Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning)

Sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-
masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat
menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

B. Tujuan dan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Menyadari Masalah

Implemanatsi SPBM adalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus di pecakan.
Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjanagn atau gap yang
dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada
tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai
fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan lebih dari satu, akan tetapi
guru

11dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji
baik melalui kelompok kecil atau bahkan individual.

2. Merumuskan Masalah

Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, slanjutnya difokuskan pada
masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan
berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-
data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa
dalam langkah ini adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan
pengetahuanya untuk mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya
muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.

3. Merumuskan Hipotesis

Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif, maka
merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan.

4. Mengumpulkan Data

Yaitu sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal
yang sangat penting. Sebab, menentukan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan hipotesis yang
diajukan harus diajukan sesuai dengan data yang ada. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini
adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan
menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.

5. Menguji hipotesis

Berdasarkan data yang dikumplkan, akhirnya siswa mengumpulkan hipotesis mana yang diterima
dan mana yang ditolak kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan
menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang
dikaji. Disamping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dan mengambil kesimpulan.

6. Menentukan pilihan penyelesaian

Merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan
memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada pilihannya.

C. Prinsip Model Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Konsep Dasar (Basic Concept).

Pada pembelajaran ini guru dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, atau referensi yang
diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam
atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran

2. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem).

Dalam fase ini guru menyampaikan permasalahan dan dalam kelompoknya siswa melakukan
berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yaitu setiap anggota mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap masalah secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam
alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus/terarah
pada penyelesaian masalah. Ketiga melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari
referensi dalam memecahkan permasalahan.

3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning).

Masing-masing siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas masalah misalnya dari buku
atau artikel di perpustakaan, internet, atau guru/nara sumber yang relevan untuk memecahkan
masalah. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari
informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di
kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge).

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan
berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik
berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

D. Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah

1. Mengidentifikasi masalah untuk penyelidikan. Siswa dibagi ke dalam kelompokkelompok kecil


yang terdiri dari 5 orang, kemudian siswa membaca masalah-masalah atau isu dari artikel atau koran
yang berhuhungan dengan materi/konsep yang diberikan oleh guru. Siswa berdiskusi dan bertukar
pendapat. Siswa secara individual membangun pemikiran mereka berdasarkan masalah yang mereka
minati. Mereka secara individu menuliskan ide dan pertanyaan kemudian siswa bersama dengan
anggota kelompoknya merumuskan masalah dan menghasilkan pernyataan tentang masalah.
2. Mengeksplorasi permasalahan. Siswa merancang tugas proyeknya berdasarkan identifikasi
masalah dan guru membantu mengorganisasikan pembelajaran dengan memfokuskan pada tiga
pertanyaan yang digunakan untuk memahami "yang perlu diketahui (Need-to-know)".

Pertanyaan tersebut adalah: 1) apa yang kamu ketahui ? (What do you now?), 2) apa yang kamu
butuhkan untuk diketahui ? (What do you need to know), 3) bagaimana kamu dapat mengetahui apa
yang kamu perlu ketahui (How can you find out what you need to know). Setiap kelompok
menuliskan ide dan pertanyaan di LKS-nya. Siswa mengidentifikasi sumber yang mereka gunakan,
dan tipe tugas yang mereka gunakan untuk menyelesaikan masalahnya.

3. Menggiring siswa untuk melakukan penemuan ilmiah. Siswa mengumpulkan data untuk
menjawab pertanyaan. Siswa dapat menggunakan berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan
yang berbubungan dengan risetnya seperti perpustakaan, survey, wawancara, internet dan
penyelidikan di laboratorium.

4. Siswa melaporkan apa yang telah mereka lakukan, melengkapi lembar kerja Need-toKnow, dan
merencanakan untuk tugas-tugas berikutnya. Masingmasing kelompok menyimpan buku catatan
yang kecil yang digunakan untuk memantau kemajuan dari penyelidikan mereka. Para siswa
merekam semua pertanyaan yang mereka pikirkan dan apa yang mereka telah pelajari pada
masingmasing langkah proyek. Pada setiap akhir diskusi atau penyelidikan, kelompokkelompok
tersebut mengisi lembar "learning logs and Project Tasks Allocation" dimana mereka
mendokumentasikan apa yang telah mereka temukan dan konsep ilmu pengetahuan yang dipelajari,
mereka juga merencanakan untuk penyelidikan mereka selanjutnya. Ini membantu mereka untuk
meninjau ulang dan untuk memperkuat informasi yang dikumpulkan.

5. Masing-masing kelompok diberi waktu untuk presentasi selama 10 menit tentang topik proyek
yang mereka pelajari. Presentasi juga diikuti dengan sesi tanya-jawab, dan semua presentasi direkam
dengan video tape. Semua kelompok menggunakan model penyampaian berbasis teknologi
multimedia. Para siswa juga menyerahkan file proyek kelompok yang didokumentasikan dari
penemuan kelompok dan rincian proses inquiry. Guru mengevaluasi kelompok berdasarkan pada
kriteria yang dikaitkan antara proses dan produk dari pekerjaan proyek, termasuk presentasi
kelompok. Evaluasi yang dikembangkan dalam mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah ini adalah dalam bentuk evaluasi kenerja siswa secara kelompok, kemudian dilengkapi
dengan evaluasi individual dalam bentuk objektif.

E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Kelebihan Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

a. Merupaka teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Dapat menantang kemampuan siswa serta dapat memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.

c. Dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.

d. Dapat membantu siswa bagaiman mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan masalah.

e. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab


dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat
mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f. Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika,ipa, sejarah dan lain
sebagainya) pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa,
bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

g. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.

j. Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidikan formal telah berakhir.

2. Kelemahan Disamping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a. Mana kala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.

c. Tanpa pemahaman maka mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,
maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Anda mungkin juga menyukai