalam perumusan


hipotesis. Sebab, hipotesis merupakan kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta
yang ditemukan. Hal ini berarti sangat berguna untuk dijadikan dasar membuat
kesimpulan penelitian. Meskipun hipotesis ini sifatnya suatu ramalan, tetapi bukan
hanya sekadar ramalan sebab, hipotesis ditarik dari dan berdasarkan suatu hasil
serta Problematik yang timbul dari penelitian pendahuluan dan hasil pemikiran yang
logis dan rasional. Hipotesis juga dapat dirumuskan dari teori ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.

C. Bentuk Rumusan Hipotesis

Pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang


diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris. Biasanya
hipotesis terdiri dan pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan antara
dua variabel, yaitu variabel bebas (independentvariable) dan variabel terikat
dependent variabel. Variabel bebas ini merupakan variabel penyebapnya atau
variabel pengaruh, sedang variabel terikat merupakan variabel akibat atau variabel
terpengaruh.

Contoh sederhana : Merokok adalah penyebab penyakit kanker paru-paru paru. Di


dalam contoh ini merokok adalah variabel yaitu variabel independen (penyebabnya),
sedangkan kanker paru-paru merupaksn variabel dependen atau akibatnya.

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa hipotesis adalah suatu simpulan


sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian sebab itu hipotesis harus
mempunyai landasan teoretis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak
mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-
ciri suatu hipotesis antara lain sebagai berikut:

1. Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam


bentuk kalimat tanya.
2. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa
hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang
atau akan diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-
bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit mencapai
hasil yang objektif
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu
dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah teknik yang akan
digunakan dalam menguji rumusan hipotesis yang dibuat. Apabila suatu teknik
tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk rumusan hipotesis yang
dibuat dapat digunakan dalam penelitian.

D. Jenis-Jenis Rumusan Hipotesis

Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga. yakni:

1. Hipotesis Kerja

Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan


tentang peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering
juga disebut hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan
pernyataan: Jika…..maka…….. Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat
atau terjadi pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu yang dapat
ditimbulkannya.

Contoh sederhana:

a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di daerah
tersebut tinggi.

b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka kematian
bayi di daerah tersebul tinggi.

c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan


masyarakat di negara tersebut rendah pula.

d. dan lain-lain.

Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas,


tetapi hal tersebut bukan saru-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam
rumusan hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis
harus dapat memberi penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti,
sebagai bentuk kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan
lain seperti di atas masih dapat dibenarkan secara ilmiah.

2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik

Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau


tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih
mengenai suatu hal yang dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan
antara dua variabel, disebut hipotesis alternatif.

Contoh sederhana : hipotesis nol

a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung antara
penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
b. Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat ASI
pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada
waktu bayi.

c. Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok penduduk
yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk yang
menggunakan air minum dari sumur.

d. dan sebagainya.

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang


bersangkutan adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan
ASI sama dengan status gizi anak balita yang tidak mendapatkan ASI. Bila hal
tersebut dirumuskan dengan “selisih” maka akan menunjukkan hasil dengan nol,
maka disebut hipotesis nol. Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya
sama, atau tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode
statistika akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat
disimpulkan sebagaimana hipotesisnya. Tetapi bila rumusannya ditolak, maka
hipotesis alternatifhya yang diterima. Itulah sebabnya maka sdperti rumusan
hipotesis nol dipertentangkan dengan rumusan hipotesis altematif. Hipotesis nol
biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya HO : x = y) sedangkan hipotesis
alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x = > y).

Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2,


yaitu: pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu
hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain. Kedua,
hipotesis minor, hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis yang
dijabarkan dari hipotesis mayor. Di dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat
penting, sebab dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya
adalah menguji hipotesis mayornya.

Contoh tidak sempurna :

Hipotesis mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan


tingginya penyakit menular”. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel,
yakni variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit
menular). Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain
mencakup penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC, campak, dan
sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut,
kita dapat menyusun hipotesis minor yang banyak sekali, yang masing-masing
memperkuat dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut
dengan sanitasi lingkungan, misalnya :

a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi


lingkungan

b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi


lingkungan.

c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi lingkungan.

d. dan sebagainya.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti
bermakna korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor
tersebut, maka berarti hipotesis mayornya juga diterima. Jadi ada korelasi yang
positif antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.

