Disusun Oleh :
PMM-2/Sem.III
2022
1. MENEMUKAN SEORANG GURU INSPIRASI
DI INDONESIA
BIOGRAFI JULI EKO SARWONO
Agama : Islam
Riwayat Hidup :
Riwayat Pekerjaan/Prestasi :
Kisah Juli Eko Sarwono, Seorang Guru Matematika Inspiratif, Kreatif dan Inovatif
yang Berjualan Bakso
Juli Eko Sarwono, lahir di kota Gudeg Yogyakarta, pada tanggal 21 Juli 1963, dari
keluarga sederhana, anak dari Ibunda Ngadiyem dan Ayahanda Buwang Hadi Suwarno
(Alm.). Julianto Eko Sarwono, guru matematika SMP Negeri 19 Purworejo, Jawa Tengah ini
adalah guru matematika yang sudah banyak mendapat penghargaan oleh Depdiknas Jawa
Tengah. Ia sering diundang untuk memberikan tip dan trik cara mengajar matematika kepada
sejumlah guru. Walau ia mengaku tidak sarjana seperti guru-guru lain, pria setengah baya ini
tidak berkecil hati. Ia mempunyai cara unik dalam mengimplementasikan pelajaran sekolah
kepada anak didiknya. Selain membuat sejumlah alat peraga sendiri, ia juga merangsang
murid dengan sejumlah hadiah “Setiap soal saya berikan harga sesuai tingkat kesulitan, yang
paling sulit harganya Rp. 5 ribu, yang agak gampang Rp. 3 ribu dan seterusnya. Bahkan ada
yang saya hadiahi semangkuk bakso kepada murid yang bisa mengerjakan soal dengan baik”,
ujarnya.
Memang Pak Eko ini adalah guru yang benar-benar unik. Untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari ia berjualan bakso berkeliling kampung. Namun demikian, ia mengaku
tak pernah mengeluh. Ia sangat mencintai pekerjaannya sebagai guru dan selalu berdoa agar
anak didiknya pandai dan berhasil. Namun, tidak bagi kelas yang diampu Juli Eko Sarwono.
Wajah riang, penuh semangat dan serasa tanpa beban tampak pada raut murid-muridnya.
“Saya mencoba membuat matematika menjadi menyenangkan, jika murid sudah suka,
transfer ilmu akan mudah”, ujarnya kepada KRjogja.com, sekolahnya, Selasa (3171).
Namun, jelang kenaikan kelas, murid-muridnya menjuluki Pak Eko sebagai guru
galak dan mereka merasa tidak nyaman selama belajar. “Target nilai matematika terpenuhi,
disisi lain, murid menganggap saya galak, mereka jadi tidak nyaman. Itu yang membuat saya
berpikir untuk merubah cara mengajar siswa”, katanya. Bahkan, guru yang hanya lulusan
Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) tahun 1986 ini mengaku kerap
memasukkan sepeda motornya kedalam kelas sebagai media belajar siswa. Sepeda motor itu,
ia jadikan contoh ketika ia mengajarkan tentang lingkaran dan benda tabung. “Mereka
praktek sendiri, mengukur sepeda motor saya, dan akhirnya menerapkan rumus matematika
untuk menghitung”, ucapnya.
Mengajar dengan cara seperti Pak Eko bukan tanpa tantangan. Saat mengawali
metode itu beberapa tahun silam, rekan sekerjanya meluangkan protes. Setiap kali usai
mengajarkan matematika, ia meminta murid menempelkan hasil perhitungan berbagai rumus
di tembok kelas. Selain itu, alat peraga juga dianggap bikin sumpek dan mengotori ruang
kelas. Ia juga pernah dianggap sebagai guru “edan'” lantaran cara mengajar yang dinilai aneh.
Namun, setelah metodenya berhasil mencetak nilai bagus dan kenyamanan dalam belajar, ia
justru didukung teman sekerjanya. Bahkan, sekolah meminjamkannya satu kelas khusus
untuk laboratorium matematika. “Kelas ini khusus matematika, jadi seperti laboratorium,
namun sederhana. Setiap pelajaran matematika untuk kelas sembilan, diajarkan di kelas
khusus ini,”, paparnya.
Keberhasilan cara mengajar Pak Eko juga membuatnya menjadi pembicara pada
sejumiah seminar nasional bertema pendidikan di sejumlah tempat dan stasiun televisi. Ia
tidak mempersoalkan dirinya tidak pernah lulus sebagai sarjana. Ia juga mengaku tidak
masalah jika belum lolos uji sertifikasi. Pak Eko merasa cukup dengan penghasilannya
sebagai guru dan berwiraswasta. Sepulang mengajar di SMP N 19 Purworejo, ia berjualan
bakso keliling di lingkungan rumahnya di desa Jogonegoro, kecamatan Mertoyudan,
kabupaten Magelang. “Lumayan, dapat tambahan penghasilan sedikitnya Rp. 70 ribu setiap
hari”, ujarnya.
Dicap “edan” ternyata tidak membuat Juli Eko Sarwono minder. Justru hal itu makin
terlecut semangatnya untuk terus maju menjadi yang terbaik. Bahkan, karena kiprahnya, Pak
Eko mendapat penghargaan sebagai "Good Practices" di bidang pendidikan oleh lembaga
donatur asing Decentralized Basic Education 3 (DBE 3) - USAID.
Dimulai Pak Eko diangkat menjadi guru Tahun 1989 dan di tempatkan di SMP N 19
Purworejo. Jarak 35 km dari rumahnya, Kemaran RT 003/RW 008, kelurahan Jogonegoro,
kecamatan Mertoyudan, kabupaten Magelang. Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa ia melakukan dengan penuh tanggung jawab dan disiplin. Di SMP N 19 Purworejo ia
mendapat tugas mengajar mata pelajaran matematika dan bela diri pencak silat, juga
membantu melatih drumband.
Kehidupan seorang guru lumayan dengan gaji cukup. Kehidupan Pak Eko mulai
memburuk saat anak ia mulai sekolah lanjutan dan diperparah dengan anak-anak mulai
kuliah, rasanya gaji yang ia terima sudah tidak cukup lagi. Mulailah Pak Eko mencari
tambahan penghasilan pada Tahun 1996, ia mengojek pakai sepada motor, berangkat jam
tujuh malam pulang jam satu malam, pada Tahun 2000 ia dan istri berjualan rokok dan nasi
di pangkalan angkutan pedesaan, dan Tahun 2003 warung mereka kena gusur, dan Pak Eko
bersama istri jualan bakso, istrinya jualan bakso mangkal di pinggir jalan dan ia berjualan
bakso dengan berkeliling dari desa satu ke desa yang lain, mulai jam empat sore sampai jam
sebelas malam. Nah, dengan jualan bakso keliling itulah Allah SWT memberikan kehidupan
yang luar biasa, karena mereka dapat penghasilan lebih dari gaji guru negeri, apalagi mereka
sering di borong pesta pernikahan dan borongan lainnya.
Namun, hal tersebut tentu saja tidak membuat Pak Eko melupakan tugasnya sebagai
guru, ia tunjukkan semua kemampuan mengajar matematika dan pencak silat di sekolah ia
bertugas. Ia pergunakan berbagai macam metode mengajar yang tentunya berbeda dengan
rekan guru yang lain. Mengapa ?, karena ia bukan sarjana dan teman-temannya semua
sarjana, ia menggunakan metode kontektual yang dibuat dari barang bekas, dan ia sajikan
dengan metode permainan. Misalnya, mengajar dengan kompentensi dasar menentukan luas
dan keliling lingkaran, pada pembelajaran ini peserta didik menentukan luas dan keliling
lingkaran dengan menghitung langsung media yang berbentuk lingkaran, misalnya kaset CD,
tutup kaleng roti, ember dan sebagainya. Untuk menguji kompentensi peserta didik dilakukan
dengan bermain, contohnya soal-soal ditulis di pesawat terbang dari kertas dan diterbangkan.
kemudian peserta didik mengerjakan dengan berkelompok sambil bermain pesawat terbang,
metode ini sungguh sangat menyenangkan, Kemudian untuk pembelajaran dengan
kompentensi dasar persamaan garis lurus, ia menggunakan dengan metode permainan,
misalnya untuk menentukan gradien, peserta didik bisa menggunakan wayang dan
jalangkung, dari pembelajaran ini berlangsung sangat menyenangkan dan hasil nilainya
berhasil di atas KKM.
Nah, ternyata jualan bakso tidak mengganggu Pak Eko dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik, Demikian sekedar cerita kisah Pak Eko yang tentunya belum seberapa
dibanding pendidik yang lain, yang penting adalah melakukan tugas dengan sepenuh hati dan
tidak melupakan tugas sebagai suami untuk mensejahterakan keluarga.
Keistimewaan Tokoh
Belajar matematika bagi sebagian siswa tingkat SMP sangat sulit, namun tidak
demikian di tangan Juli Eko Sarwono. Pria yang sudah mengajar selama 29 tahun ini berhasil
menciptakan alat peraga untuk pelajaran Matematika.
Juli Eko Sarwono, guru matematika di SMP Negeri 19 Kabupaten Purworejo, Jawa
Tengah ini, tidak pernah bosan dan lelah mengabdi. Hal itu ia buktikan ketika ia bekerja
menjadi guru SMP di Purworejo, Jawa Tengah. Setiap hari Pak Eko harus menempuh jarak
36 km untuk bisa sampai di sekolah SMP N 19 Purworejo. Pekerjaan itu ia lakukan setiap
hari dengan tujuan mengabdi dan rasa ikhlas mendidik. Pak Eko menegaskan, ia mulai
mengajar sejak tahun 1985 di sekolah SMP Muhammadiyah Magelang. Setelah tiga tahun
mengabdi di SMP Muhammadiyah, ia kemudian diangkat menjadi PNS dan ditugaskan di
SMP Negeri 19 Purworejo, Jawa Tengah. “Saya sudah 29 tahun mengajar. Saya senang,
meski jauh tidak pernah saya mengeluh”, terang Pak Eko.
Menurut Pak Eko, pekerjaan apapun tidak akan terasa sulit jika dilakukan dengan rasa
ikhlas dan senang hati. Pasalnya, dari pekerjaan itu ia akan mendapatkan kepuasan dan
tanggung jawab. Bahkan, ia juga akan merasa terhibur jika sudah bertemu dengan murid-
muridnya. Kini, berkat kerja keras Pak Eko, sekolah SMP N 19 Purworejo telah mendapatkan
pengakuan sebagai sekolah bertaraf nasional dengan berbagai prestasi, terutama soal
matematika. “Sejak saya menciptakan kreatifitas dengan metode peraga, sekolah
mendapatkan pengakuan dari dunia dan Mendikbud”, terang Pak Eko.