Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERENCANAAN PENGAJARAN BAHASA ARAB

“TAKSONOMI BLOOM DAN INDIKATOR PEMBELAJARAN”


Dosen Pengampu: Dr. Puti Zulharby, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3:
1. Filzah Anis Rahmah (1205621008)
2. Hana Shofa Jayaputri (12056210)
3. Nabila Ayunawati (1205621084)
4. Rara Ardayarum (1205621001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Taksonomi Bloom dan Indikator Pembelajaran”
dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Bahasa
Arab. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang taksonomi bloom dan
indikator pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Puti Zulharby, M.Pd. selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Bahasa Arab, dan terima kasih juga untuk
pihak-pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
memerlukan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

 
Jakarta, 21 Februari 2022
 
 
Kelompok 3
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..
………………………………………………...i

DAFTAR ISI……….
………………………………………………………………………………………...iBAB I :
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………..………………………………………...……..………..1
B. Rumusan Masalah………………….…………………………………………………..….1
C. Tujuan…………………….………………..……………………………………………...1
D. Manfaat……………...………………………..…………………………………………...1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian ..……………….…………….………………………………………...4

B. Teori……………………………………….………………………………………5
BAB III : PENUTUP

Kesimpulan………..……………………………………………...……………………………….7

Saran……………………………………………………………...………….……………………8

DAFTAR PUSAKA ……………………………………………………………………..……….9


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulis ditugaskan untuk membuat makalah yang menjelaskan pokok pikiran mengenai
taksonomi bloom dan indikator pembelajaran. Adanya tugas membuat makalah ini adalah
sebagai syarat untuk melengkapi materi dan memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Dr. Puti
Zulharby, M.Pd. pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah, diantaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan dimensi kognitif?

2. Apa yang dimaksud dengan dimensi afektif?

3. Apa yang dimaksud dengan dimensi psikomotor?

4. Bagaimana cara merumuskan kompetensi inti dan kompetensi dasar?

5. Bagaimana cara merumuskan indikator pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan, diantaranya:

1. Untuk memahami pengertian dimensi kognitif dan contoh-contohnya

2. Untuk memahami pengertian dimensi afektif dan contoh-contohnya

3. Untuk memahami pengertian dimensi psikomotor dan contoh-contohnya

4. Untuk memahami cara merumuskan kompetensi inti dan kompetensi dasar

5. Untuk memahami cara merumuskan indikator pembelajaran


D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang didapatkan dari penugasan makalah ini adalah penulis dan pembaca dapat
mengetahui kajian mengenai taksonomi bloom dan indikator pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi Kognitif
Pada dasarnya ada dua dimensi dalam dunia pendidikan, yaitu dimensi pengetahuan dan
dimensi proses kognitif. Menurut Anderson & Krathwohl (Suwarto, 2010), dimensi pengetahuan
terdiri dari; (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3) pengetahuan prosedural, (4)
pengetahuan metakognitif. Pengetahuan faktual adalah elemen dasar yang digunakan para ahli
dalam menyampaikan, memahami, dan mengelola disiplin akademik mereka. Pengetahuan
konseptual meliputi skema, model, dan teori eksplisit dan implisit yang menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki seseorang, dapat dikatakan pengetahuan digunakan untuk
memecahkan masalah. Pengetahuan prosedural tentang keterampilan, algoritme, teknik, dan
metode yang khusus untuk mata pelajaran atau disiplin ilmu. Pengetahuan metakognitif adalah
tentang kesadaran pribadi seseorang, dimana lebih ditekankan pada siswa agar lebih sadar dan
bertanggung jawab atas pemikirannya sendiri.
Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan daya ingat dan melakukan transfer
pengetahuan, karena proses transfer merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu proses
belajar mengajar. Kemampuan transfer bagi seorang siswa berarti kemampuan untuk
menggunakan apa yang telah diperoleh di kelas untuk menjawab permasalahan yang dihadapi
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Anderson & Krathwohl (Suwarto, 2010), tujuan
pendidikan dijabarkan ke dalam enam kategori proses, yaitu: mengingat; memahami
(understanding), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate),
membuat (create).
1. Mengingat (Remembering)
Untuk mengembangkan proses memori mengenai materi yang dipelajari dalam bentuk
yang sama ketika materi diajarkan, kategori proses kognitif yang relevan adalah mengingat.
Proses kognitif yang berkaitan dengan kategori mengingat adalah mengenali (recognizing) dan
mengingat kembali (recalling).
a. Mengenali adalah kegiatan untuk mengambil informasi yang relevan dari memori jangka
panjang siswa dan membandingkan informasi tersebut dengan informasi lain yang sedang
disajikan.
b. Recalling adalah kegiatan untuk mengambil informasi yang relevan dari memori jangka
panjang siswa ketika ditekan. Dalam proses ini, siswa mencari informasi dalam memori jangka
panjang mereka dan membawa informasi tersebut ke dalam memori pengalaman kerja mereka
untuk diproses.
2. Memahami (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai
sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan
muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari
kategori pengetahuan tertentu.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian
ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan
dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek
yang diperbandingkan.
3. Menerapkan (Apply)
Kategori proses kognitif ini mencakup penggunaan prosedur atau cara kerja tertentu
untuk memecahkan suatu masalah. Siswa sudah mengetahui prosedur atau metode kerja yang
harus digunakan. Jadi siswa hanya mengembangkan pendekatan rutin dalam tugas yang
diberikan. Kategori ini terdiri dari dua proses kognitif, yaitu: (1) proses pelaksanaan (executing)
dan (2) proses pelaksanaan, yaitu jika tugas yang diberikan berupa masalah.
a. Pelaksana (Executing)
Jika tugas yang diberikan berupa latihan. Dalam proses pelaksanaannya, seorang siswa
secara rutin melakukan suatu prosedur ketika menghadapi suatu tugas yang familiar bagi siswa
tersebut. Proses melakukan ini lebih sering digunakan bersamaan dengan penggunaan
keterampilan tertentu atau penggunaan algoritma tertentu daripada penggunaan metode atau
teknik tertentu.
b. Menerapkan (Implementing)
Proses pelaksanaan terjadi ketika seorang siswa memilih dan menggunakan prosedur
tertentu untuk menyelesaikan suatu tugas yang asing bagi siswa tersebut. Oleh karena itu, proses
implementasi diterapkan dalam hubungannya dengan kategori proses kognitif lainnya, seperti
kategori memahami dan mencipta. Karena siswa dihadapkan pada masalah yang tidak familiar
bagi mereka, mereka tidak dapat segera mengetahui prosedur mana dari semua pilihan prosedur
yang tersedia yang harus digunakan.
4. Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap
bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu
bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis
merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-
sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan
baik.
Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung
lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan
mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan
permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu
hal ditemukan dan diciptakan.
Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi
dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik.
Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren
dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa
adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian
melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.
5. Mengevaluasi (Evaluate)
Kategori evaluasi diartikan sebagai membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar
tertentu. Kriteria yang paling sering digunakan dalam evaluasi adalah kualitas, efisiensi, dan
konsistensi, dimana kategori tersebut dapat ditentukan oleh siswa atau guru. Kategori evaluasi
mencakup sejumlah proses kognitif, yaitu memeriksa dan mengkritisi.
a. Memeriksa
Proses pengecekan adalah proses pengujian suatu konsistensi internal atau kesalahan
internal yang terjadi dalam suatu operasi atau produksi. Proses pengecekan terjadi ketika siswa
menguji apakah suatu data mendukung atau tidak hipotesis. Selain itu juga menguji apakah suatu
materi yang disajikan mengandung bagian-bagian yang saling berkaitan atau bertentangan satu
sama lain. Proses pengecekan ini juga akan mencakup proses penentuan keberhasilan kerja suatu
rencana.
b. Mengkritik
Proses kritik adalah proses menilai suatu operasi atau produk berdasarkan kriteria dan
standar eksternal. Dalam proses ini, seorang siswa harus memperhatikan karakteristik positif dan
negatif dari suatu produk dan membuat penilaian berdasarkan karakteristik tersebut. Proses kritik
ini berisi kegiatan mengkritik dan memberikan solusi.
6. Menciptakan (Create)
Menciptakan adalah proses merakit sejumlah elemen tertentu menjadi satu kesatuan yang
koheren dan fungsional. Proses ini mengajarkan siswa untuk dapat menciptakan produk baru
dengan mengorganisasikan sejumlah elemen berdasarkan struktur yang belum pernah ada atau
diprediksi sebelumnya. Proses kognitif ini biasanya dikoordinasikan dengan pengalaman belajar
yang sudah dimiliki siswa. Meskipun kategori mencipta ini membutuhkan pola pikir kreatif dari
siswa, namun pola pikir kreatif ini tidak sepenuhnya bebas dari tuntutan atau batasan yang telah
ditentukan dalam sebuah pengajaran.
B. Dimensi Afektif
Dimensi Afektif adalah domain yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi
dan derajat diterima atau ditolaknya suatu objek dalam kegiatan belajar mengajar. Kartwohl &
Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi 5
kategori, yaitu:
1. Menerima/Menghadiri/Menerima
Kategori ini merupakan tingkat afektif terendah yang meliputi penerimaan masalah,
situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif. Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan atau rangsangan dari luar yang datang kepada siswa. Ini bisa dicontohkan
oleh sikap siswa saat mendengarkan penjelasan guru hati-hati di mana mereka bersedia
menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan mereka memiliki kemauan untuk
bergabung atau mengidentifikasi dengan nilai itu.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam kategori ini adalah: pilih, tanya,
mengikuti, memberi, mematuhi, mematuhi, dan berhasrat.
2. Merespon/Menanggapi
Kategori ini berkaitan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau menyadari
sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Atau bisa dikatakan begitu.
Menanggapi adalah sikap yang menunjukkan partisipasi aktif dalam melibatkan dirinya dalam
fenomena tertentu dan bereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan
dengan mengirimkan laporan tugas langsung ke waktu.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam kategori ini adalah: answer, help,
mengusulkan, kompromi, mendukung, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan,
melaporkan, memilih, mengatakan, menyortir, dan menolak.
3. Menilai/Penilaian
Kategori ini berkaitan dengan pemberian nilai, rasa hormat, dan kepercayaan kepada
perusahaan gejala atau rangsangan tertentu. Siswa tidak hanya mau menerima nilai-nilai yang
diajarkan saja tetapi juga mampu menilai fenomena itu baik atau buruk. Ini bisa dicontohkan
dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar dan bertanggung jawab segala sesuatu
selama proses pembelajaran.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam kategori ini adalah: berasumsi,
percaya, melengkapi, meyakinkan, mengklarifikasi, memulai, mengundang, menggabungkan,
mengusulkan, menekankan, dan berkontribusi.
4. Organisasi/Organisasi/Kelola
Kategori ini mencakup konseptualisasi nilai ke dalam sistem nilai, serta penguatan dan
nilai prioritas yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan kemampuan menimbang
akibat positif dan negatif suatu kemajuan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam kategori ini adalah: mematuhi, mengubah,
mengatur, mengklasifikasikan, menggabungkan, memelihara, membangun, membentuk
pendapat, memadukan, mengelola, merundingkan, dan bermusyawarah.
5. Karakterisasi/Karakteristik
Kategori ini berkaitan dengan integrasi semua sistem nilai yang dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan perilaku. Proses internalisasi nilai menempati urutan
tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini dicontohkan dengan kesediaannya untuk berubah
pendapatnya jika ada bukti yang tidak mendukung pendapatnya.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam kategori ini adalah: mengubah
perilaku, berbudi luhur, mempengaruhi, mendengarkan, memenuhi syarat, melayani,
menunjukkan, membuktikan dan memecahkan.
C. Dimensi Psikomotor
Dimensi ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan
serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta
ekspresif dan interperatif.
Kategori yang termasuk dalam dimensi psikomotorik yaitu sebagai berikut:
1. Meniru
Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan contoh
yang diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya dari keterampilan itu.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini yaitu mengaktifan, menyesuaikan,
menggabungkan, melamar, mengatur, mengumpulkan, menimbang, memperkecil, membangun,
mengubah, membersihkan, memposisikan, dan mengonstruksi.
2. Memanipulasi
Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta memilih apa
yang diperlukan dari apa yang diajarkan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
kategori ini yaitu mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang, memilah, melatih, memperbaiki,
mengidentifikasikan, mengisi, menempatkan, membuat, memanipulasi, mereparasi, dan
mencampur.
3. Pengalamiahan
Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan
dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan
lebih meyakinkan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini yaitu
mengalihkan, menggantikan, memutar, mengirim, memindahkan, mendorong, menarik,
memproduksi, mencampur, mengoperasikan, mengemas, dan membungkus.\
4. Artikulasi
Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini yaitu mengalihkan, mempertajam,
membentuk, memadankan, menggunakan, memulai, menyetir, menjeniskan, menempel,
mensketsa, melonggarkan, dan menimbang.

D. Merumuskan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

E. Merumuskan Indikator Pembelajaran Bahasa Arab 


a. Rumusan indikator pembelajaran
 Indikator adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator 
merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator adalah perilaku
yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran (Mulyasa, 2007:139).
Dalam Panduan Pengembangan Indikator (2010: 3) dan Permendiknas Nomor 41 Tahun
2007 juga menyatakan bahwa indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur atau dapat
diobservasi.

Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:

1. Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
kompetensi dasar,
2. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah,
3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.

            Pengembangan indikator hendaknya memperhatikan UKRK (urgensi, kontinuitas,


relevansi, dan keterpakaian). Urgensi, maksudnya penting dan harus dikuasai peserta
didik. Kontinuitas, yaitu pendalaman dan/atau perluasan dari kompetensi pada jenjang/tingkat
sebelumnya. Relevansi, diperlukan karena ada hubungannya untuk mempelajari atau memahami
kompetensi dan/atau konsep mata pelajaran lain. Keterpakaian, artinya memiliki nilai terapan
tinggi dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas, RPHB 2008; 31)

Sebelum melakukan penyusunan indikator, maka harus diperhatikan terlebih dahulu


komponen-komponen sebagai berikut:
a. Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda
perbuatan dan respons yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan (sekolah), potensi
daerah, dan peserta didik.
c. Indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang dapat diukur dan diobservasi
sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat penilaian.
Adapun beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan indikator antara lain:
1. Setiap kompetensi dasar dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja
yang digunakan dalam standar kompetensi dan kopetensi dasar.
3. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal kompetensi dasar dan dapat
dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan
peserta didik.
4. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
5. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi
dan materi pembelajaran.
6. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan
kata kerja operasional yang sesuai.
7. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Panduan Pengembangan
Indikator, 2010:10).

Oleh karenanya penjabaran indicator harus dilaksanakan dengan merinci KD menjadi


beberapa indikator yang menggunakan kata kerja operasional. Indikator yang dibuat harus dapat
diukur, sebagai batasan, bukti, dan tanda pencapaian kompetensi.
b. Rumusan indikator pembelajaran bahasa arab
Rumusan Indikator Materi Istima’, Qiro’ah, Kitabah, dan Muhadatsah.
Keterampilan berbahasa meliputi  empat  aspek  keterampilan, yaitu; keterampilan menyimak,
keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara.
 Keterampilan menyimak (istima’)

Keterampila menyimak merupakan proses perubahan wujud bunyi (bahasa) menjadi makna
Keterampilan menyimak  sebagai  keterampilan  berbahasa bersifat reseptif, menerima 
informasi  dari orang lain (pembicara).

Adapun spesifikasi tujuan pengajaran istima’ ialah mengulang-ulang materi, menghafal,


mengambil ide pokok dan memahami ide umum dari materi yang didengar.

Adapun indikator-indikator yang berhubungan dengan keterampilan menyimak antara lain:

a. Menafsirkan berbagai nuansa makna dalam berbagai teks lisan dengan berbagai variasi
komunikasi dan konteks.
b. Menulis teks yang didiktekan.
c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai isi kalimat, dialog, atau wacana yang telah
didengarkan.
 Keterampilan membaca (qiro’ah)

Keterampilan membaca  merupakan  keterampilan  berbahasa  yang bersifat reseptif,


menerima  informasi  dari  orang lain (penulis)  di  dalam bentuk  tulisan.  Membaca
merupakan perubahan wujud  tulisan menjadi  wujud  makna. 

Indikator yang berkaitan dengan keterampilan membaca adalah:

a. Melafalkan atau membaca bahan qiro’ah dengan intonasi yang baik dan benar.
b. Menjawab pertanyaan-pertanyaan atau latihan tentang kandungan bahan qiro’ah dengan baik
dan benar.
 Keterampilan menulis (kitabah)
Keterampilan  menulis (kitabah)
merupakan keterampilan bahasa yang sifatnya yang menghasilkan atau memberika informasi 
kepada  orang  lain  (pembaca)  di  dalam  bentuk  tulisan.  Menulis  merupakan perubahan 
wujud  pikiran  atau  perasaan  menjadi  wujud  tulisan.

Tujuan pengajaran kitabah ialah agar peserta didik mampu menulis huruf arab,
mengetahui tanda baca dengan cepat, mampu mengungkapkan pemikiran dengan logis dan runtut
melalui tulisan dengan memperhatikan atauran dengan kaidah-kaidah bahasa, tanda baca dan
diksi kata (mufrodat) secara tepat.

Adapun indikator kemampuan menulis antara lain:

a. Menggunakan mufrodat dengan tepat dalam kalimat.


b. Menyusun kalimat
c. Menyusun paragraf sederhana.
d. Menyusun kalimat-kalimat sederhana dalam kegiatan insya’ yang mengandung pola
kalimat dan kosakata tertentu.
e. Membuat mubtada’ dan khobar.
f. Mengubah bentuk-bentuk fi’il.
g. Mengubah susunan kalimat dengan struktur jumlah fi’liyah menjadi susunan kalimat
dengan struktur jumlah ismiyah.
 Keterampilan berbicara (muhadatsah/kalam)

Sedangkan  keterampilan berbicara  merupakan  keterampilan  yang  sifatnya  produktif, 


menghasilkan  atau menyampaikan  informasi  kepada  orang  lain  (penyimak)  di  dalam 
bentuk  bunyi  bahasa tuturan.

Adapun indikator-indikator yang berhubungan dengan keterampilan berbicara antara lain:

a. Mengucapkan mufrodat dengan lafal yang baik dan benar.


b. Mengucapkan materi hiwar dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar.
c. Mendemonstrasikan materi hiwar secara berpasangan.
d. Melakukan tanya jawab dengan mufrodat dan pola kalimat yang telah diajarkan.
e. Melakukan tanya jawab tentang bahan bacaan.
Contoh pembuatan indikator istima’, qiro’ah, kitabah, dan kalam:
Standar Kompetensi Dasar Indikator
Kompetensi

Kemapuan Menyimak 1.1. Mengidentifikasi bunyi, ujaran,


memahami (kata, frasa atau kalimat) dalam
1.      Memahami informasi
paparan atau suatu konteks dengan tepat
lisan berbentuk paparan
diaolog tentang
atau dialog tentang remaja 1.2. Menangkap makna dan
remaja
gagasan atau ide dari berbagai
bentuk wacana lisan secara tepat

Membaca 2.1. Melafalkan dan membaca


nyaring kata, kalimat, dan wacana
2.      Memahami wacana tulis
tulis dengan benar
berbentuk paparan atau
dialog tentang remaja 2.2. Mengidentifikasi bentuk dan
tema wacana secara tepat

2.3. Menemukan makna dan


gagasan atau ide wacana tulis
secara tepat

Menulis 3.1. Menulis kata, frasa, dan


kalimat dengan huruf, ejaan, dan
3.      Mengungkapkan
tanda baca yang tepat
informasi secara tertulis
berbentuk paparan atau 3.2. Mengungkapkan gagasan atau
dialog tentang remaja pendapat secara tertulis dalam
kalimat dengan kata, frasa, dan
struktur yang benar

Berbicara 4.1. Menyampaikan gagasan atau


pendapat secara lisan tentang
4.      Mengungkapkan remaja dengan lafal yang tepat
informasi secara lisan
4.2. Melakukan dialog sesuai
berbentuk paparan atau
konteks dengan tepat dan lancar
dialog tentang remaja
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
https://p3ai.polsri.ac.id/admin/assets/files/7325Taksonomi%20Bloom.pdf 
Akhmad, Sudrajat. 2013. Pendekatan Saintifik Ilmiah dalam Pembelajaran.
M.Hosna. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Daryanto & Mulyo Rahardjo. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta. Gava Media.
Syaiful Sagala. 2006.  Konsep dan Makna Pembelajaran.  Bandung; Alfabeta
Zaenal Arifin. 2013. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung. PT. Remaja
Rosada.
http://qthijab.blogspot.com/2017/01/perumusan-indikator-pembelajaran-bahasa.html
http://anizarichah.blogspot.com/2016/10/blog-post_13.html

Anda mungkin juga menyukai