Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Model
Pengolahan informasi dan Stategi-strategi yang Membantu Siswa Belajar" dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Psikologi
Pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang pengolahan informasi dan minat siswa untuk belajar bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 12 September 2021


Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Tahap Pengolahan Informasi .................................................................... 3
B. Penerapan Pengolahan Informasi dalam Pembelajaran ............................ 6
C. Strategi yang dibutuhkan Siswa dalam Belajar ........................................ 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18
Kesimpulan....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

2
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika psikologi kognitif dilahirkan kembali pada akhir 1950-an, itu
dimulai dengan pendekatan pemrosesan informasi untuk kognisi manusia. pada
tahun 1960-an dan 1970-an, pemrosesan informasi telah menggantikan
behaviorisme sebagai pendekatan dominan dalam psikologi. Sejak saat itu,
psikologi kognitif mengalami revolusi konstruktivis dan terus berkembang
menjadi ilmu yang semakin relevan dengan pendidikan. dalam pengertian ini, baik
pemrosesan informasi dan kontruktivis dapat dipandang sebagai pendekatan
terhadap psikologi kognitif (Mayer, 1996: 151-152).
Teori pemrosesan informasi berbeda dalam pandangan beberapa ahli teori
tentang proses kognitif mana yang penting dan bagaimana mereka beroperasi,
tetapi mereka berbagi beberapa asumsi umum. Salah satunya adalah bahwa
pemrosesan informasi terjadi dalam tahapan yang mengintervensi antara
menerima stimulus dan menghasilkan respons (Schunk, 2012: 166).
Jika pembelajaran ingin terjadi, pendidik harus memastikan bahwa
informasi baru tersedia diproses sedemikian rupa sehingga dapat disimpan dalam
memori jangka panjang. Untuk mencapai ini, elaborasi dan koneksi harus terjadi
antara memori yang dipelajari sebelumnya dan informasi baru. Jika, semakin
dalam informasi diproses maka semakin banyak koneksi yang dapat dibuat antara
informasi baru dan memori yang sudah ada sebelumnya, sehingga semakin
banyak informasi yang akan disimpan dalam memori jangka panjang. Oleh karena
itu, untuk membuat materi baru bermakna, pengajaran harus disajikan sedemikian
rupa sehingga siswa dapat dengan mudah mengakses dan menghubungkan
informasi sebelumnya dengan pengalaman materi baru (Lutz, S dan Huit, W,
2018: 37).
Berpikir dapat diartikan menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam
ingatan. Proses berpikir merupakan proses kompleks dan tidak dapat dilihat secara
langsung bagaimana otak bekerja dan informasi di olah. Pemrosesan Informasi

1
merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan,
mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan
menggunakan simbol verbal dan visual ( Rhalat, A, 2014: 1).
Pemberian materi dari guru, kemudian diproses oleh memori siswa
sehingga terjadi pemrosesan informasi. Pembelajaran lebih mudah dipahami jika
dilakukan strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan strateginya, pembelajaran
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: expositiondiscovery learning dan group
individual learning. Dilihat dari cara penyajian dibedakan menjadi 2 kelompok
juga yaitu induktif dan deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual
dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran
tertentu (Hasan, A, 2017: 7).
Ada dua hal yang harus dilakukan guru untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan. Pertama, rencana tindakan baik penggunaan metode maupun
pemanfaatan sumber daya yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kedua,
penyusunan stategi dilakukan pencapaian tujuan pendidikan pada tingkat tertentu.
Dengan demikian, seluruh aktivitas yang dilkukan guru, misalnya penetapan
metode, pemanfaatan sumber dan media belajar, mengorganisasikan materi dan
samapai kepada penilaian dalah pencapaian tujuan (Haidir dan Salim, 2012: 99)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap pengolahan informasi?
2. Bagaimana penerapan pengolahan informasi dalam pembelajaran?
3. Strategi apa yang dibutuhkan siswa untuk belajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tahap pengolahan informasi
2. Untuk mengetahui cara penerapan pengolahan informasi dalam
pembelajaran
3. Untuk mengetahui strategi-strategi yang dibutuhkan siswa untuk belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap pengolahan informasi


Pengolahan informasi bermula ketika sebuah input stimulus
(visual/auditori) mengenai satu atau lebih pada pancaindera (pendengaran,
penglihatan dan peraba). Register sensorik yang sesuai menerima input dan
menyimpannya sebentar dalam bentuk rekaman inderawi. Dalam hal ini telah
terjadi persepsi (pengenalan pola) yaitu proses pemberian makna terhadap sebuah
input stimulus. Proses ini biasanya tidak termasuk penamaan karena penamaan
memerlukan waktu dan informasi hanya berdiam di register sensorik selama
sepersekian detik. Dalam persepsi terjadi pencocokan sebuah input dengan
informasi yang telah diketahui (Schunk, 2012: 166)
Salah satu bidang utama kognisi yang dipelajari oleh para peneliti adalah
memori. Ada banyak hipotesis dan saran tentang bagaimana integrasi ini terjadi,
dan banyak teori baru telah muncul di bidang ini. Saat ini, ada asumsi luas tentang
beberapa aspek informasi pengolahan namun, ada banyak perbedaan pendapat
sehubungan dengan hal-hal spesifik tentang bagaimana otak sebenarnya
mengkode atau memanipulasi informasi seperti yang disimpan dalam memori
(Lutz, S dan Huit, W, 2018: 25)
Elemen kunci dari model ini adalah pembelajaran dan memori
berkelanjutan dan bertahap. Tahap Model mengenali tiga jenis atau tahapan
memori: memori sensorik, memori jangka pendek atau memori kerja, dan memori
jangka panjang (Atkins, R dan Shiffirin, 1968: 90).

Gambar 2.1 Model pemrosesan informasi pembelajaran dan memori

3
Register sensorik mentransfer informasi ke memori jangka pendek
(STM/Short Term Memory). STM adalah sebuah memori kerja (WM/Working
Memory) dan berhubungan dengan kesadaran, atau hal yang tertangkap oleh
pikiran sadar pada saat tertentu. Miller (1996) mengemukakan bahwa WM
menyimpan tujuh plus atau minus dua unit informasi. Sebuah unit merupakan
item yang bermakna seperti sebuah huruf, kata, bilangan, atau tuturan umum
seperti contoh kata mata pelajaran. Kapasitas dan durasi WM sangatlah terbatas
sehingga untuk dapat dipertahankan dalam WM maka harus sering diulang-ulang,
karena tanpa pengulangan, informasi tersebut akan hilang setelah beberapa detik.
Ketika informasi berada dalam WM, pengetahuan yang terkait dengannya
dalam memory jangka panjang (LTM/Long Term Memory) atau yang disebut
juga dengan memori permanen, akan diaktifkan dan ditempatkan dalam WM
untuk digabungkan dengan informasi yang baru. Untuk menyebutkan sebuah ibu
kota negara bagian yang diawali dengan huruf A, siswa mengingat nama-nama
negara bagian yang kemungkinannya berdasarkan daerah dari negaranya dan
melakukan pemindaian nama-nama ibu kota.
Proses kontrol mengendalikan aliran informasi diseluruh sistem
pengolahan iformasi. Pengulangan merupakan proses kontrol penting yang terjadi
dalam WM. Untuk materi verbal, pengulangan tampil dalam bentuk mengulang
informasi dengan mengucapkannya dengan suara jelas atau lirih. Proses-proses
kontrol lainnya meliputi kodean (menempatkan informasi dalam sebuah konteks
yang bermakna), pencitraaan (merepresentasikan informasi secara visual),
mengimplementasikan aturan-aturan pengambilan keputusan, mengorganisasikan
informasi, memantau tingkat pemahaman, serta menggunakan strategi-strategi
penarikan, pengaturan diri dan motivasional (Schunk, 2012).
Model dua-penyimpanan cenderung memiliki ciri-ciri bahwa ketika siswa
memiliki daftar item untuk dipelajari, mereka cenderung mengingat item-item
awal dengan baik dan item terakhir. Menurut model ini, pada item awal
mendapatkan pengulangan paling banyak dan ditransfer ke LTM, sementara item
terakhir masih berada pada WM saat proses mengingat. Item-item yang berada
ditengan paling sulit untuk diingat karena item-item tersebut tidak berada pada

4
WM lagi saat proses mengingat terjadi karena telah digeser oleh item berikutnya.
Item-item tersebut mendapat pengulangan paling sedikit dibandingkan dengan
item-item awal dan belum tersimpan dengan benar dan baik dalam LTM. Model
dua-penyimpanan berasumsi bahwa informasi diproses terlebih dahulu oleh
register sensorik, kemudian lanjut pada WM, dan terkhir diproses oleh LTM.
Dalam model dua-penyimpanan, sebuah pemberian stimulus diperhatikan
dan dirasakan maka stimulus tersebut akan ditransfer ke memori kerja jangka
pendek (Baddeley, 1992). WM adalah memori kita dari pikiran sadar yang dapat
segera diakses. WM memiliki dua fungsi penting yaitu memertahankan dan
penarikan. Informasi yang datang dipertahankan dalam kondisi aktif pada jangka
waktu yang pendek dan diproses dengan cara diulang atau dihubungkan dengan
informasi yang ditarik dari LTM. Ketika siswa membaca sebuah teks,WM
menyimpan kata-kata atau kalimat terakhir yang mereka baca selama beberapa
detik. Siswa mungkin mencoba mengingat poin tertentu dengan mengulanginya
beberapa kali atau dengan menanyakan apa hubungan topik tersebut dengan topik
yang telah dibahas sebelumnya dalam buku yang sedang mereka baca
(menghubungkan informasi-informasi dalam LTM).
WM memainkan peranan penting dalam pembelajaran. Dibandingkan
dengan siswa yang memiliki prestasi belajar normal, siswa yang memiliki
kelemahan dalam keterampilan membaca dan matematika menujukkan kerja WM
yang lebih buruk (Anderson & Lyxell, 2007). Implikasi pengajaran yang sangat
penting adalah tidak terlalu memberikan beban WM siswa dengan menyajikan
materi terlalu banyak dan terlalu cepat dalam menjelaskan materinya. Jika
memungkinkan pengajar atau guru memberikan informasi secara visual dan verbal
untuk memastikan siswa dapat mempertahankannya dalam WM mereka lebih
lama sehingga informasi yang masuk dapat diproses lebih lanjut secara kognitif.
Representasi pengetahuan dalam LTM tergantung pada frekuensi
kontiguitas (Baddeley, 1998). Semakin sering suatu fakta, peristiwa atau ide
dijumpai maka semakin kuat representasinya dalam memori. Selain itu, dua
pengalaman yang terjadi dalam waktu yang berdekatan akan cenderung
dihubungkan dalam satu memori sehingga ketika salah satunya diingat yang