3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan

Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan 2


variabel alau lebih. Hipotesis hubungan berisi tentang dugaan adanya hubungan
antara dua variabel. Misalnya, ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
praktek pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas lagi menjadi : Makin tinggi
pendidikan ibu, makin sering (teratur) memeriksakan kehamilannya. Sedangkan
hipotesis perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di
antara dua variabel; misalnya. praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X
berbeda dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Hipotesis ini lebih
dielaborasi menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan X lebih tinggi
bila dibandingkan dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y.

Karakteristik Hipotesis
Saturday, September 8, 20120 komentar

Karakteristik Hipotesis. Sesudah hipotesis untuk sementara dirumuskan maka,


sebelum pengujian yang sebenarnya dilakukan, potensi hipotessi itu sebagai alat
penelitian harus dinilai terlebih dahulu. Hipotesis harus memenuhi kriteria penerimaan
tertentu. Harga terakhir suatu hipotesis tidak dapat dinilai sebelum dilakukan pengujian
empiris, namun ada beberapa kriteria tertentu yang dapat memberikan ciri hipotesis
yang baik. Peneliti hendaknya menggunakan kriteria-keriteria tersebut untuk menilai
kelayakan hipotesis yang diajukan.

1.    Hipotesis harus mempunyai daya penjelas


Suatau hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang
seharusnya diterangkan. Ini adalah ktriteria yang sudah jelas dan penting. Sebagi
contoh, misalkan anda mencoba menstater mesin mobil anda, ternyata mesin tidak mau
hidup. Hipotesis yang menyatakan bahwa mesin tidak mau hidup karena anda
membiarkan air dikamar madi mengalir keselokan, bukan merupakan penjelasan tepat.
Hipotesis yang mengatakan bahwa akinya mati adalah penjelasan yang tepat dan perlu
diuji.

2.    Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel


Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel.
Dalam contoh kita diatas, tidak ada gunanya kita menyatakan bahwa “mesin mobil
tersebut tidak akan hidup dan mesin mobil itu mempiunyai jaring-jaring kabel”. Karena
sama sekali tidak ada hubungan antara variabel-variabel yang disebutkan itu. Sehingga
tidak ada hubungan yang akan diajukan untuk diuji.
Hipotesis yang baik akan berbunyi “mesin mobil tidak mau hidup karena ada ketidak
bersan pada jaringan kabelnya”. Kelihatannya kriteria ini sangat jelas tetapi lihat
pernyataan berikut ini apabila anak-anak berbeda satu sama lain dalm konsep diri,
mereka akan berbeda satu sama lain pula dalam hasil belajar ilmu pengetahuan sosial.
Pernyataan ini tampaknya seperti suatu hipotesis, sampai anda sadar bahwa tidak ada
pernyataan apapun tentang hubungan yang diharapkan.
Hubungan yang diharapkan dapat dituliskan dalam bentuk pernyataan konsep diri yang
tinggi mungkin merupakan penyebab hasil belajar yang lebih tinggi dalam bidang ilmu
pengetahuan sosial. Hipotesis itu kemudian dirumuskan akan terdapat hubungan positif
atara konsep diri dan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Jika yang diramalkan adalah
yang sebaliknya yakni konsep diri yang lebih tinggi menjurus pada hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial yang lebih rendah, maka hipotesis itu akan berbunyi akan terdapat
hubungan negatif antara konsep diri dan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial. Kedua
pernyataan itu masing-masing akan memenuhi kriteria yang kedua ini.

3.    Hipotesis harus dapat diuji


Dikatakan bahwa sifat terpenting dari hiotesis yang baik adalah kemampuannya untuk
diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji berarti daat ditahkikan (verifiable)  artinya,
deduksi, kesimpulan, dan prakiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian
rupa, sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak
mendukung hipotesis tersebut. Kalau hipotesis ini benar, maka beberapa akibat tertentu
yang dpaat diramalkan harus tampak nyata. Hipotesis yang dapat diuji memungkinkan
peneliti menetapkan, berdasarkan pengamatan, apakah akibat yang tersirat secara
deduktif itu benar-benar terjadi atau tidak. Kalau tidak demikian tidak mungkin kita
akan dapat mengukuhkan atau tidak mengkuhakan hipotesis tersebut. Dalam contoh
kita, hipotesis yang berbunyi “kerusakan mesin mobil itu adalah hukuman dosa-dosa
saya“ rupanya tidak dapat diuji didunia ini.
Banyak hipotesis tau proposisi (pernyataan) yang pada dasarnya tidak dapat diuj.
Misalnya hipotesis pendidikan taman kanak-kanak meningkatkan penyesuaian diri anak
sekolah dasar secara menyeluruh“ akan sangat sulit diuji karaena sangat sulit
merumuskan dan mengukur penyesuaian diri secara menyeluruh ini. Contoh yang lain
hipotesis yang berbunyi “penggunaan karya Ditto dalam mata pelajaran seni, mematikan
kreatifitas seni anak“, dalam hal ini kesulitan itu dapat berupa perumusan dan
pengukuran kreativitas seni, disamping petnetapan kriteria untuk mentukan apakah
telah terjadi proses pematian kreativitas atau tidak.
Agar dapat diuji hipotesis harus menghubungkan variabel-variabel yang dapat diukur.
Apabila tidak terdapat alat atau cara untuk mengukur variabel-variabel itu, maka kita
tidak mungkin dapat mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji validitas
hipotesis tersebut. Ini tidak melebih-lebihkan, jika peneliti dapat merumuskan secara
spesifik indikator tiap-tiap variabel dan kemudian mengukur variabel-variabel ini, maka
hipotesis itu tidak dapat diuji.
Indikator variabel tersebut disebut batasan operasional. Seperti telah diterangkan
sebelumnya batasan operasional adalah batasan yang menetapkan suatu variabel
dengan menyatakan opresi atau prosedur yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut. Sebagai contoh hipotesis yang berbunyi “ada hubungan positif antara rasa
harga diri anak dan hasuil belajar membacanya di kelas satu”. Agar hipotesis ini
memenuhi kriteria dapat diterima, maka variabel-variabel dalam hipotesis ini harus
didefenisikan secara operasional. Rasa harga diri mungkin dirumuskan sebgai skor yang
diperoleh pada skal harga diri (menurut Coppersmith), sedangkan hasil belajar membaca
dirumuskan sebagai skor yang diperoleh pada tes membaca dari california atau penilaian
hasil belajar membaca yang dilakukan oleh guru-guru kelas satu.
Pertimbangan pertama dalam perumusan hipotesis adalah memastikan vabhwa variabel-
variabel dalam hipotesis tersebut telah diberi batasan secara operasional. Hindarilah
pemakaian pengertian yang akan sulit atau tidak mungkin diukur secara memadai.
Pengertian-pengertian seperti kreativitas, otoriterisme, demokrasi, dan sebagainya telah
mempunyai arti yang macam-macam, sehingga kesepakatan mengnai batasan-
batasanoperasioanl konsep semacam itu akan sulit dicapai, atau bahkan tidak mungkin
salma sekali. Ingatlah bahwa variabel harus dirumuskan berdasarkan tingkah laku yang
dapat diidentifikasi dan diamati.
Perlu dihindari adanya pernyataan nilaidalam hipotesis. Pernyataan seperti suatu
program penyuluhan di sekolah dasar sangat diperlukan tidak dapat diselidiki dalam
studi penelitian. Akan tetapi hipotesis murid-murid SD yang telah menerima penyuluhan
akan mengungkapkan secara lisan rasa puas yang lebih besar terhadap sekolah mereka
dari pada mereka yang tidak menerima penyuluhan, ini merupakan hipotesis yang dapat
diuji. Kita dapat mengukur kepuasan secara lisan, tetapi apakah hal tersebut diperlukan
atau tidak, hal tersebut merupakan pertimbangan nilai.

