Anda di halaman 1dari 127

PENGARUH PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL,

INTELEKTUAL) TERHADAP KREATIVITAS PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TOMBOLO PAO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Nurul Fitrih

10536 11029 17

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
DESEMBER 2021
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Bermanfaat atau tidak engkau harus tetap hidup meski selalu dibanding-

bandingkan dengan yang lain.

Hidup itu adil bagi setiap manusia, hanya saja kita yang tidak bersyukur padahal

Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan.

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

Kedua orang tuaku yang selalu mendukung dalam segala hal

Suami yang sudah membantu dan mendukung finansial

Anak yang menjadi salah satu sumber penyemangat

Saudara yang selalu membandingkan saya dengan yang lain

Teman-teman yang selalu bertanya kapan sarjana

Terimakasih atas keikhlasan, do’a dan ocehan dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

vii
ABSTRAK

Nurul Fitrih. 2021. Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual,


Intelektual) terhadap Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Dr. Ilham Minggi, M.Si., dan Pembimbing II Randy Saputra
Mahmud, S.Si., M.Pd.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah apakah pendekatan SAVI
(Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berpengaruh terhadap kreativitas
pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendekatan SAVI
(Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) terhadap kreativitas pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao. Jenis penelitian ini
adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian pra
eksperimen dan menggunakan rancangan one group Pretset-Posttest design.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Tombolo Pao dengan sampel penelitian satu kelas siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Tombolo Pao yang dipilih dengan metode simple cluster random. Instrumen dalam
penelitian ini adalah tes kemampuan awal, tes kreativitas pemecahan masalah, RPP,
LKPD, dan Lembar keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan SAVI.
Teknik pengumpulan data adalah teknik tes dan teknik non tes. Indikator dalam
menentukan tingkat kreativitas siswa, adalah: (1) kefasihan merujuk pada siswa
mampu mencetuskan banyak ide penyelesaian, (2) keluwesan merujuk pada siswa
mampu menyelesaikan jawaban yang beragam dan bervariasi, (3) kebaruan
merujuk pada siswa mampu menghasilkan jawaban yang baru atau tak terduga pada
tingkat pengetahuannya.
Adapun hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pree test 22,67 dan nilai
rata-rata post test 44,67. Hasil uji hipotesis diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡 sebesar 8,352
𝛼
sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏 pada taraf siginifikansi 2 yaitu sebesar 2,093. Maka dapat dikatakan
bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 yang artinya ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎 diterima, artinya terdapat
peningkatan kefasihan, keluwesan, dan kebaruan jawaban dalam pemecahan
masalah matematika Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan
pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) terhadap kreativitas
pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao.

Kata kunci: tingkat kreativitas, kefasihan, keluwesan, kebaruan.

viii
KATA PENGANTAR

َّ ‫الر ْح َمن‬
‫الر ِح ْي ِم‬ ِ ‫ِب ْس ـ ـ ـ ـ ـ ـ ِـم‬
َّ ‫هللا‬
ِ

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-

Nya kepada kita semua sehingga kita bisa beraktivitas dalam keadaan sehat wal

‘afiat. Selanjutnya salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, Nabi yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alama yang

terang benderang.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tapi

kesempurnaan itu terkadang jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga tulisan

ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan tetapi kapasitas penulis dalam

keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan

ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan dalam Bidang Studi Matematika, Universitas Muhammadiyah

Makassar. Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak. Sehingga segala rasa

hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Mustakim dan

Mariani, dimana selalu mendoakan dan memberikan restunya dalam setiap langkah

penulis dalam menggapai cita-cita serta rasa kasih sayangnya dalam mendidik

maupun dalam berjuang untuk membiayai penulis selama menempuh pendidikan.

Selain itu, penghormatan dan ucapan terima kasih kepada Dr. Ilham Minggi, M.Si.,

dan Randy Saputra Mahmud, S.Si., M.Pd., selaku pembimbing I dan pembimbing

ix
II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi sejak awal

penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terimkasih kepada Prof. Dr. H. Ambo

Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd.,

Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar, dan Mukhlis S.Pd., M.Pd., ketua Program Studi Pendidikan Matematika

serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali

penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada

Kepala Sekolah, guru, staf SMP Negeri 1 Tombolo Pao, dan Ibu Nurul Hikmah, J,

S.Pd., selaku guru mata pelajaran Matematika di sekolah tersebut yang telah

memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan Nurmia Syam dan Fitriani

yang telah banyak menemani dalam perjalanan ini, serta seluruh rekan mahasiswa

jurusan Pendidikan Matematika angkataan 2017 (Matriks 17), khususnya kepada

teman-teman 2017 A atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya

selama menempuh pendidikan yang pastinya akan selalu dikenang oleh penulis.

Akhir kata, semoga skripsi ini bisa membawa manfaat bagi para pembaca,

dan terkhusus untuk diri penulis sendiri.

Gowa, Desember 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ v

SURAT PERJANJIAN .................................................................................... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

E. Batasan Istilah ...................................................................................... 9

xi
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ............... 11

A. Kajian Teori ......................................................................................... 11

B. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................... 43

C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 50

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 53

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................54

A. Jenis Penelitian..................................................................................... 54

B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 54

C. Populasi Dan Sampel Penelitian .......................................................... 54

D. Desain Penelitian ................................................................................. 55

E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 56

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 56

G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 63

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 63

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 63

2. Hasil Analisis Statistik Inferensial ................................................. 68

B. Pembahasan .......................................................................................... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 73

A. Simpulan .............................................................................................. 73

B. Saran .................................................................................................... 74

xii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

2.1 Indikator Komponen Kreativitas dalam Pemecahan Masalah ................... 16

2.2 Komponen Pembelajaran SAVI ................................................................ 26

3.1 One Group Pretest-Posttest Design ........................................................... 55

3.2 Kategori Tingkat Kreativitas...................................................................... 57

3.3 Kagetori Tingkat Kreativitas Siswa ........................................................... 58

4.1 Nilai Statistik Kreativitas Pemecahan Masalah ......................................... 64

4.2 Kategori Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Soal Pree Test ................................................................................. 65

4.3 Kategori Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Soal Post Test .................................................................................. 65

4.4 Statistik Deskriptif Indikator Kreativitas Pemecahan Masalah

Matematika Soal Pree Test ....................................................................... 66

4.5 Statistik Deskriptif Indikator Kreativitas Pemecahan Masalah

Matematika Soal Post Test ........................................................................ 67

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan berkaitan erat dengan belajar dan pembelajaran. Belajar

merupakan suatu kegiatan perubahan pola perilaku individu untuk berusaha

atau berlatih agar dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta perilaku

dengan cara mengolah bahan belajar. Artinya siswa yang mengalami proses

belajar akan menimbulkan suatu perubahan perilaku dimana siswa yang

semulanya belum tahu menjadi tahu. Dalam dunia pendidikan, matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan penting.

Kenyataan bahwa pentingnya matematika terlihat dari mata pelajaran

matematika yang selalu dihadirkan dari tingkat pendidikan dasar hingga tingkat

pendidikan atas. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA/SMK bahkan perguruan tinggi

pun masih menghadirkan matematika sebagai mata pelajaran wajib diikuti.

Materi atau bahan ajar matematika disesuaikan dengan tahap perkembangan

dan pertumbuhan siswa.

Dalam dunia kehidupan sehari-hari, matematika tidak lepas dari hidup dan

kehidupan. Namun kenyataannya, matematika menjadi mata pelajaran yang

ditakuti oleh para siswa dan paling tidak disukai oleh sebagian besar siswa.

Matematika itu menakutkan, memusingkan, dan atau bahkan menyebalkan.

Belajar matematika sering terjadi hari ini ingat dan besok saat dicoba lagi akan

lupa dengan pembahasannya. Memahami matematika tidak mudah dimata para

siswa bahkan susah untuk dipahami dan tidak selamanya akan selalu paham.

1
2

Itulah mengapa guru harus mengubah paradigma siswa agar tidak membenci

matematika.

Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 1 Tombolo Pao, salah satu

permasalahan dalam pembelajaran matematika yang dihadapi adalah kurang

aktifnya siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dan kreativitas siswa

dalam mengerjakan soal-soal matematika juga rendah. Rendahnya kreativitas

siswa tercermin dari respon atau jawaban siswa yang umumnya masih

mentransfer dari apa yang diajarkan oleh guru. Dalam proses pembelajaran

peneliti menemukan fakta bahwa tingkat kreativitas siswa masih dalam kategori

kurang, sehingga merasa bahwa perlu adanya inovasi untuk mengembangkan

kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam

penyelesaian masalah matematika.

Pada situasi pendidikan formal, khusunya pada mata pelajaran matematika

semakin memprihatinkan karena penekanan pembelajaran matematika saat ini

lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal

yang diberikan. Proses-proses pemikiran yang tinggi termasuk kreativitas

dalam memecahkan masalah matematika jarang dilatih.

Kreativitas merupakan potensi yang dimilki oleh setiap siswa walaupun

dengan kadar yang berbeda-beda. Kreativitas adalah kemampuan

menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru atau kemampuan membuat

kombinasi-kombinasi baru. Kreativitas sebagai suatu aktivitas kognitif yang

menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan

yang tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut

kegunaannya). Jadi, kreativitas dapat diartikan sebagai aktivitas yang


3

menekankan pada pembuatan sesuatu atau komposisi yang baru dan berbeda,

tanpa membatasi tindakan-tindakan pragmatis dalam prosesnya. Sesuatu atau

produk yang baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas bukan hanya dari yang

tidak ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada.

Kreativitas memegang peranan penting dalam matematika karena

merupakan tingkat pertama dalam pengembangan teori matematika. Kreativitas

juga merupakan suatu bagian dalam merumuskan bentuk akhir matematika

dalam membentuk dan menyusun logika deduktif dengan aksioma yang

didefinisikan secara jelas dan pembuktian yang disusun secara formal. Selain

itu, pentingnya kreativitas tentunya mengasah kemampuan berpikir siswa

karena kreativitas tidak selalu dimiliki oleh seseorang yang memiliki

kemampuan akademik dan kecerdasan yang tinggi.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kreativitas dan hasil

belajar siswa baik itu faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor internal

yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah kemampuan komunikasi

matematis siswa dalam memperlajari mata pelajaran yang diberikan, sedangkan

faktor eksternal salah satunya adalah cara guru mengajar, atau model

pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas. Upaya mengantisipasi

masalah tersebut, maka perlu dicarikan model yang tepat dalam pembelajaran

matematika. Suatu model pembelajaran mempunyai peranan penting karena

menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang diinginkan. Para guru

berusaha memilih strategi pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada

siswanya. Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan pada

pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai,


4

selain itu juga harus disesuaikan dengan materi, karakteristik peserta didik, serta

kondisi dimana proses pembelajaran berlangsung.

Kemampuan berpikir kreatif diperlukan ketika menganalisis atau

mengidentifikasi masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif,

mengeksplorasi ide-ide atau metode penyelesaian masalah, dan

mengidentifikasi berbagai kemungkinan solusi dari masalah tersebut. Berpikir

kreatif tak lepas dengan istilah kreativitas. Berpikir kreatif dan kreativitas

merupakan dua hal berbeda namun saling berkaitan.

Kemampuan berpikir kreatif sebagai proses untuk menghasilkan kreativitas

perlu dibekalkan kepada siswa agar siswa tersebut dapat mengelola dan

memanfaatkan berbagai informasi di lingkungan sekitarnya. Selain itu,

kemampuan berpikir kreatif juga diperlukan siswa untuk dapat mengemukakan

berbagai ide atau menciptakan berbagai hal baru yang berguna bagi dirinya dan

lingkungan sekitarnya.

Salah satu cara yang dilakukan guru sebagai upaya untuk mengembangkan

kreativitas siswa adalah dengan memberikan kebebasan untuk menyelesaikan

persoalan matematika sesuai dengan ide-ide penyelesaian yang dimilikinya dan

tidak ditekankan pada suatu bentuk penyelesaian tertentu sehingga

menghasilkan penyelesaian lain. Guru juga perlu memerhatikan perbedaan

yang dimiliki setiap siswanya, baik yang menyangkut minat, sikap, daya

kreativitas, motivasi belajar, kemampuan menerima informasi belajar dan gaya

belajar. Perbedaan-perbedaan tersebut akan berakibat pada perbedaan tingkat

dan potensi kreativitas dalam pemecahan masalah.


5

Kemampuan kreatif siswa di sekolah menurut Krutetskii dipengaruhi oleh

kreativitas matematikanya. Seperti diungkapkan dalam kutipan berikut : …

creative school sbilities related to an independent creative mastery of

mathematics under the condition of school instruction, to the independent

formulation of uncomplicated mathematical problems, to finding ways and

means of solving these problems, to invention of proofs of theorems, to

independent deduction of formulas and finding original methods of solving

nonstandard problems. All of this undoubtedly is also a manifestation of

mathematical creativity.

Artinya kemampuan-kemampuan kreatif sekolah berhubungan pada suatu

penguasaan kreatif mandiri (independent) matematika di bawah pelajaran

matematika, formulasi mandiri masalah-masalah matematika yng tidak rumit

(uncomplicated), penemuan cara-cara sarana dari penyelesaian masalah,

penemuan bukti-bukti teorema, pendeduksian mandiri rumus-rumus dan

penemuan metode-metode asli penyelesaian masalah non standar. Semua itu

adalah suatu manifestasi dari kreativitas matematis.

Pendapat Krutetskii di atas juga mengisyaratkan bahwa kreativitas dalam

pembelajaran matematika lebih ditekankan pada kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika. Pemecahan masalah berarti proses mencari

solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Suatu situasi atau

pertanyaan menjadi masalah jika seseorang bermaksud mencari jawaban dari

pertanyaan itu, namun tidak mempunyai cara atau algoritma yang segera dapat

digunakan untuk menyelesaikan pertanyaan tersebut.


6

Menyadari akan pentingnya kreativitas pemecahan masalah matematika

siswa, dirasakan perlu mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan-pendekatan yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa

untuk melatihkan kemampuan-kemampuan tersebut. Metode dan teknik-teknik

kreatif membantu siswa untuk berpikir dan mengungkapkan diri secara kreatif,

yaitu mampu memberikan ide-ide dan macam-macam jawaban dari suatu

masalah dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa.

Salah satu pendekatan pembelajaran dalam matematika yang dianggap

sesuai untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah Pendekatan Somatis,

Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI).

Pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang

menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang

dimiliki siswa. Ada 4 unsur dalam pembelajaran SAVI yaitu Somatis (belajar

dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar dengan bergerak dan

berbicara). Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan) dan

Intelektual (belajar memecahkan masalah).

Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran, dimana

siswa dilibatkan tidak hanya sekedar mendapatkan penjelasan dari guru dan

menyelesaikan soal, tetapi pada proses belajar siswa bergerak bebas aktif,

mendengarkan apa yang dijelaskan guru, dan mengekspresikannya. Siswa yang

belajar dengan aktif biasanya ditandai dengan gerakan fisik, sedangkan gerakan

fisik dapat meningkatkan proses mental. Selain itu, aspek intelektual yang

merupakan salah satu unsur SAVI dapat mengajak siswa untuk terlibat dalam
7

aktivitas seperti memecahkan masalah dan melahirkan gagasan kreatif.

Sehingga pendekatan SAVI dapat melatih kreativitas siswa, meningkatkan

motivasi belajar siswa, dan berusaha belajar secara aktif yang pada akhirnya

dapat mencapai hasil yang maksimal.

Penerapan pendekatan SAVI pada pembelajaran matematika dianggap

penting untuk diterapkan karena dengan pendekatan SAVI dapat

mengoptimalkan melibatkan seluruh panca indra sehingga pembelajaran siswa

menjadi lebih aktif. Pengaruh Pendekatan SAVI terhadap kreativitas

pemecahan masalah matematika adalah adanya peningkatan kefasihan

(fluency), keluwesan (flexibility), dan kebaruan (novelty) dalam penyelesaian

masalah. Oleh karena itu, pendekatan SAVI dapat digunakan untuk mengukur

kreativitas pemecahan masalah matematika siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

kreativitas pemecahan masalah matematika siswa melalui penerapan

pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dengan judul

”Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) terhadap

Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1

Tombolo Pao.”
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah apakah penerapan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan

Intelektual) berpengaruh terhadap kreativitas Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan pendekatan SAVI

(Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) terhadap kreativitas Pemecahan

Masalah Matematika Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Dengan penelitian ini diharapkan siswa dapat menambah wawasan

pengetahuan mengenai kreativitas dalam pemecahan masalah matematika

melalui penerapan pendekatan SAVI.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru bahwa

dengan pendekatan SAVI guru dapat mengoptimalkan sebaik-baiknya

penggunaan pembelajaran SAVI terhadap kreativitas pemecahan masalah

matematika siswa.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi

sekolah. Bahwa dengan penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan

kreativitas pemecahan masalah matematika siswa.


9

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian sebagai bahan pembanding dan referensi penelitian

selanjutnya yang relevan.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang

digunakan dalam menelitian ini, diberikan batasan istilah sebagai berikut :

1. Pengaruh pendekatan SAVI terhadap kreativitas pemecahan masalah adalah

adanya peningkatan kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dalam

penyelesaian masalah.

2. Pendekatan SAVI adalah pendekatan pembelajaran dengan

mengoptimalkan unsur-unsur belajar Somatis, Auditori, Visual, dan

Intelektual yaitu :

a. Mengoptimalkan indra peraba dalam belajar (misalnya menggambar

diagram dan lain-lain).

b. Mengoptimalkan melibatkan kemampuan pendengaran dalam belajar

(misalnya guru berbicara sambil menulis di papan tulis, memperjelas

suara dalam tayangan jika menggunakan video pembelajaran).

c. Mengoptimalkan melibatkan kemampuan penglihatan dalam belajar

(misalnya guru menayangkan gambar atau video dalam pembelajaran).

d. Mengoptimalkan melibatkan siswa dalam proses pemahaman dan

pemecahan masalah (misalnya guru meminta siswa menunjukkan

contoh atau bukan contoh suatu konsep, guru meminta siswa

menyelesaikan masalah-masalah matematika)


10

3. Kreativitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir

dalam menyelesaikan masalah yang memenuhi unsur-unsur kefasihan,

keluwesan, dan kebaruan jawaban.

