Dosen Pengampu :
Oleh :
Nopriyeni
Apriza Fitriani
PROGRAM PASCASARJANA
2013
1
KATA PENGANTAR
Sebagaimana kata pepatah tidak ada gading yang tak retak, begitu pula
makalah ini. Walapun disusun dengan baik mungkin masih ditemukan
kejanggalan disana sini. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangatlah
kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari Bapak Dosen Dr. Kashardi ,
M.Pd.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan.
Hormat kami
Penyusun
DAFTAR ISI
2
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1Kesimpulan.....................................................................................22
3.2Saran...............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
4
proses tidak dirasa perlu untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA,
segalanya menjadi beres. Keterampilan proses tidak dirasa perlu untuk
dikembangkan dalam pembelajaran IPA di lapangnan. Soal-soal THB,
EBTA atau EBTANAS hampir tidak pernah memunculkan soal-soal
yang mengukur keterampilan proses.
1.3 Tuhuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.1 Pengertian keterampilan proses sains
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,
termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan
kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah.
Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-
komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian
(Tenten, 2010).
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya
adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone
menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk
dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Sains sebagai proses merupakan
langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan
dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah
tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan.
Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah
kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas (Wikipedia, 2011).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Keterampilan proses sains adalah
keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental,
fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih
tinggi. Pendekatan dalam keterampilan proses dijabarkan dalam kegiatan
belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan sikap, nilai
serta keterampilan. Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan anak didik menyadari, memahami dan menguasai rangkaian
bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai
anak didik. Rangkaian bentuk kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan
mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan (Rustaman et al :2003)
dalam Tenten (2010).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 140) dalam Ikhma Prima
(2012) keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar
7
(basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills).
Keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yaitu mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari
mengidentifikasi variable, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam
bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variable, menafsirkan
pengamatan (interpretasi), menganalisis penelitian, menyusun hipotesis,
mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan
melaksanakan eksperimen.
Menurut Blosser (1973) dalam Kamrianti (2010), proses pembelajaran
sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir.
Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat
dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga
keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran.
8
Apabila kita bandingkan kedua rumusan tujuan itu akan kita
temukan perbedaan yang sangat besar. Pada rumusan yang pertama tujuan
utamanya adalah memahami konsep, sedangkan keterampilan proses
merupakan tuntutan pengalaman belajarnya. Dalam rumusan yang
kedua tujuan utamanya adalah keterampilan proses melalui konsep
tertentu.
Kesesuaian antara tujuan, materi dan metode serta pengalaman
belajar jelas menjadi dambaan para pengembang kurikulum maupun guru
dalam perencanaan pengajaran. Sangat tidak adil apabila siswa
dituntut untuk kreatif melalui pengalaman belajar yang pasif dalam
mempelajari konsep tertentu. Asesmen pendidikan sedang dirioritaskan
untuk membantu sistem evaluasi yang sampai sekarang ini sudah
berjalan.
Asesmen pendidikan mencoba mengungkap potensi siswa bukan
hanya melalui hasil belahar, melainkan juga melalui proses pembelajaran.
Bentuk asesmen pendidikan dapat berupa tes (lisan, objektif, uraian,
penampilan) ataupun berupa non tes (tugas, laporan, wawancara,
portofolio, komunikasi pribadi, pelaksaan PBM). Tes penampilan
(performence assesment) dapat diobservasi, jawabannya dapat secara
tertulis atau lisan. Dalam tes penampilan dapat diketahui keterampilan
dan cara berpikir responden atau siswa. Hal itu dapat diperiksa dan
dicocokkan dengan jawaban yang diberikannya.
Tes penampilan ini masih sangat jarang dilakukan padahal
sesungguhnya penguasaan keterampilan proses dapat diukur dengan tes
penampilan
9
keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan
a. Mengamati (Observasi)
Mengamati adalah proses untuk mengenal atau untuk mernperoleh
informasi tentang suatu objek atau peristiwa dengan menggunakan panca
indera. Keterampilan ini meliputi melihat, mencium; mendengar,
meraba, mencicipi (merasa) dan mengukur atau mengamati dengan
dibantu alat ukur.
Keterampilan mengamati adalah keterampilan mendasar
bagi keterampilan proses lainnya (Harlen dalam Radijanti, 2000).
Keterampilan mengamati digunakan untuk menuntun siswa ke
dalam deretan pengembangan keterampilan lainnya. Keterampilan
ini dapat dikembangkan dengan cara memberikan latihan
10
sebanyakbanyaknya kepada siswa melakukan pengamatan dan
membuat catatan tentang deskripsi hasil pengamatannya. Menurut
Harlen indikator-indikator keterampilan proses mengamati antara lain:
menggunakan berbagai alat indera, mengumpulkan fakta yang
relevan dan memadai, memperhatikan adanya persamaan dan
perbedaan, mengamati peristiwa atau proses dalam perioda yang tepat,
menggunakan alat bantu agar lebih tepat atau lebih jelas.
b. Mengelompokkan (Klasifikasi)
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan
untuk mengatur objek-objek ke dalam deretan-deretan atau kelompok-
kelompok tertentu berdasarkan sifat atau ciri-ciri yang teramati pada
kegiatan pengamatan atau percobaan.Menurut Rustaman (Radjijanti,
2000) kegiatan ini perlu dilatihkan untuk membantu siswa mengenal
adanya keteraturan dan hubungan antar objek terutama objek-objek
yang ada di lingkungannya.Kegiatan yang dilatihkan misalnya
mencari persamaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari perbedaan, mem
bandingkan, menggolongkan atau menempatkan suatu objek ke dalam
kelompoknya (Depdikbud dalam Radijanti, 2000).
c. Menafsirkan (Inferensi)
Menafsirkan mengandung arti mencari pengertian yang
terkandung dalam objek berdasarkan serangkaian observasi (ILLA
dalam Radijanti, 2000), atau membuat kesimpulan sementara
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki untuk menjelaskan
pengamatan.Data hasil pengamatan adalah data konkret yang belum
mengandung arti apa-apa.Data itu baru mengandung arti bila diatur dan
disusun sehingga diperoleh suatu pola yang bermakna, yaitu suatu
konsep atau prinsip.
Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk memberikan makna dari
hasil pengamatannya yang berupa keterkaitan antar data atau antar
peristiwa, kesimpulan hasil pengamatan, hasil penafsiran, generalisasi,
11
pola atau kecenderungan atau hubungan antar dua hal. Dalam IPA,
hasil inferensi dapat disajikan dalam bentuk gambar, tabel, grafik, atau
kata-kata (ILLA dalam Radijanti, 2000).
d. Meramalkan (Prediksi)
Menurut Harlen meramalkan merupakan keterampilan untuk
memperkirakan apa yangakan terjadi atau konsekuensi yang serupa
tentang peristiwa yang akan datang berdasarkan kecenderungan peristiwa
yang pernah terjadi (dalam Radijanti, 2000).
e. Menerapkan (Aplikasi)
Menerapkan konsep adalah suatu keterampilan yang dilatihkan
dengan iujuan untuk memantapkan konsep, mengembangkan gagasan,
merangsang siswa untuk memahami lingkungan, dan
mengembangkan intelektual berdasarkan honsep yang sudah
dimiliki.Siswa perlu diberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk
menerapkan konsep ke dalam situasi baru dan berbeda, terutarna
yangdiarahkan pada kehidupan sehari-hari.
Menerapkan konsep dapat dilatihkan melalui kegiatan-kegiatan
menghitung, mencari hubungan antar konsep, menerapkan langsung pada
perilaku sehari-hari, membuat model sederhana, merancang dan
membuat alat sederhana.
f. Mengkomunikasikan
Keterampilan berkomunikasi tidak kalah pentingnya dengan
keterampilan-keterampilan proses lainnya. Mengkomunikasikan
mengandung arti menempatkan dan menyampaikan data-data ke
dalam beberapa bentuk yang dapat dimengerti orang lain (Darliana
dalam Radijanti, 2000). Keterampilan berkomunikasi tidak terbatas
mengutarakan gagasan dalam bentuk lisan saja, tetapi juga dalam
bentuk gambar, tulisan, grafik, tabel, diagram dan lain-lain.
12
atau menjelaskannya (dalam Radijanti, 2000). Hal ini dimaksudkan
agar siswa dapat mengemukakan gagasannya secara baik, benar, jelas
dan dapat dimengerti oleh orang lain.
g. Mengajukan Pertanyaan
Keterampilan mengajukan pertanyaan perlu dilatihkan kepada
siswa untuk membangkitkan gagasan atau kepedulian tentang fenomena
alami.Sebagai langkah awal, guru memberikan berbagai contoh fakta
yang biasa diketemukan di lingkungan siswa.Bertolak dari fakta itu,
siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan(Radijanti,
2000).
h. Melakukan Percobaan
Melakukan percobaan yang dimaksud di sini adalah melakukan
kegiatan percobaan atau eksperimen yang direncanakan atau dengan
bimbingan guru.kegiatan ini dimaksud untuk rnemperoleh data-data yang
akan digunakan untuk memahami suatu konsep, dan arahnya sudah
jelas. Misalnya siswa dapat melakukan percobaan untuk memahami
ciri-ciri makhluk hidup, memahami sifat-sifat air dan kegunaannya,
dan lain-lain.
13
Organisasi
Dekonstruksi
Evaluate Mencek
Mengkritik
Create Menurunkan/berhip Mengajukan Hipotesis
otesis
Hariyatmi (2010)
14
Keterampilan
Indikator
Proses Sains
banyak atau melakukan cara pemecahan masalah
3. Pengukuran KPS
15
Penilaian sering dipertukarkan pemakaiannya dengan assesment,
tetapi landasan sebenarnya berbeda. Penilaian lebih ditekankan pada hasil
belajar, sedangkan asessment terhadap hasil belajar dan proses belajar,
berpihak pada yang di ases dan bertujuan untuk mengembangkan potensi
individual yang di ases (Rustaman, et al: 2003).
Penilaian terhadap KPS dilakukan melalui pokok uji tertentu
yang telah disusun. Pokok uji KPS memiliki karakteristik tertentu yang
dapat dikelompokan kepada karakteristik umum dan khusus. Pokok Uji
KPS sebagaimana yang dikemukakan Rustaman et al (2003), yaitu sebagai
berikut:
a. Karakteristik Umum
secara umum butitr soal ketrampilan proses sains akan dapat
dibedakan dari pokok uji biasa untuk penguasaan konsep. Pokok uji
tersebut meiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
1. pokok uji KPS tidak boleh dibebani konsep.
2. Kedua pokok uji KPS harus jelas dan mengandung satu jenis
KPS saja, misalnya satu soal untuk mengukur keterampilan
komunikasi saja.
3. pokok uji KPS harus mengandung sejumlah informasi yang
harus diolah responden atau siswa. Informasi dalam pokok uji
KPS dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel
atau uraian, atau objek asli.
4. sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu.
b. Karakteristik Khusus
Karakteristik pokok uji KPS dibahas secara khusus untuk
membandingkan karakteristik pokok uji KPS satu sama lain,
sehingga jelas perbedaannya.
Observasi Harus dari objek atau peristiwa
sesungguhnya
Interpretasi Harus menyajikan sejumlah data
untuk memperlihatkan pola.
Klasifikasi Harus ada kesempatan
mencari/menemukan persamaan dan
16
perbedaan atau kriteria tertentu untuk
melakukan pengelompokan, atau
ditentukan jumlah kelompok yang
harus terbentuk
Prediksi :harus jelas pola dan kecenderungan
untuk dapat mengajukan dugaan atau
ramalan.
Berkomunikas Harus ada satu bentuk penyajian
tertentu untuk diubah ke bentuk
penyajian lainnya,
Berhipotesis Dapat merumuskan dugaan atau
jawaban sementara, atau menguji
pernyataan yang ada dan mengandung
hubungan dua variabel atau lebih,
mengandung cara kerja untuk menguji
atau membuktikannya.
Merencanakan Harus memberikan kesempatan untuk
percobaan mengusulkan gagasan berkenaan
dengan alat dan bahan yang akan
digunakan, urutan prosedur yang harus
ditempuh, menentukan peubah
(variabel), mengendaliakn peubah.
Menerapkan Harus memuat konsep/prinsip yang
Konsep akan diterapkan tanpa menyebut nama
konsepnya.
Mengajukan Harus memunculkan sesuatu yang
pertanyaan mengherankan, mustahil dan tidak
biasa atau kontradiktif, sehingga
responden atau siswa termotivasi
untuk bertanya
17
Pilihlah satu konsep tertentu untuk dijadikan konteks. Dengan
mengingat karakteristik jenis keterampilan proses yang akan diukur,
sajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu ditetapkan
pertanyaan atau suruhan yang dimaksudkan untuk memperoleh respon
atau jawaban yang diharapkan. Tentukan pula bagaimana bentuk respon
atau jawaban yang diminta.
a. Peranan Umum
18
ditindaklanjuti dengan pengajuan pertanyaan, merumuskan
hipotesis berdasarkan gagasan yang ada. Kedua, memberi kesempatan
untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi
kelas. Tugas-tugas dirancang agar siswa berbagi gagasan
(urunrembuk), menyimak teman lain, menjelaskan dan
mempertahankan gagasan mereka sehingga mereka dituntut untuk
berpikir reflektif tentang hal-hal yang sudah dilakukannya,
menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang lain
untuk memperkaya pendekatan yang mereka rencanakan. Berbicara dan
menyimak menyiapkan dasar berpikir untuk bertindak. Ketiga,
mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka
untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan
mereka. Dengan kata lain aspek ketiga menekankan:
membantu pengembangan keterampilan bergantung pada pengetahuan
bagaimana siswa menggunakannya. Keempat, mendorong siswa
mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana kegiatan
mereka telah dilakukan. Selama dan setelah menyelesaikan
kegiatan mereka seyogianya mendiskusikan bagian-bagian atau
keseluruhan penyelidikan. Mereka juga hendaknya didorong untuk
mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk meningkatkan kegiatan
mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengenali
keterampilan-keterampilan yang perlu ditingkatkan. Membantu siswa
untuk menyadari keterampilan- keterampilan yang mereka perlukan
adalah penting sebagai bagian dari proses belajar mereka sendiri.
Kelima, memberikan teknik atau strategi untuk
meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan
pengukuran misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci
dikembangkan dalam berkomunikasi. Begitu pula dalam penggunaan
alat, karena mengetahui bagaimana cara menggunakan alat tidak
sama dengan menggunakannya. Menggunakan teknik secara tepat
berarti memerlukan pengetahuan bagaimana cara
menggunakannya.
19
b. Peranan Khusus
20
keterampilan klasifikasi. Berdasarkan hasil observasi, ditentukan ciri
tertentu yang diamati yang akan digunakan sebagai dasar
klasifikasi. Setelah itu barulah dilakukan pemilihan anggota (obyek)
yang memiliki ciri tersebut dan yang tidak. Untuk itu perlu
disiapkan format lembar kerja yang berisi aspek- aspek tersebut (ciri
yang teramati, ya, tidak) dalam bentuk matriks. Contohnya dan
contoh cara pengisiannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Selanjutnya dapat dilakukan klarifikasi bertingkat dengan cara
memilahnya berulang kali.
21
sebaiknya guru bertolak dari aspek keterampilan interpretasi tertentu,
yaitu menemukan pola. Setelah pola dikenali oleh siswa, mereka
diajak untuk memperkirakan hal-hal yang belum terjadi berdasarkan
pola tersebut. Melalui cara ini prediksi akan lebih nayata bagi mereka
dan jelas perbedaannya dengan meramal biasa atau dengan berhipotesis.
22
Umpamanya dalam percobaan osmosis dengan kubus dari
kentang perlu ditambahkan ungkapan seperti ini: periksalah apakah
kedua ukuran kubus tersebut betul- betul sama, juga apakah kedua
kubus tersebut dibuat dari satu kentang. Hal itu sangat pentng karena
tanpa peringatan tersebut, mereka membandingkan dua hal yang betul-
betul berbeda dalam banyak hal, padahal mereka semula hanya ingin
menyelidiki pengaruh konsentrasi larutan gula dalam sumur kentang
pada laju osmosis. Dengan banyak hal yang berbeda, konsentrasi
larutan gula yang digunakan menjadi tidak dapat dibandingkan karena
tidak lagi menjadi faktor penentu. Faktor penentu atau variabel
bebas dapat diketahui pengaruh atau peranannya hanya dan hanya jika
faktor atau variabel lainnya ditiadakan atau diupayakan sama (variabel
kontrol). Variabel bebas akan memberikan pengaruh atau peranan
tertentu yang nyata atau tidak, dengan kata lain variabel terikat
dapat diketahui akibat pengaruh variabel bebas.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Merancang pengalaman belajar biologi atau IPA terkait erat
dengan pengembangan keterampilan proses sains karena rancangan
belajar IPA harus sesuai dengan hakikat belajar IPA dan terutama
sekali sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan
dalam GBPP. Walaupun pengalaman belajar siswa dapat bervariasi, tetapi
seorang guru yang profesional akan berupaya agar siswanya belajar secara
bermakna. Belajar biologi atau IPA secara bermakna baru akan dialami
siswa apabila siswa terllibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial.
Pengembangan keterampilan proses sains sangat ideal dikembangkan
apabila guru memahami hakikat belajar IPA, yaitu IPA sebagai
produk dan proses. Belajar dengan pendekatan keterampilan proses
memungkinkan siswa mempelajari konsep yang menjadi tujuan
belajar IPA dan sekaligus mengembangkan keterampilan-keterampilan
dasar berIPA, sikap ilmiah dan sikap kritis.
Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman
langsung, sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika kegiatannya
sedang berlangsung. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat
lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Namun
apabila dia sekedar melaksanakan tanpa menyadari apa yang sedang
dikerjakannya, maka perolehannya kurang bermakna dan memerlukan
waktu lama untuk menguasainya. Kesadaran tentang apa yang sedang
dilakukannya, serta keinginan untuk melakukannya dengan tujuan untuk
menguasainya adalah hal yang sangat penting. Untuk mempermudah kita
mempelajari keterampilan proses sains dan mengembangkannya dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran biologi, di bawah ini
disajikan jenis-jenis keterampilan proses, masing-masing dengan
indikator-indikatornya. Jenis-jenis keterampilan proses ini dirangkum dari
berbagai sumber, khususnya dari Wynne Harlen (1992) dengan
modifikasi hasil penelitian.
24
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, mungkin masih
ditemukan kejanggalan disana sini. Oleh karena itu kritik dan saran
membangun sangatlah kami harapkan dari para pembaca. Penulis juga
berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan pendidikan
kita.
25