4.    Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada


Hipotesis yang dikemukakan hendaknya tidak bertentangan dengan hipotesis, teori, dan
hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan. Hipotesis “mobil saya tidak mau hidup
karena air akinya berubah menjadi emas“, pernytaan ini memenuhi tiga kriteria yang
pertama, tetapi bertentangan dengan apa yang diketahui orang tentang sifat-sifat
benda, sehingga orang tidak akan menyelidiki hipotesis tersebut. Hipotesis “mobil itu
tidak mau hidup karena air akinya telah meluap sampai ketingkat rendah” sesuai atau
konsisten dengan pengetahuan sebelumnya, dan karena itu perlu diselidiki. Mungkin
tidak akan ada gunanya membuat hipotesis tentang tiadak adanya hubungan antara
konsep diri anak-anak remaja dan kecepatan pertumbuhan badan mereka, karena bukti-
bukti yang mendukung hubungan semacam itu sudah terlalu banyak.
Didalam sejarah ilmu pengetahuan diketahui bahwa orang-orang seperti Einstein,
Newton, Darwin, Copernicus, dan lain-lainnya telah mengmabngkan hipotesis yang
benar-benar revolusioner dan bertentangan dengan pengetahuan yang telah diterima
orag pada masa itu. Tetapi, harus diingat bahwa karya para pelopor itu bukan
merupakan penolakan sama sekali terhadap pengethuan sebelumnya, karena penemuan
mereka merupakan penataan kembali pengetahuan terdahulu menjadi teori yang lebih
memuaskan. Dalam banyak hal, terutama bagi peneliti pemula, dianjurkan agar
hipotesis yang akan dibuat disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah mapan
dibidang itu. Sekali lagi, hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kepustakaan yang
mendalam, sehingga hipotesis-hipotesis itu akan dapat dirumuskan berdasarkan
penelitian-penelitian dibidang tersebut yang telah dilaporkan sebelumnya.

5.    Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin


Menyatakan hipotesis secara sederhana bukan saja memudahkan pengujian hipotesis
tersebut, melainkan juga dapat menjadi dasar bagi enyusunan laporan yang jelas dan
mudah dimengerti pada akhir penyelidikan. Seringkali kita perlu memecah hipotesis
yang sangat umum menjadi beberapa hipotesis khusus, agar menjadi jelas dan dapat
diuji. Juga disarankan agar bahasa atau istilah yang dipakai dalam hipotesis tersebut
sederhana, sehingga dapat diterima untuk menyampaikan maksud yang dikehendaki.
Banyak rumusan hipotesis yang ditolak sesudah diuji secara empiris. Hipotesis tersebut
adalah ramalan yang tidak didukung oleh data. Dalam sejarah enelitian ilmiah, hipotesis
yang tidak berhasil didukung oleh data jauh lebih banyak dari pada hipotesis yang
didukung oleh data. Para peneliti yang telah berpengalaman sadar bahwa hipotesis yang
ditolak itu merupakan bagian dari pengalaman ilmiah yang telah diperkirakan dan juga
berguna. Hipotesis yang ditolak itu dapat menyebabkan ditinjaunya kembali teori itu dan
sering dapat meberikan  keterangan yang lebih dekat danlebih besar mengenai keadaan
yang sebenarnya.
Hipotesis yang tidak didukung oleh data apapun mungkin ada gunanya, karena hipotesis
tersebut menunjukkan perlunya dipertimbangkan aspek-aspek lain dari suatu masalah.
Dengan demikian dapat membawa peneliti selangkah lebih dekat kepada penjelasan
yang dapat diterima. Dalam merumuskan hipotesis yang pertama harus diperhatikan
adalah menghindari kekaburan atau ketidakjelasan.
Meskipun suatu hipotesis telah mendapat dukungan data, tidak berarti bahwa hipotesis
tersebut terbukti benar, kecuali dalam hal induksi sempurna. Hipotesis tidak pernah
terbukti. Hipotesis hanya dapat dinyatakan didukung atau tidak didukung oleh data.
Hipotesis pada dasarnya bersifat mungkin, bukti-bukti empiris yang diperoleh dapat
membuat peneliti berkesimpulan bahwa penjelasan tersebut mungkin benar, atau bahwa
ia pantas menerima hipotesis tersebut, tetapi tidak pernah membuktikan hipotasis.

Rferensi,
blogbahruldot]wordpress[dot]com/perumusan Hipotesis/
fuddin[dot]wordpressdot]com/Hipotesis Penelitian Pendidikan/
lubisgrafura[wordpress[dot]com/Hipotesis Penelitian Pendidikan/
pendidikansains[dot]blogspot[dot]com/ Hipotesis Penelitian Pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai