Anda di halaman 1dari 35

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

Oleh:
SAFA’AH NURFA’IZIN S.T.,M.T
Mempelajari gerak benda tanpa meninjau penyebab dari
gerak tersebut. Pembahasan dilakukan hanya berkaitan
dengan keadaan bendanya, yaitu posisi, perpindahan,
kecepatan, dan percepatannya.

Lalu apa yang menyebabkan benda bergerak?

Apa yang menyebabkan benda diam menjadi bergerak


atau benda bergerak menjadi diam?
Penyebab gerak tidak lain adalah gaya.
Dalam fisika, cabang ilmu yang khusus membahas tentang
gaya dan gerak yang ditimbulkannya disebut dinamika.

Gaya merupakan suatu besaran vektor yang dapat


mengakibatkan terjadinya perubahan kecepatan pada
suatu benda.
Sebagai contoh, seorang anak mendorong meja sehingga
meja menjadi bergerak. Anak memberikan gaya dorong
pada meja, dan gaya dorong itulah yang mengakibatkan
meja bergerak. Gaya disimbolkan dengan F yang berasal
dari kata “force”. Sebagai besaran vektor, pengoperasian
gaya mengikuti aturan operasi vektor.

F
Selain gaya dorong, ada berbagai macam gaya
lainnya, seperti gaya berat (gaya gravitasi), gaya
normal, gaya gesekan, gaya tegangan tali, gaya
pegas, gaya listrik, dan gaya magnet. Gaya-gaya
tersebut ada yang dikelompokkan menjadi
kelompok gaya sentuh dan gaya tak sentuh, dan
kelompok gaya luar dan gaya konservatif.
Namun pada dasarnya semua gaya di alam ini hanya
terdiri dari empat jenis. Secara berurutan dari gaya yang
paling kuat ke gaya yang paling lemah, yaitu gaya nuklir
atau gaya inti, gaya elektromagnetik, gaya gravitasi, dan
gaya interaksi lemah. Dalam sudut pandang mikroskopis,
sebagian besar gaya yang kita alami sehari-hari
merupakan gaya elektromagnetik
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai gerak lurus
beraturan. Jika benda bergerak lurus beraturan maka
tidak ada perubahan kecepatan selama geraknya, dengan
kata lain percepatannya nol. Newton menyatakan melalui
Hukum I-nya tentang gerak, bahwa “jika resultan gaya
yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol maka
ada dua kemungkinan mengenai gerak benda itu,
bergerak lurus beraturan atau diam”.
Oleh karena gaya merupakan besaran vektor,
penjumlahannya mengikuti aturan penjumlahan vektor.
Pada penjumlahan dalam satu dimensi, arah gaya cukup
diwakili oleh tanda positif atau negatifnya saja.
Kita tinjau sebuah balok yang diam pada
lantai datar dan licin!

Gaya yang bekerja pada balok adalah gaya berat dan gaya normal (N).
W bekerja dari titik pusat massa balok dan mengarah lurus ke bawah sedangkan
(F) adalah gaya normal, yaitu gaya kontak yang dikerjakan lantai ke balok. Oleh
karena balok tetap diam terhadap sumbu y maka gaya ke atas dan ke bawah
sama besar. Gaya berat searah dengan percepatan gravitasi, yaitu menuju pusat
Bumi. Sementara itu, gaya normal arahnya selalu tegak lurus terhadap bidang.
DBB adalah diagram gaya-gaya yang bekerja pada sebuah
benda tanpa menyertakan lingkungannya. Pada dasarnya
DBB berupa balok dan DBB berupa titik sama saja. Oleh
karena itu, kita cukup menggunakan salah satunya.

Oleh karena arah ke bawah (sumbu negatif) maka dalam


penjumlahan dapat ditulis dengan – . Sementara arah
ke atas maka dapat ditulis dengan +.
Sesuai dengan Hukum I Newton maka resultan
gayanya sama dengan nol, sehingga

Artinya, Nilai gaya berat sama dengan nilai gaya normal.