4. Pemecahan masalah yang dimaksud adalah kemampuan dasar yang harus

dimiliki siswa dalam belajar matematika untuk mencari penyelesaian

masalah matematika yang dihadapi dengan menggunakan pengetahuan

yang telah dimiliki sebelumnya untuk mencapai suatu tujuan yang

diinginkan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Pendukung

1. Kreativitas dalam Pemecahan Masalah Matematika

Kreativitas merupakan suatu hasil akhir kemampuan berpikir untuk

menghasilkan suatu cara atau sesuatu yang baru dalam memandang masalah

(Patmalasari, 2017). Definisi kreativitas juga dimaknai adalah sebagai

kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa

gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri berpikir kreatif

maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan

hal-hal yang sudah ada dalam belajar matematika (Wulandari dkk, 2019).

Barron (2006) mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru. Chaplin (1989) mengatakan bahwa

kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru menggunakan

metode-metode baru.

Kreativitas siswa dapat diperoleh dalam proses pembelajaran melalui

berbagai interaksi dan pengalaman belajar serta beralas dari potensi bawaan

individu dan pengaruh lingkungan kepadanya.

Rahayu (2013:30) mengatakan bahwa kreativitas siswa merupakan

potensi yang mutlak dimiliki oleh setiap siswa untuk mencapai prestasi yang

optimal dalam menempuh studi. Kreativitas belajar siswa adalah

kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa

kemampuan mengembangkan informasi yang diperoleh dari guru dalam

11
12

proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat

kombinasi yang baru dalam belajarnya.

Seseorang yang memiliki kreativitas selalu berpikir luas dengan

mengembangkan gagasannya. Potensi kreativitas yang dimiliki seseorang

dapat membantu menciptakan hasil karya, baik dalam bentuk ide atau

gagasan yang bermakna dan berkualitas.

Menurut Hamzah dan Nurdin (2011:154), kreativitas sering

digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis, mempunyai banyak ide,

mampu menggabungkan sesuatu gagasan yang belum pernah tergabung

sebelumnya dan kemampuan untuk menemukan ide untuk memecahkan

permasalahan.

Menurut Retrani (2015) apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal baru

sama sekali tetapi merupakan gabungan dari hasil-hasil yang ada

sebelumnya namun betapapun suatu karya atau produk dikategorikan baru,

tetapi bila ia tidak bermanfaat atau bahkan merugikan, maka hasil karya atau

produk itu tidak bermakna dan oleh karenanya tidak dapat dikategorikan

kreatif.

Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir dengan

mengombinasikan suatu informasi yang telah ada kemudian memadukan

informasi tersebut menjadi suatu informasi baru dan mencetuskan solusi-

solusi baru.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat

bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.


13

Karena itu, pemikiran kreatif perlu dilatih agar anak mampu berpikir lancar

(fluency), luwes (flekxibility), dan mampu melihat masalah dari berbagai

sudut pandang dan mampu melahirkan berbagai ide.

Dalam penelitian ini, kreativitas pemecahan masalah merupakan

kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalah yang memenuhi unsur-

unsur kefasihan, keluwesan, dan kebaruan jawaban.

Silver (1977) menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir

kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Test

Of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga indikator utama yang dinilai dalam

kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), keluwesan

(flexibility), dan kebaruan (novelty).

1. Kefasihan (fluency)

Mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau ide

dalam jumlah banyak ide yang digunakan untuk merespon sebuah

perintah, banyaknya masalah yang diajukan, dan pemikiran atau

pertanyaan dalam jumlah yang banyak. Kelancaran atau kefasihan

merujuk pada kemudahan untuk menghasilkan ide atau menyelesaikan

masalah dengan benar.

2. Keluwesan (flexibility)

Keluwesan merujuk pada kemampuan untuk meninggalkan cara

berpikir lama dan mengadopsi ide-ide atau cara berpikir baru.

Keluwesan juga ditunjukkan oleh beragamnya ide yang dikembangkan.

Keluwesan dapat diukur dari banyaknya cara yang digunakan dalam

menyelesaikan soal. Aspek keluwesan dalam kreativitas mengarah pada


14

kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dengan beragam cara

penyelesaian yang berbeda. Penggunaan cara yang berbeda ini diawali

dengan memandang permasalahan yang diberikan dari sudut pandang

yang berbeda,

3. Kebaruan (novelty)

Kebaruan merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan ide-ide

yang tidak biasa (unpredictable) atau mengacu pada keaslian ide yang

dibuat dalam merespon perintah. Kebaruan merujuk pada strategi

penyelesaian masalah yang bersifat unik. Kebaruan tidak harus

dikaitkan dengan ide yang betul-betul baru, melainkan baru menurut

siswa. Ketika siswa menemukan solusi masalah untuk pertama kalinya,

ia telah menemukan sesuatu yang baru setidaknya bagi dirinya sendiri.

Pendapat lain mengenai komponen kreativitas dipaparkan oleh

Ningrum (2016) yang menunjukan (a) kelancaran (fluency) dengan ciri

diantaranya adalah: (1) Mencetuskan beberapa ide, banyak jawaban,

banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan lancar; (2)

Memberikan beberapa cara atau saran untuk melakukan berbagai hal; (3)

selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; (b) Keluwesan (flexibility)

dengan ciri diantaranya adalah: (1) menghasilkan gagasan, jawaban, atau

pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut

pandang yang berbeda-beda; (2) mencari banyak alternatif atau arah yang

berbeda-beda; (4) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran;

(c) Orisinalitas (originality) dengan ciri diantaranya adalah: (1) mampu

melahirkan ungkapan yang baru dan unik; (2) memikirkan cara yang tidak
15

lazim untuk mengungkapkan diri; (3) mampu membuat kombinasi-

kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur; dan (d)

Elaborasi (elaboration) dengan ciri diantaranya adalah: (1) mampu

memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk; (2)

menambah atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau

situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Silver (1997:78) menyatakan komponen tiga indikator kreativitas

yaitu (a) Fluency refers to “Students explore openended problems, with

many interpretations, solution methods, or answers”, yang berarti siswa

menyelidiki atau mencoba-coba atau menganalisa permasalahan dengan

beragam interpretasi, solusi metode atau jawaban dalam hal ini, siswa

berusaha untuk mencetuskan beberapa cara untuk menginterpretasikan

jawaban. (b) Flexibility refers to “Students solve (or express or justify) in

one way; then in other ways or Students discuss many solution methods”,

yang berarti siswa menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan

satu cara kemudian menggunakan cara lain atau siswa menyelesaikan

dengan beragam solusi metode. (c) Novelty refers to “Students examine

many solution methods or answers (expressions or justifications); then

generate another that is different”, yang artinya siswa menyelesaikan

beragam metode dan menghasilkan jawaban yang berbeda dalam hal ini

berbeda diartikan sebagai sebuah ungkapan yang baru dan unik.

Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai komponen indikator

kreativitas, maka peneliti merangkum pada Tabel berikut dan

menggunakan infromasi tersebut sebagai acuan dalam penelitian :


16

Tabel 2.1 Indikator Komponen Kreativitas dalam Pemecahan Masalah

Jenis Indikator Kriteria Indikator

1. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan


beragam jawaban.
2. Siswa mampu mengungkapkan alternatif
penyelesaian lain,
3. Kemampuan untuk memproduksi banyak
Kefasihan
gagasan.
(Fluency)
4. Lancar dalam menggunakan gagasan-gagasannya.
5. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak
dari siswa lain.
6. Dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan
dari suatu objek atau situasi.
1. Mampu menyelesaikan masalah matematika
dengan lebih dari satu alternatif jawaban yang
berbeda dengan benar.
2. Kemampuan mengajukan berbagai pendekatan
Keluwesan masalah.
(flexibility) 3. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap
suatu gambar, cerita atau masalah.
4. Memberikan pertimbangan atau mendiskusikan
sesuatu.
5. Mampu mengubah arah berpikir secara spontan.
1. Siswa mampu mengerjakan masalah dengan
beberapa jawaban yang berbeda atau mempunyai
jawaban yang tidak terpikirkan oleh siswa pada
tingkat pengetahuanya.
2. Mampu menghasilkan ungkapan yang baru dan
Kebaruan
unik setidaknya bagi dirinya sendiri.
(Novelty)
3. Mempertanyakan cara-cara lama dan memikirkan
cara-cara baru.
4. Setelah mendengar atau membaca gagasan,
bekerja untuk mendapatkan penyelesaian yang
baru.
17

2. Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi

kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai.

Memecahkan suatu masalah matematika itu bisa merupakan kegiatan

menyelesaiakan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin,

mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan

lain.

Menurut Polya (1985), pemecahan masalah adalah satu usaha

mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, guna mencapai tujuan yang tidak

dengan mudah segera untuk dicapai.

Pemecahan masalah merupakan salah satu salah satu aspek penting

dalam pembelajaran matematika karena akan mengembangkan kemampuan

untuk membangun ide-ide serta berlatih mengintegrasikan konsep, teorema,

dan keterampilan yang dipelajari (Puspita dan Pradnyo, 2016).

Panennungi (2020) mengatakan bahwa Pemecahan masalah

merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam belajar

matematika untuk mencari penyelesaian dari masalah matematika yang

dihadapi dengan menggunakan semua bekal pengetahuan yang telah

dimiliki sebelumnya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Radiyatul (2014) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu

proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat

diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru sedangkan Muniri (2015)

berpendapat bahwa pemecahan masalah dalam matematika adalah suatu


18

aktivitas mencari solusi dari soal matematika dengan melibatkan

pengetahuan (telah mempelajari konsep-konsep) dan pengalaman (telah

terlatih dan terbiasa menghadapi atau menyelesaikan soal) matematika.

Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa

pemecahan masalah matematika adalah kemampuan dasar yang harus

dimiliki siswa sebagai proses yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan

soal atau masalah matematika dengan menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya.

Pemecahan masalah matematika membutuhkan aktivitas mental

yang kompleks karena tidak hanya menggunakan kemampuan berpikir

dasar, tetapi juga berbagai keterampilan kognitif dan prosedur pemecahan

masalah (Nurrakhmi dan Agung, 2014). Syaharuddin (2016) mengenalkan

lima tahapan pemecahan masalah yang mereka sebut sebagai heuristik

(langkah-langkah dalam menyelesaikan sesuatu tanpa harus berurutan).

Lima tahapan tersebut yakni:

a. Membaca dan Berpikir (Read and Think)

Kegiatan ini meliputi mengidentifikasi fakta, mengidentifikasi

pertanyaan, memvisualisasikan situasi, menjelaskan setting, dan

menentukan tindakan selanjutnya.

b. Eksplorasi dan Merencanakan (Explore and Plan)

Kegiatan ini meliputi mengorganisasikan informasi, mencari

syarat cukup suatu informasi, mencari apakah ada informasi yang tidak

diperlukan, mengambar/mengilustrasikan model masalah, dan membuat

diagram, tabel, atau gambar.


19

c. Memilih Strategi (Select a Strategy)

Kegiatan ini meliputi menemukan/membuat pola, bekerja

mundur, coba dan kerjakan, simulasi atau eksperimen, Penyederhanaan

atau ekspansi, membuat daftar berurutan, deduksi logis, dan membagi

atau mengkategorikan permasalahan menjadi masalah sederhana.

Adapun beberapa strategi yang umum dan dapat digunakan dalam

memecahkan masalah yaitu mengenal pola, bekerja mundur/maju,

menerka dan menguji, melakukan percobaan, simulasi,

mereduksi/memperluas, mengorganisasikan daftar atau melengkapi

daftar.

d. Mencari Jawaban (Find an Answer)

Kegiatan ini meliputi memprediksi, menggunakan kemampuan

berhitung, menggunakan kemampuan aljabar, menggunakan

kemampuan geometris, dan menggunakan kalkulator jika diperlukan.

e. Refleksi dan Mengembangkan (Reflect and Extend)

Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali jawaban, menentukan

solusi alternatif, mengembangkan jawaban pada situasi lain,

mengembangkan jawaban (generalisasi atau konseptualisasi),

mendiskusikan jawaban, dan menciptakan variasi masalah dari masalah

yang diberikan.

Syahruddin (2016) memiliki enam tahap penyelesaian masalah

sebagai berikut 1) Merumuskan masalah, yakni siswa merumuskan dan

mengetahui masalah secara jelas; 2) Menelaah masalah, siswa

menggunakan pengetahuannya untuk memperinci, menganalisis masalah


20

dari berbagai sudut pandang; 3) Merumuskan hipotesis, berimajinasi dan

menghayati ruang lingkup serta sebab akibat dan alternatif penyelesaian

masalah; 4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan

pembuktian hipotesis, siswa dilatih untuk cakap mencari dan menyusun

data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar atau tabel; 5)

Pembuktian hipotesis, keterampilan menelaah dan membahas data,

menghubung-hubungkan dan menghitung. Keterampilan mengambil

keputusan dan kesimpulan; 6) Menentukan Pilihan Penyelesaian,

kecakapan membuat alternatif penyelesaian, menilai pilihan

memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan.

Yulia, N, Surya, E. (2016) pemecahan masalah adalah kemampuan

yang esensial untuk dimiliki oleh siswa namun pada dasarnya siswa kurang

mandiri dan tidak mampu untuk menggunakan konsep yang telah diajarkan

kedalam pemecahan masalah dan juga faktor yang menyebabkan rendahnya

kemampuan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah cara mengajar

guru.

Hal ini dipertegas oleh Trianto (2010:7) yang menyatakan “dalam

mengajar guru selalu menuntut siswa belajar dan jarang memberikan

pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa

untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan siswa bagaimana

cara menyelesaikan masalah. Melalui proses pembelajaran seperti ini kecil

kemungkinan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dapat

berkembang”.
21

Jika seorang siswa dilatih kemampuan pemecahan masalah

matematika maka siswa memiliki keterampilan yang baik dalam

menghasilkan informasi yang sesuai, menganalisis informasi dan

menyadari betapa perlunya meninjau kembali hasil yang diperolehnya

(Cahyani dan Ririn, 2016).

Adapun indikator penyelesaian masalah matematis menurut

Zarkasyi (2015:85) adalah :

a. Mengindentifikasi unsur-unsur yang diketahui,ditanyakan, dan

kecukupan unsur yang diperlukan.

b. Merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis.

c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah.

d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah.

Dalam memecahkan masalah ada beberapa tahap yang dilalui. Polya

(2006) menyarankan tahap-tahap tersebut sebagai berikut:

a. Memahami soal atau masalah

Memahami masalah artinya membuat representasi internal terhadap

masalah, yaitu memberikan perhatian pada informasi yang relevan,

mengabaikan hal-hal yang tidak relevan, dan memutuskan bagaimana

merepresentasikan masalah. Untuk mempermudah memahami masalah

dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya,

sebaiknya hal-hal yang penting dicatat, dan kalau perlu dibuatkan

tabelnya ataupun dibuat sket atau grafiknya.

b. Membuat suatu rencana atau cara untuk menyelesaikannya


22

Membuat suatu rencana atau cara menyelesaikannya maksudnya adalah

merumuskan model matematika dari soal yang diberikan. Untuk itu perlu

adanya aturan-aturan tertentu yang dibuat oleh siswa selama proses

pemecahan masalah berlangsung sehingga dapat dipastikan tidak akan

ada satupun alternatif yang terabaikan. Kemampuan ini sangat

tergantung dari pengalaman siswa dalam menjawab soal. Semakin

banyak variasi pengalaman siswa, ada kecenderungan siswa lebih kreatif

dalam menyusun rencana.

c. Melaksanakan rencana

Melaksanakan rencana yaitu menyelesaikan model matematika yang

telah dirumuskan. Dengan kata lain siswa menyelesaikan soal itu dengan

cara yang telah dirumuskan pada tahap dua.

d. Menelaah kembali terhadap semua langkah yang dilakukan

Menelaah kembali terhadap semua langkah yang dilakukan yaitu

berkaitan dengan penulisan hasil akhir sesuai permintaan soal,

memeriksa setiap langkah kerja, termasuk juga melihat alternative

penyelesaian yang lebih baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada penelitian ini peneliti

menggunakan tahap-tahap pemecahan masalah menurut Polya (2006).

Pemecahan masalah matematika seperti halnya pemecahan masalah

pada umumnya mempunyai berbagai interpretasi. Menurut Baroody

(1993), ada tiga interpretasi pemecahan masalah yaitu: pemecahan masalah

sebagai pendekatan (approach), tujuan (goal), dan proses (process)

pembelajaran. Pemecahan masalah sebagai pendekatan maksudnya


23

pembelajaran diawali dengan masalah, selanjutnya siswa diberi kesempatan

untuk menemukan dan merekontruksi konsep-konsep matematika.

Pemecahan masalah sebagai tujuan berkaitan dengan pertanyaan mengapa

matematika diajarkan dan apa tujuan pengajaran matematika. Pemecahan

masalah sebagai proses adalah suatu kegiatan yang lebih mengutamakan

pentingnya prosedur langkah-langkah, strategi atau cara yang dilakukan

siswa untuk menyelesaikan masalah sehingga menemukan jawaban.

Walaupun terdapat beberapa interpretasi pemecahan masalah, namun dalam

prakteknya semua itu saling melengkapi.

Terkait dengan pemecahan masalah, The National Council of

Supervisors of Mathematics (NCSM) menyatakan “belajar menyelesaikan

masalah adalah alasan utama untuk mempelajari matematika” (NCSM,

Position Paper on Basic Mathematics Skills, 1977). Dengan kata lain,

pemecahan masalah merupakan sumbu dari proses-proses matematis.

Pernyataan tersebut masih konsisten dan bahkan menjadi suatu persoalan

yang semakin kuat. The National Council of Theacers of Mathematics

(NCTM) menyatakan dengan tegas dalam Principles and Standars for

School Mathematics (NCTM, 2000), bahwa “Pemecahan masalah bukan

hanya sebagai tujuan dari belajar matematika tetapi juga merupakan alat

utama untuk melakukannya.”

Diperlukan beberapa strategi dalam memecahkan masalah.

Beberapa strategi yang terkenal adalah seperti yang dikemukakan Polya dan

Pasmep (2004) strategi-strategi tersebut diantaranya adalah : Mencoba nilai-

nilai atau kasus-kasus yang khusus; Menggunakan diagram; Mencobakan


24

pada soal yang lebih sederhana; Membuat tabel; Memecah tujuan;

Memperhitungkan setiap kemungkinan; Berpikir logis; Menemukan pola;

Bergerak dari belakang.

Selain strategi di atas, Stepelman dan Posamentier (1981)

mengemukakan beberapa strategi lagi sebagai tambahan, yaitu :

aproksimasi, menentukan syarat cukup dan syarat perlu, menentukan

karakteristik dari objek, dan mengumpulkan data. Dalam memecahkan

masalah, tentunya tidak menggunakan semua strategi di atas sekaligus, akan

tetapi dipilih sesuai dengan kondisi masalah.

Kemampuan pemecahan masalah diperlukan untuk melatih siswa

agar terbiasa menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupannya yang

semakin kompleks, bukan hanya pada masalah matematika itu sendiri.

Kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah perlu terus dilatih.

Pembelajaran matematika harus dikembangkan dari situasi-situasi masalah.

Selama situasi-situasi itu dikenal oleh siswa, konsep-konsep yang

diciptakan dari objek, kejadian, dan hubungan-hubungan antara operasi dan

strategi akan dapat dipahami dengan baik.

3. Pendekatan Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual (SAVI)

Pembelajaran dengan pendekatan SAVI (Dave Meier, 2002: 91-99)

adalah pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas

intelektual serta melibatkan semua indra yang berpengaruh besar dalam

pembelajaran.

Menurut Meier (2002: 91), pembelajaran dengan pendekatan SAVI

adalah menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dengan


25

penggunaan semua alat indra dalam pembelajaran. Meier (2002: 91) juga

berpendapat bahwa pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan

menyuruh orang berdiri kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan

gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat

berpengaruh besar pada pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) adalah

pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan

melibatkan semua indra yang diperlukan dalam pembelajaran sehingga siswa

menjadi aktif dalam pembelajaran.

Pendekatan SAVI dikatakan memiliki pengaruh terhadap kreativitas

siswa dalam memecahkan masalah matematika adalah dengan adanya

peningkatan kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility), dan kebaruan

(novelty) dalam penyelesaian masalah.

a. Unsur-Unsur Pendekatan SAVI

Unsur-unsur pendekatan SAVI adalah belajar Somatis, belajar

Auditori, belajar Visual dan belajar Intelektual. Jika keempat unsur SAVI

ada dalam setiap pembelajaran, maka siswa dapat belajar secara optimal.
26

Komponen-komponen Pembelajaran SAVI menurut Meier

(2002), yaitu:

Tabel 2.2 Komponen Pembelajaran SAVI

Komponen Deskripsi

Somatis Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan

unsur somatis dalam pembelajaran matematika, yaitu :

1. Gerak tangan membuat gambar bangun datar seperti

menggambar lingkaran.

2. Gerak tangan melengkapi tabel matematika.

3. Menggerakkan berbagai komponen tubuh tertentu

secara benar yang mendukung proses pembelajaran.

4. Gerak tangan dalam memperagakan cara membuat

gambar seperti menggambar garis singgung persekutuan

luar lingkaran di depan kelas.

Auditori Beberapa kegiatan auditori dalam pembelajaran

matematika, yaitu:

1. Membicarakan dan mengkomunikasikan materi

pelajaran matematika dan upaya bagaimana

menerapkannya.

2. Memperagakan suatu gambar seperti membuat gambar

lingkaran dan menjelaskan gambar tersebut kepada

siswa lainnya.

3. Mendengarkan materi yang disampaikan dan

merangkum apa yang didengarnya.


27

Visual Beberapa proses belajar visual yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran matematika, yaitu:

1. Mengamati gambar misalnya gambar lingkaran beserta

unsur-unsurnya, kemudian memaknainya melalui

penyelesaian pada lembar kerja siswa.

2. Memvisualisasikan hasil pengamatan ke dalam gambar

atau tabel matematika.

Intelektual Beberapa kegiatan intelektual yang dapat dilakukan pada

pembelajaran matematika, yaitu:

1. Menyelesaikan masalah misalnya menyelesaikan

masalah atau soal-soal matematika yang ada pada

Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Menganalisis pengalaman atau suatu kasus yang

berkaitan dengan pelajaran matematika.

3. Menciptakan makna pribadi misalkan menarik suatu

kesimpulan dari hasil belajar matematika.

1) Belajar Somatis

Belajar Somatis berarti belajar dengan Indra peraba, kinetis,

praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar.

Tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Keduanya satu dan tak

terpisahkan. Mengahalangi tubuh dalam belajar berarti kita

menghalangi pikiran untuk belajar sepenuhnya. Seperi yang dikatakan

oleh tanpa nama (2010) bahwa “tubuh dan pikiran itu satu. Keduanya
28

merupakan satu sistem elektris-kimiawi-biologis yang benar-benar

terpadu. Pemisahan antara tubuh dan pikiran merupakan ketimpangan

bagi siswa.” Sehingga dalam pembelajaran, untuk merangsang tubuh

dan pikiran, maka harus diciptakan suasana belajar yang dapat

membuat siswa bangkit dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari

waktu ke waktu.

Gaya belajar somatis akan terlatih jika siswa dirancang untuk

membuat model dalam suatu proses atau prosedur, memeragakan suatu

proses, sistem, atau seperangkat konsep. Mendapatkan pengalaman

lalu menceritakannya dan merefleksikannya, menjalankan pelatihan

belajar aktif dan melakukan kajian lapangan.

Menurut Mandasari (2015), banyak pelajar somatis yang

menjauhkan diri dari bangku karena mereka lebih suka duduk dilantai

dan menyebarkan pekerjaan di sekeliling mereka.

Menurut DePorter (2015), siswa yang belajar secara somatis

sering :

a) Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak.

b) Belajar dengan melakukan, menunjukkan tulisan saat membaca,

menanggapi secara fisik.

c) Mengingat sambil berjalan dan melihat.

Ciri-ciri belajar somatis menurut DePorter (2015) adalah:

a) Berbicara dengan perlahan.

b) Menanggapi perhatian fisik.


29

c) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.

d) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.

e) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.

f) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar.

g) Belajar melalui memanipulasi dan praktek.

h) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

i) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika menulis.

j) Banyak menggunakan isyarat tubuh.

k) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama.

l) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika memang telah pernah

berada di tempat itu.

m) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

n) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot – mereka

mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

o) Kemungkinan tulisannya jelek.

p) Ingin melakukan segala sesuatu.

q) Menyukai permainan yang menyibukkan.

Dalam pembelajaran matematika sendiri, langkah-langkah

yang dapat ditempuh dalam mengoptimalkan aktivitas somatis antara

lain :

a) Membuat grafik suatu fungsi, membuat model bangun segitiga,

mencari kreasi jaring-jaring kubus atau balok.

b) Melengkapi tabel hasil pengamatan.

c) Bergantian peran dalam kelompok belajar.


30

2) Belajar Auditori

Belajar auditori berarti belajar dengan melibatkan kemampuan

auditori (pendengaran). Ketika telinga menangkap dan menyimpan

informasi auditori, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Dengan

merancang pembelajaran matematika yang menarik saluran auditori,

guru dapat melakukan tindakan seperti mengajak siswa membicarakan

materi apa yang sedang dipelajari. Siswa diminta mengungkapkan

pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan yang

diberikan. Dalam hal ini siswa diberikan pertanyaan terkait materi yang

diajarkan.

Menurut Meier (2013) pembelajaran melalui auditori

merupakan pembelajaran yang memanfaatkan telinga dan suara kita.

Sadar atau tidak, telinga kita akan terus menangkap dan menyimpan

pesan auditori. Selain itu, beberapa area penting di otak akan menjadi

aktif saat seseorang membuat suara sendiri dengan berbicara.

Auditori menekankan pada proses pembelajaran menggunakan

pendengaran. Belajar auditori menuntut siswa untuk mampu

memperoleh informasi melalui kegiatan mendengarkan. Selanjutnya

apabila siswa sudah memperoleh informasi, berikan kesempatan serta

arahan kepada siswa supaya mereka mampu mengutarakan informasi

yang diketahuinya melalui aktivitas berbicara.

Menurut Mandasari (2015) belajar auditori adalah cara belajar

dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara


31

belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Pikiran

auditori kita lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga terus

menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa

kita sadari seseorang mampu membuat beberapa area penting di dalam

otak menjadi aktif.

Menurut Mandasari (2015), mereka yang auditorial senang

membaca teks kunci untuk merekamnya di kaset. Pembelajaran auditori

adalah dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan,

komentar, dan kaset. Dalam merancang pembelajaran yang menarik

bagi mereka yang auditorial yang kuat dalam pikiran pembelajar dapat

dilakukan dengan cara mengajak mereka membicarakan apa yang

sedang mereka pelajari. Guru dapat menyuruh siswa untuk

menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara, membaca dengan

keras atau secara dramatis, mengajak siswa berbicara saat memecahkan

masalah pembelajaran atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri

mereka sendiri.

Ciri-ciri siswa auditori menurut De Porter dan Herbarcki (2010)

diantaranya adalah :

a) Lebih cepat dengan mendengarkan.

b) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku

ketika membaca.

c) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.


32

d) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna

suara.

e) Bagus dalam berbicara dan bercerita.

f) Berbicara dengan irama yang berpola.

g) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

h) Suka mengerjakan tugas berkelompok.

Seseorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai

berikut:

a) Perhatiannya mudah terpecah.

b) Berbicara dengan pola berirama.

c) Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakan bibir/bersuara

saat membaca.

d) Berdialog secara internal dan eksternal.

Aktivitas yang dapat dilakukan dalam aktivitas belajar auditori

dalam matematika antara lain :

a) Membicarakan apa yang sedang dipelajari dan bagaimana

menerapkannya.

b) Memperagakan dan menjelaskan hasil diskusi.

c) Mendengar materi yang disampaikan dan merangkumnya.

d) Mengkomunikasikan ide-ide matematika dan memberikan

penjelasannya.
33

3) Belajar Visual

Belajar visual adalah belajar dengan mengamati dan

menggambarkan. Dalam otak kita terdapat perangkat yang lebih

banyak untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang

lain.

Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar

jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Belajar visual adalah

belajar dengan melibatkan kemampuan visual (penglihatan) dengan

alasan bahwa di dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk

memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.

Dalam merancang pembelajaran yang baik dan menarik bagi

kemampuan visual, seorang guru dapat melakukan tindakan seperti

meminta siswa menerangkan kembali materi yang sudah diajarkan,

menggambarkan proses, prinsip atau makna yang diajarkannya.

Menurut Meier (2013) secara ilmiah dikatakan bahwa

komunikais visual lebih kuat karena manusia mempunyai lebih banyak

peralatan di kepala mereka untuk memproses informasi visual daripada

indra yang lain. Oleh karena itu, ketajaman visual lebih menonjol pada

sebagain orang.

Menurut Mandasari (2015), di dalam otak terdapat lebih banyak

perangkat untuk memproses informasi visual dari pada indra yang lain,

sehingga ketajaman visual lebih menonjol pada sebagian orang.

Ilmuwan syaraf mengatakan bahwa 90% masukan indra untuk otak


34

berasal dari sumber visual dan otak mempunyai tanggapan cepat dan

alami terhadap simbol, ikon, dan gambar yang sederhana dan kuat.

Seseorang yang sangat visual bercirikan:

a) Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan.

b) Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada

dibacakan.

c) Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap

detail mengingat apa yang dilihat.

Menurut Mandasari (2015), teknik lain yang bisa dilakukan

oleh orang dengan keterampilan visual adalah dengan mengamati

situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan, kemudian

menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkan situasi

tersebut.

Adapun aktivitas yang dapat dilakukan dalam aktivitas belajar

visual dalam matematika adalah :

a) Menggambarkan grafik atau diagram.

b) Melihat benda dimensi tiga secara langsung.

c) Memvisualisasikan hasil kerja kelompok dalam bentuk gambar

atau grafik.

4) Belajar Intelektual

Belajar intelektual berarti menunjukkan apa yang dilakukan

siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka

menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan


35

menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman

tersebut. Belajar intelektual adalah bagian untuk belajar merenung,

mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Dalam

membangun proses belajar intelektual, siswa diminta untuk

mengerjakan soal-soal dari materi yang sudah diberikan dan dijelaskan

oleh guru.

Menurut Meier (2013), kata intelektual menunjukkan tentang

pola pikir pembelajar saat mereka menggunakan kecerdasan untuk

merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna,

rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.

Adapun ciri-ciri dari siswa yang belajar intelektual adalah :

a) Mudah Menangkap Pelajaran.

b) Ingatan Baik.

c) Daya konsentrasi baik.

d) Pengamat yang cermat.

e) Cepat memecahkan persoalan.

f) Cepat menemukan kesalahan.

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengoptimalkan

aktivitas belajar intelektual dalam belajar matematika adalah :

a) Memecahkan masalah matematika.

b) Menganalisis pengalaman, kasus atau hasil diskusi.

c) Menciptakan makna pribadi.

d) Meramalkan implikasi suatu gagasan.


36

b. Prinsip Pendekatan SAVI

Berikut prinsip pokok Pendekatan SAVI menurut Meier (2013) :

1) Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.

2) Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.

3) Kerjasama membantu proses belajar.

4) Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.

5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.

6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran.

7) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

c. Tahap-Tahap Pendekatan SAVI

Tahap-tahap pendekatan pembelajaran SAVI yaitu :

1) Tahap Persiapan

Tujuan tahap persiapan adalah menggugah minat belajar,

memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang

akan mereka lalui dan menempatkan mereka pada suasana belajar

yang optimal.

Pada tahap ini guru harus membangkitkan minat serta

motivasi siswa untuk belajar. Siswa harus merasa tertarik dan

nyaman untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga perlu

diciptakan suasana lingkungan yang kondusif. Guru bisa melibatkan

siswa mulai dari awal pembelajaran dan memunculkan rasa ingin

tahu siswa yang mendalam dari dalam siswa terhadap materi ajar

yang akan disampaikan.


37

Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada tahap

persiapan adalah:

a) Memberi sugesti positif.

b) Menyatakan manfaat bagi pembelajar.

c) Menyatakan tujuan yang jelas dan bermakna.

d) Menciptakan lingkungan fisik yang positif.

e) Menciptakan lingkungan emosional yang positif.

f) Menenangkan ketakutan siswa.

g) Menghilangkan atau mengurangi rintangan belajar.

h) Mengajukan pertanyaan dan masalah.

i) Menggugah rasa ingin tahu dan menimbulkan minat siswa.

j) Mengajak siswa terlibat penuh sejak awal.

Hal-hal yang dapat dilakukan pada tahap persiapan adalah :

a) Melakukan apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran

(auditori).

b) Membagi kelas dalam beberapa kelompok (somatis).

c) Membangkitkan minat, motivasi siswa dan rasa ingin tahu siswa

(auditori).

2) Tahap Penyampaian

Tujuan pada tahap ini adalah membantu siswa menemukan

materi baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, dan cocok

untuk semua gaya belajar. Pada tahap ini guru membantu siswa

menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik,


38

menyenangkan, relevan, dan pemanfaatan alat indra. Guru bisa

memberikan sedikit demonstrasi yang bisa memberikan gambaran

kepada siswa menegenai materi ajar. Penyampaian ini dilakukan

agar bisa membantu siswa dalam memahami materi ajar dan siswa

mampu menghubungkan materi tersebut dengan konteks lain yang

sering mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada tahap

ini adalah:

a) Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan.

b) Pengamatan terhadap fenomena dunia nyata.

c) Keterlibatan seluruh otak, seluruh tubuh.

d) Presentasi interaktif.

e) Grafik dan penunjang presentasi.

f) Variasi agar cocok dengan semua gaya belajar.

g) Proyek pembelajaran berdasarkan pasangan dan berdasar tim.

h) Berlatih menemukan (pribadi, berpasangan, berdasar tim).

i) Pengalaman belajar kontekstual dari dunia nyata.

j) Berlatih memecahkan masalah.

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a) Menyampaikan materi dengan cara memberikan contoh nyata

(somatic dan auditori).

b) Dari contoh guru menjelaskan materi secara rinci (auditori).


39

3) Tahap Pelatihan

Tujuan pada tahap ini adalalh untuk membantu pembelajar

mengintegrasikan dan memadukan pengetahuan atau keterampilan

baru dengan berbagai cara. Pada tahap ini guru membantu siswa

mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru

dengan berbagai cara. Guru bisa memberikan serta mengarahkan

siswa untuk lebih memahami materi ajar melalui cara lain atau

bahkan bisa menggunakan cara tersendiri yang dilakukan oleh siswa.

Siswa bisa diarahkan untuk melakukan proses pembelajaran secara

berkelompok sehingga mereka akan terlatih untuk saling bertukar

pendapat. Pada tahap ini siswa dituntut untuk melakukan aktivitas

fisik bahkan bila perlu guru dan siswa bisa membuat permainan

sehingga proses pembelajaran bisa lebih menarik dan

menyenangkan. Melalui tahap ini kemampuan matematis siswa dapat

dilatih secara bertahap.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan pada tahap ini

adalah:

a) Aktivitas memproses siswa.

b) Usaha/umpan balik.

c) Permainan belajar.

d) Simulasi dunia nyata.

e) Latihan belajar lewat praktek.

f) Aktivitas pemecahan masalah.


40

g) Perenungan dan artikulasi individual.

h) Dialog secara berpasangan dan berkelompok.

i) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif.

j) Aktivitas praktek membangun keterampilan.

k) Mengajar kembali.

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a) Memberikan lembar soal untuk diselesaikan dengan berdiskusi

sesuai dengan kelompoknya masing-masing (visual dan

intelektual).

b) Meminta beberapa siswa mewakili kelompok untuk

menampilkan hasil pekerjaannya dan meminta yang lain

menanggapi hasil pekerjaan temannya dan memberi kesempatan

untuk bertanya (somatis, auditori, visual, dan intelektual).

c) Menilai hasil pekerjaan siswa dan meralat jawaban apabila

terdapat kesalahan terhadap hasil pekerjaannya (auditori).

4) Tahap Penampilan Hasil

Tahap ini bertujuan membantu siswa menerapkan dan

mengembangkan pengetahuan serta keterampilan baru pada

pekerjaan sehingga pembelajaran tetap melekat dan prestasi terus

meningkat. Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan

memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada

pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil

akan terus meningkat. Siswa diberikan kesempatan untuk


41

menyampaikan hasil pekerjaan kepada siswa lainnya. Selanjutnya

guru bisa memberikan latihan tambahan kepada siswa untuk

memperkuat pemahaman siswa mengenai materi ajar. Agar proses

pembelajaran lebih bermakna, berikan persoalan tambahan mengenai

materi ajar yang berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan pada tahap ini

adalah :

a) Penerapan segera di dunia nyata.

b) Menciptakan dan melaksanakan rencana aksi.

c) Aktivitas penguatan lanjutan.

d) Materi penguatan.

e) Pengarahan berkelanjutan.

f) Evaluasi prestasi dan umpan balik.

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a) Memberi suatu evaluasi yang berupa lembar soal untuk

mengetahui dan mengembangkan tingkat pemahaman serta

keterampilan siswa setelah proses pembelajaran (somatis dan

intelektual).

b) Menegaskan kembali materi yang telah diajarkan kemudian

menyimpulkan dan memberikan PR (auditori).


42

d. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan SAVI

Pendekatan pembelajaran SAVI memiliki beberapa kelebihan

menurut Shoimin (2014:182) :

1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui

penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual.

2) Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri

pengetahuannya.

3) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa

merasa diperhatikan.

4) Memupuk kerja sama antar siswa.

5) Memunculkan suasana belajar yang baik, menarik, dan efektif.

6) Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan

psikomotorik siswa.

7) Melatih siswa berpikir dan mengemukakan pendapat.

8) Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.

Pendekatan pembelajaran SAVI memiliki beberapa kekurangan

menurut Shoimin (2013) :

1) Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat

memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.

2) Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan

prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan

kebutuhan sehingga memerlukan biaya pendidikan yang besar.

Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih dan

menarik.
43

3) Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga

kesulitan menemukan jawaban atau gagasannya sendiri.

4) Membutuhkan waktu yang lama terutama siswa yang memiliki

kemampuan lemah.

5) Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran

saat itu.

6) Belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesulitan dalam

evaluasi atau memberi nilai.

7) Pendekatan SAVI masih tergolong baru sehingga banyak pengajar

yang belum mengetahui pendekatan SAVI tersebut.

8) Pendekatan SAVI cenderung mengsyaratkan keaktifan siswa

sehingga bagi siswa yang kemampuannya lemah merasa minder.

9) Pendekatan ini tidak dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran

matematika.

B. Hasil Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini sebagai bahan

rujukan adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Perdana Ramadani Farhan (2014) dengan

judul penelitian “Pengaruh Pendekatan SAVI terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa”. Penelitian ini dilakukan di SMP

Negeri 138 Jakarta tahun ajaran 2013/2014. Metode penelitian yang

digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized

Control Group Posttest Only. Subyek penelitian ini adalah 72 siswa yang

terdiri dari 36 siswa untuk kelompok eksperimen dan 36 siswa untuk


44

kelompok kontrol yang diperoleh dengan teknik cluster random sampling

pada siswa kelas VIII. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar

matematika yang berbentuk uraian. Teknik analisis data yang digunakan

adalah uji-t. Hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pendekatan

SAVI lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran secara konvensional.

Dengan demikian pendekatan SAVI berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sang Ayu Made Monik Kencanawati,

Sariyasa, I Gusti Nyoman Yudi Hartawan dengan judul penelitian

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori,

Visual, Intelektual) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis”

memperoleh hasil yaitu ada pengaruh model pembelajaran SAVI terhadap

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Haeruddin dengan judul “Pengaruh

Pendekatan SAVI terhadap Kemampuan Komunikasi dan Penalaran

Matematika serta Kemandirian Belajar Siswa SMP.” Hasil penelitiannya

adalah pendekatan SAVI diasumsikan berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan penalaran dan komunikais matematika serta kemandirian

belajar siswa tentunya bila pendekatam SAVI dilaksanakan dengan baik dan

benar.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Arif Muchydin, Kusniya Jurusan Pendidikan

Matematika, Fakultas Tarbiyah, IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Judul


45

penelitiannya adalah “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran SAVI

(Somatic, Auditory, Visual and Intellectual) terhadap Kemampuan Berpikir

Geometri Siswa”. Dengan jenis penelitian eksperimen terhadap siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Gegesik Cirebon pada pokok bahasan Bangun Ruang

Sisi Datar.

Penelitian ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa model Pembelajaran

SAVI berperan dalam meningkatkan kemampuan berpikir geometri siswa.

Ada dua jenis variabel yaitu Variabel X dan Variabel Y. Variabel X adalah

variabel bebas yaitu model pembelajaran SAVI dan variabel Y adalah

variabel terikat yaitu kemampuan berpikir geometri siswa.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan angket dan

tes. Dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 gegesik dan

sampel sebanyak satu kelas yaitu kelas VIII F yang diambil secara cluster

random sampling. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh penerapan model

pembelajaran SAVI terhadap kemampuan berpikir geometris siswa maka

dilakukan analisis uji regresi sederhana dengan menggunakan SPSS. Dari

hasil penelitian diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh yang signifikan

variabel X (model pembelajaran SAVI) terhadap variabel Y (kemampuan

berpikir geometri siswa).

5. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Dwi Teriyana Melia (2016) dengan

judul ‘Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Sisa Kelas IX Pada Pokok Bahasan Bangun

Ruang Sisi Lengkung di MTSN Purwoasri Kab. Kediri Tahun Ajaran

2016/2017” memperoleh hasil yaitu (1) pembelajaran dengan pendekatan


46

SAVI efektif untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif; (2)

kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat setelah diajar dengan

pendekatan SAVI; (3) kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan

pendekatan SAVI lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir

kreatif matemats siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Farida, Jurusan pendidikan Matematika,

FKIP, Universitas Bandar Lampung. Judul penelitian “Pengaruh Penerapan

Pendekatan Pembelajaran Somatic, Auditori, Visual, and Intellectual

(SAVI) terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa.”

Menggunakan jenis penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian

posttest only control group design yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penerapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI terhadap

Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar.

Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan cluster random

sampling. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh bahwa secara umum

pembelajaran dengan pendekatan SAVI tidak berpengaruh terhadap

pemahaman konsep matematis siswa.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Ega Pratiwi Mandasari (2014) dengan judul

penelitian “Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual,

Intelektual) terhadap kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa.”

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan SAVI

dan siswa yang diajarkan dengan pendekatan Konvensional. Penelitian

dilakukan di SMP Negeri 13 Tangerang Selatan tahun ajaran 2013/2014


47

pada bulan April-mei 2014. Metode yang digunakan pada penelitian ini ada

metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Subjects

Posttest Only Control Group. Penelitian ini melibatkan 84 siswa dan

sebagai sampel yang terdiri dari 42 siswa untuk kelas eksperimen dan 42

siswa untuk kelas kontrol. Penentuan sampel menggunakan teknik cluster

random sampling pada siswa kelas VII. Pengumpulan data setelah

perlakuan dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa yang berbentuk uraian. Hasil penelitian menyatakan bahwa

rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan

dengan pendekatan SAVI lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan

berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan

konvensional. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang signifikan antara kelas

yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI dengan kelas yang

pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Wuri Handayani dengan judul “Pengaruh

Penerapan Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, and Intellectual)

Berbasis Problem Based Intruction terhadap Kreativitas dan hasil Belajar

Siswa Pokok Bahasan Sistem Koloid.” Skripsi S1 Jurusan Kimia, Fakultas

MIPA, Universitas Negeri Semarang. Penelitian dilaksanakan di kelas XI

SMA Negeri 8 Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

eksperimen dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster

random sampling sehingga diperoleh kelas XI IA 2 sebagai kelas

eksperimen dan kelas XI IA 3 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen


48

diberikan pembelajaran menggunakan pendekatan SAVI berbasis PBI

sedangkan kelas control menggunakan metode ceramah. Teknik

pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, tes, observasi, dan

angket. Pembelajaran system koloid menggunakan pendekatan SAVI

berbasis PBI memiliki karakteristik adanya pemberian masalah dan guru

meminta siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan menerapkan unsur-

unsur belajar SAVI. Pembelajaran ini memberikan kontribusi pengaruh

sebesar 18,36% terhadap kreativitas siswa dan 30,15% terhadap kognitif

siswa dengan ketuntasan klasikal 87,88%.

9. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayyu Arsianah (2018). Judul penelitian

“Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan SAVI

(Somatias, Auditori, Visual, Intelektual) pada Siswa Kelas X2 SMA Aksara

Bajeng” memperoleh hasil (1) skor rata-rata hasil belajar matematika siswa

sebelum diterapkan pendekatan SAVI adalah 35,8 dan berada pada kategori

rendah dengan standar deviasi 3,16. 26 siswa atau 100% tidak mencapai

ketuntasan individu, ini berarti bahwa ketuntasan klasikal tidak tercapai,

sedangkan skor rata-rata hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan

SAVI adalah 81,38 dengan standar deviasi 10,40 dimana skor terendah

adalah 50 dan skor tertinggi adalah 100. 23 siswa atau 88,46% mencapai

ketuntasan individu dan 3 siswa atau 11,53% tidak mencapai ketuntasan

individu. Ini berarti ketuntasan secara klasikal tercapai dengan berada pada

kategori tinggi. (2) Aktivitas siswa berada pada kategori baik. (3) Angket

respon siswa menunjukkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran

melalui pendekatan SAVI positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa


49

penerapan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual)

efektif dalam pembelajaran matematika pada Siswa Kelas X2 SMA Aksara

Bajeng.

10. Penelitian yang dilakukan oleh Erli Yunita dan M. Coesamin (2013). Judul

Penelitian “Pengaruh Pendekatan SAVI terhadap Pemahaman Konsep

Matematis Siswa.” Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Somatis, auditori,

Visual, dan Intelektual (SAVI) terhadap Pemahaman Konsep Matematis

siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E semester

genap SMP Negeri 1 Sidomulyo Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 260

dengan rata-rata kemampuan kognitif rendah (47,53) yang terdistribusi

dalam tujuh kelas. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling

dan diperoleh kelas VIII B dan VIII E. desain penelitian ini adalah posttest-

only control-group design. Instrument penelitian berupa soal essai tes

pemahaman konsep matematis siswa yang valid dan memiliki reabilitas

tinggi. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh bahwa pemahaman konsep

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan SAVI

lebih baik dari siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan

demikian pembelajaran dengan pendekatan SAVI berpengaruh terhadap

pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sidomulyo

Tahun Pelajaran 2012/2013.

Pada penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatis,

Auditori, Visual, Intelektual) terhadap Kreativitas Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo pao” memiliki perbedaan
50

dengan hasil penelitian relevan yang telah disebutkan di atas. Pada penelitian

ini akan diteliti mengenai pengaruh pendekatan SAVI terhadap kreativitas

pemecahan masalah matematika siswa. Pengaruh pendekatan SAVI

ditunjukkan dengan adanya peningkatan kefasihan (fluency), keluwesan

(flexibility), dan kebaruan (novelty) dalam penyelesaian masalah. Sementara

kreativitas pemecahan masalah yang dimaksud adalah kemampuan berpikir

siswa dalam menyelesaikan masalah yang memenuhi unsur-unsur kefasihan

(fluency), keluwesan (flexibility), dan kebaruan (novelty).

C. Kerangka Pikir

Keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika sangat ditentukan oleh

kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika. Kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa erat kaitannya dengan bagaimana cara

berpikir kreatif siswa itu sendiri. Berpikir kreatif dapat menolong seseorang

untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan kemampuan pemecahan

masalahnya (Evan, J.R., 1991), sebaliknya pemecahan masalah dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa (Briggs, M. dan davis, S.,

2008). Kreativitas merupakan bentuk yang paling tinggi dari fungsi mental

(Lang dan Evans, D.N. 2006). Hambatan untuk berpikir kreatif yang sering

menghantui pemikiran siswa adalah ketakutan-ketakutan sosial, takut berbuat

salah, kurang percaya diri, atau meyakini bahwa mereka tidak kreatif (Lang dan

Evans, D. N. 2006).

Munandar (1999), menjelaskan mengapa berpikir kreatif atau kreativitas

penting dalam hidup, antara lain karena dengan berkreasi orang dapat

mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok
51

dalam hidup manusia. Hal ini diperkuat oleh Mashlow (1999) bahwa kreativitas

merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam

perwujudan dirinya. Orang yang sehat mental, yang bebas dari hambatan-

hambatan, dapat mewujudkan diri sepenuhnya. Hal ini berarti ia berhasil

mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan kemampuannya dan

dengan demikian memperkaya hidupnya.

Kemampuan berpikir kreatif atau kreativitas perlu dilatih agar siswa mampu

berpikir Lancer (fluency), Luwes (flexibility), Kebaruan (mampu melihat

masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan berbagai ide).

Kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika

merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan

penyelesaian terhadap suatu masalah.

Agar dapat meningkatkan kreativitas pemecahan masalah matematika,

maka dapat digunakan Pendekatan SAVI dalam pembelajaran matematika.

Pendekatan SAVI meliputi Somatis yaitu belajar dengan bergerak (dapat

mengoptimalkan indra peraba dalam belajar), Auditori yaitu belajar dengan

mendengar (mengoptimalkan melibatkan kemampuan pendengaran dalam

belajar), Visual yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan

(mengoptimalkan melibatkan kemampuan penglihatan dalam belajar), dan

Intelektual yaitu belajar memahami, merenung dan memecahkan masalah

(mengoptimalkan melibatkan kemampuan intelektual dalam belajar).

Pembelajaran dengan pendekatan ini siswa akan lebih aktif untuk

mengembangkan kreativitasnya dengan mengoptimalkan pelibatan indra pada

keempat komponen atau unsur-unsur dari pendekatan SAVI.


52

Pendekatan SAVI

Indra Auditori Indra Visual Kemampuan


Indra Peraba
Intelektual
(Pedengaran) (Penglihatan)

Meningkatnya Kreativitas Pemecahan


Masalah Matematika

Kefasihan Keluwesan Kebaruan


meningkat meningkat meningkat

Berdasarkan Uraian di atas, maka pendekatan SAVI dikatakan berpengaruh

terhadap kreativitas siswa dalam pemecahan masalah matematika, jika :

1. Meningkatnya kefasihan jawaban dalam pemecahan masalah matematika.

2. Meningkatnya keluwesan jawaban dalam pemecahan masalah matematika.

3. Meningkatnya kebaruan jawaban dalam pemecahan masalah matematika.


53

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarakan kerangka pikir sebelumnya dirumuskan hipotesis

penelitian yaitu :

1. ℎ0 : Tidak terdapat peningkatan kefasihan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.

ℎ𝑎 : Terdapat peningkatan kefasihan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.

2. ℎ0 : Tidak terdapat peningkatan keluwesan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.

ℎ𝑎 : Terdapat peningkatan keluwesan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.

3. ℎ0 : Tidak terdapat peningkatan kebaruan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.

ℎ𝑎 : Terdapat peningkatan kebaruan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian eksperimen di mana peneliti terlibat langsung dalam

pembelajaran. Menurut Sugiyono (2015:107) penelitian eksperimen dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan.

B. Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian akan dilaksanakan pada semester gasal tahun

ajaran 2021/2022 di SMP Negeri 1 Tombolo Pao yang beralamat di

Kelurahan Tamaona, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Tombolo Pao.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas VIII SMP Negeri 1

Tombolo Pao yang dipilih dengan metode Simple Cluster Random

Sampling dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mendaftar semua kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao.

54
55

b. Memilih secara acak satu kelas dari seluruh kelas yang ada.

c. Kelas yang terpilih secara acak merupakan sampel penelitian ini.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-eksperimen yang

melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberikan

perlakuan (treatment). Perlakuan yang diberikan yaitu melalui penerapan

pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) dalam

pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Tombolo Pao.

Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah One Group Pretest-

Posttest Design. Penelitian ini dilakukan pada satu kelompok saja tanpa

kelompok pembanding. Desain ini menurut Sugiyono (2017:111) adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1 One Group Pretest-Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

𝑂1 𝑋 𝑂2

Keterangan :

𝑂1 : Nilai Pretest sebelum diterapkan Pendekatan SAVI

𝑂2: Nilai Posttest setelah diterapkan Pendekatan SAVI

Pretest diberikan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum

diterapkan pendekatan SAVI. Dan untuk melihat pengaruhnya maka

Posttest diberikan untuk mengukur kemampuan akhir siswa setelah

diterapkan Pendekatan SAVI.


56

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian pada penelitian ini adalah :

1. Tes kemampuan awal digunakan untuk mengetahui tingkat kreativitas

pemecahan masalah matematika siswa sebelum diajar dengan

pendekatan SAVI.

2. Tes kreativitas pemecahan masalah matematika siswa untuk mengetahui

tingkat kreativitas siswa setelah diajar dengan pendekatan SAVI.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

5. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik Tes

Pengumpulan data melalui teknik tes adalah mengumpulkan

data kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. Tes kreativitas

pemecahan masalah dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah

perlakuan.

2. Teknik Non Tes

Data yang diungkap melalui teknik non tes adalah data

keterlaksanaan pembelajaran SAVI. Data tersebut diungkap melalui

lembar observasi.
57

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Tujuan analisis data statistik deskriptif adalah untuk

mendeskripsikan secara kuantitatif tingkat kreativitas pemecahan

masalah matematika siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Output hasil

analisis data adalah ukuran pemusatan dan penyebaran data (seperti

rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi), serta kategori tingkat

kreativitas. Kategori tingkat kreativitas merujuk pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.2 Kategori Tingkat Kreativitas

Tingkat Karakteristik
Tingkat 4 Siswa mampu menunjukkan: (1) Kefasihan; (2)
(sangat kreatif) fleksibilitas; (3) kebaruan
Siswa mampu menunjukkan: (1) kefasihan dan kebaruan
Tingkat 3+ secara utuh dan sedikit keluwesan atau (2) keluwesan dan
(menuju sangat kefasihan dan sedikit kebaruan atau (3) kebaruan dan
kreatif) keluwesan dan sedikit kefasihan
Siswa mampu menunjukkan: kefasihan dan kebaruan
atau (2) keluwesan dan kefasihan atau (3) kebaruan dan
Tingkat 3
keluwesan atau dengan kata lain mampu menunjukkan
(kreatif)
dua aspek dari indicator

Siswa mampu menunjukkan kebaruan dan sedikit


Tingkat 2+ kefasihan dan atau sedikit keluwesan dan
(menuju
Siswa mampu menunjukkan keluwesan dan sedikit
kreatif)
kefasihan dan atau sedikit kebaruan

Tingkat 2
Siswa mampu menunjukkan kebaruan atau keluwesan
(cukup kreatif)
Tingkat 1+ Siswa mampu menunjukkan kefasihan dan sedikit
(menuju cukup keluwesan dan atau sedikit kebaruan
kreatif)
58

Siswa mampu menunjukkan keluwesan dan sedikit


kefasihan dan atau sedikit kebaruan

Tingkat 1 Siswa mampu menunjukkan kefasihan atau keluwesan


(kurang
kreatif)
Tingkat 0+ Siswa mampu menunjukkan sedikit kebaruan dan atau
(menuju sedikit keluwesan dan atau sedikit kebaruan
kurang kreatif)
Tingkat 0 Siswa tidak mampu menunjukkan ketiga aspek indikator
(tidak kreatif) berpikir kreatif

Makna ‘sedikit’ merujuk pada terpenuhinya indikator kreativitas

hanya pada salah satu indikator soal. Misalkan jawaban siswa untuk

nomor 1 mampu memenuhi indikator kefasihan namun pada nomor 2

belum mampu menunjukkan indikator kefasihan maka siswa tersebut

secara keseluruhan hanya memunculkan ‘sedikit kefasihan’.

Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kreativitas Siswa

No Interval Nilai Kategori


1 81 − 100 Sangat Kreatif
2 61 − 80 Kreatif
3 41 − 60 Cukup Kreatif
4 21 − 40 Kurang Kreatif
5 0 − 20 Tidak Kreatif
(sumber : Modifikasi dari Ekawati dan Sumaryanta, 2011:61)

Untuk menghitung skor masing-masing indikator kreativitas

pemecahan masalah matematika siswa (kefasihan, keluwesan, dan

kebaruan) didapatkan menggunakan rumus :

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁= × 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini adalah kreativitas

pemecahan masalah matematika siswa setelah penerapan pendekatan

SAVI dinyatakan berpengaruh apabila peningkatan kreativitas


59

pemecahan masalah matematika siswa berada pada kategori cukup

kreatif dan kreatif.

2. Analisis Data Statistik Inferensial

Tujuan analisis data statistik inferensial adalah untuk menguji

hipotesis penelitian.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sampel

yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak. Dalam

model regresi linear, asumsi ini ditunjukkan oleh nilai error yang

berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah model regresi

yang dimiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga

layak dilakukan pengujian secara statistik.

Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan tujuan

untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dalam penelitian

mempunyai sebaran distribusi normal atau tidak. Apabila data

berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistik parametrik.

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji Kolmogorov Smirnov. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 25. Menurut Yulius (2010: 127)

menyatakan bahwa “Uji Kolmogorov Smirnov bertujuan untuk

mengetahui kesesuaian data dengan distribusi normal atau tidak.”

Menurut Singgih Santoso dasar pengambilan keputusan bisa

dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance) yaitu :


60

1) Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi

adalah normal.

2) Jika Probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi

adalah tidak normal.

Secara umum, langkah-langkah pengujian normalitas

(Sugiyono, 2017:243) adalah :

1) Merumuskan hipotesis.

2) Menentukan nilai uji statistik.

3) Menentukan nilai kritis

4) Menentukan kriteria pengujian hipotesis.

5) Memberikan kesimpulan.

b. Uji t

Uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji

kebenaran atau kepalsuan hipotesis. Uji t test adalah uji hipotesis

yang digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata

dari sampel yang diambil. Dalam penelitian ini akan digunakan uji t

paired sample t-test. Paired sample t-test adalah pengujian yang

digunakan untuk membandingkan selisih dua mean dari dua sampel

yang berpasangan dengan asumsi data berdistribusi normal. Sampel

berpasangan berasal dari subjek yang sama dan diambil saat situasi

dan keadaan yang berbeda.

Rumus uji t Paired Sample t-Test adalah :


61

𝑋̅1 − 𝑋̅2
𝑡=
𝑆1 2 𝑆2 2 𝑆1 𝑆2

𝑛1 + 𝑛2 − 2𝑟 (√𝑛1 ) (√𝑛2 )

Dimana :

t : nilai t yang dihitung

𝑋̅1: rata-rata sampel sebelum perlakuan

𝑋̅2: rata-rata sampel sesudah perlakuan

𝑆1: simpangan baku sebelum perlakuan

𝑆2 : simpangan baku sesudah perlakuan

𝑛1 : jumlah sampel sebelum perlakuan

𝑛2 : jumlah sampel sesudah perlakuan

Chriestie dan Yohanes (2018: 44-46) untuk

menginterpretasikan uji t test terlebih dahulu harus ditentukan :

a. Nilai signifikansi 𝛼

b. Df (Degree of freedom) = N – k, khusus untuk paired sampel

t-test df = N – 1

c. Bandingkan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏 = 𝛼; 𝑛 − 1

d. Apabila :

𝑡ℎ𝑖𝑡 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 → berbeda secara siginifikan (ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎

diterima)

𝑡ℎ𝑖𝑡 < 𝑡𝑡𝑎𝑏 → tidak berbeda secara siginifikan (ℎ0 diterima

dan ℎ𝑎 ditolak)

Menurut Singgih Santoso (2014: 265), pedoman

pengambilan keputusan dalam uji Pired Sampel t-test


62

berdasarkan nilai siginifikansi (Sig.) hasil output SPSS, adalah

sebagai berikut :

a. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05, maka ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎

diterima.

b. Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05, maka ℎ0 diterima dan

ℎ𝑎 ditolak.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tombolo Pao pada 3

November sampai 24 November 2021. Penelitian ini menggunakan satu

kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII A dengan jumlah siswa 20

orang. Kelas eksperimen ini diajarkan dengan menggunakan Pendekatan

SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) pokok bahasan Teorema

Pythagoras selama 4 kali pertemuan. Adapun hasil penelitian dikemukakan

sebagai berikut.

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Pada analisis deskriptif, data yang diolah yaitu data tes

kemampuan awal siswa (preetest) sebelum diberikan perlakuan dan data

tes kemampuan akhir siswa (posttest) setelah diterapkan perlakuan yaitu

dengan menerapkan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan

Intelektual) pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tombolo Pao.

Peneliti memberikan soal pretest dan posttest masing-masing berjumlah

3 butir soal yang telah dibuat untuk mengetahui kreativitas pemecahan

masalah matematika siswa pada materi Teorema Pythagoras.

Secara teoritik, untuk mengetahui pengaruh penerapan

pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) terhadap

kreativitas pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII skor

63
64

minimum yang dicapai siswa adalah 0 dan skor maksimum yang dicapai

siswa adalah 100 dengan dengan nilai skor ideal 45

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VII A

SMP Negeri 1 Tombolo Pao, peneliti telah mengumpulkan data dengan

menggunakan instrument pretest dan posttest sehingga diperoleh hasil

kreativitas pemecahan masalah matematika siswa sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan SAVI pada

pokok bahasan Teorema Pythagoras sebagai berikut :

a. Nilai Statistik Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika

Tabel 4.1 Nilai Statistik Kreativitas Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Tombolo Pao

Kategori Nilai Pree Test Post Test


Statistik
Jumlah Sampel 20 20
Nilai Maksimum 33.33 57.79
Nilai Minimum 11.11 20.00
Rentang Nilai 22.22 37.79
Nilai Rata-Rata 22.67 44.67
Median 23.33 46.67
Modus 24.44 46.67
Standar Deviasi 6.97 9.46
Variansi 48.65 89.42
(sumber data: hasil olahan peneliti)

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan

nilai maksimum siswa adalah 33,33 dan nilai minimum 11.11, rata-rata

skor yang diperoleh 22,67 dengan standar deviasi 6.97. Sedangkan setelah

diberikan perlakuan nilai maksimum 57.79 dan nilai minimum 20, rata-

rata skor yang diperoleh adalah 44.67 dengan standar deviasi 9.46.
65

Berikut adalah pengkategorian nilai pree test dan post test siswa

berdasarkan data pada lampiran 1.

Tabel 4.2 Kategori Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Soal Pree Test

No Interval Nilai Kategori Jumlah Persentase (%)


1 81 − 100 Sangat Kreatif 0 0
2 61 − 80 Kreatif 0 0
3 41 − 60 Cukup Kreatif 0 0
4 21 − 40 Kurang 12 60
Kreatif
5 0 − 20 Tidak Kreatif 8 40

Tabel 4.3 Kategori Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Soal Post Test

No Interval Nilai Kategori Jumlah Persentase (%)


1 81 − 100 Sangat Kreatif 0 0
2 61 − 80 Kreatif 0 0
3 41 − 60 Cukup Kreatif 13 65
4 21 − 40 Kurang 6 30
Kreatif
5 0 − 20 Tidak Kreatif 1 5

Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat dicermati bahwa hasil pree test

kreativitas pemecahan masalah matematika materi Teorema Pythagoras

berada pada kategori kurang kreatif dengan rata-rata skor yang diperoleh

dari hasil pree test siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tombolo Pao sebesar

22,67 yang berada pada rentang kategori kurang kreatif. Selain itu, jumlah

siswa yang berada pada kategori kurang kreatif sebesar 60%.

Sedangkan pada tabel 4.3 dapat dicermati bahwa hasil post test

kreativitas pemecahan masalah matematika materi Teorema Pythagoras


66

berada pada kategori cukup kreatif dengan skor rata-rata yang diperoleh

dari hasi post test siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao sebesar

46,67 yang berada pada kategori cukup kreatif. Selain itu, jumlah siswa

yang berada pada kategori cukup kreatif sebesar 65%.

Selanjutnya gambaran statistik untuk setiap indikator dapat

diamati pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Indikator Kreativitas Pemecahan Masalah

Matematika Soal Pree Test

Statistik Nilai Statistik

Kefasihan Keluwesan Kebaruan

Jumlah Sampel 20 20 20

Nilai Maksimum 7 6 3

Nilai Minimum 2 2 0

Rentang Nilai 5 4 3

Nilai Rata-Rata 4.75 4.05 1.40

Median 5 4 1

Modus 6 4 1

Standar Deviasi 1.52 1.23 0.82

Variansi 2.30 1.63 0.67

(sumber: hasil olahan peneliti)


67

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Indikator Kreativitas Pemecahan

Masalah Matematika Soal Pree Test

Statistik Nilai Statistik

Kefasihan Keluwesan Kebaruan

Jumlah Sampel 20 20 20

Nilai Maksimum 11 11 6

Nilai Minimum 3 3 3

Rentang Nilai 8 8 3

Nilai Rata-Rata 7.85 7.65 4.60

Median 8 8 5

Modus 8 8 5

Standar Deviasi 1.95 1.95 0.82

Variansi 3.82 3.82 0.67

(sumber : hasil olahan peneliti)

Tabel 4.4 dan tabel 4.5 menunjukkan adanya perbedaan

perhitungan statistik deskriptif antara hasil pree test dan post test.

Dari tabel diketahui bahwa nilai rata-rata hasil pree test untuk

indikator kefasihan sebesar 4,75, indikator keluwesan sebesar 4,05

dan indikator kebaruan sebesar 1,40. Sedangkan nilai rata-rata hasil

post test untuk indikator kefasihan sebesar 7,85, indikator keluwesan

sebesar 7,65 dan indikator kebaruan sebesar 4,60. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes siswa sesudah diberikan

perlakuan lebih tinggi dari nilai rata-rata siswa sebelum diberikan

perlakuan yang artinya ada peningkatan kefasihan, keluwesan dan


68

kebaruan jawaban dalam pemecahan masalah matematika pokok

bahasan Teorema Pythagoras.

Selanjutnya, nilai tertinggi sebelum diberikan perlakuan dari

hasil pree test untuk indikator kefasihan sebesar 7, keluwesan

sebesar 6, dan kebaruan sebesar 3. Sedangkan sesudah diberikan

perlakuan dari hasil post test untuk indikator kefasihan sebesar 11,

keluwesan sebesar 11 dan kebaruan sebesar 6. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan kefasihan, keluwesan dan kebaruan

sesudah diberikan perlakuan.

2. Hasil Analisis Statistik Inferensial

Berdasarkan hasil penelitian maka dilakukan pengujian

normalitas dan uji hipotesis sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov

untuk data pree test diperoleh nilai sig. sebesar 0,200 > 0,05.

Sedangkan untuk data post test diperoleh nilai sig. sebesar 0,200 >

0,05. Maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji

normalitas Kolmogorov Smirnov, dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal.

b. Uji Hipotesis

Dalam penggunaan statistik inferensial, peneliti

menggunakan teknik statistik t (uji-t) paired sampel t-test.

Berdasarkan perhitungan diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡 = −8,352. Nilai t hitung


69

bernilai negatif disebabkan karena nilai rata-rata hasil belajar pree

test lebih rendah dari pada rata-rata hasil belajar post test. Dalam

konteks seperti ini maka nilai t hitung negatif dapat bermakna

positif. Sehingga nilai t hitung menjadi 8,352.

Selanjutnya mencari nilai t tabel di mana t tabel dicari


𝛼
berdasarkan nilai df atau derajat kebebasan dan nilai signifikansi 2 .

Diketahui nilai df 19 dan nilai siginifikansi 0,025 sehingga

didapatkan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏 = 2,093.

Dengan demikian, karena nilai t hitung 8,352 > t tabel

2,093 , maka berdasarkan dasar pengambilan keputusan ℎ0 ditolak

dan ℎ𝑎 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa :

a. Terdapat peningkatan kefasihan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika pokok bahasan Teorema Pythagoras.

b. Terdapat peningkatan keluwesan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika pokok bahasan Teorema Pythagoras.

c. Terdapat peningkatan kebaruan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika pokok bahasan Teorema Pythagoras.

Kemudian untuk menguji hipotesis dapat juga dilakukan

dengan melihat nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil uji paired

sampel t-test. Nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka

berdasarkan dasar pengambilan keputusan ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎

diterima. sehingga dapat disimpulkan bahwa :

a. Terdapat peningkatan kefasihan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika pokok bahasan Teorema Pythagoras.


70

b. Terdapat peningkatan keluwesan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika pokok bahasan Teorema Pythagoras.

c. Terdapat peningkatan kebaruan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika pokok bahasan Teorema Pythagoras.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis statistik deskriptif

mengenai pengaruh pendekatan SAVI terhadap kreativitas pemecahan

masalah matematika pokok bahasan Teorema Pythagoras menunjukkan

bahwa jumlah sampel sebelum dan sesudah diberikan perlakuan adalah 20

orang. Nilai pree test untuk nilai terendah adalah 11,11 dan nilai tertinggi

adalah 33,33. Nilai post test untuk nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 57,79.

Rata-rata pree test 22,67 dan rata-rata post test 44,67 serta standar deviasi

pree test 6,97 dan standar deviasi post test 9,46.

Selanjutnya, untuk kategori kreativitas pemecahan masalah

matematika siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tombolo Pao untuk hasil pree

test adalah 40% siswa berada pada kategori tidak kreatif dan 60% siswa

berada pada kategori kurang kreatif. Sedangkan tidak ada satu siswa pun

yang berada pada kategori cukup kreatif, kreatif dan sangat kreatif. Untuk

hasil post test sebanyak 5% siswa berada pada kategori tidak kreatif, 30%

siswa berada pada kategori kurang kreatif dan 65% siswa berada pada

kategori cukup kreatif.

Untuk masing-masing indikator kreativitas hasil pree test diperoleh

nilai rata-rata untuk indikator kefasihan sebesar 4,75, indikator keluwesan


71

sebesar 4,05 dan indikator kebaruan sebesar 1,40. Untuk hasil post test

diperoleh nilai rata-rata untuk indikator kefasihan sebesar 7,85, indikator

keluwesan sebesar 7.65 dan indikator kebaruan sebesar 4,60. Nilai rata-rata

post test lebih tinggi dari nilai rata-rata pree test yang artinya terjadi

peningkatan kefasihan, keluwesan, dan kebaruan jawaban dalam

pemecahan masalah matematika siswa pokok bahasan Teorema Pythagoras.

Karena terjadi peningkatan kefasihan, keluwesan, dan kebaruan jawaban

dalam pemecahan masalah matematika maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh penerapan pendekatan SAVI terhadap kreativitas pemecahan

masalah matematika siswa.

Berdasarkan hasil analisis inferensial dari perhitungan uji normalitas

Kolmogorov Smirnov untuk hasil pree test diperoleh nilai sig. 0,200 > 0,05

dan hasil post test diperoleh nilai sig. 0,200 > 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa data berdistribusi normal. Dan juga berdasarkan hasil yang diperoleh

dari uji t paired sampel t-test diperoleh nilai t hitung sebesar -8,352. Nilai t

hitung negatif dapat bermakna positif sehingga nilai t hitung menjadi 8,352.

Selanjutnya mencari nilai t tabel dengan derajat kebebasan 19 dan nilai

𝛼 0,05
signifikansi ( 2 = = 0,025), maka nilai t tabel sebesar 2,093.
2

Diperoleh nilai t hitung > t tabel , sesuai dengan dasar pengambilan

kesimpulan dapat disimpulkan bahwa ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎 diterima.

Selain membandingkan nilai t hitung dan nilai t tabel dapat juga

digunakan nilai signifikansi (Sig. (2-tailed)) dengan nilai probabilitas 0,05.


72

Diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎

diterima.

Karena dari hasil uji-t paired sampel t-test ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎

diterima maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keluwesan,

kefasihan, dan kebaruan jawaban dalam pemecahan masalah matematika

pokok bahasan Teorema Pythagoras.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di kelas VIII A SMP Negeri 1 Tombolo Pao

tentang pengaruh pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

terhadap kreativitas pemecahan masalah matematika siswa, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Hipotesis penelitian yang berbunyi :

a. ℎ0 : Tidak terdapat peningkatan kefasihan jawaban dalam

pemecahan masalah matematika.

ℎ𝑎 : Terdapat peningkatan kefasihan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.

b. ℎ0 : Tidak terdapat peningkatan keluwesan jawaban dalam

pemecahan masalah matematika.

ℎ𝑎 : Terdapat peningkatan keluwesan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.

c. ℎ0 : Tidak terdapat peningkatan kebaruan jawaban dalam

pemecahan masalah matematika.

ℎ𝑎 : Terdapat peningkatan kebaruan jawaban dalam pemecahan

masalah matematika.

73
74

Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎

diterima karena nilai t hitung sebesar 8,352 lebih besar dari pada nilai t

tabel sebesar 2,093((𝑡ℎ𝑖𝑡 8,352 > 𝑡𝑡𝑎𝑏 2,093).

2. Nilai rata-rata hasil pree test siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tombolo

Pao sebelum diterapkan pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah

22,67. Nilai rata-rata hasil post test siswa kelas VIII A SMP Negeri 1

Tombolo Pao sebelum diterapkan pembelajaran dengan pendekatan

SAVI adalah 44,67.

3. Karena terdapat peningkatan kefasihan, keluwesan, dan kebaruan

jawaban dalam pemecahan masalah matematika pokok bahasan

Teorema Pythagoras maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

penerapan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan

Intelektual) terhadap kreativitas Pemecahan Masalah Matematika Siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Tombolo Pao.

B. SARAN

Dari hasil penelitian, diajukan beberapa saran, antara lain :

1. Disarankan kepada guru khususnya guru Matematika agar pembelajaran

dengan pendekatan SAVI dapat lebih menarik.

2. Untuk mempermudah dalam pencapaian kompetensi dasar diharapkan

kepada guru untuk lebih mengoptimalkan penggunaan pendekatan dan

memilih pendekatan yang relevan dengan pembahasan materi pelajaran.

3. Bagi peneliti yang berminat mengembangkan lebih lanjut penelitian ini,

diharapkan mencermati keterbatasan dalam penelitian ini sehingga

penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan hasil penelitian ini.


75
76

DAFTAR PUSTAKA

Agung, AAG. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha,


Singaraja.

Arsianah, Nurhayyu. 2008. Evektfitas Pembelajaran Matematika Melalui


Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) pada Siswa kelas
X2 SMA Aksara Bajeng. Skripsi tidak diteribitkan. Makassar: FKIP
Unismuh Makassar.

Criestie E. J. C. Montoala & Yohanes A.R. Langi. 2018. Jurnal Matematika dan
Aplikasi deCertesiaN, Vol.7, No.1:44-46

Hamzah dan Nurdin Muhammad. 2011. Belajar dan Pendekatan PAILKEM.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Meier, D. 2002. The Accelerated Learning Hand Book. Panduan Kreatif dan Efektif
Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Terjemahan. Bandung:
Kaifa.

Melia, Rizki Dwi Triyana. 2017. Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IX pada Pokok
Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung di MTSN Purwoasri Kab. Kediri
Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi tidak diterbitkan. Kediri. FKIP
Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.


Jakarta: PT Gramedia.

Panennungi, Sarah. 2020. Analisis Tingkat Kreativitas dalam Pemecahan Masalah


Matematika Hight Order Thinking Skill (HOTS) Siswa SMP Negeri 33
Makassar Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Makassar: FMIPA
Universitas Negeri Makassar.

Patmalasari, Dewi., dkk. 2017. Karakteristik Tingkat Kreativitas Siswa yang


Memiliki Disposisi Matematis Tinggi dalam Menyelesaikan Soal
Matematika. JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), (online), Vol.6,
No.1,
(https://e-journal.unipma.ac.idindex.phpjipmarticleview15091258, diakses
05 Juli 2019).

Radiyatul,Sutarto Hadi. 2014. Metode Pemecaham Masalah Menurut Polya untuk


Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Matematis DI
Sekolah Menengah Pertama. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika,
(online), Vol. 2, No. 1,
(https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/edumat/article/view/603, diakses
19 Oktober 2019).
77

Retrani. 2015. Analisis Kreativitas Siswa Kelas VII dalam Mengkontruksi Soal
Matematika Pada Materi Segi Empat di SMP Negeri 1 Ngunut Tahun
Ajaran 2014/2015. Skripsi.
(https://repo-iain-tulungagung.ac.id/1693/, diakses 28 November 2019)

Silver, E. A. 1997. Fostering Creativity Through Instruction Rich in Mathematical


Problem Solving and Problem Posing. (hal 75-80), (online), Vol 29, No. 3,
(https://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf, diakses 30 maret
2020)
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Syaharuddin. 2016. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Dalam Hubungannya Dengan Pemahaman Konsep Ditinjau Dari Gaya
Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto. Disertasi
tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Zarkasyi, Wahyudin. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT


Refika Aditama.
78
79

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian


Tes Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika
SOAL PRE TEST
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Tombolo Pao
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Kelas / Semester : VIII / Ganjil

Petunjuk :
Kerjakan soal berikut dengan berbagai cara yang Anda ketahui.

Soal
1. Diketahui sebuah garis panjangnys 10 cm. gunakan garis tersebut untuk
menggambar dua segitiga siku-siku dan tentukan panjang sisi-sisi yang lain
dari segitiga-segitiga yang Anda buat.
2.
A

D
9 cm

B 12 cm C

Diketahui luas ∆ABD = 150 𝑐𝑚2. Tentukan panjang AB!


3. Dua buah tiang berdampingan berjarak 24 m. jika tinggi tiang masing-masing
adalah 22 m dan 12 m, maka :
a. Gambarkan sketsanya.
b. Hitunglah panjang kawat penghubung antara ujung tiang tersebut.
80

Tes Kreativitas Pemecahan Masalah Matematika


SOAL POST TEST
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Tombolo Pao
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Kelas / Semester : VIII / Ganjil

Petunjuk :
Kerjakan soal berikut dengan berbagai cara yang Anda ketahui.

Soal
1. Diketahui sebuah garis panjangnya 25 cm.
a. Gunakan garis tersebut untuk menggambar dua segitiga siku-siku.
b. Tentukan panjang sisi-sisi yang lain dari segitigaa-segitiga yang Anda Buat.
2. Perhatikan gambar berikut!
A

P
90

B C
Diketahui sebuah segitiga sama sisi 𝐴𝐵𝐶. Jika 𝐵𝐶 = 4 𝑐𝑚, maka berapakah
panjang 𝐵𝑃 ?
3. Pak Mahmud berada di atas sebuah gedung setinggi 40 meter dan ia
memperhatikan mobil A dan mobil B yang berada dibawahnya. Jarak pak
Mahmud dengan mobil A 50 meter dan jarak pak Mahmud dengan mobil B 85
meter. Jika posisi alas gedung, mobil A, dan mobil B segaris, maka tentukan
jarak antara mobil A dan mobil B!
81

KUNCI JAWABAN TES KREATIVITAS PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Soal Pre Test


No Butir Soal Uraian Jawaban Indikator Kreativitas
1 Diketahui sebuah garis Diketahui sebuah garis panjangnya 10 cm. Kefasihan (fluency)
panjangnys 10 cm. gunakan garis 7. Siswa mampu menyelesaikan masalah
tersebut untuk menggambar dua 10 cm
teorema Pythagoras dengan beragam
segitiga siku-siku dan tentukan A
jawaban.
panjang sisi-sisi yang lain dari R
8. Siswa mampu mengungkapkan alternatif
segitiga-segitiga yang Anda buat.
penyelesaian lain,
9. Kemampuan untuk memproduksi banyak
P Q gagasan dan lancar dalam menggunakan
B C gagasan-gagasannya.
Panjang sisi-sisi yang lain : 10. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
Misalnya sebuah garis yang panjangnya 10 cm banyak dari siswa lain.
adalah garis AC.
1. ∆𝐴𝐵𝐶 siku-siku di B.
Diketahui panjang 𝐴𝐶 = 10 𝑐𝑚, Keluwesan (flexibility)
Berapakah panjang 𝐴𝐵 dan 𝐵𝐶? 6. Mampu menyelesaikan masalah teorema
𝐴𝐶 2 = 𝐴𝐵 2 + 𝐵𝐶 2 Pythagoras dengan lebih dari satu alternatif
102 = 𝐴𝐵 2 + 𝐵𝐶 2 jawaban yang berbeda dengan benar.
102 = 𝐴𝐵 2 + 𝐵𝐶 2 7. Kemampuan mengajukan berbagai
102 = 82 + 62 pendekatan masalah.
100 = 64 + 36
100 = 100
82

Sesuai dengan bunyi teorema Pythagoras : 8. Memberikan macam-macam penafsiran


“Pada segitiga siku-siku berlaku bahwa terhadap suatu gambar, cerita atau
kuadrat hipotenusa (sisi miring) sama masalah.
dengan jumlah kuadrat dari dua sisi yang
9. Memberikan pertimbangan atau
lainnya.”
mendiskusikan sesuatu.
Maka panjang sisi-sisi yang lainnya adalah
8 cm dan 6 cm. Kebaruan (novelty)
5. Siswa mampu mengerjakan masalah
Cara lain dengan Triple Pythagoras dengan beberapa jawaban yang berbeda
2. ∆𝐴𝐵𝐶 = ∆𝑃𝑄𝑅 atau mempunyai jawaban yang tidak
terpikirkan oleh siswa pada tingkat
pengetahuanya.
6. Mampu menghasilkan ungkapan yang baru
dan unik setidaknya bagi dirinya sendiri.
7. Mempertanyakan cara-cara lama dan
memikirkan cara-cara baru.
8. Setelah mendengar atau membaca
gagasan, bekerja untuk mendapatkan
penyelesaian yang baru.
2 𝐴𝐵 merupakan tinggi dari ∆𝐴𝐵𝐷 yang dapat Kefasihan (fluency)
A
dihitung dengan menggunakan rumus luas 1. Siswa mampu menyelesaikan masalah
segitiga jika luas ∆𝐴𝐵𝐷 diketahui. Luas ∆𝐴𝐵𝐷 teorema Pythagoras dengan beragam
sudah diketahui, jadi tinggal mencari 𝐵𝐷. jawaban.
D
2. Siswa mampu mengungkapkan alternatif
9 cm Mencari 𝐵𝐷
penyelesaian lain,
B C
12 cm
83

Diketahui luas ∆ABD = Perhatikan bahwa 𝐵𝐷 merupakan hipotenusa 3. Kemampuan untuk memproduksi banyak
150 𝑐𝑚2 . Tentukan panjang dari ∆𝐵𝐶𝐷, yang mempunyai alas 𝐵𝐶 = 12 𝑐𝑚 gagasan dan lancar dalam menggunakan
AB! dan tinggi 𝐶𝐷 = 9 𝑐𝑚. Gunakan rumus gagasan-gagasannya.
Pythagoras untuk menemukan hipotenusa 𝐵𝐷. 4. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
𝐵𝐷2 = 𝐵𝐶 2 + 𝐶𝐷2
banyak dari siswa lain.
𝐵𝐷2 = 122 + 92
𝐵𝐷2 = 144 + 81
𝐵𝐷2 = 225 Keluwesan (flexibility)
𝐵𝐷 = 15 𝑐𝑚 1. Mampu menyelesaikan masalah teorema
Cara lain : menggunakan Triple Pythagoras 9, Pythagoras dengan lebih dari satu alternatif
12, 15. jawaban yang berbeda dengan benar.
2. Kemampuan mengajukan berbagai
Mencari 𝐴𝐵 pendekatan masalah.
Gunakan rumus luas segitiga untuk menghitung
3. Memberikan macam-macam penafsiran
tinggi 𝐴𝐵 jika diketahui luas ∆𝐴𝐵𝐷 =
150 𝑐𝑚2 dan alas 𝐵𝐷 = 15 𝑐𝑚. terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
𝑎×𝑡 4. Memberikan pertimbangan atau
𝐿 ∆𝐴𝐵𝐷 = 2
15 × 𝐴𝐵 mendiskusikan sesuatu.
150 =
2
150 × 2 Kebaruan (novelty)
𝐴𝐵 = 1. Siswa mampu mengerjakan masalah dengan
15
300 beberapa jawaban yang berbeda atau
𝐴𝐵 =
15 mempunyai jawaban yang tidak terpikirkan
𝐴𝐵 = 20 𝑐𝑚
oleh siswa pada tingkat pengetahuanya.
2. Mampu menghasilkan ungkapan yang baru
dan unik setidaknya bagi dirinya sendiri.
84

3. Mempertanyakan cara-cara lama dan


memikirkan cara-cara baru.
4. Setelah mendengar atau membaca
gagasan, bekerja untuk mendapatkan
penyelesaian yang baru.
3 Dua buah tiang berdampingan a. Kefasihan (fluency)
berjarak 24 m. jika tinggi tiang E 1. Siswa mampu menyelesaikan masalah
masing-masing adalah 22 m dan teorema Pythagoras dengan beragam
12 m, maka : 24 m

22 m
A D jawaban.
c. Gambarkanlah sketsanya.
2. Siswa mampu mengungkapkan alternatif
d. Hitunglah panjang kawat

12 m
penghubung antara ujung penyelesaian lain,
tiang tersebut. B C 3. Kemampuan untuk memproduksi banyak
gagasan dan lancar dalam menggunakan
Dimana 𝐴𝐵 merupakan tinggi tiang pertama gagasan-gagasannya.
dan 𝐶𝐸 merupakan tinggi tiang kedua, 𝐴𝐷 4. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
adalah jarak tiang 𝐴𝐵 dan 𝐶𝐸. banyak dari siswa lain.
b. Untuk mencari panjang 𝐴𝐸, maka terlebih
dahulu cari panjang 𝐷𝐸.
𝐷𝐸 = 𝐶𝐸 − 𝐴𝐵 Keluwesan (flexibility)
𝐷𝐸 = 22 𝑚 − 12 𝑚 1. Mampu menyelesaikan masalah teorema
𝐷𝐸 = 10 𝑚 Pythagoras dengan lebih dari satu alternatif
Dengan menggunakan Teorema Pythagoras, jawaban yang berbeda dengan benar.
maka panjang 𝐴𝐸 : 2. Kemampuan mengajukan berbagai
𝐴𝐸 2 = 𝐴𝐷 2 + 𝐷𝐸 2
pendekatan masalah.
𝐴𝐸 2 = 242 + 102
𝐴𝐸 2 = 576 + 100 3. Memberikan macam-macam penafsiran
𝐴𝐸 2 = 676 terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
85

𝐴𝐸 = 26 𝑚 4. Memberikan pertimbangan atau


Jadi, panjang kawat penghubung antara ujung mendiskusikan sesuatu.
tiang pertama dengan tiang kedua adalah 26
m.
Kebaruan (novelty)
1. Siswa mampu mengerjakan masalah dengan
beberapa jawaban yang berbeda atau
mempunyai jawaban yang tidak terpikirkan
oleh siswa pada tingkat pengetahuanya.
2. Mampu menghasilkan ungkapan yang baru
dan unik setidaknya bagi dirinya sendiri.
3. Mempertanyakan cara-cara lama dan
memikirkan cara-cara baru.
4. Setelah mendengar atau membaca gagasan,
bekerja untuk mendapatkan penyelesaian
yang baru.
86

KUNCI JAWABAN TES KREATIVITAS PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Soal Post Test


No Butir Soal Uraian Jawaban Indikator Kreativitas
1 Diketahui sebuah garis a. Diketahui sebuah garis panjangnya 10 cm. Kefasihan (fluency)
panjangnya 25 cm. 1. Siswa mampu menyelesaikan masalah
c. Gunakan garis tersebut untuk 25 cm
teorema Pythagoras dengan beragam
menggambar dua segitiga jawaban.
siku-siku. A
2. Siswa mampu mengungkapkan alternatif
d. Tentukan panjang sisi-sisi R
yang lain dari segitigaa- penyelesaian lain,
segitiga yang Anda Buat. 3. Kemampuan untuk memproduksi banyak
gagasan dan lancar dalam menggunakan
P Q gagasan-gagasannya.
B C
4. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
banyak dari siswa lain.
b. Panjang sisi-sisi yang lain :
Misalnya sebuah garis yang panjangnya 25
cm adalah garis AC. Keluwesan (flexibility)
∆𝐴𝐵𝐶 siku-siku di B. 1. Mampu menyelesaikan masalah teorema
Diketahui panjang 𝐴𝐶 = 25 𝑐𝑚, Pythagoras dengan lebih dari satu alternatif
Berapakah panjang 𝐴𝐵 dan 𝐵𝐶? jawaban yang berbeda dengan benar.
𝐴𝐶 2 = 𝐴𝐵 2 + 𝐵𝐶 2 2. Kemampuan mengajukan berbagai
252 = 𝐴𝐵 2 + 𝐵𝐶 2 pendekatan masalah.
252 = 𝐴𝐵 2 + 𝐵𝐶 2
252 = 242 + 72
87

625 = 576 + 49 3. Memberikan macam-macam penafsiran


625 = 625 terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
Sesuai dengan bunyi teorema Pythagoras : 4. Memberikan pertimbangan atau
“Pada segitiga siku-siku berlaku bahwa mendiskusikan sesuatu..
kuadrat hipotenusa (sisi miring) sama
dengan jumlah kuadrat dari dua sisi yang
lainnya.” Kebaruan (novelty)
1. Siswa mampu mengerjakan masalah dengan
Maka panjang sisi-sisi yang lainnya adalah beberapa jawaban yang berbeda atau
7 cm dan 24 cm. mempunyai jawaban yang tidak terpikirkan
oleh siswa pada tingkat pengetahuanya.
Cara lain dengan Triple Pythagoras
2. Mampu menghasilkan ungkapan yang baru
∆𝐴𝐵𝐶 = ∆𝑃𝑄𝑅 dan unik setidaknya bagi dirinya sendiri.
3. Mempertanyakan cara-cara lama dan
memikirkan cara-cara baru.
4. Setelah mendengar atau membaca gagasan,
bekerja untuk mendapatkan penyelesaian
yang baru.
2 Perhatikan gambar berikut! Perhatikan bahwa 𝐵𝑃 merupakan tinggi dari Kefasihan (fluency)
∆𝐵𝐶𝑃 dengan hipotenusa 𝐵𝐶 = 4 𝑐𝑚. 1. Siswa mampu menyelesaikan masalah
A
Karena ∆𝐴𝐵𝐶 adalah segitiga sama sisi, maka teorema Pythagoras dengan beragam
𝐶𝑃 = 𝐴𝐶 ÷ 2 = 4 ÷ 2 = 2 𝑐𝑚. jawaban.
P 2. Siswa mampu mengungkapkan alternatif
Untuk menghitung tinggi 𝐵𝑃 dari ∆𝐵𝐶𝑃,
90 penyelesaian lain,
gunakan teorema Pythagoras.
B C 𝐵𝐶 2 = 𝐵𝑃2 + 𝐶𝑃2
88

Diketahui sebuah segitiga sama 𝐵𝑃2 = 𝐵𝐶 2 − 𝐶𝑃2 3. Kemampuan untuk memproduksi banyak
sisi 𝐴𝐵𝐶. Jika 𝐵𝐶 = 4 𝑐𝑚, maka 𝐵𝑃2 = 42 − 22 gagasan dan lancar dalam menggunakan
berapakah panjang 𝐵𝑃 ? 𝐵𝑃2 = 16 − 4 gagasan-gagasannya.
𝐵𝑃2 = 12 4. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
𝐵𝑃 = √12 banyak dari siswa lain.
𝐵𝑃 = 2√3 Keluwesan (flexibility)
1. Mampu menyelesaikan masalah teorema
Pythagoras dengan lebih dari satu alternatif
jawaban yang berbeda dengan benar.
2. Kemampuan mengajukan berbagai
pendekatan masalah.
3. Memberikan macam-macam penafsiran
terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
4. Memberikan pertimbangan atau
mendiskusikan sesuatu.

Kebaruan (novelty)
1. Siswa mampu mengerjakan masalah dengan
beberapa jawaban yang berbeda atau
mempunyai jawaban yang tidak terpikirkan
oleh siswa pada tingkat pengetahuanya.
2. Mampu menghasilkan ungkapan yang baru
dan unik setidaknya bagi dirinya sendiri.
89

3. Mempertanyakan cara-cara lama dan


memikirkan cara-cara baru.
4. Setelah mendengar atau membaca gagasan,
bekerja untuk mendapatkan penyelesaian
yang baru.

3 Pak Mahmud berada di atas Kefasihan (fluency)


sebuah gedung setinggi 40 meter M 1. Siswa mampu menyelesaikan masalah
dan ia memperhatikan mobil A teorema Pythagoras dengan beragam
dan mobil B yang berada jawaban.
40 m
dibawahnya. Jarak pak Mahmud
2. Siswa mampu mengungkapkan alternatif
dengan mobil A 50 meter dan
jarak pak Mahmud dengan mobil penyelesaian lain,
B 85 meter. Jika posisi alas B 3. Kemampuan untuk memproduksi banyak
G A ?
gedung, mobil A, dan mobil B gagasan dan lancar dalam menggunakan
segaris, maka tentukan jarak Diketahui ∆𝑀𝐺𝐴 siku-siku di 𝐺. gagasan-gagasannya.
antara mobil A dan mobil B! Panjang 𝐴𝑀 = 50 𝑚, 𝑀𝐺 = 40 𝑚. 4. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
𝐴𝑀2 = 𝑀𝐺 2 + 𝐴𝐺 2 banyak dari siswa lain.
𝐴𝐺 2 = 𝐴𝑀2 − 𝑀𝐺 2
𝐴𝐺 2 = 502 − 402
Keluwesan (flexibility)
𝐴𝐺 2 = 2500 − 1600
𝐴𝐺 2 = 900 1. Mampu menyelesaikan masalah teorema
𝐴𝐺 = 30 𝑚 Pythagoras dengan lebih dari satu alternatif
jawaban yang berbeda dengan benar.
Cara lain : 2. Kemampuan mengajukan berbagai
Gunakan Triple Pythagoras pendekatan masalah.
90

402 + 𝐴𝐺 2 = 502 3. Memberikan macam-macam penafsiran


1600 + 𝐴𝐺 2 = 2500 terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.
𝐴𝐺 2 = 2500 − 1600 4. Memberikan pertimbangan atau
𝐴𝐺 2 = 900 mendiskusikan sesuatu.
𝐴𝐺 = 30 m

Diketahui ∆𝑀𝐺𝐵 siku-siku di 𝐺. Kebaruan (novelty)


Panjang 𝐵𝑀 = 85 𝑚, 𝑀𝐺 = 40 𝑚. 1. Siswa mampu mengerjakan masalah dengan
𝐵𝑀2 = 𝑀𝐺 2 + 𝐺𝐵 2 beberapa jawaban yang berbeda atau
𝐺𝐵 2 = 𝐵𝑀2 − 𝑀𝐺 2 mempunyai jawaban yang tidak terpikirkan
𝐺𝐵 2 = 852 − 402 oleh siswa pada tingkat pengetahuanya.
𝐺𝐵 2 = 7225 − 1600 2. Mampu menghasilkan ungkapan yang baru
𝐺𝐵 2 = 5625 dan unik setidaknya bagi dirinya sendiri.
𝐺𝐵 = 75 𝑚
3. Mempertanyakan cara-cara lama dan
Cara lain : memikirkan cara-cara baru.
Gunakan Triple Pythagoras 4. Setelah mendengar atau membaca gagasan,
402 + 𝐺𝐵 2 = 852 bekerja untuk mendapatkan penyelesaian
1600 + 𝑥 2 = 7225 yang baru.
𝐺𝐵 2 = 7225 − 1600
𝐺𝐵 2 = 5625
𝐺𝐵 = 75 𝑚
Jarak A ke B
𝐺𝐵 − 𝐴𝐺 = 75 𝑚 − 30 𝑚 = 45 𝑚
91

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Tombolo Pao
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII / Ganjil
Materi Pokok : Teorema Pythagoras
Alokasi Waktu : 4 kali Pertemuan (2 Minggu x 5 JP)

A. Kompetensi Inti
 KI1 dan KI2 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri,
peduli, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan
regional.
 KI3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan factual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
 KI4 : menunjukkan keterampilan menalar, mengolah dan menyaji secara
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam
ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
3.6 Menjelaskan dan 3.6.1 Memahami rumus dari
membuktikan Teorema Teorema Pythagoras
Pythagoras dan Triple 3.6.2 Menjelaskan bunyi Teorema
Pythagoras Pythagoras
3.6.3 Menjelaskan sisi-sisi pada
segitiga siku-siku
3.6.4 Memahami 3 bilangan yang
merupakan panjang sisi-sisi
segitiga siku-siku
3.6.5 Menuliskan 3 bilangan
ukuran panjang sisi segitiga
siku-siku (Triple Pythagoras)
4.6 Menyelesaikan masalah 4.6.1 Menyajikan hasil
yang berkaitan dengan pembelajaran Teorema
Teorema Pythagoras dan Pythagoras dan Triple
Triple Pythagoras Pythagoras
92

4.6.2 Menghitung panjang sisi-sisi


segitiga siku-siku
4.6.3 Menghitung panjang diagonal
bangun datar
4.6.4 Menyelesaikan masalah
dalam kehidupan nyata
4.6.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan penerapan
Teorema Pythagoras dan
Triple Pythagoras

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan Somatis, Auditori,
Visual, dan Intelektual (SAVI) untuk menumbuhkan sikap menyadari
kebesaran Tuhan, sikap gotong royong, jujur, dan berani mengemukakan
pendapat, siswa dapat :
1. Memahami rumus dari Teorema Pythagoras.
2. Menjelaskan bunyi Teorema Pythagoras.
3. Menjelaskan sisi-sisi pada segitiga siku-siku.
4. Memahami 3 bilangan yang merupakan panjang sisi-sisi segitiga siku-siku.
5. Menjelaskan tiga bilangan ukuran panjang sisi segitiga siku-siku (Triple
Pythagoras).
6. Menyajikan hasil pembelajaran Teorema Pythagoras dan Triple
Pythagoras.
7. Menghitung panjang sisi-sisi segitiga siku-siku.
8. Menghitung panjang diagonal bangun datar.
9. Menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata.
10. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penerapan Teorema
Pythagoras Triple Pythagoras.

D. Materi Pembelajaran
Materi : Teorema Pythagoras
1. Hubungan antar panjang sisi pada segitiga siku-siku
2. Pemecahan masalah yang melibatkan Teorema Pythagoras

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI)
Metode : Diskusi, Eksperimen, Tanya jawab

F. Media/Alat Belajar
1. Modul buku siswa
2. Buku Guru dan Buku Siswa Matematika
3. Power Point
93

4. Whatsapp Group
5. Youtube
6. Google Form
7. Internet

G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
kepada Tuhan YME, dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
 Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik terhadap materi sebelumnya.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,
dan KKM pada pertemuan yang berlangsung.
 Memberitahukan tentang tujuan pembelajaran dan materi pada
pertemuan yang sedang berlangsung.
 Mengajukan pertanyaan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
 Pembagian kelompok belajar.

Peserta Didik :
 Peserta didik menjawab salam dari guru.
 Ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa secara bersama-
sama.
 Peserta didik memperhatikan guru dan mulai fokus untuk belajar.
 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru.
 Peserta didik menyimak penjelasan dari guru.
Kegiatan Inti (90 Menit)
Tahap Persiapan Kegiatan Literasi
(Preparation)
 Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi Tokoh
Pythagoras dengan cara :
 Penjelasan pengantar kegiatan secara global
tentang materi pelajaran mengenai materi Tokoh
Pythagoras.
 Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
 Kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah dan
di sekolah dengan membaca materi dari buku
paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet atau materi yang berhubungan dengan
materi yang akan diajarkan.
94

 Lembar kerja materi dan pemberian contoh-


contoh materi untuk dapat dikembangkan peserta
didik.
 Menulis rangkuman dari hasil pengamatan dan
bacaan terkait dengan materi yang diajarkan.

Literasi Numerasi
 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
tentang materi Tokoh Pythagoras.
 Peserta didik menyampaikan pendapat terkait materi
Tokoh Pythagoras.
Tahap Menanya / Berpikir Kritik (Critical Thinking)
Penyampaian  Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
(Presentation) untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang
disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan berdasarkan
hasil pengamatan terhadap materi yang dikaji
tentang Tokoh Pythagoras.
Tahap Pelatihan Mengumpulkan Informasi (Kegiatan Literasi) dan
(practice) Kerjasama (Collaboration)

 Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi


dengan penuh tanggung jawab, cermat dan kreatif
yang dapat mendukung jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan, baik dari buku paket
maupun sumber lain seperti internet.
 Peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai,
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah mengenai materi yang disampaikan oleh
guru.
 Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi dan
mengolah data tantang materi Tokoh Pythagoras.
 Peserta didik diminta untuk mengerjakan tugas yang
berhubungan dengan materi.
 Peseta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan
data-data atau teori pada buku atau sumber lain
terkait materi dengan cara peserta didik dan guru
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang
telah dikerjakan oleh peserta didik.

Tahap Berkomunikasi (Communication)


Penampilan  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Tokoh
(Performance) Pythagoras berupa kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal.
95

 Mengemukakan pendapat atau presentasi yang


dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta
didik lain diberikan kesempatan untuk bertanya.

Kreativitas (Creativity)

 Menyimpulkan tentang point-point penting yang


muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan tentang Tokoh Pythagoras.
 Menjawab pertanyaan tentang materi Tokoh
Pythagoras yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau lembar kerja yang telah
disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada peserta
didik tentang materi Tokoh Pythagoras yang akan
selesai dipelajari.
 Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Tokoh
Pythagoras yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau pada lembar kerja yang telah
disediakan secara individu untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Guru :
 Guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada peserta didik untuk
mengetahui pemahaman peserta didik tentang materi yang telah
dipelajari (umpan balik).
 Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
 Melalui tanya-jawab guru dan siswa merumuskan kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
 Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
terkait dengan penguasaan materi, pendekatan dan model pembelajaran
yang digunakan.

Peserta Didik :
 Peserta didik merumuskan kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
 Berdoa dan Memberi salam.
96

Pertemuan Kedua
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
kepada Tuhan YME, dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
 Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik terhadap materi sebelumnya.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,
dan KKM pada pertemuan yang berlangsung.
 Memberitahukan tentang tujuan pembelajaran dan materi pada
pertemuan yang sedang berlangsung.
 Mengajukan pertanyaan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
 Pembagian kelompok belajar.

Peserta Didik :
 Peserta didik menjawab salam dari guru.
 Ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa secara bersama-
sama.
 Peserta didik memperhatikan guru dan mulai fokus untuk belajar.
 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru.
 Peserta didik menyimak penjelasan dari guru.
Kegiatan Inti (90 Menit)
Tahap Persiapan Kegiatan Literasi
(Preparation)
 Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi Memahami
Teorema Pythagoras dengan cara :
 Penjelasan pengantar kegiatan secara global tentang
materi pelajaran mengenai materi Memahami
Teorema Pythagoras.
 Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
 Kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah dan di
sekolah dengan membaca materi dari buku paket
atau buku-buku penunjang lain, dari internet atau
materi yang berhubungan dengan materi yang akan
diajarkan.
 Lembar kerja materi dan pemberian contoh-contoh
materi untuk dapat dikembangkan peserta didik.
 Menulis rangkuman dari hasil pengamatan dan
bacaan terkait dengan materi yang diajarkan.

Kegiatan Literasi Numerasi :


 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru
tentang materi Memahami Teorema Pythagoras.
97

 Peserta didik mengamati gambar yang terkait dengan


Memahami Teorema Pythagoras.
 Peserta didik menyampaikan pendapat terkait materi
Memahami Teorema Pythagoras.
Tahap Menanya / Berpikir Kritik (Critical Thinking)
Penyampaian
(Presentation) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang
disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan berdasarkan
hasil pengamatan terhadap materi yang dikaji
tentang Memahami Teorema Pythagoras.
Tahap Pelatihan Mengumpulkan Informasi (Kegiatan Literasi) dan
(practice) Kerjasama (Collaboration)

 Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi


dengan penuh tanggung jawab, cermat dan kreatif
yang dapat mendukung jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan, baik dari buku paket
maupun sumber lain seperti internet.
 Peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai,
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah mengenai materi yang disampaikan oleh
guru.
 Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi dan
mengolah data tantang materi Memahami Teorema
Pythagoras.
 Peserta didik diminta untuk mengerjakan tugas yang
berhubungan dengan materi.
 Peseta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan
data-data atau teori pada buku atau sumber lain
terkait materi dengan cara peserta didik dan guru
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang
telah dikerjakan oleh peserta didik.

Tahap Berkomunikasi (Communication)


Penampilan
(Performance)  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi
Memahami Teorema Pythagoras berupa kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal.
 Mengemukakan pendapat atau presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan.
98

 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta


didik lain diberikan kesempatan untuk bertanya.

Kreativitas (Creativity)

 Menyimpulkan tentang point-point penting yang


muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan tentang Memahami Teorema Pythagoras.
 Menjawab pertanyaan tentang materi Memahami
Teorema Pythagoras yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah
disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada peserta
didik tentang materi Memahami Teorema
Pythagoras yang akan selesai dipelajari.
 Menyelesaiakn uji kompetensi untuk materi
Memahami Teorema Pythagoras yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau pada lembar kerja
yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Guru :
 Guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada peserta didik untuk
mengetahui pemahaman peserta didik tentang materi yang telah
dipelajari (umpan balik).
 Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
 Melalui tanya-jawab guru dan siswa merumuskan kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
 Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
terkait dengan penguasaan materi, pendekatan dan model pembelajaran
yang digunakan.

Peserta Didik :
 Peserta didik merumuskan kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
 Berdoa dan Memberi salam.
99

Pertemuan Ketiga
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
kepada Tuhan YME, dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
 Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik terhadap materi sebelumnya.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,
dan KKM pada pertemuan yang berlangsung.
 Memberitahukan tentang tujuan pembelajaran dan materi pada
pertemuan yang sedang berlangsung.
 Mengajukan pertanyaan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
 Pembagian kelompok belajar.

Peserta Didik :
 Peserta didik menjawab salam dari guru.
 Ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa secara bersama-
sama.
 Peserta didik memperhatikan guru dan mulai fokus untuk belajar.
 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru.
 Peserta didik menyimak penjelasan dari guru.
Kegiatan Inti (90 Menit)
Tahap Persiapan Kegiatan Literasi
(Preparation)
 Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi Hubungan
antar Panjang Sisi pada Segitiga Siku-Siku dengan
cara :
 Penjelasan pengantar kegiatan secara global
tentang materi pelajaran mengenai materi
Hubungan antar Panjang Sisi pada Segitiga
Siku-Siku.
 Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
 Kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah dan
di sekolah dengan membaca materi dari buku
paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet atau materi yang berhubungan dengan
materi yang akan diajarkan.
 Lembar kerja materi dan pemberian contoh-
contoh materi untuk dapat dikembangkan peserta
didik.
 Menulis rangkuman dari hasil pengamatan dan
dan bacan terkait dengan materi yang diajarkan.
100

Kegiatan Literasi Numerasi

 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru


tentang materi Hubungan antar Panjang Sisi pada
Segitiga Siku-Siku.
 Peserta didik mengamati gambar yang terkait dengan
Hubungan antar Panjang Sisi pada Segitiga Siku-
Siku.
 Peserta didik menyampaikan pendapat terkait materi
Hubungan antar Panjang Sisi pada Segitiga Siku-
Siku.
Tahap Menanya / Berpikir Kritik (Critical Thinking)
Penyampaian
(Presentation) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang
disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan berdasarkan
hasil pengamatan terhadap materi yang dikaji
tentang Hubungan antar Panjang Sisi pada Segitiga
Siku-Siku.
Tahap Pelatihan Mengumpulkan Informasi (Kegiatan Literasi) dan
(practice) Kerjasama (Collaboration)

 Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi


dengan penuh tanggung jawab, cermat dan kreatif
yang dapat mendukung jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan, baik dari buku paket
maupun sumber lain seperti internet.
 Peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai,
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah mengenai materi yang disampaikan oleh
guru.
 Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi dan
mengolah data tantang materi Hubungan antar
Panjang Sisi pada Segitiga Siku-Siku.
 Peserta didik diminta untuk mengerjakan tugas yang
berhubungan dengan materi.
 Peseta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan
data-data atau teori pada buku atau sumber lain
terkait materi dengan cara peserta didik dan guru
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang
telah dikerjakan oleh peserta didik.

Tahap Berkomunikasi (Communication)


Penampilan  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi
(Performance) Hubungan antar Panjang Sisi pada Segitiga Siku-
101

Siku berupa kesimpulan berdasarkan hasil analisis


secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal.
 Mengemukakan pendapat atau presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta
didik lain diberikan kesempatan untuk bertanya.

Kreativitas (Creativity)

 Menyimpulkan tentang point-point penting yang


muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan tentang Hubungan antar Panjang Sisi
pada Segitiga Siku-Siku.
 Menjawab pertanyaan tentang materi Hubungan
antar Panjang Sisi pada Segitiga Siku-Siku yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
lembar kerja yang telah disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada peserta
didik tentang materi Hubungan antar Panjang Sisi
pada Segitiga Siku-Siku yang akan selesai dipelajari.
 Menyelesaiakn uji kompetensi untuk materi
Hubungan antar Panjang Sisi pada Segitiga Siku-
Siku yang terdapat pada buku pegangan peserta didik
atau pada lembar kerja yang telah disediakan secara
individu untuk mengecek penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran.

Kegiatan Penutup (15 Menit)


Guru :
 Guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada peserta didik untuk
mengetahui pemahaman peserta didik tentang materi yang telah
dipelajari (umpan balik).
 Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
 Melalui tanya-jawab guru dan siswa merumuskan kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
 Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
terkait dengan penguasaan materi, pendekatan dan model pembelajaran
yang digunakan.

Peserta Didik :
 Peserta didik merumuskan kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
 Berdoa dan Memberi salam.
102

Pertemuan Keempat
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
kepada Tuhan YME, dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
 Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik terhadap materi sebelumnya.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,
dan KKM pada pertemuan yang berlangsung.
 Memberitahukan tentang tujuan pembelajaran dan materi pada pertemuan
yang sedang berlangsung.
 Mengajukan pertanyaan yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
 Pembagian kelompok belajar.

Peserta Didik :
 Peserta didik menjawab salam dari guru.
 Ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa secara bersama-
sama.
 Peserta didik memperhatikan guru dan mulai fokus untuk belajar.
 Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru.
 Peserta didik menyimak penjelasan dari guru.
Kegiatan Inti (90 Menit)
Tahap Persiapan Kegiatan Literasi
(Preparation)
 Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi
Menyelesaikan Permasalahan Nyata dengan
Pythagoras dengan cara :
 Penjelasan pengantar kegiatan secara global
tentang materi pelajaran mengenai materi
Menyelesaikan Permasalahan Nyata dengan
Pythagoras.
 Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
 Kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah dan
di sekolah dengan membaca materi dari buku
paket atau buku-buku penunjang lain, dari
internet atau materi yang berhubungan dengan
materi yang akan diajarkan.
 Lembar kerja materi dan pemberian contoh-
contoh materi untuk dapat dikembangkan peserta
didik.
 Menulis rangkuman dari hasil pengamatan dan
dan bacan terkait dengan materi yang diajarkan.
103

Kegiatan Literasi Numerasi

 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru


tentang materi Menyelesaikan Permasalahan Nyata
dengan Pythagoras.
 Peserta didik mengamati gambar atau peristiwa yang
terkait dengan Menyelesaikan Permasalahan Nyata
dengan Pythagoras.
 Peserta didik menyampaikan pendapat terkait materi
Menyelesaikan Permasalahan Nyata dengan
Pythagoras.
Tahap Menanya / Berpikir Kritik (Critical Thinking)
Penyampaian
(Presentation) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang
disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar.
 Peserta didik mengajukan pertanyaan berdasarkan
hasil pengamatan terhadap materi yang dikaji
tentang Menyelesaikan Permasalahan Nyata dengan
Pythagoras.
Tahap Pelatihan Mengumpulkan Informasi (Kegiatan Literasi) dan
(practice) Kerjasama (Collaboration)

 Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi


dengan penuh tanggung jawab, cermat dan kreatif
yang dapat mendukung jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan, baik dari buku paket
maupun sumber lain seperti internet.
 Peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai,
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah mengenai materi yang disampaikan oleh
guru.
 Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi dan
mengolah data tantang materi Menyelesaikan
Permasalahan Nyata dengan Pythagoras.
 Peserta didik diminta untuk mengerjakan tugas yang
berhubungan dengan materi.
 Peseta didik mendiskusikan hasil pengamatannya
dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan
data-data atau teori pada buku atau sumber lain
terkait materi dengan cara peserta didik dan guru
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang
telah dikerjakan oleh peserta didik.

Tahap Berkomunikasi (Communication)


Penampilan  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi
(Performance) Menyelesaikan Permasalahan Nyata dengan
104

Pythagoras berupa kesimpulan berdasarkan hasil


analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal.
 Mengemukakan pendapat atau presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok yang
mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta
didik lain diberikan kesempatan untuk bertanya.

Kreativitas (Creativity)

 Menyimpulkan tentang point-point penting yang


muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan tentang Menyelesaikan Permasalahan
Nyata dengan Pythagoras.
 Menjawab pertanyaan tentang materi Menyelesaikan
Permasalahan Nyata dengan Pythagoras yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
lembar kerja yang telah disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada peserta
didik tentang materi Menyelesaikan Permasalahan
Nyata dengan Pythagoras yang akan selesai
dipelajari.
 Menyelesaiakn uji kompetensi untuk materi
Menyelesaikan Permasalahan Nyata dengan
Pythagoras yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau pada lembar kerja yang telah
disediakan secara individu untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Guru :
 Guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada peserta didik untuk
mengetahui pemahaman peserta didik tentang materi yang telah
dipelajari (umpan balik).
 Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
 Melalui tanya-jawab guru dan siswa merumuskan kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
 Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran
terkait dengan penguasaan materi, pendekatan dan model pembelajaran
yang digunakan.

Peserta Didik :
 Peserta didik merumuskan kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
 Berdoa dan Memberi salam.
105

H. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik Penilaian
a. Sikap : Observasi selama pembelajaran berlangsung
b. Pengetahuan : Tertulis uraian dan atau pilihan ganda
Tes lisan/observasi terhadap diskusi, tanya jawab
dan percakapan.
c. Keterampilan : Unjuk kerja dan portopolio

Tombolo, November 2021


Mahasiswa

Nurul Fitrih

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Hasnawati, S.Pd., M.Si. Nurul Hikmah J, S.Pd.


Nip. 19650525 198903 2 021
106

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Mata Pelajaran : Matematika


Sekolah : SMP Negeri 1 Tombolo Pao
Kelas / Semester : VIII / Ganjil
Alokasi Waktu : 1 x 30 Menit

Nama Anggota :
1. ……………………….
2. ……………………….
3. ……………………….
4. ……………………….
5. ……………………….

A. Kompetensi Dasar
3.7 Menjelaskan dan membuktikan Teorema Pythagoras dan Triple
Pythagoras

B. Indikator
3.7.1 Memahami rumus dari Teorema Pythagoras
3.7.2 Menjelaskan bunyi Teorema Pythagoras
3.7.3 Menjelaskan sisi-sisi pada segitiga siku-siku

C. Tujuan Pembelajaran
 Siswa mampu menjelaskan dan membuktikan teorema Pythagoras dan
triple Pythagoras
107

Aktivitas 1

Petunjuk :
1. Kerjakan bersama anggota kelompok dengan menunjukkan sikap kerja sama
dan bertanggungjawab.
2. Setiap anggota kelompok wajib berpartisipasi dalam menyelesaikan LKPD.
3. Gunakan buku paket/internet sebagai literasi untuk menjawab soal-soal yang
ada pada LKPD.
Topik : Pembuktian Teorema Pythagoras dengan Persegi
Teorema Pythagoras berbunyi :
“Pada sebuah segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring (sisi di depan sudut siku-siku)
sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi yang lain.”

b c

𝒂𝟐 + 𝒃𝟐 = 𝒄𝟐
Untuk membuktikan kebenaran dari teorema Pythagoras di atas, ikuti
langkah-langkah berikut :
1. Pahami Teorema Pythagoras di atas bersama teman kelompokmu (bisa
dikerjakan individu)
2. Setelah memahami bunyi dari Teorema Pythagoras, siapkan kertas HVS (atau
kertas berpetak), kertas karton, pensil, penggaris, dan gunting.
3. Buatlah tiga buah persegi dari kertas yang sudah disediakan dengan panjang
setiap sisi persegi adalah a = 3 satuan (3 kotak), b = 4 satuan, dan c = 5 satuan.
Kemudian guntinglah ketiga persegi itu.
4. Temple ketiga persegi tersebut sedemikian sehingga dua dari sudut persegi
saling berimpit dan membentuk segitiga didalamnya. Segitiga apakah yang
terbentuk ? …………………..
5. Perhatikan luas ketiga persegi.
Berapa luas persegi a ? ….. satuan
Berapa luas persegi b ? ….. satuan
Berapa luas persegi c ? ….. satuan
Apakah luas persegi yang terbesar sama dengan jumlah dua luas persegi kecil ?
108

6. Setelah melakukan kegiatan tersebut, apa yang dapat kalian ketahui tentang
hubungan nilai s, b, dan c ?

Soal latihan :
1. Diketahui ∆𝐴𝐵𝐶 siku-siku di B dengan panjang sisi 𝐴𝐵 = 7 𝑐𝑚 dan 𝐵𝐶 =
24 𝑐𝑚.
a. Gambarlah sketsa segitiga tersebut.
b. Apakah pada ∆𝐴𝐵𝐶 berlaku Teorema Pythagoras?
c. Berapakah panjang AC ?
2. Diketahui ∆𝑋𝑌𝑍 siku-siku di Y dengan panjang 𝑋𝑌 = 12 𝑐𝑚 dan 𝑋𝑍 = 15 𝑐𝑚.
Panjang 𝑌𝑍 adalah …. Z

15

Y 12 X
109

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

Mata Pelajaran : Matematika


Sekolah : SMP Negeri 1 Tombolo Pao
Kelas / Semseter : VIII / Ganjil
Alokasi Waktu : 1 x 20 Menit

Nama Anggota :
1. …………………..
2. …………………..
3. …………………..
4. …………………..
5. …………………..

A. Kompetensi Dasar
4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Teorema Pythagoras dan
Triple Pythagoras

B. Indikator
4.6.1 Menerapkan Teorema Pythagoras untuk menyelesaikan permasalahan
nyata
4.6.2 Menerapkan Triple Pythagoras untuk menyelesaikan permasalahan
nyata

C. Tujuan Pembelajaran
 Siswa mampu menerapkan Teorema Pythagoras dan Triple Pythagoras
untuk menyelesaikan permasalahan nyata
110

Aktivitas 1

Petunjuk :
1. Kerjakan bersama anggota kelompok dengan menunjukkan sikap kerja sama
dan bertanggungjawab.
2. Setiap anggota kelompok wajib berpartisipasi dalam menyelesaikan LKPD.
3. Gunakan buku paket/internet sebagai literasi untuk menjawab soal-soal yang
ada pada LKPD.

Soal :
1. Sebuah kapal berlayar sejauh 4 km ke Selatan kemudian berbelok ke Barat
sejauh 3 km. tentukanlah jarak terdekat kapal itu dari tempat awal ke posisinya
sekarang !
3 km

4 km
Jawab :
Misalkan :
Jarak posisi awal kapal ke arah Selatan = S
Jarak kapal dari arah Selatan ke arah Barat = B
Maka :
𝑅2 = 𝐵2 + 𝑆 2
𝑅2 = ⋯ + ⋯
𝑅2 = ⋯ + ⋯
𝑅2 = ⋯
𝑅 = √…
𝑅=⋯
Jadi, jarak terdekat kapal dari posisi awal ke posisi sekarang adalah … km.
2. Sebuah kapal berlayar sejauh 9 km ke Utara kemudian berbelok ke Timur
sejauh 12 km. Tentukanlah jarak terdekat kapal itu dari tempat awal ke
posisinya sekarang !
111

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN


DENGAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL,
INTELEKTUAL (SAVI)
Pertemuan ke :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Pokok Bahasan :

Petunjuk Observer
Berilah tanda () pada kolom skor sesuai kategori berikut :
4 = dilakukan dengan sangat baik
3 = dilakukan dengan baik
2 = dilakukan dengan cukup baik
1 = dilakukan dengan kurang baik

No Deskripsi Kegiatan Penilaian


1 2 3 4
1 Pendahuluan Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME, dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
2 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin.
3 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik
dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
4 Mengaitkan materi pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik
terhadap materi sebelumnya.
5 Memberitahukan tentang kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung.
6 Memberitahukan tentang tujuan
pembelajaran dan materi pada pertemuan
yang sedang berlangsung.
7 Mengajukan pertanyaan yang ada kaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan.
8 Pembagian kelompok belajar.
9 Inti Guru mengarahkan peserta didik untuk
memusatkan perhatian pada topik materi
yang akan dipelajari
112

10 Guru mengarahkan peserta didik untuk


menyatakan masalah sehari-hari yang
berkaitan dengan materi.
11 Guru memberikan kesempatan kepada
peseta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan materi.
12 Guru meminta peserta didik dalam
kelompoknya berdiskusi mengolah data
hasil pengamatan terkait materi
pembelajaran.
13 Guru mengarahkan peserta didik untuk
menyelesaikan tugas yang berhubungan
dengan materi
14 Guru mengarahkan peserta didik untuk
mengumpulkan informasi untuk
menyelesaikan permasalahan yang telah
diidentifikasi.
15 Guru memerintahkan peserta didik untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
tentang materi yang dipelajari.
16 Guru mengarahkan peserta didik untuk
bertanya, mengemukakan pendapat, dan
menjawab pertanyaan terkait materi yang
dipelajari.
17 Guru dan peserta didik membuat
kesimpulan tentang materi yang telah
dipelajari
18 Penutup Guru dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukan.
19 Guru menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnys.
20 Guru menutup pelajaran dan mengarahkan
siswa untuk berdoa bersama-sama.

Tombolo, 2021
Observer

( )
113

Lampiran 2 : Hasil Belajar Pre Test dan Post Test

Daftar Hasil Belajar Pre Test dan Post Test


No Nama Skor Pree Nilai Pree Skor Post Nilai
Test Test Test Post Test
1 Ummul Alfiyah Irsa 10 22.22 40 18
2 Riza Rahmadina 8 17.78 57.79 26
3 Fitra Yani 9 20 46.67 21
4 Muh. Isra’ Saleh 11 24.44 55.56 25
5 Latifa Insyirah 15 33.33 48.89 22
6 Hasniar 13 28.89 44.44 20
7 Nurhakiki 5 11.11 57.79 18
8 Suriana 5 11.11 40 26
9 Muh. Al Fajrin A 14 31.11 33.33 15
10 Surya Saputra 12 26.67 46.67 21
11 Nurhayani 14 31.11 57.79 26
12 Mardawati 15 33.33 51.11 23
13 Ahmad Fahry 11 24.44 33.33 15
14 Bayu Ananda 8 17.78 37.78 17
15 Muh. Fahrul 10 22.22 20 9
16 Irgi Fahrezi 11 24.44 42.22 19
17 Adnan Maulana 9 20 40 18
18 Nur Asyifa 11 24.44 46.67 21
19 A Regita Mutmainna 8 17.78 46.67 21
20 Aank Hermawan 5 11.11 46.67 21
114

Lampiran 3 : Data Hasil Pree Test dan Post Test untuk Masing-Masing
Indikator Kreativitas

Data Hasil Pree Test dan Post Test untuk Masing-Masing Indikator
Kreativitas
No Nama Pree Test Post Test
Kefasihan Keluwesan Kebaruan Kefasihan Keluwesan Kebaruan
1 Ummul Alfiyah Irsa 4 4 2 7 6 5
2 Riza Rahmadina 4 3 1 11 10 5
3 Fitra Yani 4 5 0 8 8 5
4 Muh. Isra’ Saleh 6 4 1 10 11 4
5 Latifa Insyirah 7 6 2 8 8 6
6 Hasniar 6 5 2 7 8 5
7 Nurhakiki 2 2 1 7 6 5
8 Suriana 2 2 1 11 10 5
9 Muh. Al Fajrin A 6 6 2 6 6 3
10 Surya Saputra 6 4 2 8 8 5
11 Nurhayani 5 6 3 11 10 5
12 Mardawati 6 6 3 9 10 4
13 Ahmad Fahry 6 3 2 6 6 3
14 Bayu Ananda 4 3 1 6 6 5
15 Muh. Fahrul 5 4 1 3 3 3
16 Irgi Fahrezi 6 4 1 8 7 4
17 Adnan Maulana 4 4 1 7 6 5
18 Nur Asyifa 6 4 1 8 8 5
19 A Regita 4 3 1 8 8 5
Mutmainna
20 Aank Hermawan 2 3 0 8 8 5
115

Lampiran 4 : Hasil Analisis Data Statistik Deskripstif


Menggunakan SPSS 25

Hasil Analisis Data Pree Test dan Post Test

Statistics
PREE TEST POST TEST
N Valid 20 20
Missing 20 20
Mean 22.6655 44.6690
Median 23.3300 46.6700
Mode 24.44 46.67
Std. Deviation 6.97461 9.45636
Variance 48.645 89.423
Range 22.22 37.79
Minimum 11.11 20.00
Maximum 33.33 57.79

Hasil Analisis Data untuk Masing-Masing Indikator Kreativitas

Statistics
Kefasihan Keluwesan Kebaruan Kefasihan Keluwesan Kebaruan
N Valid 20 20 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 4.75 4.05 1.40 7.85 7.65 4.60
Median 5.00 4.00 1.00 8.00 8.00 5.00
Mode 6 4 1 8 8 5
Std. Deviation 1.517 1.276 .821 1.954 1.954 .821
Variance 2.303 1.629 .674 3.818 3.818 .674
Range 5 4 3 8 8 3
Minimum 2 2 0 3 3 3
Maximum 7 6 3 11 11 6
116

Lampiran 5 : Hasil Analisis Data Statistik Inferensial menggunakan SPSS 25

Uji Normalitas :

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
PREE TEST .101 20 .200* .942 20 .264
POST TEST .134 20 .200* .935 20 .196
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Uji Hipotesis :

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Difference
Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 PREE TEST - POST TEST -22.00350 11.78190 2.63451 -27.51760 -16.48940 -8.352 19 .000
117
118

Anda mungkin juga menyukai