5
satunya akan teraktifskan. Untuk itu informasi dalam LTM direpresentasikan
dalam struktur-struktur asosiatif. Pengetahuan yang disimpan dalam beragam
kekayaannya. Setiap orang memiliki memori-memori yang jelas tentang
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
Seorang pengajar/guru dapat memperlancar proses pembelajaran ketika
mereka mengembangkan materi ajar dengan tujuan membantu siswa
menghubungkan informasi-informasi yang baru dengan dengan
pengetahuanpengetahuan yang ada dalam memori. Inforsmasi yang bermakna,
dijelaskan atau dikembangkan dan diorganisasikan akan lebih mudah
digabungkan kedalam jaringan-jaringan LTM. Guru sebaiknya menyiapkan
sebuah materi pelajaran yang siswanya dapat mengaitkannya dengan pengetahuan
yang bersifat umum dan mendasar.
Salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran adalah memutuskan
penting atau tidaknya suatu informasi yang diberikan kepada siswa. Tidak semua
informasi yang dipelajari harus dijelaskan. Pemahaman siswa akan dapat terbantu
ketika siswa hanya mengembangkan aspek-aspek yang paling penting dari suatu
materi ajar. Penjelasan dapat membantu siswa dalam penarikan informasi dengan
cara memberikan jalur-jalur yang silih berganti yang menjadi jalan bagi
menyebarnya aktivasi, sehingga jika jalur yang satu terhambat maka jalur lain
masih tersedia (Anderson, 2000). Penjelasan juga memberikan informasi
tambahan yang dapat menjadi sumber dibangunnya jawaban-jawaban, seperti
ketika siswa harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang informasinya ada
dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk dari meteri yang dipelajari.

B. Pengaplikasian Pemrosesan Informasi dalam pembelajaran

Prinsip-prinsip pengelolahan informasi semakin sering diaplikasikan


dalam proses pembelajaran di kelas. Relevansi teori ini dengan pendidikan akan
terus berkembang seiring penelitian-penelitian dimasa mendatang. Tiga aplikasi
pengajaran yang mencerminkan prinsip pengolahan informasi adalah
organisatororganisator pengantar, kondisi pembelajaran, dan muatan kognitif.

6
1. Organisator Pengantar

Organisator pengantar (advance organizer) adalah pernyataan umum yang


disajikan diawal pembelajaran yang membantu mengoneksikan materi yang baru
dengan pembelajaran sebelumnya (Mayer, 1984). Pengantar semacam ini,
mengarahkan siswa terhadap konsep-konsep penting untuk dipelajari, menggaris
bawahi hubungan-hubungan antar gagasan, dan mengaitkan materi yang baru
dengan hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa. Hal ini diasumsikan bahwa
struktur-struktur kognitif siswa terorganisasikan secara hierarkis sehingga konsep-
konsep yang terbuka membawahi konsep-konsep yang tingkatannya berada
dibawah.

Landasan konseptual untuk organisator pengantar diperoleh dari teori


Ausubel tentang pembelajaran resepsi yang bermakna. Belajar menjadi bermakna
ketika materi yang baru memiliki hubungan sistematis dengan konsep-konsep
yang relevan dalam LTM, yang berarti bahwa materi baru memperluas,
memodifikasi atau mengembangan informasi dalam memori. Kebermaknaan juga
bergantung pada variabel-variabel personal seperti usia, latar belakang
pengalaman, status sosial-ekonomi, latar belakang pendidikan. Pengalaman-
pengalaman yang telah lalu menentukan apakan siswa merasa pembelajarannya
memiliki makna.

Ausubel juga mendukung pengajaran deduktif yakni ide-ide umum


diajarkan terlebih dahulu kamudian diikuti dengan poin-poin spesifik (Ausubel,
1980). Dalam hal ini guru harus membantu siswanya memcahkan ide-ide yang
baru menjadi poin-poin yang lebih kecil dan spesifik, dan menghubungkan ide-ide
yang baru tersebut dengan muatan yang serupa didalam memori. Dalam
pengertian pengolahan informasi, tujuan dari model ini adalah mengembangkan
jaringan-jaringan proposisi dalam LTM dengan menambahkan pengetahuan dan

7
membangun hubungan-hubungan antar jaringan. Pengajaran deduktif lebih
berhasi diterapkan pada objek pembelajar dengan usia matang (andragogi).

Organisator-organisator pengantar menyiapkan tahapan untuk


pembelajaran resepsi yang bermakna. Organisator dapat bersifat ekspositoris atau
komparatif. Organisator ekspositoris memberi siswa pengetahuan baru yang
diperlukan untuk memahami pelajaran, yang mencakup definisi-definisi dan
generalisasi konsep. Sedangkan organisator komparatif memperkenalkan materi
yang baru dengan menarik analogi dengan materi yang telah dikenal sebelumnya.
Organisator komparatif mengaktifkan dan menghubungkan jaringan-jaringan
dalam LTM. Jika seorang guru memberikan satu unit sistem peredaran darah
tubuh kepada siswa yang telah mempelajari sistem komunikasi, guru mungkin
menghubungkan sistem peredaran darah dan komunikasi dengan konsep-konsep
yang relevan seperti sumber media. Untuk perbandingan organisator menjadi
efektif, siswa harus memiliki pemahaman yang baik tentang materi yang
digunakan sebagai dasar untuk analogi. Peserta didik juga harus memahami
analogi dengan mudah. Kesulitan memahami hubungan analog meghambat
pembelajaran

2. Kondisi pembelajaran

Salah satu teori instruksional yang paling terkenal berdasarkan prinsip-prinsip


kognitif dirumuskan oleh Robert Gagné (1985). Teori ini melibatkan kondisi
belajar, atau keadaan yang berlaku saat pembelajaran terjadi (Ertmer, Driscoll, &
Wager, 2003). Dua langkah sangat penting. Yang pertama adalah untuk
menentukan jenis hasil belajar, Gagne mengidentifikasi lima jenis utama (dibahas
nanti). Yang kedua adalah menentukan peristiwa belajar, atau faktor-faktor yang
membuat perbedaan dalam pengajaran.
Hasil pembelajaran. Gagné (1984) mengidentifikasi lima jenis hasil belajar:
keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, keterampilan motorik,
dan sikap (Tabel 2.1).
Table 2.1 Hasil belajar dalam teori Gagne

8
Hasil pembelajaran

Jenis Contoh

Keterampilan intelektual Aturan, prosedur, konsep

Informasi lisan Fakta, tanggal

Strategi kognitif Latihan, pemecahan masalah

Keterampilan motorik Memukul bola, juggling

Sikap Kedermawanan, kejujuran, keadilan

Keterampilan intelektual mencakup aturan, prosedur, dan konsep.


Keterampilan intelektual adalah bentuk pengetahuan prosedural atau produksi.
Jenis pengetahuan ini digunakan dalam berbicara, menulis, membaca,
memecahkan masalah matematika, dan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah untuk
masalah.
Informasi lisan, atau pengetahuan deklaratif, adalah pengetahuan bahwa
ada sesuatu yang terjadi. Informasi verbal melibatkan fakta atau prosa yang
terhubung secara bermakna yang diingat kata demi kata (misalnya, katakata untuk
sebuah puisi atau “Spanduk Berkilau Bintang”). Skema adalah bentuk informasi
verbal.
Strategi kognitif adalah proses kontrol eksekutif. Mereka termasuk
keterampilan pemrosesan informasi seperti memperhatikan informasi baru,
memutuskan untuk melatih informasi, mengelaborasi, menggunakan strategi
pengambilan LTM, dan menerapkan strategi pemecahan masalah.
Keterampilan motorik dikembangkan melalui peningkatan bertahap dalam
kualitas (kehalusan, pengaturan waktu) gerakan yang dicapai melalui latihan.
Sedangkan keterampilan intelektual dapat diperoleh secara tiba-tiba, keterampilan

9
motorik berkembang secara bertahap dengan latihan yang berkelanjutan dan
disengaja (Ericsson et al., 1993). Kondisi praktik berbeda: Keterampilan
intelektual dipraktikkan dengan contoh yang berbeda; latihan keterampilan
motorik melibatkan pengulangan gerakan otot yang sama.
Sikap adalah keyakinan internal yang mempengaruhi tindakan dan
mencerminkan karakteristik seperti kemurahan hati, kejujuran, dan komitmen
untuk hidup sehat. Guru dapat mengatur kondisi untuk mempelajari keterampilan
intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, dan keterampilan motorik, tetapi
sikap dipelajari secara tidak langsung melalui pengalaman dan paparan model
hidup dan simbolik (televisi, rekaman video).
Tahapan pembelajaran adalah serangkaian peristiwa eksternal yang
dirancang untuk memfasilitasi proses pembelajaran internal. Tabel 2.2
menunjukkan sembilan fase pembelajaran yang dikelompokkan ke dalam tiga
kategori (Gagné, 1985).

Table 2.2 Fase pembelajaran Gagne

Fase Peristiwa pengajaran

Memerhatikan Menyampaikan pada siswa dalam kelas


bahwa pelajaran akan dimulai.

Harapan Menyampaikan tentang tujuan dari


pembelajaran, serta tipe dan kualitas
prestasi belajar yang diharapkan.

penariakan Meminta siswa untuk mengingat


konsepkonsep dan aturan-aturan
subordinat.

Persepsi selektif Menyajikan contoh-contoh dari


konsepkonsep dan aturan-aturan yang
baru.

10
Pengkodean semantik Memberikan tanda-tanda yang
berkaitan dengan bagaimana
menyimpan informasi dalam memori.

Penarikan dan pemberian respon Meminta siswa untuk mengaplikasikan


konsep atau aturan terhadap contoh-
contoh baru.

Penguatan Mengonfirmasikan keakiratan dari


pembelajaran siswa.

Pemberian tanda untuk penarikan Memberikan kuis pendek dari materi-


materi yang baru.

Generalisasibilitas Memberikan ulasan-ulasan khusus.

Selama masa memerhatikan, siswa memfokuskan perhatian pada


stimulusstimulus yang relevan dengan materi-materi yang akan dipelajari (audio
visual, materi tertulis, perilaku-perilaku yang dicontohkan guru). Harapannya
mengarahkan siswa kepada tujuan (mempelajari keterampilan motorik,
mempelajari pengurangan bilangan pecahan, menguasai struktur bahasa). Pada
tahap penarikan informasi yang relevan dari LTM, siswa mengaktifkan
bagianbagian yang relevan dengan topik yang dipelajari (Gagne & Dick, 1983).
Fase-fase pembelajaran utama adalah penguasaan dan praktik. Persepsi
selektif bermakna bahwa register-register sensorik mengenali karakteristik
stimulus yang relevan dan mentransfernya ke WM. Sedangkan pengkodean
semantik adalah proses dimana pengetahuan yang baru ditransfer ke LTM. Pada
tahap penarikan dan pemberian respons yang menunjukkan pembelajaran.
Penguatan mengacu pada umpan balik yang mengkonfirmasi keakuratan dari
respons siswa dan memberikan informasi perbaidkan ketika diperlukan. Fase-fase
transfer pembelajaran mencakup pemberian tanda untuk penarikan dan
generalisasibilitas. Dalam pemberian tanda untuk penarikan, siswa menerima
tanda-tanda yang mengisyaratkan bahwa pengetahuan yang sebelumnya dapat

11
diterapkan dalam situasi tersebut. Generalisasibilitas ditingkatkan dengand
memberi siswa kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan-keterampilan
dengan muatan materi yang berbeda-beda dan dengan situasi-situasi yang
berbeda.

3. Muatan kognitif

Sistem pengolahan informasi hanya dapat menangani beberapa pengolahan


sekaligus. Jika terlalu banyak stimulus yang datang secara bersamaan, para
pengamatnya akan kehilangan banyak dari stimulus tersebut karena kapasitas
perhatian mereka yang terbatas. Kapasitas WM yang terbatas disebabkan oleh
pengolahan informasi membutuhkan waktu dan melibatkan banyak proses
kognitif, setiap saat hanya ada sejumlah informasi yang dapat tersimpan dalam
WM, ditransfer ke LTM, diulang, dan seterusnya.

Teori muatan kognitif memperhitungkan keterbatasan-keterbatasan


pengolahan ini dalam rancangan rencana pelajaran (Mayer, 2008). Muatan
kognitif atau tuntutan-tuntutan terhadap sistem pengolahan informasiterbagi
menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah muatan kognitif intrinsik, tergantung pada
karakter-karakter informasi yang tidak dapat diubah yang akan dipelajari dan
hanya akan mudah dicapai jika siswa mendapatkan sebuah skema kognitif yang
efektif untuk mengolah informasi. Tipe kedua adalah muatan kognitif ekstrinsik
disebabkan oleh cara bagaimana materi-materi disajikan atau oleh
aktivitasaktivitas yang perlu dimiliki oleh siswa (Bruning et al., 2004).

C. Jenis-jenis strategi belajar

Penelitian-penelitian tentang strategi-strategi belajar efektif masih


memberikan hasil yang membingungkan. Beberapa penelitian selalu menemukan
efektif, dan beberapa penelitian lain menemukan tidak efektif. Jelas bahwa, nilai
strategistrategi belajar itu tergantung pada kekhususannya dan kegunaannya.
Thomas dan Rohwer (1986) telah mengusulkan seperangkat prinsip sebagai
berikut:

12
1. Kekhususan: Strategi-strategi belajar harus sesuai dengan tujun pembelajaran
dan tipe siswa yang mempergunakan strategi belajar tersebut. Sebagai contoh,
penelitian telah menemukan bahwa strategi belajar yang sama memberikan
hasil belajar yang berbeda jika diterapkan pada siswa yang lebih tua dan
siswa lebih muda atau diterapkan pada siswa yang pandai dan siwa yang
kurang pandai. Menulis suatu ringkasan bacaan yang dibaca orang lain
mungkin merupakan metode belajar efektif, tetapi mungkin metode ini akan
terlalu sulit untuk anak-anak (Hidi dan Anderson, 1986).
2. Keumuman: Salah satu prinsip utama dari strategi-strategi belajar efektif
adalah strategi-strategi tersebut melibatkan pengolahan kembali materi yang
dipelajari, untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Aktivitas ini mendorong
siswa untuk terlibat dalam proses mental yang tinggi, yang boleh jadi harus
terjadi untuk setiap strategi belajar agar efektif. Contoh-contoh strategi yang
menggunakan tingkat keumuman yang tinggi adalah menulis ringkasan dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk orang lain, mengorganisasikan
catatan dalam bentuk kerangka, membuat suatu diagram hubungan antara ide-
ide utama, dan mengajar teman sendiri tentang isi bacaan. Strategi-strategi
dengan tingkat keumuman rendah, sebagai missal menggarisbawahi kata-kata
tanpa membedakan mana yang penting dan mana yang tidak, membuat
catatan tanpa mengidentifikasi ide-ide pokok, atau menulis ringkasan secara
luas tanpa dapat memfokuskan pada hal-hal yang penting, kurang berhasil
untuk membantu siswa belajar.
3. Pemantauan yang efektif: Prinsip monitoring yang efektif berarti bahwa siswa
seharusnya mengetahui bagaimana dan kapan menerapkan strategi belajarnya
dan bagaimana mengatakan bahwa ia sedang bekerja dan strategi itu (Nist et
al., 1991).
4. Keyakinan Pribadi atau Personal Efficacy: Siswa harus memiliki keyakinan
bahwa belajar akan memberikan hasil bagi mereka apabila mereka bekerja
keras untuk pelajaran itu. Guru dapat menciptakn suatu pengertian bahwa
belajar akan memberikan hasil dengan cara sering memberikan kuis dan tes
langsung berdasarkan pada bahan ajar yang dipelajari siswa dan dengan

13
membuat kinerja pada penilaian ini menjadi bagian utama dalam menentukan
nilai siswa.

Berikut adalah beberapa strategi belajar

1. Strategi mengulang yang paling dasar, yaitu sekedar mengulang dengan keras
atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal. Strategi ini disebut
mengulang sederhana, dan digunakan untuk menghafal nomor telepon dan
arah ke suatu tempat tersebut untuk suatu periode waktu yang pendek,
misalnya, ketika kita tidak memiliki pensil atau kertas untuk menuliskan
informasi tersebut. Hanya dengan mengulang informasi secara terus-menerus
akan membantu mempertahankan informasi sederhana tetap berada didalam
memori jangkan pendek, namun kecuali kita mengelaborasi informasi
tersebut mengaitkan nomor telepon tersebut sebagai misal dengan sesuatu
yang bermakna, kecil kemungkinannya nomor itu akan pindah ke memori
jangka panjang
a. Menggaris bawahi merupakan strategi belajar yang paling umum adalah
menggaris bawahi atau penonjolan hal-hal penting. Walaupun metode ini
telah digunakan secara luas, beberapa penelitian tentang metode ini
menemukan bahwa metode ini kecil manfaatnya (Anderson dan
Armbrutser, 1984; Snowman, 1984) Permasalahannya adalah bahwa
sebagian besar siswa gagal dalam membuat keputusan tentang bahan ajar
mana yang paling penting dan terlalu banyak menggaris bawahi hal-hal
yang kurang perlu. Jika siswa diminta untuk menggaris bawahi satu
kalimat dalam setiap paragraph yang paling penting, mereka
menggarisbawahi lebih dari satu, kemungkinan karena memuruskan
kalimat mana yang terpenting memerlukan tingkat proses mental yang
lebih tinggi (Snowman, 1984). Menggarisbawahi ide-ide kunci dari suatau
teks adalah suatu teknik yang kebanyakan siswa telah belajar pada saat
mereka masuk perguruan tinggi. Menggarisbawahi membantu siswa
belajar banyak dari teks karena beberapa alasan. Pertama,
menggarisbawahi secara fisik menemukan ide-ide kunci, oleh karena itu

14
membuat membuat pengulangan dan penghafalan lebih cepatdan lebih
efesien. Kedua, proses pemilihan apa yang digarisbawahi membantu
dalam menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah
ada. Suatu kesalahan umum adalah menggarisbawahi hampir segala
sesuatu. Kadang-kadang siswa juga menggarisbawahi informasi yang
tidak relevan (Nur, 2011).
b. Catatan Pinggir Siswa biasanya melingkari kata-kata yang dia tidak
mengerti, menggarisbawahi defenisi-defenisi penting, memberi nomor
dan membuat suatu daftar kejadian, mengidentifikasi kalimat yang
membingungkan, dan menulis catatan catatan dan komentar-komentar
untuk diingat. Strategi mengulang, khususnya strategi mengulang
komplek, membantu siswa memperhatikan informs baru spesifik dan
membantu pengkodean(Nur, 2011).
2. Strategi Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru
akan menjadi lebih bermakna. Strategi elaborasi membantu pemindahan
informasi baru dari memori jangka-pendek ke memori jangka-panjang dengan
menciptakan gabungan dan hubungan antar informasi baru dan apa yang telah
diketahui. Strategi elaborasi terdiri atas tiga bagian, yaitu: pembuatan catatan,
pengunaan analogi, metode PQ4R (Nur, 2011)
a. Pembuatan Catatan Pembuat catatan yang efektif, menangkap suatu ide-
ide pokok presentasi dalam kata-kata mereka sendiri dalam bentuk
kerangka sedemikian rupa sehingga mereka lebih banyak menyisihkan
waktu untuk memahami presentasi dengan mensintesa dan merangkum
poin-poin dan ide-ide penting. Kiewra (1989) telah menyarankan
pengunaan pembuatan catatan secara matriks sebagai suatu cara
pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi kompleks
(Nur, 2011).
b. Penggunaan Analogi Penggunaan analogi adalah cara lain untuk
melakukan elaborasi. Analogi adalah pembandingan yang dibuat untuk
menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok benda atau ide-ide, seperti
analogi antara jantung dengan pompa. Contoh:otak kita adalah mirip

15
sebuah computer yang menerima dan menyimpan informasi. Pencatat
sensori kita mirip keyboardkomputer tempat dimana informasi masuk,
informasi disimpan di dalam memori jangka-panjang, otak mirip seperti
informasi yang di simpan di dalam Hard disk komputer (Nur, 2011).
c. Metode PQ4R Strategi elaborasi yang lain, yaitu PQ4R. metode ini di
gunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P
singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), Q untuk
question (bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca), reflect
(refleksi), recite (tanya-jawab sendiri), dan review (mengulang secara
menyeluruh) (Nur, 2011).
Tabel 2.3 Langkah-langkah
Langkah-
Tindakan siswa
langkah
Langkah 1 Preview (baca selintas dengan cepat) tugas membaca
tersebut. Perhatikan judul-judul dan topik-topik utama,
baca tinjauan umum (Over view) dan rangkuman, dan
ramalkan bacaan tersebut akan membahas tentang apa.
Langkah 2 Dalami topik-topik dan judul-judul utama dan ajukan
pertanyaanpertanyan yang jawabannya dapat
ditemukan di dalam bacaan tersebut.
Langkah 3 Bacalah bahan tersebut. Berikan perhatian pada ide-
ide utama dan carilah jawaban atas pertanyaa-
pertanyaan yang diajukan pada langkah 2.
Langkah 4 Melakukan refleksi sambil membaca ciptakan gambar
visual dari bacaan cobaalah untuk menghubungkan
informasi baru di dalam bacaan dengan apa yang telah
anda ketahui
Langkah 5 Setelah membaca lakukan resitasi dengan menjawab
dengan suara keras pertanyaan-pertanyaan yang kamu
ajukan tersebut tanpa membuka buku hapalkan daftar
atau fakta-fakta penting lain yang terdapat di ddalam
bacaan dengan suara keras atau suara pelan
Langkah 6 Review dengan menggulang kembali seluruh bacaan,
baca ulang bila perlu, dan sekali lagi jawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

3. Strategi Organisasi Strategi-strategi organisasi terdiri dari Outlining, mapping


dan mnemonics (Nur, 2011).

16
a. Membuat Ringkasan summarization melibatkan penulisan secara singkat
pernyataan-pernyataan yang mewakili ide utama dari informasi yang
dibaca. Keefektifan strategi ini bergantung pada bagaimana metode ini
digunakan (Hidi dan Anderson, 1986; King,1991). Cara lain adalah
dengan meminta siswa untuk membuat ringkasan yang dimaksudkan
untuk membantu siswa lain dalam mempelajari materi tersebut, sebagian
karena kegiatan ini memaksa ringkasan itu harus ringkas dan secara
sungguh-sungguh mempertimbangkan mana yang penting dan mana yang
tidak (Brown et al., 1983).
b. Pembuatan Kerangka dan Pemetaan (mapping) Sekelompok strategi
belajar yang berkaitan menghendaki siswa untuk menyatakan bahan ajar
yang dipelajari dalam bentuk kerangka. Strategi-strategi ini meliputi:
pembuatan kerangka atau outlining, dan pembuatan peta atau mapping.
Pembuatan kerangka menyajikan butir-butir materi ajar utama di dalam
format yang tersusun secara hirarki, dengan tiap-tiap rincian
diorganisasikan di bawah tingkat kategori yang lebih tinggi. Mapping
dikenal juga sebagai pemetaan konsep atau peta konsep. Pembuatan peta
kosep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram
tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topic tertentu dihubungkan
satu sama lain. George Posner dan Alan Rudnitsky (1986) “menulis
bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh pehatian
pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat”. Langkah-
langkah dalam menciptakan suatu peta konsep antara lain:
1) Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah
konsep
2) Mengidentifikasi ide-ide atatu konsep-konsep sekunder yang
menunjang ide utama tersebut
3) Tempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
4) Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara
visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama
tersebut.

17
Penelitian-penelitian tentang pembuatan kerangka, pemetaan dan
pebuatan jaringan terbatas dan tidak konsisten, namun pada umumnya
menemukan bahwa metode-metode ini membantu sebagai alat bantu
belajar (Anderson dan Armbrutser, 1984; Van Patten et al., 1986).

4. Strategi metakognitif adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek


kognitif. Metakognisi merupakan berpikir tentang cara berpikir, artinya siswa
diminta untuk memikirkan sendiri cara berpikir yang lebih mudah digunakan
pada saat memahami suatu materi pembelajaran. Dari hasil berpikir itu sendiri
yang akan digunakan dalam memahami suatu konsep. Metakognisi
mempunyai dua komponen yaitu: pengetahuan tentang kognisi dan
mekanisme pengendalian-diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif.
Pengetahuan tentang kognisi terdiri dari informasi dan pemahaman yang
dimiliki seorang pelajar tentang proses berpikirnya sendiri di samping
pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu
situasi pembelajaran tertentu. Suatu contoh adalah apabila seorang siswa
berorientasi pada visual mengetahui bahwa suatu peta konsep merupakan cara
baik baginya untuk memahami dan mengingat sejumlah besar informasi baru
(Nur, 2011).
Komponen kedua metakognisi, pemonitoran kognitif, adalah
kemampuan pebelajar untuk memilih, menggunakan, dan memonitor strategi-
strategi belajar yang cocok, cocok dengan gaya belajar mereka sendiri
maupun dengan situasi yang sedang di hadapi. Seorang pembelajar visual
menggunakan peta konsep adalah satu contoh. Contoh lain dari bentuk
metakognisi ini adalah kemampuan siswa untuk memilih dan menggunakan
strategi elaborasi yang cocok (misalkan, metode kata berkait) untuk
menyelesaikan tugas tertentu (misalnya mempelajari suatu kata asing yang
baru dan kemudian mengecek efektifitas model ini (Nur, 2011).

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori-teori pengolahan informasi memfokuskan studi pada perhatian,
persepsi, pengkodean, penyimpanan dan penarikan pengetahuan. Pengolahan
informasi telah dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan dalam komunikasi,
teknologi komputer dan neurosains.
Informasi memasuki WM kemudian ia tersimpan melalui pengulangan dan
dihubungkan dengan informasi-informasi yang terkait dengan LTM. Informasi
dapat dikodekan untuk disimpan dalam LTM. Pengkodean difasilitasi melalui
organisasi, penjelasan, kebermaknaan, dan hubungan-hubungan dengan
skemaskema. LTM diorganisasikan berdasarkan isi, dan informasi dilintas
referensikan dengan isi yang terkait.
Sistem pengolahan informasi hanya dapat menangani beberapa pengolahan
sekaligus. Jika terlalu banyak stimulus yang datang secara bersamaan, para
pengamatnya akan kehilangan banyak dari stimulus tersebut karena kapasitas
perhatian mereka yang terbatas. Kapasitas WM yang terbatas disebabkan oleh
pengolahan informasi membutuhkan waktu dan melibatkan banyak proses
kognitif, setiap saat hanya ada sejumlah informasi yang dapat tersimpan dalam
WM, ditransfer ke LTM, diulang, dan seterusnya.
Teori-teori pengolahan informasi menekankan transformasi dan aliran
informasi melalui sistem kognitif. Penting bahwa informasi disajikan sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menghubungkan informasi yang baru dengan informasi
yang telah mereka ketahui, dan bahwa mereka memahami
penggunaanpenggunaan dari pengetahuan tersebut. Tulisan ini mengharapkan
agar pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut
berkembang dari pengetahuan yang telah ada dan dapat dipahami dengan jelas

19
oleh siswa. Guru juga sebaiknya menyediakan organisator-organisator pengantar
dan tanda-tanda yang dapat digunakan siswa untuk mengingat informasi ketika
diperlukan dan untuk meminimalkan muatan kognitif.
Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan
guru dengan tujuan proses pembelajaran yang berlangsung dikelas dapat mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien. Strategi-strategi belajar terdiri dari strategi
mengulang (rehearsal), strategi Elaborasi, strategi organisasi, dan strategi
metakognitif. Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana dan
strategi mengulang komplek. Strategi mengulang komplek terdiri dari
menggarisbawahi dan membuat catatan-catatan pinggir.
Strategi elaborasi terdiri dari pembuatan catatan matriks, penggunaan
analogi dan PQ4R (Preview,Question, Read, Reflect, Recite, dan Review).
Strategi organisasi terdiri atas outlining, mapping, dan mnemonics. Mapping atau
peta konsep terbagi atas peta konsep rantai, pohon jaringan, peta konsep laba-laba,
dan peta konsep siklus. Mnemonics terdiri dari Chunking, Akronim, dan kata
berkait (Link-word). Metakognisi berhubungan dengan berfikir siswa tentang
berfikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi
belajar tertentu dengan tepat. Metakognisi mempunyai dua komponen yaitu:
pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme pengendalian-diri seperti
pengendalian dan monitoring kognitif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.R. 1996. ACT: A Simple Theory og Complex Cognition. Amarican


Psychologist.

Baddeley, A. D. 2001. Is Working Memory Still Working?. American


Psychologist. Dale H.

Schunk. 2012. Learning Theories an Educational Perspective. American


Psycologist

Gagne, R. M. 1985. The Conditions of Leraning. New york ; Holt, Rinehart &
Windston.

Hasan, A, 2012. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Gorontalo: UNG Press

Mayer, R. E. 1996. Learners As Information Processors; Legacies And Limitation


Of Psychology’s Second Metaphor. Educational psychologist.

21

Anda mungkin juga menyukai