Anda di halaman 1dari 7

MACAM-MACAM GAYA

1. GAYA BERAT
Berat merupakan besaran vector yang besarnya tergantung pada tempatnya (percepatan
gravitasi pada tempat benda berada). Gaya berat dinyatakan secara matematis sebagai
berikut.
w=mg
Dengan m = massa benda (kg),
g = percepatan gravitasi (10 m/s2)
w = gaya berat (Newton)
Karena g tergantung pada lokasi, maka berat tergantung pada lokasi benda. Gaya berat
selalu tegak lurus ke bawah di manapun posisi benda diletakkan, baik di bidang
horizontal, miring, maupun vertical.

2. GAYA NORMAL
Gaya normal adalah gaya yang selalu tegak lurus terhadap bidang sentuh.

perhatikan gambar di samping. Pada sebuah benda yang diam di atas


lantai, berlaku :

∑ F=0
N−w=0
N=w
Dengan w = gaya berat dan N = gaya normal (gaya yang tegak lurus
terhadap bidang).
pada gambar di samping menunjukkan benda diam pada bidang
miring berlaku :

∑ F=0
N−w cos θ=0
N=w cos θ

pada gambar di samping menunjukkan benda yang diberi gaya F pada


bidang datar, berlaku :
N + F sin θ=w
N=w−F sin θ

Pada gambar di bawah menunjukkan benda yang diberi gaya F pada bidang datar berlaku:
N−F sin θ=w
N=w+ F sinθ

3. GAYA SENTRIPETAL
Gaya sentripetal adalah gaya yang ditimbulkan oleh tegangan dalam tali.bueche
menyatakan bahwa, gaya sentripetal tidak mempunyai reaksi dan harus bekerja pada
v
massa m yang bergerak melingkar, agar massa itu mengalami percepatan sebesar .
r
Menurut hukum II Newton ( F=ma ), jika a merupakan percepatan sentripetal, besar gaya
sentripetal adalah
2
v
F=m
r
Dengan: m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
r = jarak dari pusat lingkaran (m)
F = Gaya yang bekerja pada benda (N)
Contoh aplikasi gaya sentripetal dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1. Ketika mobil melintas di jalan raya. Jika lintasan berupa tikungan melingkar, gaya
setripetal berupa gaya gesek statis menahan mobil agar tidak slip sewaktu berputar.
2. Dalam dunia medis dikenal alat sentripetal yang berguna untuk memisahkan partikel-
partikel yang berbeda massa jenisnya yang masih bercampur. Misalnya memisahkan
darah merah dengan darah putih dalam cairan darah, atau memisahkan DNA dari
plasma darah.
3. Di tikungan sirkuit lintasan balap mobil F1 dibuat miring dengan sudut kemiringan
tertentu. Hal yang sama sering kita temui pada tikungan tajam jalan raya. Hal itu
dimaksudkan agar pengendara merasa nyaman sewaktu melintas lintasan melingkar
agar tidak terjadi slip roda mobil.

4. GAYA GESEK
Gaya gesek merupakan gaya sentuh, artinya gaya ini muncul jika permukaan dua
zat bersentuhan secara fisik, di mana gaya gesek tersebut sejajar dengan arah gerak benda
dan berlawanan dengan arah gerak benda.
Ada dua jenis gaya gesek, yaitu gaya gesek statis (fs) yang bekerja pada saat
benda diam (berhenti) dan gaya gesek kinetis (fk) yang bekerja pada benda saat bergerak.
Terjadinya gesekan disebabkan karena dua permukaan benda yang saling bersentuhan.
Gesekan ini hanya ada pada dua permukaan benda padat saja. Gaya gesakan akan muncul
jika memiliki kekasaran dari permukaan benda yang bersentuhan.
Dari kekasaran permukaan benda dapat dinyatakan sebagai koefisien gesekan µ
(dibaca : miu). Jika semakin kasar permukaan suatu benda yang bergesekan, maka
semakin besar koefisien gesekannya.

Perhatikan ilustrasi berikut !

Seseorang mendorong balok


Letakkan sebuah balok di lantai. Kemudian dorong dan lepaskan. Seketika balok tersebut
akan berhenti. Kok bisa? Pada contoh gambar di atas menunjukkan bahwa adanya
sesuatu yang mempengaruhi balok tersebut sehingga berhenti seketika. Sesuatu yang
membuat balok yang bergerak kemudian berhenti seketika dinamakan gaya gesekan.

Gaya gesekan selain bergantung pada koefisien gesekan, bergantung juga pada gaya
normal yang mempengaruhi benda tersebut. Gaya normal adalah gaya tegak lurus pada
permukaan tempat benda berada. Untuk rumus gaya normal :
N=w=m.g

Jadi, besarnya gaya gesekan tidak bergantung pada luas bidang yang bergesekan,
melainkan bergantung pada kekasaran permukaan dan besarnya gaya normal. Maka,
rumus gaya gesekan dapat ditulis sebagai berikut :

f=µ.N

Keterangan :
f = gaya gesekan
µ = koefisien gesekan
N = gaya normal

Catatan : Arah gaya gesek selalu berlawanan dengan arah gerak benda.

Gaya gesekan dibedakan menjdai dua macam, yaitu gaya gesekan statis (fs) dan gaya
gesekan kinetis (fk).

Gaya gesekan statis : terjadi saat benda dalam keadaan diam.


Gaya gesekan kinetis : terjadi saat benda dalam keadaan bergerak.
Pada umumnya, gaya gesekan statis lebih besar daripada gaya gesekan kinetis.

Gaya Gesek Statis dan Kinetis

Misalkan sebuah balok yang beratnya w diletakkan pada lantai (seperti gambar di atas).
Balok memberikan gaya tekan pada lantai sebesar w.
Gaya tekan ini diimbangi oleh lantai dengan memberikan gaya normal N (N = w),
sehingga benda dalam keadaan seimbang (diam).

Balok diberi gaya F < fs

Pada balok, kemudian diberikan gaya F cukup kecil (seperti gambar di atas). Balok masih
diam (seimbang) karena gaya F masih bisa diimbangi oleh gaya gesek statis (fs). Jika
gaya F diperbesar, maka gaya fs pun semakin besar, selama balok itu masih diam.

Balok diberi gaya F = fs

Jika gaya F terus diperbesar (seperti gambar di atas), suatu saat fs akan mencapai harga
maksimumnya (fsm), saat ini balok tepat ketika akan bergerak miring. Artinya jika gaya F
ditambah lagi sedikit saja, maka benda akan bergerak.
Balok diberi gaya F > fs > fk

Ketika balok sudah bergerak, gaya geseknya lebih kecil daripada gaya gesek (statis)
maksimum (seperti gambar di atas). Gaya gesek yang muncul saat benda sudah bergerak
disebut gaya gesek kinetis (fk).

Dari uraian di atas, bisa kita simpulkan bahwa gaya gesek terdiri atas dua jenis, yaitu
gaya gesek statis (fs) dan gaya gesek kinetis (fk).

 Gaya gesek statis terjadi pada saat benda dalam keadaan diam.
 Gaya gesek kinetis terjadi pada saat benda bergerak.
 Gaya gesek kinetis lebih kecil daripada gaya gesek statis (fk < fs).

Koefisien Gesekan

Telah disebutkan di atas bahwa kekasaran permukaan bidang sentuh mempengaruhi besar
kecilnya gaya gesekan. Kekasaran permukaan bidang sentuh tersebut dinyatakan dalam
koefisien gesekan (µ). Koefisien gesekan ini pun terdiri atas dua jenis, yakni koefisien
gesekan statis (µs) dan kinetis (µk). Koefisien gesekan statis selalu lebih besar
dibandingkan dengan koefisien gesekan kinetis (µs > µk).

Besar kecilnya gaya gesekan, selain bergantung pada koefisien gesekan bidang sentuh,
bergantung pula pada gaya normal (N). Hubungan gaya gesek (f), koefisien gesek (µ),
dan gaya normal N, dinyatakan dengan persamaan pendekatan sebagai berikut :

Untuk gaya gesek statis (fs) :


fs = µs . N

Untuk gaya gesek kinetis (fk) :

fk = µk . N

Keterangan :
fs = gaya gesekan statis (N)
fk = gaya gesekan kinetis (N)
N = gaya normal (N)
µs = koefisien gesekan statis
µk = koefisien gesekan kinetis

Nilai koefisien gesekan dari dua permukaan yang bergesekan menunjukkan nilai
kekasaran kedua permukaan tersebut. Nilai ini berkisar antara 0 dan 1. Jadi, secara
matematis nilai koefisien gesekan (µ) ini bisa dinyatakan 0 ≤ µ ≤ 1, yaitu :

µ = 0 : jika permukaan yang bergesekan licin sempurna.


µ = 1 : jika permukaan yang bergesekan sangat kasar.
Berdasarkan uraian di atas, bisa diringkas mengenai gaya gesekan yang bekerja pada
benda.
Gaya gesekan :

Jika F < fs, maka benda diam


Jika F = fs, maka benda tepat akan bergerak
Jika F > fs, maka benda bergerak
Tabel di bawah memperlihatkan koefisien gaya gesekan untuk berbagai macam
permukaan benda yang sedang kontak.

Tabel koefisien gesekan antara beberapa permukaan


Manfaat Gaya Gesek
Gaya gesek ban dengan jalan
Roda kendaraaan tidak dibuat mulus. Mengapa? supaya gaya gesekan antara ban dengan
jalan tetap ada. Keberadaan gaya gesekan menghindari roda tergelincir atau slip.
Sementara itu, antara roda dan aspal dimasukkan bola-bola kecil dan peluang untuk
mengurangi gaya gesekan sehingga bagian tersebut bisa bergerak relatif (berputar) lebih
mudah.

5. GAYA TEGANGAN TALI

Anda mungkin juga menyukai