Dalam gambar, kedua gaya tersebut digambar dengan
panjang yang sama.
Bayangkan sebuah balok berada di atas lantai datar dan
licin dalam keadaan diam. Balok lalu ditarik dengan gaya ke
kiri dan ke kanan. Jika balok tetap diam maka gaya-gaya
apa saja yang bekerja pada balok, dan bagaimana besar dan
arahnya? Berikut ini diberikan diagram benda bebasnya.
Sebuah balok digantung dengan tali dan
dalam keadaan diam, seperti pada Gambar
(a). Gaya yang bekerja pada balok adalah gaya berat w
dengan arah ke bawah, dan gaya tegangan tali berarah ke
atas. Sementara gaya pada tali hanyalah gaya tegangan
tali.
(b) menunjukkan penguraian gaya-gaya pada simpul tali.
Gaya-gaya yang bekerja pada balok adalah
memenuhi hubungan

Sementara itu, gaya-gaya yang bekerja pada simpul


tali ditinjau pada sumbu x dan sumbu .

Dalam gambar, sama panjang


dengan .
Lalu pada sumbu , hubungan gaya-gayanya
adalah

penggambaran gaya W harus sama panjang


dengan jumlah dari gaya dan
gaya
Gaya gesekan merupakan gaya yang sifatnya
menghambat gerakan benda. Gaya gesekan timbul
pada dua bidang kasar yang bersentuhan dan dalam
keadaan bergerak atau cenderung bergerak relatif satu
sama lain. Arah gaya gesekan berlawanan dengan arah
gerak atau kecenderungan gerak benda.
Gaya gesekan ada dua jenis, gaya gesekan statis dan gaya
gesekan kinetis. Gaya gesekan statis adalah gaya gesekan
yang terjadi saat benda belum bergerak (masih diam)
sedangkan gaya gesekan kinetis adalah gaya gesekan yang
terjadi saat benda bergerak. Besar gaya gesekan statis tidak
konstan, mulai dari nol sampai suatu nilai maksimum
tertentu.
ilustrasikan perubahan pada gaya gesekan statis.

Suatu balok terletak di atas bidang kasar. Dua permukaan


yang bersentuhan adalah lantai dan permukaan dasar
balok. Sekarang gaya-gaya yang kita analisis adalah gaya-
gaya pada sumbu horizontal. Balok cenderung bergerak
pada sumbu horizontal karena pengaruh gaya tarik.
(a) merupakan sebuah balok yang diam di atas lantai kasar.
Selama tidak ada gaya pada sumbu horizontal yang bekerja
pada balok maka gaya gesekan statis pada kedua bidang
permukaan tersebut sama dengan nol .

(b), balok ditarik dengan gaya F ke kanan namun balok tetap


diam. Gaya gesekan statis menghambat gerak balok. Karena
balok tetap diam, sesuai dengan Hukum I Newton maka gaya
geseken statis bernilai sama besar dengan gaya tarik namun
berlawanan arah.
(c), gaya tarik diperbesar dan balok hampir bergerak. Saat ini
gaya gesekan statis mencapai nilai maksimumnya karena jika
gaya tarik diperbesar sedikit saja maka balok akan bergerak,
dan gaya gesekan yang bekerja adalah gaya gesekan kinetis.
Besar gaya gesekan statis maksimum bergantung
pada koefisien gesekan statis dan gaya normal (N) yang
dikerjakan bidang terhadap balok.
Besar gaya gesekan kinetis lebih kecil daripada gaya gesekan
statis maksimum. Besar gaya gesekan kinetis )
bergantung pada koefisien gesekan kinetis dan gaya
normal (N), secara matematis di dirumuskan
perubahan nilai gaya gesekan ( f ) terhadap gaya tarik (F)
yang dikerjakan pada balok.

untuk kurva (1), ketika F yang bekerja pada balok kurang dari atau sama
besar dengan maka balok tetap diam, dan besar gaya gesekan statis
yang bekerja saat itu adalah sama besar dengan gaya tarik. Selanjutnya
untuk kurva (2), ketika F lebih besar maka balok menjadi bergerak,
dan gaya gesekan yang bekerja adalah gaya gesekan kinetis yang besarnya
konstan walaupun gaya tarik terus diperbesar.
Sebuah balok berada pada bidang miring dengan sudut
kemiringan θ dan dalam keadaan hampir bergerak. Jika
diketahui massa balok m, dan percepatan gravitasi g maka kita
dapat menghitung koefisien gesekan statis bidang miring.
Oleh karena benda belum bergerak, maka resultan gaya
pada sumbu x dan sumbu y sama dengan nol.
Sementara itu gaya gesekan statis maksimum adalah

Jadi koefisien gesekan statis sama dengan


kemiringan bidang.
Hukum II Newton merupakan hukum fundamental bagi
mekanika klasik. Analisis permasalahan gerak selalu berangkat
hukum ini. dari Hukum ini menyatakan hubungan antara
resultan gaya dan massa terhadap percepatan suatu benda.
Jika suatu resultan gaya (ΣF) bekerja pada benda yang
massanya (m), maka benda tersebut akan mengalami
percepatan (a) yang besarnya berbanding lurus dengan
resultan gaya yang dialaminya, dan berbanding terbalik
dengan massa benda itu sendiri.
Sekilas tampak bahwa Hukum I dan Hukum II Newton saling
berkaitan. Bisa dikatakan bahwa secara matematis Hukum I
tidak lain adalah bentuk Hukum II dengan percepatan nol.
Jika percepatan benda sama dengan nol (bendanya diam
atau melakukan GLB) berarti resultan gaya padanya sama
dengan nol.

Jika percepatan
Perhatikan gambar! Gaya tarik F yang diberikan ke balok
melebihi gaya gesekan statis maksimum sehingga balok
bergerak, dan gaya gesekan yang terjadi adalah gaya
gesekan kinetis. Pada gambar tersebut tampak bahwa F
digambar lebih panjang daripada yang berarti resultan
gaya pada sumbu x tidak nol. Karena balok tidak bergerak
pada sumbu y maka resultan gaya pada sumbu y adalah
nol, sehingga .
Persamaan gaya balok pada sumbu x:
Pada Gambar 9, sebuah balok diletakkan pada suatu
bidang miring licin. Balok kemudian bergerak menuruni
bidang miring. Gambar 10 diberikan DBB berupa balok.

Pada sumbu y balok tidak bergerak maka diperoleh

Sedangkan pada sumbu x resultan gaya tidak sama dengan nol.


Mirip dengan Contoh 2, sekarang kita tinjau bidang miring
yang kasar dan balok bergerak menuruni bidang miring.
Persamaan gaya pada sumbu y sama dengan sebelumnya.
Pada sumbu x, oleh karena ada gaya gesekan maka
persamaan gayanya adalah
Ketika benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua,
maka benda kedua juga akan mengerjakan gaya yang sama
besar kepada benda pertama namun berlawanan arah. Hal ini
dinyatakan oleh Newton dengan Hukum III-nya. Secara
matematis hubungan gaya aksi dan gaya reaksi secara vektor
dinyatakan
Perlu ditekankan bahwa gaya aksi dan gaya reaksi muncul
secara bersamaan, tidak ada yang mendahului yang lainnya.

Ada empat ciri yang dimiliki oleh dua gaya yang merupakan
pasangan gaya aksi-reaksi, yaitu:
1. bekerja pada dua benda yang berbeda,
2. berlawanan arah,
3. sama besar, dan
4. terletak pada satu garis lurus.

Anda mungkin juga menyukai