Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS BELAJAR GERAK PASSING BAWAH BOLAVOLI

MAKALAH BELAJAR GERAK

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Tugas Mata Kuliah Belajar Gerak
Program Studi Ilmu Keolahragaaan

Oleh :
MEDIKA ADHI PRADANA
A122008011

PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam melakukan pembelajaran Belajar Gerak.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami


miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Surakarta, 02 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULLUAN

1.1 Latar Belakang


Permainan bola voli sudah dikenal sejak abad pertengahan terutama di
Negara-negara Romawi. Perkembangan bola voli mengalami banyak perubahan
sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, baik
perubahan fasilitas dan perlengkapan maupun peraturan permainan/perwasitan,
sejak lahirnya sampai sekarang, diciptakan oleh William G Morgan seorang guru
pendidikan jasmani pada Young Man Christian Association (Y.M.C.A) di
Amerika Serikat pada tahun 1895 (A. Sarumpaet, 1992:72).
Bola voli merupakan permainan yang awal mulanya ditujukan oleh
William G Morgan sebagai olahraga rekreasi di dalam lapangan yang tertutup
(indoor) bagi mereka yang menghendaki rekreasi setelah bekerja sehari penuh.
Pada waktu itu, olahraga yang sedang populer adalah basket yang diciptakan pada
tahun 1981. Morgan melihat para pengusaha yang bermain basket banyak yang
sudah mencapai usia lanjut, sementara basket termasuk olahraga yang memeras
tenaga. Selain itu, mereka lebih menginginkan olahraga yang tidak terlalu
menguras tenaga. Itulah yang mendorong William G Morgan memperkenalkan
olahraga bola voli (Nuril Ahmadi, 2007:2).
Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang
tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Sebab, dalam permainan bola voli
dibutuhkan koordinasi gerak yang benar-benar bisa diandalkan untuk melakukan
semua gerakan yang ada dalam permainan bola voli (Nuril Ahmadi,2007:20).
Dalam permainan bola voli ada beberapa bentuk teknik yang harus dikuasai.
Teknik bola voli ada lima yaitu 1)servis (tangan bawah, tangan samping dan
servis atas); 2)passing (passing atas dan passing bawah); 3)umpan; 4)smash
(smash normal, smash semi, smash pull, smash pull straigh dan smash push);
5)block. Untuk dapat menjadi pemain bola voli yang baik teknik tersebut harus
dapat dikuasai dengan baik (M. Yunus, 1992:130-132).
Salah satu teknik yang ada dalam permainan bola voli adalah operan
lengan. Teknik ini juga dikenal sebagai operan tangan bawah (underhead passing)
iii
atau bump. Operan ini biasanya menjadi teknik pertama yang digunakan tim yang
tidak memegang servis. Operan ini digunakan untuk menerima servis, menerima
spike, memukul bola setinggi pinggang ke bawah, dan memukul bola yang
memantul dari net. Berdasarkan kenyataan bahwa teknik ini kebanyakan hanya
digunakan menerima bola, maka teknik ini biasanya hanya disebut sebagai operan
(Barbara L Viera, 2004:19).
Passing bawah seringkali digunakan untuk mengarahkan bola kepada
rekan satu tim. Sangat penting artinya bagi setiap pemain untuk dapat meredam
kekuatan bola yang dipukul dengan keras tersebut dan mengarahkan bola tersebut
ke rekan satu tim agar ia dapat melakukan operan overhead atau mengumpan bola.
Teknik ini merupakan titik awal dari sebuah penyerangan. Bila bola yang
dioperkan jelek, pengumpan akan mengalami kesulitan untuk menempatkan bola
yang baik untuk para penyerang (Barbara L Viera, 2004:19-20).
Pemain bola voli pada kenyataanya tingkat kondisi fisik, anatomis,
fisiologis, serta keterampilan biomekanika geraknya berbeda, sedangkan untuk
diperoleh bibit pemain bola voli yang baik perlu diketahui seberapa besar faktor
tersebut diatas ikut berpengaruh terhadap hasil permainan bola voli terutama
dalam melakukan passing bawah. M. Yunus (1992:13) menyatakan bahwa syarat-
syarat bibit pemain bola voli yang baik antara lain dipenuhi syarat fisik, yaitu
kesehatan yang baik tidak dimiliki cacat tubuh, postur tubuh tinggi, dimiliki unsur
kondisi fisik yang baik (kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, koordinasi,
kelentukan, power) dan secara fisiologis dimiliki kemampuan kerja otot yang
baik.
Di lihat dari faktor anatomis dan fisiologis tubuh, passing bawah
memerlukan koordinasi antara kerja sendi, gerak yang terjadi, otot yang berperan
serta bentuk kontraksinya, dan tinjauan kerja syaraf yang terjadi dalam proses
keefektifan kinerja. Sedangkan untuk faktor biomekanika, passing bawah
memerlukan sifat gerakan, sifat gaya-gaya (sudut gerakan), serta prinsip mekanika
yang diterapkan, misal : kestabilan dan keseimbangan, gaya otot, kelanjutan
aplikasi gaya, dan prinsip-prinsip gerakan. Sehingga untuk dapat melakukan
passing bawah dengan benar perlu diperhatikan kestabilan dan keseimbangan otot

iv
kaki, kelentukan dan besarnya sudut gerakan lengan terhadap tubuh, dan
ketepatan melakukan ayunan lengan terhadap perkenaan dengan bola.
Keterampilan passing bawah yang dilakukan pada pemain pada umumnya
kurang memperhatikan keefektifan dan koordinasi gerak. Seperti melakukan
gerakan yang tidak perlu dilakukan atau gerakan yang berlebih dalam melalukan
passing bawah. Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian bagi tiap pemain
maupun pelatih bola voli, yaitu pengetahuan tentang anatomi, fisiologi, dan
biomekanika terhadap keterampilan gerak passing bawah.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah analisis gerak keterampilan passing bawaah dalam
permainan bola voli ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, dan biomekanika
tubuh?
1.3 Tujuan Pembahasan
Analisis gerak keterampilan passing bawah dalam permainan bolavoli
ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, dan biomekanika tubuh.

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Permainan Bola Voli
Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga permainan
besar yang dimainkan oleh 2 regu dan masing–masing regu terdiri 6 orang.
Permainan ini adalah kontak tidak langsung, sebab masing-masing regu bermain
dalam lapangannya sendiri dan dibatasi oleh jaring atau net. Prinsip bermain bola
voli adalah memantul-mantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai,
bola dimainkan sebanyak-banyaknya tiga sentuhan dalam lapangan sendiri dan
mengusahakan bola hasil sentuhan itu disebrangkan ke lapangan lawan melewati
jaring masuk sesulit mungkin (Amung Ma’mun dan Totot Subroto, 2001:43).
Olahraga ini mempunyai lapangan berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran panjang 18 m dan ukuran lebar 9 m dan dikelilingi oleh daerah bebas
sekurangnya selebar 3 m yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Lapangan
terbagi menjadi dua bagian yang sama panjang dengan dipisahkan oleh net yang
melintang ditengah-tengah lapangan dengan tinggi 2,43 m untuk pria , 2,24 m
untuk wanita dan lebar net sendiri 1 m. Garis batas serang untuk pemain belakang
berjarak 3 meter dari garis tengah. Garis tepi lapangan adalah 5 cm dan berwarna
terang berbeda dari warna lantai (Nuril Ahmadi,2007:16-19).
Permainan bola voli menggunakan bola sebagai alat, dan lengan tangan
untuk memainkannya. Permainan bola voli ini dapat berlangsung atau dapat
dilakukan dengan cara memvoli, yaitu memukul atau memainkan bola sewaktu
bola masih di udara. Maka yang menjadi pokok atau sasaran perhatian bagi setiap
pemain adalah bola, untuk itu dalam setiap bermain voli pemain diharapkan dapat
memainkan bola dengan baik. Lebih jelasnya bahwa dalam permainan bola voli
ini, setiap pemain dituntut untuk dapat terampil atau menguasai bola dengan
tangannya. Namun demikian jika bola memantul di udara dikarenakan oleh bagian
tubuh yang lain serta bersih pantulannya juga diperkenankan (M. Mariyanto,
Sunardi, dan Agus Margono, 1994:16).
2.1.2 Teknik Permainan Bola Voli
Teknik dalam meningkatkan prestasi bola voli erat sekali hubunganya
dengan kemampuan gerak, kondisi fisik, taktik dan mental. Teknik bola voli harus
dikuasai terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu prestasi permainan
bola voli. Penguasaan teknik permainan bola voli merupakan salah satu unsur
yang menentukan, menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan
di samping unsur kondisi fisik, teknik dan mental (M. Mariyanto, Sunardi, dan
Agus Margono, 1994:192).
Ada beberapa macam jenis pukulan yang harus dikuasai agar dapat bermain voli
dengan baik dan benar, sehingga bisa mencapai prestasi optimal sesuai yang
diharapkan. Adapun teknik dalam permainan voli yaitu meliputi :
1) Servis
Servis adalah pukulan bola yang dilakukan dari belakang garis akhir
lapangan permainan melampaui net ke daerah lawan. Pukulan servis
dilakukan pada permulaan dan setelah terjadinya setiap kesalahan (Nuril
Ahmadi, 2007:20).
2) Passing
Passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu
dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola
serangan kepada regu lawan (Herry Koesyanto, 2003:22).
3) Smash
Smash adalah pukulan bola yang keras dari atas ke bawah jalannya bola
menukik melewati atas net menuju lapangan dan akan sulit diterima oleh
lawan (M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:127).
4) Bendungan ( Block )
Block merupakan upaya pemain bola voli menggagalkan serangan lawan
dengan cara membendung. Bendungan merupakan pokok dari seluruh
pertahanan (M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:137).

2.1.3 Tinjauan Teknik Passing Bawah


Passing bawah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan satu tangan
dan dua tangan. Passing bawah satu tangan biasanya dipergunakan apabila bola
berada agak jauh dari badan dan agak rendah. Bentuk-bentuk melakukan passing
bawah antara lain, menggunakan lengan dengan jari-jari menggenggam,
punggung tangan dengan jari-jari terbuka, dan pergelangan tangan bagian dalam
dengan tangan menggenggam. Sedangkan passing bawah dengan dua tangan ada
beberapa bentuk sikap tangan sebelum melakukan passing bawah dua tangan
antara lain :
1) The Dig (Clenched First Method) yaitu kedua ibu jari sejajar dan jari-jari
tangan yang satu membungkus jari tangan lainnya, ini asalnya dari
Amerika. Bentuk ini sering digunakan bagi pemain yang sudah tinggi
kemampuan passing bawahnya, karena lebih fleksibel apabila menerima
bola dari arah manapun.
2) Mengemis (Thumb Over Palm Method) yaitu kedua telapak tangan
menghadap keatas dengan punggung satu tangan menenpel pada telapak
tangan lainnya dan dijepit ibu jari. Perkenaan bola diatas pergelangan
tangan (bagian proksimal) bentuk ini lebih tepatnya bagi pemula karena
untuk mempermudah mengantisipasi bola pada bidang perkenaan (Herry
Koesyanto, 2003:27-28).

Gambar 1 Gambar 2
The Dig (Clenched First Method) Mengemis (Thumb Over Palm Method)
(Herry Koesyanto, 2003:27) (Herry Koesyanto, 2003:28)

Teknik passing bawah ada tiga tahapan, yaitu :


1) Sikap Permulaan
Ambil sikap siap normal dalam permainan voli, yaitu : kedua
lutut ditekuk dengan badan sedikit dibongkokkan kedepan , berat
badan menumpu pada telapak kaki bagian depan untuk
mendapatkan suatu kesetimbangan labil agar dapat lebih mudah
dan lebih cepat beergerak kesegala arah. Kedua tangan saling
berpegangan yaitu punggung tangan kanan diletakkan diatas telapak
tangan kiri kemudian saling berpegangan.
2) Gerak Pelaksanaan
Ayunkan kedua lengan kearah bola dengan sumbu gerak pada persendian
bahu dan siku dalam keadaan lurus. Perkenaan bola pada bagian proksimal
dari lengan , diatas dari pergelangan tangan dan pada waktu lengan
membentuk sudut sekitar 45 derajat dengan badan , lengan diayunkan dan
diangkat hampir lurus.
3) Gerak Lanjutan
Setelah ayunan lengan mengenai bola , kaki belakang melangkah kedepan
untuk mengambil posisi siap kembali dan ayunan lengan untuk passing
bawah kedepan tidak melebihi sudut 90 derajat dengan bahu atau badan.
2.1.3 Kesalahan Umum Passing Bawah
Kesalahan yang sering terjadi di dalam melakukan passing bawah menurut
M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono (1994:127) antara lain sebagai
berikut:
1) Lengan pemukul ditekuk pada siku sehingga papan pemukul sempit,
akibatnya bola berputar atau membelok arahnya.
2) Perkenaan bola pada kepalan telapak tangan.
3) Pada saat kontak dengan bola lengan kurang sejajar.
4) Tidak gerakan yang harmonis atau simultan antara gerakan lengan badan
dan kaki.
5) Terlalu eksplosif gerakan ayunan secara keseluruhan, sehingga bola jauh
menyeleweng.
6) Lutut kurang menekuk pada langkah persiapan pelaksanaan.
7) Perkenaan atau kontak bola dengan lengan bawah terlambat sehingga arah
bola ke atas belakang.
8) Bola tinggi yang seharusnya di passing atas, tetapi diambil dengan passing
bawah, sehingga tidak akurat pada sasaran yang dituju.
9) Kurang dapat mengatur kontak dengan bola cepat, sesuai dengan
datangnya bola.

2.1.4 Analisis Gerak Passing Bawah


Passing merupakan teknik yang terpenting yang harus dikuasai dengan
baik oleh para pemain voli. Keberhasilan suatu regu dalam permainan bisa
ditentukan oleh keberhasilan didalam melakukan passing. Oleh karena itu passing
merupakan teknik dasar yang harus dipelajari dengan baik dan benar serta
ditingkatkan keterampilannya dengan latihan.
Urutan sikap passing bawah pada dasarnya sama dengan gerakan passing
atas yaitu pada sikap permulaan, sikap saat perkenaan dan sikap akhir.
Perbedaannya terletak pada saat perkenaan bola dan tingginya letak bola. Pada
passing bawah perkenaan bola berlangsung dibagian lengan bawah, sedangkan
passing atas perkenaan bola berlangsung dibagian ujung jari telapak tangan.
Untuk lebih jelasnya, berikut penulis uraikan tentang gerakan passing bawah
mulai sikap permulaan, sikap saat perkenaan dan sikap akhir serta teknik dalam
melakukan passing bawah yaitu sebagai berikut :
1) Sikap Awalan
Pemain mengambil sikap normal passing bawah bersiap untuk menerima
bola. Pada saat tangan akan kontak dengan bola tangan dan lengan
diturunkan, serta tangan dan lengan dalam keadaan terjulur kebawah
depan. Siku dan kedua lengan harus selalu lurus dan merupakan suatu
papan pemukul.

Gambar Sikap awalan


(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125)
2) Sikap Saat Perkenaan
Lengan pemain saat akan kontak dengan bola, pada bagian sebelah
atas pergelangan tangan, mengambil posisi sedemikian sehingga badan
berada dalam keadaan menghadap pada bola. Pada saat bola berada pada
jarak yang tepat maka lengan segera diayunkan dari arah bawah keatas
depan. Pada saat mengayun bola tangan telah berpegangan satu dengan
yang lain. Perkenaan bola harus diusahakan tepat pada bagian proksimal
dari pergelangan tangan, dengan bidang yang selebar mungkin agar bola
dapat melambung stabil. Maksudnya adalah agar bola selama menempuh
lintasannya tidak membuat putaran yang banyak. Pantulan bola setelah
mengenai bagian proksimal dari pergelangan tangan, akan memantul
keatas depan dengan lambungan yang cukup tinggi dengan sudut pantul
90.

Sikap Perkenaan
(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:68)
3) Sikap Akhir
Setelah bola selesai di passing bawah, maka segera diikuti pengambilan
sikap siap normal, dengan tujuan agar dapat bergerak lebih cepat untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan (M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus
Margono, 1994:124)

(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:68)


Keadaan posisi dan jarak bola tidak selalu dalam keadaan ideal untuk
dapat dilakukan dengan posisi normal. Menurut M. Yunus (1992:79) variasi
passing bawah terdiri dari :
1) Passing bawah ke depan pada bola rendah.
Kunci pelaksanaannya : Cepat merendah dan bergerak ke bawah bola.
2) Passing bawah bergeser diagonal 45 derajat ke depan.
Kunci pelaksanaannya : Jangan lari menghadap bola, gunakan langkah
silang atau langkah samping.
3) Passing bawah pada bola jauh di samping badan.
Kunci pelaksanaannya : Melangkah panjang ke samping depan
diagonal 45 derajat dengan merendah.
4) Passing bawah dengan bergerak mundur.
Kunci pelaksanaannya : Badan merendah dan jangan ditegangkan,
lakukan langkah kecil ke belakang kemudian lakukan passing bawah
dengan ayunan lengan dan mengangkat badan dengan rilek.
5) Passing bawah dengan bergerak mundur diagonal 45 derajat.
Kunci pelaksanaannya : Pusatkan pandangan ke arah bola, gunakan
langkah silang diagonal kebelakang sambil merendahkan badan.
6) Passing bawah ke belakang.
Kunci pelaksanaannya : Putar badan dengan cepat, dan dengan badan
merendah, ayunkan lengan ke arah bola. Kontak bola dengan lengan
dilakukan saat sudut antara lengan dengan badan.
2.1.5 Analisis Anatomi Dalam Passing Bawah
Ada dua jenis sikap permulaan untuk menganalisis gerakan tubuh yaitu
sikap berdiri tegak dan sikap berdiri anatomis. Istilah arah yang digunakan ialah
anterior, posterior, distal, proksimal, superior, inferior, medial, superficial,
profundus. Gerakan dasar yang terjadi pada bidang sagital dengan sumbu
transfersal ialah fleksi, ekstensi, fleksi dorsal, fleksi plantar. Gerakan pada bidang
frontal sumbu anteroposterior ialah abduksi, adduksi, abduksi horisontal, adduksi
horisontal, elevasi, depresi, fleksi lateral, infers, eversi. Gerakan dasar pada
bidang transfersal dengan sumbu longitudinal ialah rotasi medial, rotasi lateral,
supinasi, pronasi. Gerak sirkumduksi terjadi pada bidang sagital dan frontal
dengan sumbu triaksial (Sudarminto, 1992:15).
Gerakan passing bawah merupakan koordinasi bagian anggota gerak atas yang
terdiri dari tulang belakang, gelang panggul, gelang bahu, lengan atas dan lengan
bawah. Sedangkan bagian anggota gerak bawah yang terlibat terdiri dari tulang
paha, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, dan tulang kaki.
Sehingga kedua bagian anggota gerak tersebut memerlukan koordinasi yang baik
untuk bisa melakukan passing bawah dengan benar. Kerja sendi dan gerak yang
terjadi :
1) Sendi sterno klavikular, sendi yang dibentuk oleh ujung besar di sebelah
sternum dari klavikula yang bergerak secara abduksi dan adduksi.
2) Sendi akromio klavikular, dibentuk oleh ujung luar dari klavikula yang
bersendi dengan proseus akromion dari scapula bergerak secara abduksi
dan adduksi.
3) Sendi bahu humero scapular, sendi putar kepala humerus membentuk
sepertiga bola,pembatasan gerak ditentukan oleh otot yang
mengelilinginya, kebebasan gerak keseluruh arah (abduksi, adduksi, fleksi,
ekstensi, eksorotasi, dan endorotasi).
4) Sendi siku atau sendi engsel, membentuk sendi humero radialis dan empat
permukaan persendian yang berada dalam kapsul sendi gerakan terjadi
adalah fleksi dan ekstensi.
5) Sendi radio ulnari, sendi antara radius dan ulna, radius berputar dalam
ligamen pembatas sendi dan dan ujung bawah radius berputar di atas
kepala ulna serta dalam gerakan pronasi dan supinasi.
6) Sendi pinggul, membatasi gerakan sendi keseluruh arah dan membentuk
sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri gerakan sendi fleksi dan ekstensi.
7) Sendi lutut, sendi pergelangan kaki, dan sendi telapak kaki merupakan
sendi engsel yang melakukan gerakan fleksi dan ekstensi dengan gerakan
sedikit mengayun.
2.1.6 Analisis Fisiologi Dalam Passing Bawah
Gerakan pada bagian tubuh tertentu dihasilkan dari kontraksi sekelompok
otot. Sekelompok otot yang menghasilkan gerakan disebut otot penggerak atau
agonis. Pada sisi lain yang berkebalikan dengan otot penggerak ada otot lain yang
sifatnya menghambat gerakan yang disebut antagonis. Di dalam gerakan suatu
bagian tubuh, selain agonis dan antagonis ada lagi otot yang disebut sinergis yaitu
otot yang bersifat mengatur gerakan. Apabila otot agonis, sinergis, dan antagonis
bisa berfungsi secara serasi, maka gerakan bisa terjadi dengan lancar (Sugiyanto,
1992:245).
Gerakan-gerakan tubuh merupakan hasil dari gerak sejumlah otot yang
terkoordinasi. Gerakan kelompok otot ini dapat merupakan kerjasama dari fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi. Karena fungsinya setiap otot itu yang
memungkinkan kelompok otot bergerak efisien, maka otot tersebut dapat disebut
sebagai penggerak utama, antagonis, dan sinergis (Sudarminto, 1992:33).
Pengertian koordinasi dari sudut pandang anatomi fisiologi adalah gerakan
dilihat sebagai pengaturan terhadap kerja otot-otot yang diatur melalui system
persyarafan atau disebut dengan intra musculare coordination. Koordinasi gerakan
meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam suatu pelaksanaan
gerakan. Pengkoordinasian kerja otot-otot tersebut diatur sedemikian rupa oleh
system persyarafan.
Penyesuaian komponen-komponen kekuatan dan kecepatan yang
dibutuhkan oleh otot-otot dalam pelaksanaan gerakan sesuai dengan kebutuhan
setiap bagian gerakan. Penyesuaian kekuatan dan kecepatan ini dimaksudkan agar
setiap bagian gerakan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga
memungkinkan pencapaian hasil yang optimal.
Otot merupakan penggerak tulang yang dapat bergerak karena adanya sel
otot. Otot bekerja dengan cara berkontraksi (memendek) dan berelaksasi
(memanjang) sehingga otot disebut alat gerak aktif. Dalam keadaan relaksasi
ujung filamen aktin retumpang tindih satu sama lainnya, yang sekaligus juga
terjadi tumpang tindih sepenuhnya antara filamen miosin. Pada keadaan
berkontraksi maka filamen aktin akan tertarik ke bagian dalam diantara filamen
miosin (Soegiyanto, 2004:4).
Otot pada umumnya bekerja dengan kontraksi dan relaksasi. Pada otot
lurik terdapat aktin dan miosin yang mempunyai daya berkerut membentuk
aktomiosin. Bila aktin mendekat ke miosin maka otot akan berkontraksi,
sebaliknya bila aktin menjauhi miosin maka otot akan relaksasi.
Mekanisme gerak otot dari hasil penelitian dan pengamatan dengan
mikroskop elektron dan difraksi sinar X, mengemukakan teori kontraksi otot
yang disebut model sliding filaments. Model ini menyatakan bahwa kontraksi
didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa
filament aktin dan filamen miosin. Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin
menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi), dan kontraksi ini memerlukan
energi. Pada waktu kontraksi filamen aktin meluncur di antara miosin ke dalam
zona H (zona H adalah bagian terang di antara 2 pita gelap).
Dengan demikian serabut otot menjadi memendek yang tetap panjangnya
ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan zona H bertambah
pendek waktu kontraksi. Ujung miosin dapat mengikat ATP dan
menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara
memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi
energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan
kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan
energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah,
pada saat inilah terjadi relaksasi. relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung
miosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin
terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Sumber
energi untuk gerak otot ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber energi
utama untuk kontraksi otot ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak.
kontraksi otot merupakan interaksi antara aktin dan miosin yang memerlukan
ATP.
Pembahasan mengenai passing bawah dalam bola voli, telah diterangkan
bahwa pola gerak lengan untuk melakukan passing bawah ada tiga tahapan yaitu
tahap persiapan, tahap saat perkenaan, tahap akhir atau gerak lanjutan, sesuai
dengan analisa pola gerak tersebut maka otot-otot lengan yang berkontraksi atau
bekerja antara lain:
Untuk mempertahankan gerakan ekstensor siku, yaitu saat melakukan persiapan
menerima bola agar lengan tetap lurus yaitu otot M. triceps brachialis, dan M.
ekstensor carpiulnaris ulnaris.

Gambar Gerakan ekstensor siku


(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125)
1) Untuk menggerakan ayunan lengan ke atas saat tahap perkenaan dengan
bola yaitu M. biceps brachi, M. deltoid, M. subscapularis, M.
suprasupinatus, M. supinator brevis dan M. korako brachialis.
Gambar Gerakan perkenaan bola

(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125)


2) Untuk menggerakan lengan sebagai pendorong saat melakukan gerakan
lanjutan, yaitu M. deltoid, M. teres minor, dan M. biceps brachii.

Gambar Gerakan lanjutan


(M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono, 1994:125)

2.1.7 Analisis Biomekanika Dalam Passing Bawah


Biomekanika mempelajari tentang gaya internal dan gaya eksternal yang
beraksi pada tubuh manusia dan pengaruh – pengaruh yang ditimbulkan oleh gaya
– gaya tersebut (Sugiyanto, 1992:243). Secara mekanis gerakan bisa
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu gerakan translatori dan gerakan
rotatori (Sugiyanto, 1992:244). Gerakan translatori adalah gerakan di mana benda
bergerak secara keseluruhan dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan rotatori
adalah gerakan yang berpusat pada poros tertentu seperti pada gerakan lengan
tangan terhadap bahu.
Gerakan terjadi karena adanya stimulus gerak. Stimulus gerak dihantarkan
oleh syaraf ke setiap unit gerak pada otot. Otot berkontraksi dan kemudian
menggerakkan tulang yang berporos pada persendian. Untuk berkontraksinya otot
diperlukan energi dan energi dihasilkan dari berfungsinya sistem suplai. Selama
terjadinya, agar gerakan itu bisa dilakukan dengan lancar dan sesuai dengan
kemauan, yang berperan mengendalikannya adalah system kontrol yaitu syaraf
dan endokrin (Sugiyanto, 1992:245).
Pengertian koordinasi dari sudut pandang biomekanika tidak jauh berbeda
dengan sudut pandang anatomi dan fisiologi. Pengertian dari sudut pandang
biomekanika lebih diarahkan pada penyesuaian antara impuls kekuatan kepada
otot atau sekelompok otot dengan kebutuhan setiap pelaksanaan bagian gerakan
(Phil Yanuar Kiram, 1992:50). Koordinasi merupakan kemampuan tubuh
melakukan gerakan atau kerja dengan tepat dan efisien. Koordinasi adalah
hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan.
Ditinjau dari biomekanika maka gerakan ayunan lengan saat passing
bawah lebih banyak didominasi oleh kekuatan otot lengan, sedangkan otot yang
terdapat pada pangkal lengan atas dan lengan bawah peran aktif terjadi saat
impact (pertemuan) antara bagian proksimal lengan dan bola dimana lengan
difleksikan dengan bantuan Musculus Biseps Brachii. Jadi pada saat impact
(pertemuan) lengan dengan bola terjadi suatu momentum yang berkaitan dengan
kecepatan dan massa benda yang sedang bergerak. Jika lengan saat impact dengan
bola bergerak cepat, maka akan terjadi peningkatan momentum pada lengan
terhadap bola. Sehingga dalam gerakan passing bawah memerlukan momentum
yang harus dikontrol oleh pemain. Karena saat passing bawah memerlukan
momentum dalam jumlah tertentu, sehingga bola dapat melayang dengan jarak
yang tepat untuk sampai kepada sasaran.
Momentum merupakan besaran gerak yang bertambah atau berkurangnya
dengan cara menambah atau mengurangi massa atau kecepatannya
(Soedarminto,1992:116). Peningkatan momentum terjadi bila gaya digunakan
searah dengan gerak. Bila gaya yang digunakan berlawanan dengan gerak akan
menghasilkan perlambatan atau pengurangan momentum. Hal ini terjadi pada
passing bawah saat kontak bola dengan lengan yang menghasilkan perlambatan
bola. Sesuai dengan dengan hukum reaksi ”pada setiap aksi akan timbul suatu
reaksi yang sama besarnya dan berlawanan arahnya”. Bila suatu benda bergerak
mendapatkan momentum, sedang benda lain yang dikenai gayanya akan memiliki
momentum yang sama besar dan berlawanan arah.
Gerakan ayunan lengan dari bawah ke atas pada passing bawah adalah
merupakan gerak fleksi dan abduksi lengan. Gerak fleksi adalah gerakan dari
bagian tubuh yang terjadi dalam bidang sagital dan berputar pada sumbu
transfersal. Sedangkan abduksi terjadi bila bagian badan bergerak menjauhi garis
tengah badan di dalam bidang frontal. Dalam hal ini bagian tubuh tersebut adalah
gerakan lengan saat melakukan passing bawah (Soedarminto, 1992:7).
Selain itu gerakan passing bawah merupakan gerakan pengungkit. Jadi
bola diungkit ke atas dengan jalan ayunkan lengan dan ditambah dengan
penurunan panggul. Maksud daripada gerakan ini tidak lain agar bola dapat
dipantulkan ke atas dengan sudut pantul 90 derajat (M. Mariyanto, Sunardi, dan
Agus Margono, 1994:69). Pengungkit adalah suatu batang yang kaku yang dapat
berputar pada satu titik yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi beban.
Gerakan passing bawah merupakan pengungkit jenis kedua karena titik pusat
gerak atau sumbu putar terdapat pada sendi bahu serta pangkal beban dan pangkal
gaya terletak pada sepanjang lengan.
2.2 Kerangka Berpikir
Gerakan passing bawah secara anatomi merupakan suatu koordinasi antara
anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah. Untuk anggota gerak tubuh bagian
atas terdiri dari tulang belakang, gelang panggul, gelang bahu, lengan atas dan
lengan bawah. Sedangkan anggota gerak bagian bawah yang terlibat terdiri dari
tulang paha, tulang tempurung lutut, tulang kering, tulang betis, dan tulang kaki.
Sehingga kedua bagian anggota gerak tersebut memerlukan koordinasi yang baik
untuk bisa melakukan passing bawah dengan benar. Pembahasan mengenai
passing bawah, menurut M. Yunus (1992:79) dapat dijelaskan bahwa pola gerak
untuk melakukan passing bawah ada tiga tahapan yaitu saat permulaan, saat
pelaksanaan, dan lanjutan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa kerja sendi dan gerak
yang terjadi mempunyai peranan penting dalam hal koordinasi saat melakukan
gerakan passing bawah sehingga menghasilkan keterampilan gerak yang baik.
Gerakan pada passing bawah saat sikap permulaan, perkenaan, dan
lanjutan secara fisiologi merupakan hasil dari adanya koordinasi antara beberapa
kontraksi sekelompok otot bagian tubuh.Yaitu kontraksi otot pada bahu,
punggung, lengan atas, lengan bawah, panggul, tungkai atas, dan tungkai bawah.
Secara fisiologi kontraksi otot yang terlibat pada gerakan passing bawah adalah
sebagai berikut :
1) Otot bagian bahu yang terdiri dari muskulus deltoid yang fungsinya
mengangkat lengan sampai mendatar, muskulus supraspinatus yang
fungsinya mengangkat lengan, muskulus teres mayor dan minor yang
fungsinya memutar lengan ke dalam dan keluar.
2) Otot bagian punggung yang terdiri dari trapezius yang fungsinya
mengangkat dan menarik sendi bahu, muskulus interspinalis yang
fungsinya untuk sikap dan pergerakan tulan belakang.
3) Otot lengan atas yang terdiri dari muskulus bisep braki yang fungsinya
untuk membengkokkan lengan bawah siku, meratakan, dan mengangkat
lengan, muskulus brakialis yang fungsinya membengkokkan lengan
bawah siku, muskulus korakobrakialis yang fungsinya mengangkat
lengan, muskulus triceps braki yang fungsinya meluruskan lengan.
4) Otot lengan bawah yang terdiri dari muskulus pronator teres yang
berfungsi membengkokkan lengan bawah, muskulus pronator teres
equadratus yang fungsinya pronasi tangan, muskulus supinator brevis
yang fungsinya supinasi tangan.
5) Otot bagian panggul yang terdiri dari muskulus gluteus maksimus yang
fungsinya rotasi fleksi dan endorotasi femur, muskulus gluteus medius
dan minimus yang fungsinya abduksi dan endorotasi dari femur.
6) Otot tungkai atas yang terdiri dari muskulus abductor femoralis yang
fungsinya gerakan abduksi dari femur, muskulus ekstensor yang
fungsinya membengkokkan paha dan meluruskan atau membengkokkan
tungkai bawah.
7) Otot tungkai bawah yang terdiri dari muskulus tibialis anterior yang
fungsinya mengangkat dan membengkokkan kaki, muskulus tibialis
posterior yang fungsinya membengkokkan kaki di sendi tumit dan
telapak kaki.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa koordinasi yang baik
dari beberapa kontraksi otot pada bahu, punggung, lengan atas, lengan bawah,
panggul, tungkai atas, dan tungkai bawah mempunyai peranan penting dalam
melakukan gerakan keterampilan passing bawah.
Secara biomekanika gerakan ayunan lengan saat passing bawah lebih
banyak didominasi oleh kekuatan otot lengan, sedangkan otot yang
terdapat pada pangkal lengan atas dan lengan bawah peran aktif terjadi saat
impact (pertemuan) antara bagian proksimal lengan dan bola dimana lengan
difleksikan dengan bantuan Musculus Biseps Brachii. Jadi jika lengan saat impact
dengan bola akan terjadi adanya momentum pada lengan terhadap bola. Sehingga
pemain memerlukan momentum yang harus dikontrol agar bola dapat memantul
dengan jarak yang tepat untuk sampai ke arah sasaran. Gerakan passing bawah
merupakan gerakan pengungkit. Artinya bola diungkit ke atas dengan jalan
ayunan lengan dan ditambah dengan penurunan panggul agar bola dapat
dipantulkan ke atas dengan baik (M. Mariyanto, Sunardi, dan Agus Margono,
1994:69)
Gerakan passing bawah selain adanya gerakan lengan juga terjadi gerakan
tungkai untuk melakukan pemindahan titik berat badan. Menurut Soedarminto
(1992:150) jika bentuk atau posisi sebuah objek berubah, maka letaknya titik berat
juga akan berubah. Selain titik berat badan, keseimbangan dan stabilitas tubuh
juga mempengaruhi gerakan saat melakukan passing bawah. Keseimbangan
berkaitan dengan koordinasi dan kontrol. Stabilitas berkaitan dengan seberapa
besar tahanan yang diciptakan atlet untuk melawan gangguan lawan terhadap
keseimbanganya. Semakin stabil atlet, maka semakin besar tahanan yang
diciptakannya untuk mengatasi gaya yang mengganggunya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa gaya, sifat
gerakan, dan prinsip mekanika yang terapkan mempunyai peranan penting dalam
melakukan gerakan keterampilan passing bawah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Passing bawah merupakan teknik dasar bola voli. Teknik ini digunakan
untuk menerima servis, menerima spike, memukul bola setinggi pinggang ke
bawah dan memukul bola yang memantul dari net. Passing bawah merupakan
awal dari sebuah penyerangan dalam bola voli. Keberhasilan penyerangan
tergantung dari baik buruknya passing bawah. Apabila bola yang dioperkan jelek,
maka pengumpan akan mengalami kesulitan untuk menempatkan bola yang baik
untuk para penyerang.
Elemen dasar bagi pelaksanaan operan lengan depan atau passing bawah
yang baik adalah : a). Gerakan mengambil bola. b). Mengatur posisi. c). Memukul
bola dan d). Mengarahkan bola kearah sasaran. Dalam menganalisis gerakan
passing bawah secara umum dapat dilakukan dengan melihat tahapan geraknya,
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanan, dan tahap gerak lanjutan. Ada beberapa
manfaat yang didapat dalam menganalisis gerakan passing bawah, antara lain
yaitu untuk menghindari cedera dan meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam
melakukan gerakan passing bawah.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan berikut, maka saya
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1) Bagi pemain bola voli, agar dapat melakukan keterampilan passing
bawah dengan baik dan benar, maka perlu lebih memperhatikan faktor
anatomi, fisiologi, dan biomekanika.
2) Bagi pelatih, dalam pelaksanaan latihan para pemain hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip latihan diantaranya pengelolaan latihan
dengan memperhatikan faktor anatomi, fisiologi, dan biomekanika.
3) Bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis, hendaknya hasil
penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan agar diperoleh
hasil yang lebih dapat dipertangung jawabkan secara ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Amung Ma’mun dan Toto Subroto, 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam
Permainan Bola Voli. Jakarta : Dirjen Olahraga.
Nuril Ahmadi. 2007. Panduan Olahraga Bola Voli. Surakarta : Era Pustaka
Utama.
M. Mariyanto., Sunardi., Agus Margono. 1994. Permainan Besar II. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Herry Koesyanto. 2003. Belajar Bermain Bola Voli. Semarang : Unnes.
Soedarminto.1992. Kinesiologi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Soegiyanto K.S. 2004. Fisiologi Olahraga. Semarang : Universitas Negeri
Semarang.
Sugiyanto.1992. Perkembangan Dan Belajar Gerak. Jakarta : Depdikbud. Proyek
Peningkatan Mutu Guru SD dan Pendidikan Kependudukan.
M. Yunus. 1992. Olahraga Pilihan Bola Voli. Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai