Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


“PENGGUNAAN MODEL TALKSHOW SOSIOLOGI DENGAN ROLE PLAYING
PADA MATERI GEJALA SOSIAL DALAM UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN
PESERTA DIDIK KELAS X3 DI SMA N 1 SUKOREJO”

Disusun Oleh:
NAMA : DANIA QUDSIANA
NIM : 3401022149
PRODI : PENDIDIKAN SOSIOLOGI

PPL PPG PRAJABATAN


LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI (LP3)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian: “Penggunaan Model Talkshow Sosiologi Dengan Role Playing Pada
Materi Gejala Sosial Dalam Upaya Peningkatan Keaktifan Peserta Didik Kelas X3 Di
Sma N 1 Sukorejo”
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : Dania Qudsiana
b. NIM : 3401022149
c. Program Studi : Pendidikan Sosiologi
d. Alamat : Kemlokolegi, RT 003 RW 002 Pucakwangi Pageruyung
Kendal
e. No. HP : 085540454013
f. Email : qudsiana84@gmail.com
g. LPTK : Universitas Negeri Semarang
3. Lama Penelitian:
4. Lokasi Penelitian : SMA N 1 SUKOREJO

Sukorejo, Mei 2023


Peneliti

Dania Qudsiana
3401022149

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Guru Pamong PPL

Harto Wicaksono, S.Pd., M.A Eni Susilo H, S.Pd


NIP 19890205201504 1 001 NIP 19740719200701 2 006

Mengetahui, Kepala Sekolah

Yoshi Rachmartdi, S.Pd.,M.Si


NIP 196903191991 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga
penulis mampu menyelesaikan Laporan Penulisan Tindakan Kelas (PTK) dengan baik dan
tepat waktu. Dalam proses penelitian dan penyusunan laporan PTK ini, penulis ingin
berterima kasih atas segala dukungan dan bantuan kepada:
1. Bapak Yoshi Rachmartdi, S.Pd., M.Si, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Sukorejo
yang telah memberikan izin dalam pelaksanakan penelitian
2. Bapak Harto Wicaksono S.Pd., M.A, selaku dosen pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan penelitian
3. Ibu Dina Permitasiwi S.Pd, dan Ibu Eni Susilowati S.Pd, selaku guru pamong yang
telah membimbing pelaksanaan penelitian
4. Bapak Abdul Manap dan Ibu Siti A’Isyah yang selalu memberikan semangat dan
dorongan moral dan spiritual dalam menyelesaikan laporan penelitian
5. Tutik sulistiyowati dan Khoirul Anam selaku teman seperjuangan PPL PPG
Prajabatan SMA Negeri 1 Sukorejo yang telah memotivasi, membantu dan
mendorong dalam pelaksanaan penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini masih terdapat kekurangan, maka untuk itu penulis menerima dengan senang hati
atas kritik dan saran yang membangun agar di waktu mendatang dapat menyusun laporan
PTK yang lebih baik.
Semoga PTK ini dapat bermanfaat sebagai referensi pelaksanaan PTK lainnya dalam
dunia pendidikan khususnya di SMA Negeri 1 Sukorejo untuk memperkaya model
pembelajaran di sekolah.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan di Indonesia di mulai dari didirikannya “Taman Siswa” oleh Ki Hadjar


Dewantara yang sekaligus sebagai bapak pendidikan Indonesia. Pendidikan menjadi gerbang
emas dalam mencerdasakan kehidupan bangsa Indonesia, sehingga tak heran jika sistem
pendidikan di Indonesia terus mengalami pergantian seiring perkembangan zaman.
Pergantian kurikulum terjadi sejak kurikulum 1947 sampai dengan kurikulum merdeka, yang
dipakai dalam sistem pendidikan di Indonesia saat ini.

Pada pembelajaran abad 21 yang menggunakan kurikulum merdeka, pendidik


berkewajiban menuntun peserta didik agar bisa berkembang sesuai bakat dan minat pada
zamannya. Pada kurikulum merdeka dibagi dua fase, yakni fase E untuk kelas X dan fase F
untuk kelas XI dan XII. Pembagian mata pelajaran disesuaikan dengan kelas apeminatan dan
lintas minat, contohnya adalah mata pelajaran Sosiologi menjadi mata pelajaran wajib di
kelas peminatan dan menjadi mata kuliah pilihan di kelas lintas minat.

Sosiologi merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh peserta didik di
SMA terutama jurusan sosial atau peminatan dalam istilah kurikulum merdeka. Pembelajaran
sosiologi pada umumnya masih monoton dan menggunakan metode ceramah. Hasil observasi
yang ditemukan bahwa guru mata pelajaran sosiologi cenderung hanya menggunakan metode
ceramah, sehingga peserta didik terbiasa hanya mendengarkan saja. Pembelajaran sosiologi
sering menggunakan metode ulangan mencongak, yang dimana peserta didik dituntut untuk
menghafalkan semua materi yang sudah diajarkan. Hal ini berdampak pada nilai hasil belajar
yang cenderung rendah. Selain itu peserta didik cenderung bosan dan asik bermain gadget
sendiri serta kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang dominan metode ceramah dan kurang interaktif jauh dari
penerapan kurikulum merdeka. Pembelajaran pada materi gejala sosial, jika hanya
disampaikan dengan metode ceramah tentu akan kurang menarik, peserta didik kurang
memiliki sikap berpikir kritis, dan akan sulit dalam memahami materi tersebut. Sementara
itu, di kurikulum merdeka peserta didik diarahkan untuk memiliki karakteristik sesuai dengan
profil pelajar Pancasila yang memuat enam karakter meliputi beriman, bertaqwa kepada
Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong
royong, dan kreatif. (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020).
Pada kurikulum merdeka peserta didik dituntut untuk memiliki keterampilan “The 4Cs” yaitu
communication, collaboration, critical thinking, dan creativity (Partnership for 21st Centur,
2007).

Hal ini berdampak pada kurang aktifnya peserta didik dalam proses pembelajaran
yang mengakibatkan pembelajaran membosankan dan tidak efektif. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menarik untuk
membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah
adanya interaksi dua arah dan student center, dengan begitu guru dituntut kreatif untuk
merubah metode ceramah menjadi metode mengajar yang interaktif dan inovatif agar tercapai
proses pembelajaran yang efektif dan hasil belajar yang maksimal.

Sugiono menerangkan bahwa pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan


peserta didik yang didalamnya ada tiga kegiatan utama yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan perencanaan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. (1) Syaiful
Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung : Alfabeta, 2010), 62. Menurut Hamzah B. Uno
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(2) Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 2. Sedangkan itu menurut Nunuk Surynai dan Leo Agung
dalam bukunya, mengartikan metode pembalajaran sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. (3) Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar
Mengajar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hal.6-7.

Metode yang dibutuhkan untuk permasalahan penelitian ini adalah metode yang dapat
melibatkan seluruh peserta didik dan menuntut peserta didik untuk mampu aktif dalam kelas
tidak hanya diskusi dalam kelompoknya saja. Badiah et al (2013) mengungkapkan bahwa
metode talkshow melibatkan peserta didik untuk menciptakan interaksi bermakna yang
ditampilkan di depan kelas dan menumbuhkan sejumlah keterampilan, yaitu keterampilan
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menanggapi sebuah masalah, mengemukakan
gagasan, membuka dan menutup acara, memandu acara, serta menumbuhkan rasa percaya
diri, keberanian di depan publik, berkembangnya kreativitas seluruh peserta didik, melatih
berkolaborasi antar teman sejawat, dan mampu berpikir kritis mengenai permasalahan yang
ada di masyarakat dengan mengaitkan materi pelajaran.
Metode talkshow dirasa sangat tepat untuk diterapkan pada penelitian ini, terlebih metode
talkshow belum pernah dilakukan di kelas tersebut. Metode talkshow tepat diterapkan dalam
materi gejala sosial untuk melatih keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran terlebih
bisa menumbuhkan berpikir kritis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keaktifan peserta
didik kelas X 3 SMA N 1 SUKOREJO pada materi gejala sosial menggunakan model
talkshow.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses peningkatan keaktifan peserta didik pada materi gejala sosial
menggunakan model talkshow di kelas X3 SMA N 1 SUKOREJO?
2. Bagaimana hasil peningkatan keaktifan peserta didik pada materi gejala sosial
menggunakan model talkshow di kelas X3 SMA N 1 SUKOREJO?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui proses peningkatan keaktifan peserta didik pada materi gejala
sosial menggunakan model talkshow di kelas X3 SMA N 1 SUKOREJO
2. Untuk mengetahui hasil peningkatan keaktifan peserta didik pada materi gejala
sosial menggunakan model talkshow di kelas X3 SMA N 1 SUKOREJO
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peserta Didik, terciptanya proses pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan menyenangkan dalam mencapai tujuan
pembelajaran
2. Bagi Guru, meningkatkkan kinerja profesional meliputi menilai, merefleksi diri,
dan mampu memperbaiki serta meningkatkan pembelajaran yang dikelolanya.
3. Bagi Sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran dan program sekolah secara
keseluruhan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Metode Pembelajaran
Nunuk Suryani dan Leo Agung dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar
membedakan antara strategi pembelajaran dan metode pembelajaran. Strategi
pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah ”a
way in achieving.” Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar,
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hal.6-7. Metode pembelajaran dapat diartikan
sebuah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Hamzah B. Uno “metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran:
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 2 Metode pembelajaran adalah jalan yang ditempuh seorang guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara-cara tertentu. Selain itu, metode
pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah
kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.
Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang
teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan proses pembelajaran.
2. Model Talkshow
Talkshow adalah sebuah acara yang menghadirkan narasumber untuk berbicara
tentang topik yang menarik (Hornby, 1995). Hornby, A. 1995. Oxford Advances Learner’s
Dictionary of Current English. Oxford University Press, Great Britain. 1899. Badiah et al
(2013) mengungkapkan bahwa metode talkshow melibatkan siswa untuk menciptakan
interaksi bermakna yang ditampilkan di depan kelas dan menumbuhkan sejumlah
keterampilan, yaitu keterampilan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,
menanggapi sebuah masalah, membuka dan menutup acara, memandu acara, serta
menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian di depan publik, berkembangnya
kreativitas seluruh siswa dalam pembelajaran, dan mampu mengaitkan pembelajaran
dengan permasalahan yang ada pada masyarakat. Badiah, Rusminto, N. E., dan Fuad, M.
2013. Peningkatan Keterampilan Berbicara Dalam Bahasa Indonesia Melalui Gelar Wicara
Pada Siswa. J-Simbol (Bahasa, Sastra Dan Pembelajarannya), 1(1): 59–70.
3. Role Playing
Pengertian role playing atau lebih dikenal dengan istilah bermain peran adalah salah
satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-
peran tertentu. Menurut Kokom Komalasari role playing adalah suatu metode
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung pada apa yang diperankan. Kokom
Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal.80.
Metode role playing merupakan sebuah metode pembelajaran yang membantu
masing-masing siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial anak dan
membantu memecahkan dilema pribadi dengan kelompok sosial mereka. Dalam
dimensi sosial metode ini memudahkan individu untuk bekerjasama dalam
menganalisis keadaan sosial.
Metode ini sengaja dirancang untuk memecahkan masalah yang diawali dengan
kasus, lalu akan ada yang berperan sesuai kasus untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Biasanya, siswa atau mahasiswa memainkan peran yang berbeda-beda sesuai
dengan situasi tertetu dan secara spontan memainkan peran sesuai dengan situasi atau
kasus yang diberikan. Melalui kegiatan ini memungkinkan siswa untuk melakukan
analisa dan memecahkan masalah. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini
meliputi: kemampuan bekerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian.

4. Keaktifan Peserta Didik


Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha. Sedangkan
arti dari keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan. Aktif menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah giat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Menurut Abu Ahm adi dan Widodo
Supriyono menjelaskan siswa yang aktif adalah siswa yang terlibat dalam
pembelajaran yang terihat dari intelektual dan emosional dalam kegiatan
pembelajaran. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta:
Reineka Cipta, 2004), 207.
Menurut Sardiman keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu
berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan
menurut Sugandi keaktifan siswa adalah dalam proses pembelajaran bukan hanya
terlibat dalam bentuk fisik seperti duduk melingkar, mengerjakan atau melakukan
sesuatu, akan tetapi dalam proses pembelajaran yang berbentuk proses analisis,
analogi, komparasi, penghayatan, yang kesemuanya merupakan wujud keterlibatan
siswa dalam hal psikis dan emosi. Achmad Sugandi, Teori Pembelajaran (Semaran:
UNNES press, 2004), 75.
5. Tinjauan Umum
6. Kerangka Berpikir
7. Hipotesis Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran yang dilakukan dikelas
(Suharsimi, 2008). Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Class
Room Action Research, yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
dengan berbagai aturan dan langkah-langkah yang harus diikuti. Tujuan dari PTK ini
adalah untuk memperbaiki mutu dan praktik pembelajaran yang dilakukan guru,
memperbaiki dan meningkatkan kinerja pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
menemukan solusi atas masalah pembelajaran yang terjadi di dalam kelas agar
pembelajaran menjadi lebih bermutu, menumbuhkan inovasi-inovasi baru dalam
proses pembelajaran (Sukanti, 2008). PTK ini terdapat 4 tahap yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi.
B. Subjek Penelitian
Subjek penilitian adalah peserta didik kelas X.3 SMA Negeri 1 Sukorejo yang
berjumlah 36 orang terdiri dari 15 laki-laki dan 21 perempuan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukorejo yang berada di kecamatan
Sukorejo Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian adalah bulan
April sampai Mei 2023 pada semester 2 tahun ajaran 2022/2023.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, dimana dari siklus I dan siklus II saling
berkaitan. Siklus II dilakukan sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart.
Model ini terdiri dari 4 tahap yakni perencanaan, Tindakan, observasi, dan refleksi.
Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rancangan dan menentukan focus
permasalahan kemudian membuat instrument pengamatan untuk merekam fakta yang
terjadi selama tindakan berlangsung. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi
isi rancangan sekaligus tahap observasi atau pengamatan terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Selanjutnya pada tahap akhir diadakan refleksi
terhadap implementasi tindakan yang telah dilaksanakan. Keempat tahapan tersebut
adalah unsur yang ada dalam sebuah siklus.
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data
G. Indikator Keberhasilan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila

Partnership for 21st Century. 2007. Learning and Innovation Skills-4Cs Key Subjects-3Rs and 21st
Century Themes Critical thinking • Communication Collaboration • Creativity P21 Framework for
21st Century Learning 21st Century Student Outcomes and Support Systems Framework for 21st
Century L. www.P21.org.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai