Dosen Pengampu:
Vica Dian Aprelia Resti, M.Pd.
Adi Nestiadi, M.Pd.
Nofita Fajariyanti, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 6
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pemulis
dapat menyelesaikan penulisan sintesis makalah “Pendekatan Kemampuan Proses Sains
dan Hands On Actifity Dalam Pengembangan LKS Praktikum”. Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Pengembangan Praktikum. Sintesis makalah ini juga bertujuan sebagai alat yang
digunakan untuk menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa dan mahasiswi khususnya
prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pemulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun kami
pun menyadari akan adanya keterbatasan sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati
adanya kesalahan - kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun isi penulis memohon
maaf dan kritik serta saran diharapkan untuk dapat menyempunakan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
2.1. Pendekatan Kemampuan Proses Sains Dan Hands On Activity Dalam Pencapaian
Outcome Pelaksanaan Praktikum IPA Di SMP ............................................................................. 3
2.2. Bahan Ajar Dalam Praktikum IPA yang Dapat Digunakan Dalam Pencapaian
Outcome Sesuai Dengan Pendekatan Kemampuan Proses Sains dan Hands On Activity .......... 4
2.3. Peran Pengembangan Bahan Ajar Dalam Kegiatan Praktikum ...................................... 5
2.4. Ragam Model Pengembangan Bahan Ajar ........................................................................ 6
2.5. Pendekatan Kemampuan Proses Sains dan Hands On Activity Dalam Pengembangan
LKS Praktikum ............................................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 18
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................................................................ 18
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penyusunan RPP dan LKPD dapat dimulai dengan menganalisis KI, KD, indikator,
aktivitas pembelajaran sampai dengan teknik penilaian. Petunjuk belajar dalam LKPD
dikembangkan dengan menekankan pencapaian keterampilan proses peserta didik.
Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau Langkah langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas dan haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Lembar Kegiatan Siswa
merupakan salah satu bentuk learning guide yang digunakan dalam pembelajaran yang
berfungsi sebagai panduan belajar siswa dan juga memudahkan siswa dan guru dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar. Selain itu, lembar kegiatan siswa memungkinkan
siswa melakukan aktifitas nyata dengan objek dan persoalan yang dipelajari.
Dengan begitu untuk mengembakan keterampian proses sains perlu kemampuan guru
untuk memfasilitasi dengan kegiatan dalam bentuk LKS (Lembar Kerja Siswa) yang
beorientasi pada keterampilan proses dan terintegrasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hands on activity adalah suatu model yang dirancang untuk melibatkan siswa
dalam menggali informasi dan bertanya, beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan
data dan menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri. Siswa diberi kebebasan
dalam mengembangkan pemikiran dan temuan selama melakukan aktivitas sehingga
siswa melakukan sendiri dengan tanpa beban, menyenangkan dan dengan motivasi
yang tinggi. (Lestari, 2012)
3
peserta didik akan dapat mencapai sebuah outcome pelaksaan praktikum, yang dimana
dengan adanya kegiatan hands on dapat membuat peserta didik mampu menerapkan
apa yang sudah pernah didapat pada pelaksanaan praktikum ke dalam kehidupan sehari-
hari.
2.2. Bahan Ajar Dalam Praktikum IPA yang Dapat Digunakan Dalam Pencapaian
Outcome Sesuai Dengan Pendekatan Kemampuan Proses Sains dan Hands On
Activity
Bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada
kurikulum dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
di tentukan. Untuk mencapai kompetensi tersebut diperlukan sebuah pengolahan dan
analisis yang akurat. Bahan ajar ini disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok
utuh dari kompetensi yang akan peserta didik kuasai dan digunakan dalam proses
pembelajaran.
Bahan ajar yang cocok dalam praktikum IPA yang digunakan untuk mencapai
outcome dan sesuai dengan pendekatannya yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). Karena
di dalam LKS ini berisi rincian kegiatan yang dapat siswa lakukan untuk
mengembangkan keterampilan dalam proses bekerja mandiri ataupun kelompok.
Karena dalam LKS pun harus memiliki tiga aspek, yaitu aspek didaktik, konstruksi, dan
juga teknis yang harus dipenuhi.
Setiap LKS disusun menggunakan materi dan tugas tertentu yang dikemas
untuk mencapai suatu tujuan. Penyusunan LKS memiliki berbagai macam bentuk, salah
satunya yaitu berfungsi sebagai petunjuk praktikum. LKS ini cukup cocok dengan
proses sains dan Hands on Activity karena tujuan LKS sendiri yaitu untuk mengaktifkan
siswa, yang mana siswa tidak hanya menerima penjelasan dari guru melainkan
menemukan atau mengelola sendiri perolehan belajar.
4
pembelajaran ini peserta didik mengamati, melakukan dan mengidentifikasi secara
langsung pada objek yang dipelajari.
Dengan menggunakan LKS diharapkan secara aktif siswa dapat terlibat dalam
kegiatan belajar mengajar, baik fisik, mental, intelektual, emosional dan sosial. Dengan
begitu penggunaan LKS peserta didik akan termotivasi dalam memecahkan masalah
dengan upaya sendiri dan tanggung jawab.
5
2.4. Ragam Model Pengembangan Bahan Ajar
a. Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model Kemp
Menurut Kemp dkk. (1994), pengembangan bahan ajar merupakan siklus yang
berkesinambungan. Pengembangan materi pembelajaran untuk model ini dapat
dimulai dari langkah manapun pada setiap tahap sepanjang siklus. Oleh karena itu,
model pengembangan kurikulum Kemp dapat menawarkan kesempatan kepada
pengembang untuk memulai dengan kurikulum saat ini di setiap tahap. Beberapa
tahapan dalam produksi bahan ajar (Kemp et al, 1994), yaitu:
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)
Mengidentifikasi kesenjangan antara tujuan kurikulum saat ini dan fakta
dilapangan.
2. Analisis Karakteristik Siswa (Leaner Characteristics)
Pengetahuan tentang karakteristik siswa, yang meliputi karakteristik,
keterampilan dan pengalaman baik secara individu maupun kelompok.
3. Analisis tugas (Task Analysis)
Merinci isi mata pelajaran dalam bentuk garis besar untuk menguasai isi bahan
kajian atau mempelajari keterampilan yang mencakup keterampilan kognitif,
keterampilan psikomotor, dan keterampilan sosial.
4. Merumuskan Indikator (Instructional Objectives)
Perencanaan kegiatan pembelajaran, kerangka acuan untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa dan pembelajaran langsung siswa.
5. Menyusun Materi Pembelajaran (Content Squencing)
Memilah mata pelajaran berdasarkan pengetahuan prasyarat, kebiasan, tingkat
kesulitan, minat dan perkembangan siswa.
6. Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
Memilih strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan.
7. Pemilihan Media atau Sumber pembelajaran (Instructional Delivery)
Tujuan dari langkah ini adalah untuk memilih media atau sumber
pembelajaran sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran dan
media yang dipilih.
8. Instrumen Penilaian (Evaluation Instrument)
6
Menyusun instrumen penilaian untuk menilai hasil belajar yang disusun
berdasarkan tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan sehingga
kriteria yang digunakan adalah penilain acuan patokan.
9. Sumber Pembelajaran (Instructional Resources)
Melihat ketersediaan secara komersial, biaya pengadaan, waktu untuk
menyediakannya serta menyenangkan bagi siswa dalam membuat media atau
sumber pembelajaran.
10. Pelayanan Pendukung (Support Services)
Menentukan keberhasilan pengembangan bahan ajar dengan memperhatikan
ketersediaan anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, kemampuan staf,
pengajar, perancang pembelajaran, pakar, dan lain sebagainya
11. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)
Penilaian yang dilakukan setiap selesai satu unit proses pembelajaran untuk
memberi informasi kepada pengajar atau tim pengembang seberapa baik
program ini mencapai sasaran.
12. Penilaian Sumatif (Summative Evaluation)
Penilaian yang digunakan untuk menilai sejauhmana tujuan instruksional telah
dicapai di akhir program pembelajaran.
13. Revisi Perangkat Pembelajaran (Revision)
Mengevaluasi dan memperbaiki perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
secara terus menerus pada setiap langkah pengembangannya.
7
6. kegiatan untuk mengatasi kendala,
7. memilih atau mengembangkan materi pelajaran,
8. merancang prosedur penelitian murid,
9. uji coba lapangan : evaluasi formatif dan pendidikan guru,
10. penyesuaian, revisi dan evaluasi lanjut,
11. evaluasi sumatif, dan
12. pelaksanaan operasional.
8
Merevisi produk operasional berdasarkan saran dan masukan hasil uji
coba lapangan utama.
8. Melakukan Uji Lapangan terhadap Produk Final (Operational Field
Testing)
Melakukan uji coba lapangan operasional, dilakukan sampai 10-30
sekolah, melibatkan 40-200 subjek.
9. Melakukan Revisi Produk Final (Final Product Revision
Merevisi produk final berdasarkan hasil uji lapangan sebagai upaya
perbaikan dan penyempurnaan produk yang dikembangkan.
10. Diseminasi dan Implementasi (Dissemination and Implementation)
Penyampaian hasil pengembangan (proses, program, produk) kepada para
pengguna yang professional melalui forum pertemuan atau menuliskan
dalam jurnal atau dalam bentuk buku atau handbook.
9
Tahap kedua adalah merumuskan standar dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Standar diambil dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang
sudah ditetapkan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah :
1) Gunakan format ABCD
2) Mengklasifikasikan Tujuan
3) Perbedaan Individu
3. Select Strategies, Technology, Media, And Materials
Tahap ketiga adalah memilih strategi, teknologi, media dan bahan
pembelajaran yang sesuai. Strategi pembelajaran harus dipilih apakah yang
berpusat pada siswa atau berpusat pada guru sekaligus menentukan metode
yang akan digunakan.
4. Utilize Technology, Media and Materials
Tahap keempat adalah menggunakan teknologi, media dan material. Pada
tahap ini melibatkan perencanaan dan peran kita sebagai guru dalam
menggunakan teknologi, media dan materi. Untuk melakukan tahap ini ikuti
proses “5P”, yaitu:
a. Mengkaji Bahan Ajar (Preview the Materials)
b. Menyiapkan Bahan Ajar (Prepare the Materials)
c. Menyiapkan Lingkungan Belajar (Prepare Environment)
d. Menyiapkan Peserta Didik (Prepare the Learner)
e. Menentukan Pengalaman Belajar (Provide the Learning Experience)
5. Require Learner Participation
Tahap kelima adalah mengaktifkan partisipasi siswa. Belajar tidak cukup hanya
mengetahui, tetapi harus bisa merasakan dan melaksanakan serta mengevaluasi
hal-hal yang dipelajari sebagai hasil belajar. Contoh upaya untuk mengaktifkan
partisipasi siswa yaitu pembentukan kelompok-kelompok belajar dan
memberikan kegiatan dalam suatu pembelajaran, serta penggunaan media yang
menarik.
6. Evaluate and Revise
Tahap keenam adalah mengevaluasi dan merevisi perencanaan pembelajaran
serta pelaksanaannya. Evaluasi dan revisi dilakukan untuk melihat seberapa
jauh teknologi, media dan materi yang kita pilih/gunakan dapat mencapai
tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diperoleh
10
kesimpulan apakah teknologi, media dan materi yang kita pilih sudah baik, atau
harus diperbaiki lagi.
13
g. Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model 4D
Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh Thiagarajan
(dalam Ekana dkk, 2012:6). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan sebagai
berikut.
1. Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pengembangan. Thiagarajan (dalam Mulyatiningsih, 2012)
menganalisis lima kegiatan yang dilakukan pada tahap berikut.
a. Analisis ujung depan (front-end analysis). Pada tahap ini, guru melakukan
diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
b. Analisis siswa (learner analysis). Pada tahap ini dipelajari karakteristik
peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar belakang
pengalaman, dsb.
c. Analisis tugas (task analysis). Guru menganalisis tugas-tugas pokok yang
harus dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi
minimal.
d. Analisis konsep (concept analysis). Menganalisis konsep yang akan
diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional.
e. Perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).
Menulis tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah
belajar dengan kata kerja operasional.
Menurut Mulyatiningsih, 2012, dalam konteks pengembangan bahan ajar
(modul, buku, LKS), tahap pendefinisian dilakukan dengan cara: 1)
Analisis kurikulum, 2) Analisis karakteristik peserta didik, 3) Analisis
materi, 4) Merumuskan tujuan.
2. Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran
(blueprint). Thiagarajan, (dalam Mulyatiningsih, 2012) membagi perancangan
menjadi empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini sebagai berikut.
sebagai berikut:
a. Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test)
Tes acuan patokan disusun berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan
analisis siswa.
b. Pemilihan media (media selection)
14
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran
yang relevan dengan karakteristik materi.
c. Pemilihan format (format selection)
Tahap ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran,
pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar
yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu dalam
pembelajaran.
d. Rancangan awal (initial design)
Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat
pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum uji coba dilaksanakan. Dalam
tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau
rancangan produk yang perlu divalidasi oleh ahli atau teman sajawat.
3. Develop (Pengembangan)
Thiagarajan (dalam Ekana dkk, 2012:6). membagi tahap pengembangan dalam
dua kegiatan yaitu expert appraisaldan developmental testing. Expert appraisal
merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan
produk oleh ahli dalam bidangnya. Developmental testing merupakan kegiatan
uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Hasil uji
coba digunakan memperbaiki produk agar dapat diujikan kembali sampai
memperoleh hasil yang efektif.
4. Disseminate (Penyebarluasan)
Istilah disseminate diartikan sebagai penyebarluasan yang dalam hal ini berarti
produk yang telah dibuat dan direvisi disebarluaskan. Thiagarajan (dalam
Mulyatiningsih, 2012) membagi tahap diseminasi sebagai berikut.
a. Pada tahap validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap
pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran yang
sesungguhnya untuk melihat ketercapaian tujuan.
b. Tahap pengemasan (packaging) ini dilakukan supaya produk dapat
dimanfaatkan oleh orang lain.
c. Tahap penyerapan (diffusion) dan penggunaan (adoption). Setelah buku
dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap atau dipahami
orang lain dan digunakan pada kelas mereka.
Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap diseminasi dilakukan dengan
cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas
15
kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk
memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah
dikembangkan.
h. Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model ADDIE
Salah satu model desain pembelajaran yang sifatnya lebih generik adalah model
ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada
tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya
ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur
program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu
sendiri (Rusyani, 2009). Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan sebagai
berikut (Mulyatiningsih, 2012: dan Sujarwo, 2012:12 ).
1. Analysis (Analisa)
Analisa yaitu melakukan analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah, dan
melakukan analisis tugas. Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan
adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan
atas kebutuhan.
2. Design (Desain/Perancangan)
Tahap awal yaitu merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik,
measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, yang
didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kemudian
menentukan strategi pembelajaran dan media yang tepat. Semua itu tertuang
dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
3. Development (Pengembangan)
Pengembangan adalah proses mewujudkan desain tadi menjadi kenyataan.
Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu langkah
penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum
diimplementasikan.
4. Implementation (Implementasi/Eksekusi)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran
yang sedang dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan
diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar
bisa diimplementasikan.
16
5. Evaluation (umpan balik)
Evaluasi sebernarnya tidak hanya dilakukan dekahir tetapi di setiap tahap.
Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi
formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Evaluasi sumatif dari model
ADDIE merupakan proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap
program pembelajaran.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran langsung (hands on) melibatkan peserta didik dalam
pengalaman belajar total yang meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berpikir kritis. Peserta didik itu harus rencanakan suatu proses untuk menguji
hipotesis, letakkan proses ke dalam gerakan menggunakan berbagai materi
langsung, lihat proses hingga selesai, dan kemudian menjadi mampu
menjelaskan hasil yang dicapai.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa
terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat
bagi banyak orang.
18
DAFTAR RUJUKAN
Gloria, Y.R. 2012. Penerapan Hands on Activity untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains Siswa pasa Kompetensi Dasar Pencemaran Lingkungan Di Kelas X SMAN 1
Gegesik. Jurnal Scientiae Educatia, Vol 1 (2)
Kurniawan, Afif dan Fadloli. 2016. Profil Penguasaan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Terbuka. Proceeding Biology
Education Conference, Vol 13(1)
Lestari, Asih. 2012. Penerapan Hands On Activity Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains Siswa Pada Kompetensi Dasar Pencemaran Lingkungan Di Kelas X Sma N 1
Gegesik-Cirebon. Skripsi. IAIN Syekh Nurjati: Cirebon
Nurdyansyah, Mutala'liah N. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Modul Ilmu Pengetahuan Alam
Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
https://core.ac.uk/download/pdf/151573668.pdf
Parahita A. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Praktikum Siswa Terintegrasi Guided Inquiry
Untuk Analisis Keterampilan Laboratorium Siswa SMA Materi Buffer - Hidrolisis.
Universitas Negeri Semarang. http://lib.unnes.ac.id/32236/
Rustaman, N.Y. (2003). Kemampuan dasar bekerja ilmiah dalam sains. Makalah pada Seminar
Pendidikan Biologi – FKIP UNPAS Bandung
19
Rusyani, E. 2009. Desain Pembelajaran. (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-
ENDANG_RUSYANI/DESAIN_PEMBELAJARAN.pdf), diakses pada 27 Februari 2023
Siswati, E. K., Herlina, L., & Budiyanto, K. (2012). Model hands on minds on dengan
berbantuan media asli pada materi spermatophyta. UNNES Journal of Biology
Education, 1(1)
Sujarwo. 2012. Desain Sistem Pembelajaran. (Online),
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Desain%
20Pembelajaran-pekerti.pdf), diakses pada pada 7 Maret 2014
Wahyudi, L. E., & Supardi, Z. A. I. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Pada Pokok Bahasan Kalor Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains. Jipf, 02(02),
62–65.
Wahyuni, A. S., & Miterianifa, M. (2019). Desain Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Peserta Didik. JTK
(Jurnal Tadris Kimiya), 4(1), 78–90.
20