Anda di halaman 1dari 29

PEMROSESAN INFORMASI, ATENSI, PERSEPSI, DAN

MEMORI DALAM BELAJAR GERAK

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Tugas Belajar Gerak


Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

MEDIKA ADHI PRADANA

A122008011

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Pemrosesan Informasi, Atensi, Persepsi, dan Memori
Dalam Belajar Gerak tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Dr.Agus Mukholid, M.Pd bidang studi mata kuliah Belajar Gerak.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik
pembahasan  atau tentang pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Agus Mukholid, M.Pd.
selaku dosen bidang studi mata kuliah Belajar Gerak yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 14 Januari 2021

Medika Adhi Pradana

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................. 4

A. Belajar Gerak........................................................................................ 4
a. Pengertian Belajar Gerak............................................................... 4
b. Tahapan Belajar Gerak.................................................................. 5
c. Belajar Gerak Dalam Pendidikan Jasmani..................................... 8
B. Informasi ............................................................................................10
C. Atensi ............................................................................................15
D. Persepsi ............................................................................................17
a. Pengertian Persepsi ....................................................................... 17
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ............................................... 18
E. Memori ............................................................................................19
a. Pengertian Memori........................................................................ 19
b. Jenis-jenis Memori......................................................................... 20
c. Tahap-tahap Memori ..................................................................... 21
F. Pemrosesan Informasi, Atensi, Persepsi, Memori dalam Belajar
Gerak .................................................................................................... 22
BAB III. PENUTUP ........................................................................................ 24

A. Kesimpulan .......................................................................................... 24
B. Saran ............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika orang berjalan, berlari, melempar dan memukul bola dalam


berbagai permainan seperti tenis, softball, memainkan piano atau menari, mereka
melakukan sesuatu dalam upaya mencapai suatu jenis keahlian yang
disebut keterampilan gerak. Mempelajari dan mencapai keterampilan gerak
adalah suatu bagian penting dalam kehidupan sehari-hari bagi semua orang
dari berbagai usia karena gerak merupakan ciri kehidupan. Gerakan tubuh
dalam hal ini gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot, memungkinkan
manusia melakukan berbagai hal yang menunjang kehidupannya. Sehubungan
dengan hal tersebut, perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak
merupakan indikasi terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh
peserta didik. Dengan demikian, keterampilan gerak yang diperoleh bukan
hanya dipengaruhi oleh faktor kematangan gerak melainkan jugaoleh faktor
proses belajar gerak. Proses penguasaan keterampilan gerak, tidak terlepas dari
penguasaan informasi yang diterima selama proses pembelajaran oleh peserta
didik. Bagaimana terjadinya pemrosesan informasi, sejak informasi diterima,
diolah kemudian ditransformasikan dalam bentuk respon gerak, dapat
diandaikan bahwa manusia adalah sebuah pemroses informasi yang sama
dengan komputer. Dalam pengandaian ini manusia mulai mengolah informasi
ketika ia menerima stimulus dari lingkungan sekitar, selanjutnya disimpan
dalam memori hingga mengalami pemrosesan. Pemrosesan informasi dalam
pembelajaran gerak memegang peranan penting, karena melalui pemrosesan
informasi inilah peserta didik mampu memberikan umpan balik sebagai
wujud respon dari informasi yang diterima selama pembelajaran. Output dari
pemrosesan informasi menghasilkan gerakan, sebagai salah satu bentuk umpan
balik sensori dari proses belajar gerak. Agar peserta didik memiliki
keterampilan dan kemampuan dalam merespon dan mengantisipasi setiap
gerakan dalam pembelajaran gerak, maka pengetahuan mengenai pemrosesan
informasi dalam belajar gerak perlu dipahami dengan benar. Pengajar

1
2

harus mampu memberikan latihan dan kesempatan kepada peserta didik untuk
dapat menguasai dan memiliki keterampilan dalam mengantisipasi gerakan
yang mungkin terjadi selama pembelajaran gerak. Bagaimana pemrosesan
informasi dalam belajar gerak terjadi, bagaimana informasi di proses dan
disimpan dalam memoriakan dikaji dalam makalah ini dengan harapan
hal ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pengajar.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang sudah disampaikan, dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud belajar gerak, tahapan belajar gerak, belajar gerak
dalam Pendidikan jasmani ?

2. Apa yang dimaksud pemrosesan informasi ?

3. Apa yang dimaksud perhatian ?

4. Apa yang dimaksud persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhinya ?

5. Apa yang dimaksud memori, jenis-jenis memori, dan tahap-tahapnya ?

6. Pemrosesan Informasi, perhatian, persepsi, memori dalam belajar


gerak ?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan makalah ini adalah untuk


mengetahui :

1. Pengertian belajar gerak, tahapan belajar gerak, belajar gerak dalam


Pendidikan jasmani ?

2. Pengertian pemrosesan informasi ?

3. Pengertian perhatian ?

4. Pengertian persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhinya ?

5. Pengertian memori, jenis-jenis memori, dan tahap-tahapnya ?


3

6. Pemrosesan Informasi, perhatian, persepsi, memori dalam belajar


gerak .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Belajar Gerak

a. Pengertian Belajar Gerak

Belajar gerak berbeda dengan belajar bidang-bidang lain. Belajar gerak


tidak hanya menuntut keterlibatan individu secara psikis, tetapi juga menuntut
keterlibatan fisik secara aktif. Oleh karena itu, dalam menarik pengertian yang
jelas tentang belajar gerak, ada dua hal pokok yang harus diperhatikan.
Pertama, keterlibatan individu secara fisik dan aktivitas individu secara fisik
dalam kegiatan belajar. Hal ini ditegaskan, karena indikator belajar gerak tidak
hanya dilihat dari segi pemahaman secara kognitif, tetapi juga dilihat dari segi
pemahaman secara kognitif, tetapi juga dilihat dari segi unjuk kerja
keterampilan gerak. Kedua, indicator belajarnya juga dilihat dari kemampuan
dan keterampilan individu yang belajar, dalam merealisasikan apa yang telah
dimengertinya secara kognitif ke dalam aktivitas gerak yang terwujud dalam
bentuk keterampilan gerak. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan
beberapa definisi trntang belajar gerak.

Rider, H (1983) “Belajar gerak adalah suatu proses perbaikan


kemampuan-kemampuan koordinasi motoric, melalui optimalisasi faktor-faktor
persyaratan luar dan dalam yang bertujuan untuk mendapatkan/ menguasai
keterampilan, kemampuan, dan tingkah laku tertentu.”

Gagne (1977) “Belajar gerak adalah sebagai perubahan tingkah laku atau
perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan
bukan berasal dari proses pertumbuhan.”

Dalam belajar gerak, yang dipelajari adalah pola-pola gerak tertentu,


misalnya gerakan-gerakan olahraga. Pelajar berusaha mengetahui atau
memahami suatu gerakan kemudian berusaha melakukan atau mewujudkan
konsep gerakan itu dalam bentuk gerakan tubuh dengan mengaktifkan sistem
penggerak tubuhnya. Tingkat keterampilan gerak yang diperoleh peserta didik

4
5

dipengaruhi oleh beberapa faktor; 1) faktor individu, 2) faktor proses belajar


dan 3) faktor situasi belajar. Faktor individu pesertadidik dalam belajar gerak
akan menunjukkan pada adanya perbedaan potensi yang dimilikinya.
Perbedaan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik ini secara
mendasarakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keterampilan gerak yang
dikuasainya. Perbedaan kemampuan kemampuan memiliki implikasi terhadap
usaha penyusunan program pembelajaran gerak. Seperti yang ditegaskan oleh
Oxendine (1984: 56) bahwa “perbedaan potensi kemampuan yang dimiliki oleh
seorang secara nyata akan memberikan pengaruh terhadap kecepatan,
ketepatan dan tingkat keterampilan keterampilan”.

Faktor situasi belajar merupakan salah satu faktor yang akan memberikan
pengaruh dalam proses pembelajaran gerak. Dalam belajar gerak, situasi
belajar Terkait dengan analisis kemampuan individu subyek belajar dan tugas
profil yang dilakukanya. Dengan pemahaman potensi indvidu dan tujuan yang
aman dicapai maka dapat diciptakan situasi belajar yang kondusif. Rancang
bangun yang efektif dari situasi belajar akan memberikan kontribusi yang nyata
terhadap rangkaian proses pemerolehan keterampilan gerak. Pada tahap
manapun dari rangkaian belajar gerak senantiasa dibutuhkan situasi belajar
yang kondusif. Secara khusus Drowatzky (1981) menyatakan bahwa “belajar
gerak dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan atau modifikasi tingkah
laku individu akibat dari latihan dan kondisi lingkungan”. Tugas utama dari
belajar gerak adalah penerimaan segala informasi yang relevan tentang
gerakan-gerakan yang kemudian mengolah dan menyusun informasi tersebut
yang memungkinkan suatu realisasi secara optimal(Weineck, 1983: 71).

Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa


belajar gerak merupakan suatu proses untuk mendapatkan suatu perubahan
perilaku yang dalam hal ini adalah keterampilan gerak, melibatkan aspek-aspek
psikis dan fisik secara aktif, kemudian direalisasikan apa yang telah dipahami
atau dimengerti secara psikis (kognitif) ke dalam unjuk kerja motorik.
6

b. Tahapan Belajar Gerak

Dalam kaitannya dengan pemrosesan informasi, perhatian, persepsi, dan


memori dalam belajar gerak, peserta didik akan melalui bebrapa tahapan, yaitu:
1) tahap formasi rencana, 2) tahap latihan, 3) tahap otomatisasi. Secara rinci
setiap tahapan dalam pembelajaran gerak dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tahap Formasi Rencana

Tahap formai rencana merupakan tahap di mana sesorang sedang


menerima rangsangan pada alat-alat reseptornya sebgai masukan bagi
sistem memorinya. Pada tahap ini, seorang yang sedang belajar gerak
akan mengalami beberapa tahapan proses belajar, yaitu:

a) Tahap menerima dan memproses masukan

Pada tahapan ini diawali dengan tahap masukan, seorang


yang belajar gerak berada pada tahap menerima informasi
tentang bentuk dan pola keterampilan gerak yang harus
dilakukannya. Masukan informasi pada peserta didik dapat
dilakukan melalui alat-alat reseptornya, seperti penglihatan,
sentuhan, pendengaran dan penciuman.

Dalam sistem mekanisme organisme masuknya informasi


merupakan tahap penerimaan stimulus yang segera diubah dan
disesuaikan dengan situasi stimulus melalui tahapan yang
sistematik. Hal tersebut berhubungan dengan mekanisme
sistem saraf dan hormone. Dalam hal ini, reseptor merupakan
fungsi utama untuk menerima informasi dan melalui sistem
saraf segera diubah menjadi tanda masukan bagi sistem
memori. Sehubungan dengan itu, kemampuan individu dalam
mengadopsi dan memproses suatu informasi akan berbeda
antara yang satu dengan lainnya.
7

b) Proses control dan keputusan

Tahap kedua adalah proses pengolahan


informasi.Tahap ini merupakan tahap analisis informasi
yang masuk.Fungsi penyimpanan memori memiliki dua
fungsi yaitu; sebagai 1) penerima dari masukan stimuli yang
kemudian akan dikenali dan diringkas, dan 2)transmisi
yang mendekatkan informasi ke mekanisme persepsi
untuk dikenali atau ditempatkan pada penyimpanan jangka
panjang untuk dihubungkan dengan memori.Untuk
pemerolehan keterampilan gerak, faktor pengenalan dan
proprioseptik dari informasi angat penting.

c) Unjuk kerja keterampilan

Hasil akhir dari aktivitas tahapan pengolahan


informasi di atas dinamai output. Output sendiri dapat
berupa pukulan terhadap bola softball, atau tangkapan tangan
terhadap bola yang datang. Output yang dihasilkan
seseorang tidak selalu memenuhi harapan gerak yang
diinginkan. Pukulan terhadap bola yang dilempar bisa kena
bisa juga tidak

2) Tahap Latihan

Tahap kedua dari belajar gerak adalah tahap latihan.Pada


tahap ini di mana pola gerak yang telahterbentuk dalam sistem
memori sedang diunjuk kerjakan.Unjuk kerja keterampilan pada
awalnya dilakukan dengan tingkat koordinasi yang
rendah.Rohantoknam (1989) menegaskan bahwa pada tahap ini
dua hal yang perlu mendapatkan perhatian, yakni frekuensi
pengulangan, intensitas, dan tempo.Frekuensi pengulangan pada
dasarnya merujuk pada berapa kali seorang melakukan pengulangan
gerakan, baik yang dilakukan dalam satuan kali belajar maupun
yangberhubungan dengan jumlah pengulangan yang dilakukan
8

dalam satuminggu. Efektivitas frekuensi pengulangan memiliki


karakter yang individualistik.Sehubungan dengan adanya perbedaan
kemampuan individu maka kebutuhan frekuensi pengulanganpun akan
berbeda-beda.Oleh karenanya tinggi-rendahnya frekuensi
pengulangan yangdilakukan oleh individu sangat tergantung pada
kemampuan individu. Variasi bentuk latihan yang
mempertimbangkan beragam situasi dan kondisi secara langsung
dapat memperkaya seseorang dalam memberikan respons kinetik
yang dikonvensikan dengan situasi dan kondisi. Salah satu indikasi
permenannya pola gerak yang terbentuk dalam sistem memori
adalah dengan makin baiknya tingkat koordinasi gerak yang dapat
dilakukan oleh seseorang. Bila keterampilan gerak terus dilakukan
dengan pengulangan dan umpan balik yang efektif dapat
mempercepat proses otomatisasi gerak.

3) Tahap Otomatisasi

Tahap ini meruapakan tahap akhir dari rangkaian proses


belajar.Gerakkan otomatisasi merupakan hasil dari latihan yang
dilakukan dengan efektif. Gerakkan otomatisasi dapat terjadi karena
terjadinya hubungan yang permanen antara reseptor dengan
efektor. Gerakan otomatiasi dalam mekanismennya tidak lagi
dikoordinasikan oleh sistem syaraf pusat melainkan pada jalur
singkat pada sistem saraf otonom.

c. Belajar Gerak dalam Pendidikan Jasmani

Aktivitas fisik yang dipilih dan dilakukan di dalam Pendidikan jasmani


secara seksama agar fungsi tertentu untuk mencapai sebagian dari tujuan
Pendidikan. Reuben B. Frost (1975) telah mengemukakan secara rinci
mengenai fungsi Pendidikan jasmani, yaitu sebagai berikut:

1. Mengembangkan keterampilan gerak, dan pengetahuan tentang


bagaimana dan mengapa seseorang bergerak, serta pengetahuan
tentang cara-cara gerakan dapat diorganisasi.
9

2. Untuk belajar menguasai pola-pola gerak keterampilan secara efektif


melalui latihan, pertandingan, tari, dan renang.
3. Memperkaya pengertian tentang konsep ruang, waktu, dan gaya dalam
hubungannya dengan gerakan tubuh.
4. Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan hubungan
interpersonal yang baik di dalam pertandingan dan tari.
5. Meningkatkan kondisi jantung, paru-paru, otot, dan sistem organ tubuh
lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dalam keadaan
darurat.
6. Memperoleh manfaat serta bisa menghargai kondisi fisik dan bentuk
tubuh yang baik, serta kondisi perasaan yang selaras.
7. Mengembangkan minat atau keinginan berpartisipasi dalam olahraga
sepanjang hidup.
Dari ketujuh fungsi Pendidikan jasmani tersebut, belajar gerak berperan di
dalam fungsi-fungsi yang disebutkan pada nomor 1, 2, dan 3 yaitu berkenaan
dengan peningkatan keterampilan gerak tubuh dalam kaitannya dengan konsep
ruang, waktu, dan gaya.

Kedudukan belajar gerak di dalam Pendidikan jasmani juga bisa dikaji


berdasarkan domain tujuan Pendidikan yang ingin dicapai melalui Pendidikan
jasmani. Dari ketujuh fungsi Pendidikan jasmani melibatkan 4 domain, yaitu
domain psikomotor, domain fisik, domain kognitif, dan domain afektif.

 Fungsi pertama melibatkan domain psikomotr dan domain kognitif.


 Fungsi kedua melibatkan domain psikomotor dan domain fisik.
 Fungsi ketiga melibatkan domain kognitif dan domain psikomotor.
 Fungsi keempat melibatkan domain afektif dan domain
psikomotor.
 Fungsi kelima melibatkan domain fisik.
 Fungsi keenam melibatkan domain afektif.
 Fungsi ketujuh melibatkan domain afektif.
Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa belajar gerak mempunyai
peranan penting di dalam Pendidikan jasmani. Belajar gerak berperan dalam
Pendidikan jasmani yang melibatkan domain psikomotor, yaitu dalam upaya
mencapai tujuan:
10

1. Mengembangkan keterampilan gerak tubuh

2. Menguasai pola-pola gerak keterampilan olahraga

3. Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan interpersonal


yang baik di dalam pertandingan dan tari.

Agar menjadi lebih jelas mengenai peranan belajar gerak di dalam


Pendidikan jasmani diberikan gambaran sebagai berikut. Di dalam melakukan
aktivitas Pendidikan jasmani atau berolahraga, dari segi kegiatan fisik ada 2
aspek pokok yang ada di dalamnya. Aspek yang pertama adalah untuk
meningkatkan kemampuan fisik, sedangkan aspek yang kedua untuk
meningkatkan kualitas gerak tubuh. Untuk meningkatkan kemampuan fisik,
kegiatan yang dilakukan perlu mengacu pada prinsip-prinsip latihan fisik
(physical training), sedangkan untuk meningkatkan kualitas gerak tubuh,
kegiatan yang dilakukan perlu mengacu pada prinsip-prinsip belajar gerak
(motor learning).

B. Informasi
Massaro (1975) konseptualisasi informasi pemrosesan sebagai fenomena
psikologi yang memiliki tujuan pemahaman hubungan stimulus-respon. Stimulus
menjadi fisik dan energi kimis ysng memasuki tubuh melalui sistem indra dan
respons adalah perilaku yang diamati setelah itu. Penting bagi pemahaman
rangsangan ini adalah asumsi dasar bahwa ada sejumlah tahap pemrosesan yang
terjadi antara inisiasi stimulus dan respon motorik yang dapat diamat. Informasi
itu memasuki tubuh manusia melalui sistem sesnsor, ia akan berada pada tahap
pemrosesan pertama yang beraksi dan dikirim ke tahap pemrosesan kedua.
Tindakan di setiap tahap pemrosesan membutuhkan waktu karena karakteristik
transkripsi tertentu yang dilakukan pada tahap itu. Setiap tahap diasumsikan
berturut-turut.
Meskipun dari berbagai tahap pemrosesan bervariasi bergantung pada
model pemrosesan bervariasi bergantung pada model pemrosesan informasi mana
yang anda ikuti, tema umum secara keseluruhan sangat mirip di antara yang lain.
Gambar 1. menggambarkan dalam bentuk skema, aspek-aspek dasar dari tahap
pemrosesan (Williams, 1986). Penjelasan untuk setiap tahap sebagai berikut:
11

1) Tahap 1 Mengambil Informasi


Tujuan utama tahap ini adalah untuk menerima informasi dari
lingkungan melalui indra dan untuk menyediakan tahap berikutnya
dengan deskripsi yang akurat tentang lingkungan. Informasi masuk
diidentifikasi dan diklasifikasikan (Marteniuk, 1976). Melalui proses
yang disebut fitur deteksi, sinyal fisik yang masuk diubah menjadi
kode neurologis yang diadakan dalam penyimpanan persepsi untuk
waktu yang sangat singkat (250 m/detik). Tujuan disini adalah untuk
menentukan apakah ada ciri tertentu atau tidak.
Sebuah contoh dari pengamatan saya dapat dilihat melalui upaya
seorang anak untuk menangkap bola. Bola itu terlihat di udara seraya
bola itu bergerak kea rah anak itu. Informasi tentang pergerakan bola,
kecepatan dan arahnya, diambil oleh reseptor visual. Posisi penangkap
ke tubuh ditangkap oleh sistem peerseptif. Unsur- unsur luar dalam
bidang visual dan kesusilaan terblok dan proses pemilihan atau
kesadaran beroperasi dalam diri anak. Hal ini memungkinkan anak
untuk memblokir petunjuk yang tidak relevan dan memusatkan
perhatian pada unsur-unsur yang bersangkutan dalam bidang visual
dan kesusastraan yang berkaitan dengan aksi penangkapan secara
motoric. Jadi, langkah awal dalam proses integrasi sesoris adalah
mengambil atau menyediakan sistem dengan sumber-sumber informasi
sensoris tertentu yang relevan (Lappin, 1971; Williams, 1968; Wing,
1972).
2) Tahap 2 Interaksi Informasi Stimulus
Sekarang informasi dalam sistem, apa yang terjadi selanjutnya? Itu
segera dikirim ke unit Analisa utama sistem untuk pemrosesan dan
Analisa itu. Namun, hanya sebagian kecil informasi yang masuk ke
sistem ditahan cukup lama untuk mencapai unit Analisa utama. Pada
titik ini dalam proses integrasi sensorik, banyak informasi sensorik
asli yang ditangkap hilang sebelum dikirim ke unit Analisa utama.
Pada saat ini, proses memori jangka pendek dianggap sebagai peran
penting (Biederman, Checkosky, 1970). Jika memori jangka pendek
12

memadai, presentase informasi yang lebih besar dipertahankan dalam


sistem. Jadi, untuk pemrosesan dan penggunaan dalam proses
oemngambilan keputusan langsung menuju aksi motorik, yang dalam
kasus di atas adalah pengankapan. Oleh karena itu, dapat dilihat
bahwa proses ingatan diagnosis kondisi stimulus saat inni dengan
lebih tapat.
3) Tahap 3 Pengganti Informasi Stimulus yang Lebih. Tinggi
Tujuan fase ini adalah menganalisis informasi yang diterima dari
fase 11 sedemikian rupa sehingga rencana aksi dalam kaitannya
dengan tujuan tugas saat ini dapat dicegah ditambang (Marteniuk,
1976). Pembaca fitur yang dihasilkan dari penyimpanan presepsi
dicocokkan dengan fitur dalam memori jangka panjang yang memiliki
deskripsi yang sesuai. Informasi kontekstual saat ini juga disertakan.
Dengan cara ini informasi tersebut ditranskripsi ke dalam memori
disintesis melalui proses pengenalan dasar (Massaro, 1975).
Secara khusus, tiga operasi utama harus dianggap sebagai herc.
Yang pertama adalah sintesis sensorik. Di sinilah baik informasi
sensorik saat ini maupun di masa lalu dibandingkan, dianalisis, dan
disintesis. Interpretasi akhir dari masukan sensorik terjadi di sini.
Operasi kedua adalah penyimpanan memori jangka panjang. Di
sinilah informasi frorn, misalnya, pengalaman masa lalu anak dengan
situasi penangkapan bola yang sama disimpan. Informasi ini
digunakan sebagai kerangka acuan terhadap data baru yang
terorganisir dan dikategorikan. Operasi ketiga adalah komparator
(Williams, 1968). Ini adalah kegiatan pengawasan yang terus
menyediakan informasi tentang perubahan yang berkelanjutan dalam
bidang visual dan proprioseptif, seperti yang dimiliki si penangkap
dalam contoh kita. Hal ini menjaga sistem tetap up to date tentang
lingkungan eksternal dan internal sehingga keputusan akhir dapat
tepat dan relevan untuk situasi di tangan.
Selama proses pengenalan sekunder, memori disintesis
ditransformasi menjadi unit yang berhubungan dengan memori
13

abstrak yang dihasilkan. Peranan proses ini adalah untuk mencapai


kecocokan antara ajaran yang disintesis dan informasi yang dipegang
dalam memori jangka panjang sehingga pilihan dan alternatif mobil
dibuat. Pertandingan ini dapat disebut sebagai konsepsi karena ini
melibatkan analisis memori disintesis untuk makna (Massaro, 1975).
4) Tahap 4 Penyimpanan
Seperti contoh kita di atas, setelah aksi penangkapan motorik
selesai menyalin analisis terakhir data sensorik yang tersimpan dalam
komparator sampai tindakan penangkapan selesai. Beberapa waktu
kemudian salinan terakhir dari deretan stimulus diletakkan dalam
bentuk yang lebih permanen dalam unit penyimpanan memori jangka
panjang di mana itu dapat dipanggil untuk penggunaan di masa depan
dalam situasi penangkapan bola yang baru namun serupa.
Juga beroperasi dalam fase ini adalah proses rekaman. Proses ini
mencoba untuk lebih jauh mengekstrak makna dari informasi bersifat
abstrak dan umum. Aturan dan strategi urutan yang lebih tinggi mulai
berlaku di sini; Analisis hasil ini diedarkan kembali melalui memori
abstrak yang dihasilkan (Massaro, 1975).
5) Tahap 5 Respon
Hasil akhir dari empat tahap pertama pemrosesan terjadi di sini,
pada tahap lima melalui perilaku yang dapat diamati yang mengikuti
informasi sensoris tertentu mengambil sebagian besar tanggapan
melibatkan beberapa jenis respon motoris — baik itu berlari, menulis,
berbicara, atau berkedip mata. Jarang sekali asupan informasi sensoris
mengakibatkan kelambanan. Kecuali, dalam kasus ekstrim, di mana
seseorang "dibekukan" dengan ketakutan.
Dan demikianlah, bahwa proses sensorik informasi dapat dilihat
dari awal sampai akhir sebagai proses persepsial-motor. Informasi
mengambil - persepsi interpretasi - respon motorik.
14

Gambar 1. Skema Pemrosesan Informasi

Williams (1986)
15

C. Atensi
Perhatian diartikan sebagai “pemusatan atau konsentrasi kesadaran.”
William James (1980). Definisi ini sering ditemukan apabila seorang siswa
akan melakukan suatu gerakan dalam cabang olahraga tertentu seperti
melakukan smash dalam olahraga Bulu tangkis, maka biasanya anak tersebut
berkonsentrasi pada posisi, shuttle cook, dan arah yang akan ditujunya. Posner
(1973) mengemukakan pandangan terhadap kesadaran sebagai berikut: (a)
perilaku dikontrol oleh kesadaran (perilaku manusia seperti apa yang
“dikehendaki” oleh aktivitas kesadarannya); (b) kesadaran ialah hasil dari
perilaku (kesadaran ialah hasil dari tindakan-tindakan kita); dan (c) kesadaran tak
ada kaitannya dengan perilaku manusia (kesadaran adalah satu gejala yang
menyertai perilaku).
Sedangkan menurut Jalaludin Rahmat (2000:52), perhatian adalah proses
mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran
pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan
diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan
melalui alat indera yang Iain. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
perhatian adalah merupakan salah satu faktor psikologis yang mempunyai sifat-
sifat yang menonjol, baik dari dalam maupun dari luar individu yang dapat
membantu dalam interaksi belajar mengajar. Yang berasal dari dalam adalah
faktor biologis, sosial, kebiasaan serta kemauan, sedangkan yang berasal dari luar
adalah gerakan dan lingkungan.
Sedangkan proses timbulnya perhatian, secara singkat oleh Dakir
(1993:14) dijelaskan sebagai berikut, yaitu pertama ada rangsangan yang
menonjol dari obyek, rangsangan diterima oleh indra, dibawa masuk ke syaraf ke
dalam otak, IaIu diserap oleh persepsi kita. Adapun obyek tersebut, dipengaruhi
oleh jenis kelamin, umur, latar belakang yang bersangkutan, ada tidaknya
prasangka, atau keinginan tertentu dan sikap batin tertentu. Dan hasil akhir
terjadilah perhatian yang berbeda-beda.
Segala sesuatu yang kita perhatikan menurut Jalaludin Rahmat,(2000:52)
ditentukan oleh faktor- faktor situasional dan personal, faktor situasional
disebut determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian
16

(attention getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang


menonjol, antara Iain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.
Kenneth E. Andersen (1972) sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin
Rakhmat (2000:54-55), menyimpulkan tentang daIiI-daIiI perhatian yang harus
diperhatikan, di antaranya oleh guru sebagaimana yang sedang dibahas oleh
penulis sekarang ini, yaitu:
1) Perhatian itu merupakan proses yang aktif dan dinamis, bukan
pasif dan refleksif.
2) Kita cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting,
menonjol, atau melibatkan diri kita.
3) Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan
kepercayaan, sikap, nilai, dan kepentingan kita.
4) Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik
perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik
perhatian kita.
5) Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku
kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita
abaikan.
6) Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih
kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa
persepsi kita akan betul-betul cermat.
7) Perhatian tergantung pada kesiapan kita.
8) Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan
perhatian dan persepsi.
9) Intensitas perhatian tidak konstan.
10) Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak
konstan.
11) Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan
karena usaha itu sering menuntut perhatian.
12) Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara
serentak.
17

13) Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan


mempertahankan perhatian.
Perhatian dapat dibagi menjadi beberapa macam, hal ini sebagaimana
yang dungkapkan oleh Sumadi Suryabrata, (1989:14) yaitu:
a. Atas dasar intersitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin, maka dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1) Perhatian Intensif
2) Perhatian Tidak Intensif
b. Atas dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Perhatian spontan (perhatian tak sekehendak, perhatian tak
sengaja), yaitu perhatian yang timbul begitu saja, seakan-akan
tanpa sengaja terjadi tanpa usaha.
2) Perhatian sekehendak ( perhatian sengaja), yakni perhatian yang
timbul karena usaha atau dengan kehendak.
c. Atas dasar luasnya obyek yang dikenai perhatian, perhatian
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Perhatian terpencar, yakni perhatian pada suatu saat dapat tertuju
pada bermacam-macam obyek.
2) Perhatian terpusat, yaitu perhatian yang terpusat hanya dapat
tertuju pada obyek yang sangat terbatas.

D. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Stephen P. Robbins (2005) mendefinisikan persepsi ; “A process by which
individuals organize and interpret their sensory impressions in order to give
meaning to theirenvironment”. Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh
individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan atau menginterpretasikan
kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka.
Kinichi dan Kreitner (2003 : 67) pengertian persepsi sebagai berikut,
“Perception is acognitive process that enables us to interpret and understand
our suruoundings”. Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang
18

dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkunganny'a.


baik lervat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan danpenciuman.
Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan, bahwa
persepsimerupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya
suatu pencatatan yangbenar terhadap situasi. Seperti pendapat David Krech
dalam Thoha (1992) sebagai berikut:
The Cognitive map of the individual is not, then a photographic,
representation of thephysical world, it is rather, a partial, personal
construction in which certain obiects, selected out by the individual manner.
Every perceiver is, os it were, to some degrees anon representational artist,
painting a picture of the world that expresses his individuolviev of reality.

Krech menekankan bahwa persepsi berkaitan dengan peta kognitif


individu bukanlah penlaian fotografik dari suatu kenl,ataan fisik, melainkan
agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempuma mengenai objek
tertentu, diseleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut
kebiasaan-kebiasaannya. Intinya persepsi adalah suatu proses kognitif yang
kompleks dan yang menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang
barangkali sangat berbeda dari kenyataannya.
Selanjutnya Mc Shane dan Von Glinow (2000: 166) berpendapat bahwa
Perception is the process of receiving information about and making sense of
our environment. This includes deciding which information to notice as well as
how to categorize and interpret it. Persepsi adalah proses penerimaan informasi
dan pemahaman tentang lingkungan, termasuk penetapan informasi untuk
membentuk pengkategorian dan penafsirannya. Intinya persepsi berkaitan
dengan bagaimana seseorang menerima informasi dan menyesuaikan dengan
lingkungannya .lni berarti adanya interpretasi dalam memahami informasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan yang menerimanya atau adanya seleksi
terhadap berbagai ransangan yang ditangkap oleh panHca indra. al ini nantinya
akan mempengaruhi perilaku masing-masing individu yang menerima
informasi tersebut.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Robind (2005) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
menafsirkan kesan-kesan indera menjadi suatu persepsi, ada tiga faktor, yaitu:
19

1) Faktor dari karakteristik pribadi atau persepsi seperti sikap, motif,


kepentingan, pengalaman, dan penghargaan (ekspetasi).
2) Faktor Situasional seperti waktu, lingkungan, keadaan sosial.
3) Faktor dalam target seperti hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar
belakang, kedekatan dan kesamaan.

Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


Robins (2005)
E. Memori
a. Pengertian Memori
Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara
pengalaman denagn masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap
kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan
mengingat kembali yang baik. Sebelum seseorang mengingat suatu informasi
atau sebuah kejadian di masa lalu, ternyata ada beberapa tahapan yang haru
dilalui ingatan unutk bisa muncul kembali. Tiga tahapan utama pembentukan
dan pengambilan memori dalam proses pengolahan informasi tersebut, adalah:
 Encoding atau pendaftaran (menerima, pengolahan dan
menggabungkan informasi yang diterima).
 Penyimpanan (penciptaan catatan permanen dari informasi yang
dikodekan).
20

 Retrieval, mengingat atau ingatan (memanggil kembali informasi yang


disimpan dalam menanggapi beberapa isyarat untuk digunakan dalam
proses atau kegiatan).
Untuk mengetahui bagaimana proses mengingat kembali itu terjadi
maka perlu diketahui bagaimana prosesnya manusia bisa menyimpan informasi
dalam ingatannya. Proses ingatan ini diukur dengan pengingatan (recall),
reproduksi, pengenalan (recognition), dan belajar-ulang (relearning) (Chaplin,
2005). Memori atau ingatan adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang
telah diketahui. Seseorang dapat mengingat sesuatu pengalaman yang telah
terjadi atau pengetahuan yang telah dipelajari pada masa lalu. Kegiatan
seseorang untuk memunculkan atau mengingat kembali pengetahuan yang
dipelajarinya pada masa lalu dalam ilmu psikologi disebut recall memory.
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
memori atau ingatan adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan,
dan mengingat kembali informasi dan pengalaman yang telah terjadi pada masa
lalu.
b. Jenis- jenis Memori
Proses mengingat kembali sebuah informasi terkait erat dengan jenis
memori atau ingatan yang akan dimunculkan. Richard Atkinson dan Richard
Shiffrin (dalam Matlin, 1998) mengajukan konsep memori yang dibedakan
dalam tiga sistem penyimpanan informasi, yaitu memori sensori (sensory
memory), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka
panjang (long term memory).
1) Memori sensori (sensory memory)
Memori sensori adalah suatu sistem memori yang dirancang untuk
menyimpan informasi yang diterima dari sel-sel reseptor dalam waktu
yang amat pendek. Memori sensori mencatat informasi atau stimulus
yang masuk melalui salah satu atau kombinasi dari panca indera.
Tidak semua informasi yang tercatat dalam memori sensoris akan
disimpan lebih lanjut ke memori jangka pendek atau jangka panjang,
karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu
memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.
21

2) Memori jangka pendek (short term memory)


Pengertian memori jangka pendek salah satu proses oenyimpanan
informasi yang bersifat sementara. Informasi yang disimpan dalam
memori jangka pendek berisi informasi yang terpilih dari memori
sensori, sehingga informasi ini disimpan lebih lama dibanding memori
sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita
pada saat ini. Otak dapat melakukan beberapa proses untuk
menyimpan apa yang ada di memori jangka pendek ke dalam memori
jangka panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi
hingga akhirnya mengingatnya) atau encoding (proses di mana
informasi diubah bantuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat).
3) Memori jangka panjang (long term memory)
Memori jangka panjang adalah salah satu tempat menyimpan
informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka
pendek. Memori jangka panjang memungkinkan manusia mengingat
kembali informasi masa lalu dan menggunakan informasi yang ada
untuk mengerti apa yang terjadi sekarang.
c. Tahap- tahap Ingatan (Memory)
Sebelum seseorang mengingat suatu informasi di masa lalu,
ternyata ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk dapat
muncul kembali. Atkinson (1983) berpendapat bahwa, para ahli psikologi
membagi tiga tahapan ingatan, yaitu 1) memasukan pesan dalam ingatan, 2)
penyimpanan ingatan (storage), 3) mengingat kembali (retrieval). Hampir
senada pendapat yang dikemukakan oleh Walgito (2004), bahwa ada tiga
tahapan dalam mengingat, yaitu: “mulai dari memasukkan informasi (learning),
menyimpan (retention), menimbulkan kembali (remembering)”. Tahapan-
tahapan memori inilah yang biasanya terjadi dan dibutuhkan dalam proses
pembelajaran gerak. Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
ada tiga tahap mengingat, yaitu tahap pemasukan informasi dan pesan-pesan ke
dalam ingatan, tahap penyimpanan ingatan dan tahap mengingat kembali.
1) Memasukan (learning)
22

Cara memperoleh ingatan pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu: a)


secara sengaja dan b) secara tidak sengaja. Bahwa seseorang dengan
sengaja atau tidak sengaja memasukkan informasi, pengetahuan,
pengalaman-pengalaman ke dalam ingatannya.
2) Menyimpan
Tahapan kedua dari ingatan adalah penyimpanan atau (retention) apa
yang telah dipelajari. Apa yang telah dipelajari biasanya akan
tersimpan dalam bentuk traces dan bisa ditimbulkan kembali.
Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory
traces bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan
ini yang disebut dengan kelupaan.
3) Menimbulkan kembali
Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat ditempuh
dengan mengingat kembali (to recall) dan mengenal lembali (to
recognize).
F. Pemrosesan Informasi, Atensi, Persepsi, dan Memori Dalam Belajar
Gerak
Respons kinetic sebagai keluaran dari suatu proses sistem akan
berhubungan dengan kecepatan memberikan reaksi dan pengambilan keputusan.
Pengolahan infromasi pada saat melakukan aktivitas keterampilan telah melalui
tiga tahapan, yaitu: masukan (input), pengambilan keputusan dan keluaran
(output).
a. Masukan (input)
Masukan (input) merupakan informasi yang diperoleh secara sadar
diri dari lingkungan atau luar, yang selanjutnya unutk memutuskan
tanggapan yang harus dilakukan. Dalam penguasaan keterampilan,
amsukan ini merupakan tahap bagaimana seseorang mempertimbangkan
infromasi yang masuk atau dirasakan dari luar untuk kemudian
menginterpretasikan penting atau tidaknya respon tersebut. Misalnya,
dalam permainan tenis lapangan yaitu pada saat pemain akan
mengantisipasi datangnya bola dari pukulan spin atau drop data pemain
melakukan persepsi datangnya bola.
23

Persepsi tersebut biasanya sangat tergantung pada memori atau


pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Kemudian dilakukan
pengambilan keputusan yang diperoleh sebelumnya. Kemudian dilakukan
pengambilan keputusan untuk menentukan keterampilan gerak apa yang
akan dilakukan. Setelah pengambilan keputusan selesai, maka akan terjadi
pemrograman respon untuk menghasilkan output geraknya. Dan
selanjutnya dilakukan umpan balik untuk mengetahui apakah keterampilan
gerak yang dilakukan sudah sesuai denga napa yang diinginkan atau tidak.
b. Pengambilan keputusan (decision making)
Kemampuan perseptual dalam oengolahan informasi merupakan
penyedia informasi untuk mengambil suatu keputusan dalam suatu
aktivitas fisik. Pengembalian keputusan merupakan tahapan dimana di
dalamnya telah terjadi pemrosesan, yaitu: mengenai informasi yang
diperoleh, pemrosesan dalam memori, dan mempersepsi masukan untuk
menghasilkan suatu keluaran (output) yang diinginkan. Kemampuan
pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi faktor keterampilan yang
dimiliki sesorang.
Kemampuan untuk membuat keputusan dalam pengolahan
informasi suatu keterampilan dalam olahraga tergantung dari beberapa hal,
yaitu: efisiensi organ dalam melakukan gerak, intensitas stimulus dan
kemampuan untuk menginterpretasikan stimulus dengan tepat
(kemampuan perseptual). Untuk memberikan respons kinetik dengan cepat
dan tepat.
c. Keluaran (output)
Dalam belajar gerakm output merupakan tanggapan seseorang
yang ditunjukkan dalam suatu keterampilan setelah dilakukan pemrosesan
informasi, perhatian, persepti, dan memori. Output keterampilan ini
nantinya dapat dijadikan dasar atau ukuran dalam pengambilan keputusan,
apakah keterampilan yang dilakukan perlu adanya perbaikan atau
dilanjutkan pada tingkat keterampilan yang lain. Biasanya keterampilan
tersebut dimulai dari yang mudah ke yang lebih sulit. Untuk itu perlu
adanya umpan balik (feedback) untuk mengevaluasi keterampilan tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya belajar gerak merupakan suatu proses belajar yang
bertujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara efektif dan
efisien. Perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan indikasi
terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan
demikian, keterampilan gerak yang diperoleh bukan hanya dipengaruhi oleh faltor
kematangan gerak melainkan juga oleh faktor proses belajar gerak.
Proses penguasaan keterampilan gerak, tidak terlepas dari penguasaan dan
pemrosesan informasi yang diterima selama proses pembelajaran oleh peserta
didik. Informasi yang diterima selama pembelajaran gerak akan disimpan dalam
sistem penyimpanan informasi, yang terdiri dari memori sensori (sensory
memory), memori jangka pendek (short term memory), dan memori jangka
panjang (long term memory). Untuk menghasilkan sebuah umpan balik atau
respon dari sebuah stimulus (informasi) yang hadir dalam proses belajar gerak,
diperlukan beberapa tahap pemrosesan informasi yang meliputi identifikasi
stimulus, seleksi respon dan pemrograman respon sebagai aksi.
Pemberian pengalaman gerak yang luas kepada anak merupakan tindakan
yang bijaksana dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak. Melalui gerak,
pada dasarnya anak sedang mengadakan interaksi dan komunikasi dengan dunia
luar dalam usaha melengkapi pengetahuan dan sikapnya. Pengaruh dari proses
belajar terhadap ramah kognitif dan afektif bukanlah pengaruh tidak langsung
melainkan pengaruh langsung seperti halnya terhadap perkembangan gerak.

B. Saran
Masalah yang serius dalam pembelajaran Pendidikan jasmani dan olahraga
kesehatan adalah informasi yang diberikan kepada siswa terlalu banyak. Kondisi
ini tentunta akan mempengaruhi keterampilan yang dikuasai siswa, karena
informasi yang ditangkap oleh siswa tidak dapat diinterpretasikan dalam
keterampilan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran penjasorkes, pengajar

24
25

sebaiknya meminimalisir informasi yang diberikan kepada siswa, sehingga


pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
26

DAFTAR PUSTAKA

Kiram, Yanuar, H. 2019. Belajar Keterampilan Motorik. Prenadamedia Group.


Jakarta.
Winarno, M,E. 1995. Belajar Motorik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Malang.
Simbolon Maropen. 2008. Persepsi dan Kepribadian. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Bandung.
Surya, Irsan. 2018. Peningkatan Mutu Guru dan Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga Kesehatan Berbasis Penelitian Nilai-Nilai Kearifan
Lokal Guna Mendukung Prestasi Olahraga Nasional. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Olahraga. Universitas Negeri Medan.
Sugiyanto, Sudjarwo. 1991. Perkembangan dan Belajar Gerak. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Penataran Guru SD Setara D-II
Bagian Proyek Penataran Guru Pendidikan Jasmani SD Setara D-II.
Chorbin, B, Charles, etc. 1980. A Textbook Of Motor Development. WMC Brown
Company Publihser. United States of America.
Riyadi, Slamet. 2011. Pemrosesan Informasi Dalam Belajar Gerak. Jurnal Imiah
SPIRIT.

Anda mungkin juga menyukai