OLEH
Kelompok IV
NURUL FATIMAH PUTERI M C1D121185
NOLA RAHAYU PUTRI LASAIMA C1D121181
NUR HALIFA C1D121182
NUR HENI KASMADI C1D121183
NURUL AMALINA ACHMAD C1D121184
OKTAVIA SAFITRI C1D121186
RAHMA FADILA C1D121187
RAJAB OKTIAR C1D121188
RANDY MURDANY C1D121189
REYINA OKTAVIAN S C1D121190
SAFRIAN C1D121192
Segala puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkat, anugerah, dan karunia yang melimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas dalam
mata kuliah “Public Speaking” Adapun judul penulisan makalah ini adalah “Kegiatan
Public Speaking ”.
Penulis
28 Maret 2023
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4
ii
BAB III PENUTUP......................................................................................................49
3.1 Kesimpulan........................................................................................................49
3.2 Saran.................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................52
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang pasti dapat berbicara, tetapi tidak setiap orang mampu berbicara
secara mudah dan menarik di depan umum. Berbicara di depan umum merupakan
sebuah kemampuan atau skill yang dapat dipelajari. Tekniknya dapat dengan mudah
dipelajari dan sudah menjadi hal umum yang dapat dilakukan oleh banyak orang.
Mungkin bagi beberapa orang yang tidak terbiasa berbicara di depan umum,
berbicara di depan umum merupakan hal yang sulit untuk dilakukan, hal tersebut
terjadi karena seseorang kadang merasa tidak percaya diri dan tidak
menyiapkannya secara baik.
Kegunaan berbicara di depan umum sekarang ini tak hanya berlaku untuk
mereka yang berada di perguruan tinggi atau ranah pendidikan saja, berbicara di
depan umum berlaku di ranah mana saja seperti jika di kampung, berbicara di depan
umum digunakan dalam acara arisan warga, pidato, atau seperti dalam ranah
keagamaan, berbicara di depan umum digunakan untuk ceramah keagamaan.
Sejarah public speaking dapat dilacak ke zaman kuno di mana para orator
seperti Aristotle dan Cicero dikenal sebagai ahli retorika yang terkenal. Pada masa
itu, public speaking digunakan untuk tujuan politik dan hukum, di mana para orator
berbicara di depan publik untuk meyakinkan mereka tentang kebenaran atau
keadilan dari suatu masalah.
1
Namun, saat ini public speaking telah menjadi keahlian yang penting untuk
banyak profesi, seperti dalam bidang bisnis, pemasaran, pendidikan, hiburan, dan
masih banyak lagi. Seorang pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan public
speaking yang baik untuk menginspirasi dan memotivasi karyawan, sementara
seorang presenter harus dapat menyampaikan informasi secara jelas dan menarik
agar audiens tertarik dan memahami.
Kemampuan public speaking juga sangat penting dalam era digital dan teknologi,
di mana banyak presentasi dan diskusi dilakukan secara online melalui platform
video atau konferensi web. Oleh karena itu, keahlian public speaking telah menjadi
semakin penting dan dibutuhkan oleh banyak orang untuk sukses dalam karir dan
kehidupan.
2
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah public speaking?
2. Bagaimana definisi analisis audiens?
3. Bagaimana jenis-jenis analisis audiens?
4. Mengapa analisis audiens penting dalam kegiatan public speaking?
5. Bagaimana penggunaan kata dan kalimat yang benar dalam public speaking?
6. Bagaimana kesalahan umum yang terjadi di dalam public speaking?
7. Bagaimana cara penyampaian yang baik dalam public speaking?
8. Apa saja strategi yang dapat digunakan untuk menghindari kesalahan dalam
penggunaan kata dan kalimat di dalam public speaking?
9. Apa saja hambatan atau gangguan yang umum terjadi pada saat melakukan
public speaking?
10. Bagaiamana komunikasi dalam public speaking?
11. Apa Dampak negatif yang terjadi dalam public speaking?
12. Apa elemen-elemen pendukung dalam komunikasi?
13. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam public
speaking?
4
BAB II
PEMBAHASAN
Public speaking sebagai retorika, seni berbicara secara efektif, telah ada
sejak awal peradaban manusia. Walau tidak dapat menyebutkan tahunnya dengan
pasti, beberapa temuan dari masa peradaban kuno memperlihatkan keberadaan
public speaking dalam masyarakat mereka. William Hallo menelusuri bahwa retorika
telah tercatat di Mesopotamia Kuno (yang sekarang menjadi lokasi negara Irak)
sekitar 2285 tahun sebelum masehi (SM), dibuktikan dengan dokumentasi cerita
mengenai para raja dan pendeta yang diukir di atas batu (Binkley & Lipson, 2004: 3).
Bukti lain keberadaan retorika juga dapat dilihat pada peninggalan Mesir Kuno,
sekitar 2080 tahun sebelum masehi, berupa tulisan tentang aturan retorika
(Hutto, 2002: 213). Aturan tersebut menyatakan bahwa “tahu kapan harus diam”
adalah pengetahuan yang penting dalam retorika. Orang Mesir Kuno berpendapat
bahwa menjaga keseimbangan antara kefasihan berbicara dengan kebijakan untuk
diam adalah sebuah hal yang penting. Retorika juga dapat dilacak sampai ke
Daratan Cina pada ajaran Konfusius, filsuf Cina yang ajarannya berkembang
menjadi agama Konghucu, yang menekankan pentingnya kefasihan dalam
berbicara.
Sejarah retorika yang paling terkenal praktik public speaking dalam bentuk
retorika telah banyak diterapkan dalam masyarakat Yunani Kuno. Pada masa itu
keputusan yang menyangkut masyarakat diambil dalam sebuah rapat besar yang
dihadiri para warga polis, kota-kota di Yunani yang biasanya dikelilingi oleh tembok
benteng. Orang yang berhak hadir dalam rapat tersebut dan memberi pendapat
adalah warga polis yang tercatat secara hukum sebagai warga bebas, bukan budak
maupun tahanan. Perubahan politik dari bentuk kerajaan menjadi bentuk demokrasi
pada masa itu memang sangat mendorong kebebasan berbicara. Karena itu,
5
kemampuan berbicara di depan umum menjadi penting untuk mempengaruhi
keputusan-keputusan yang diambil dalam rapat atau pertemuan politik.
Praktik retorika juga terlihat di pengadilan Yunani kuno. Kedua pihak yang
bertikai saling melemparkan argumen untuk mempengaruhi keputusan hakim dan
juri untuk memenangkan mereka. Selain itu, para pemikir Yunani Kuno biasanya
menyampaikan pemikiran mereka di depan publik dalam kompetisi mencapai
kemasyhuran atau pengaruh politik. Kata retorika yang kita kenal didapat kata
Yunani “rhetorike”, yang melingkupi teori dan praktik berpidato di depan publik
(Herrick, 2001: 34).
Tidak heran bila pada masa itu dikenal guru-guru retorika yang berkelana
dari satu kota ke kota lain, yang dikenal sebagai kaum Sofis. Kaum Sofis memiliki
tiga kemampuan: berpidato di depan publik, menulis naskah pidato, dan
mengajarkan cara melakukan retorika kepada orang lain. Para guru ini mengajari
para pengacara dan politisi Yunani Kuno untuk berbicara secara meyakinkan di
pengadilan dan rapat politik. Mereka dikenal memiliki kemampuan berbahasa dan
memukau publik dengan penampilan menarik serta pakaian berwarna-warni
(Herrick, 2001: 34).
6
saja, pengkritik kuat kaum Sofis karena alasan ini adalah para kaum bangsawan
karena telah memusnahkan monopoli mereka akan keterampilan public speaking.
Terlepas dari kritik itu, kaum Sofis berjasa memopulerkan retorika sebagai
keterampilan yang bisa dipelajari karena pada awalnya kemampuan retorika
dianggap sebagai karunia dari para dewa dan tidak dapat dimiliki oleh semua orang.
Kemampuan public speaking ini juga menjadikan kelas menengah secara ekonomi
juga mampu berpartisipasi dalam politik, yang mendorong demokratisasi politik di
Yunani Kuno, terutama di Athena, kota terbesar pada masa itu.
Guru dari kaum Sofis yang terkenal antara lain Gorgias (hidup sekitar 483-
376 SM), Protagoras (481-420 SM), dan Isocrates (446-338 SM). Gorgias
berpendapat bawa seorang pembicara retorika yang ahli dapat berbicara tentang
topik apa pun secara meyakinkan, walau ia tidak memiliki banyak pengetahuan
tentang topik tersebut. Reputasi Gorgias dalam retorika sangat legendaris. Misalnya
saja, ia berhasil mempengaruhi masyarakat Athena membangun sebuah patung
emas untuk menghormati dirinya, sebuah praktik yang tidak pernah dilakukan
masyarakat Athena bagi seorang pendatang (Gorgias berasal dari Leontini dan
datang ke Athena sebagai duta besar kota tersebut). Ada cerita bahwa Gorgias
ternyata membiayai sendiri pembuatan patung tersebut. Kalau cerita tersebut benar,
itu membuktikan betapa kayanya Gorgias sebagai pengajar retorika pada masa itu.
7
Protagoras tercatat sebagai orang pertama yang memungut bayaran untuk
mengajar retorika. Ia memberikan landasan filosofi bagi praktik retorika pada masa
itu. Protagoras percaya bahwa kebenaran adalah apa yang orang percayai, relatif
bagi setiap orang. Protagoras mengajarkan bahwa argumen dalam retorika harus
disusun secara sistematik, terlepas dari kebenaran di dalamnya, demi mencapai
kemenangan retorika. Penyelesaian dari setiap masalah tergantung dari argumen
pro-kontra yang ada dan argumen yang terbaiklah yang menawarkan solusi terbaik.
Bagi Protagoras, seorang yang menguasai retorika adalah orang yang mampu
menyusun argumen dengan mengantisipasi kontra argumen yang mungkin
dilontarkan oleh lawannya. Ajaran-ajaran Protagoras inilah yang dipakai oleh banyak
kaum Sofis dan mengundang kritik atas moral mereka oleh banyak filsuf Yunani
Kuno.
Isocrates, guru Sofis lainnya, lahir dari keluarga kaya hingga ia mendapat
kesempatan menjadi murid filsuf besar Socrates (yang juga guru Plato), dan
mungkin sempat menjadi murid Gorgias. Ia memulai kariernya sebagai penulis
pidato, sebelum menjadi pengajar retorika. Isocrates mendirikan sekolah retorika
pertama di Athena, kota terbesar pada masa Yunani Kuno. Isocrates berpendapat
bahwa berbicara tentang topik yang luhur dan pertanyaan penting akan
meningkatkan kualitas dari pembicara dan pendengarnya. Ketertarikan utamanya
adalah dunia politik. Karena itu, ia mengajarkan para muridnya bukan dengan tujuan
supaya mereka menjadi pembicara yang pandai dan menarik, melainkan supaya
mereka mampu mempengaruhi praktik politik di Athena. Yang membedakan
Isocrates dengan guru Sofis yang lain adalah ia menuntut supaya murid-muridnya
memiliki standar moral yang tinggi. Ia mengakui bahwa tidak mungkin untuk
mengajarkan tentang moralitas kepada siapa pun, karena itu ia hanya akan
mengajar orang yang telah memiliki moralitas yang tinggi.
Namun Plato, seorang filsuf besar pada masa itu, mengecam cara-cara yang
dipakai para Sofis karena memanfaatkan cara berbicara yang kelihatan menarik dan
meyakinkan, tanpa peduli terhadap kebenaran isinya. Bagi Plato, retorika hanyalah
rayuan kosong yang menipu publik. Kecaman ini bergaung sampai sekarang saat
kita mengatakan apa yang disampaikan seorang pengacara, politisi, pedagang atau
siapa pun, tanpa memiliki kebenaran, sebagai “hanya retorika semata” (Griffin, 2003:
8
303). Ketidaksukaan Plato dan filsuf-filsuf Yunani Kuno, terutama di Athena,
terhadap kaum Sofis juga disebabkan kecurigaan mereka akan moral para kaum
Sofis. Karena kaum Sofis sering berkelana dari satu kota ke kota lain, mereka tahu
bahwa kepercayaan orang dari satu kota berbeda dengan orang dari kota lain.
Budaya, pernikahan, struktur sosial, bahkan sistem hukum setiap kota berbeda
secara drastis (terutama karena perbedaan dewa-dewa yang mereka puja). Karena
itu, kaum Sofis melihat kebenaran sebagai sesuatu yang relatif. Bagi mereka,
argumen terbaiklah yang menentukan apa yang benar.
Aristoteles, filsuf besar Yunani yang juga murid dari Plato, sepakat dengan
kecaman Plato akan praktik retorika yang tidak peduli terhadap kebenaran isinya.
Namun berlawanan dengan Plato, Aristoteles memandang retorika sebagai sebuah
media komunikasi yang netral, yang dapat dimanfaatkan oleh si Pembicara untuk
maksud mulia atau jahat. Jadi, retorika dapat dipakai untuk mencapai kebaikan
hakiki atau kejahatan yang kejam.
B. Pembuktian Retorika
Pandangan Aristoteles tentang retorika tertuang dalam tiga buah buku. Buku
pertama membahas tentang Pembicara, tentang apa yang harus dilakukan oleh
Pembicara dalam retorika, terutama menyangkut kredibilitas Pembicara. Buku kedua
membahas tentang Publik yang dipercayai Aristoteles sebagai unsur terpenting
dalam retorika. Publiklah yang menentukan keberhasilan retorika. Buku ketiga
menyangkut bagaimana hadir dalam retorika, apa yang terjadi dalam proses retorika
tersebut.
Ada dua asumsi dasar dalam teori Retorika yang diajukan Aristoteles.
Pertama, Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan publik mereka.
10
Pembicara harus berorientasi pada Publik, bahwa Publik adalah individu yang
memiliki motivasi, keputusan, pilihan tersendiri, bukan sebagai entitas homogen.
Jadi Pembicara perlu menyesuaikan cara penyampaian sesuai kondisi publik
mereka supaya publik merespons sesuai harapan pembicara. Bagi Aristoteles,
publik adalah elemen retorika yang paling menentukan kesuksesan retorika, bukan
elemen pembicara dan isi pembicaraan.
11
Kesimpulan: Bapak A mungkin menyelewengkan hukum.
2. Ethos atau Etika. Retorika tidak cukup bila hanya berisi argumen- argumen
logika. Pembicara juga harus terlihat memiliki kredibilitas. Kesan pertama publik
terhadap pembicara tidak dimulai saat ia berbicara pertama kali, melainkan
sebelumnya. Pembicara yang terlihat meyakinkan, memiliki kredibilitas, membuat
efek argumen retorika semakin kuat. Aristoteles mengidentifikasi tiga sumber
kredibilitas pembicara:
12
c. Niat baik. Publik harus percaya bahwa retorika yang disampaikan oleh
pembicara didasari niat baik, tanpa keinginan mengambil keuntungan dari publik.
Selain dianggap memiliki karakter simpatik, Nelson Mandela juga dipercaya publik
memiliki niat baik. Dalam setiap retorikanya, ia tidak mengobarkan kebencian
kepada kelompok kulit putih (kelompok yang diistimewakan dalam sistem apartheid)
melainkan mengajak setiap kelompok, tanpa memandang warna kulit, untuk bekerja
bersama membangun Afrika Selatan. Sampai saat ini, walau konflik antara kelompok
kulit putih dan kulit hitam di negara tersebut belum sama sekali hilang, Afrika Selatan
dipandang sebagai negara tersukses di benua Afrika (bahkan terpilih menjadi tuan
rumah Piala Dunia 2010).
13
c. Ketakutan. Rasa takut juga dikenali sebagai emosi yang mampu
menggerakkan orang melakukan beragam hal secara yang berbeda dibanding bila
ketakutan itu tidak ada. Misalnya dengan membayangkan adanya ancaman bencana
atau tragedi dapat menimpa kita.
d. Rasa malu. Rasa ini dapat muncul bila suatu peristiwa terjadi karena
kesalahan kita, terutama bila kesalahan tersebut diungkap di depan keluarga,
teman, atau orang-orang yang kita kagumi.
e. Kejengkelan. Kita semua memiliki rasa keadilan. Saat kita melihat ada
pihak yang lemah yang dirugikan atau diperlakukan tidak adil, rasa jengkel akan
mudah muncul. Rasa jengkel ini dapat dibangkitkan supaya publik melakukan
sesuatu.
Sampai saat ini emosi-emosi seperti yang diuraikan Aristoteles terbukti masih
dapat menggerakkan publik saat proses public speaking. Misalnya saja pembicara
ingin publik melakukan gerakan anti korupsi, maka si pembicara akan menggunakan
contoh hukuman ringan diterima seorang koruptor miliaran rupiah dibandingkan
hukuman berat yang diterima oleh seorang ibu tua yang dituduh mencuri beberapa
butir buah kakao. Rasa cinta pada anak dan cucu dibangkitkan dalam kampanye
hemat air bersih supaya kita memakai air dengan bijak saat ini karena air bersih
sudah semakin berkurang di bumi, yang kalau dibiarkan terus akan membuat anak
dan cucu kita kekurangan atau bahkan kehabisan air bersih.
14
dilakukan atau tidak perlu dilakukan demi masa depan. Situasi kedua lebih banyak
kita temukan dalam pertemuan politik. Sedang tipe ketiga adalah epideitik atau
seremoni menyangkut pujian atau kecaman mengenai hal yang terjadi sekarang.
Situasi ketiga banyak ditemukan dalam upacara atau acara sosial.
Cicero merumuskan lima hukum retorika (the five canons of rhetoric) yang ia
ajarkan di sekolah miliknya. Selama berabad-abad kelima hukum tersebut menjadi
landasan instruksional penyusunan retorika, bahkan sampai saat ini. Kelima hukum
tersebut terdiri dari:
15
mempertimbangkan pro-kontra dalam topik-topik yang ia bawakan, serta
menyesuaikan argumen dengan situasi publik.
“Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat
terurai dengan sempurna. Bayangkan bahwa tidak hanya anak dan cucu kita yang
mengalami dampaknya, melainkan lima generasi kehidupan setelah kita”
16
5. Penyampaian (pronuntiatio) mengacu pada presentasi materi retorika
secara nonverbal. Penyampaian menyangkut perilaku pembicara, termasuk kontak
mata, mimik wajah, naik-turun nada suara, cepat- lambat berbicara, dan sebagainya.
Penyampaian harus terasa alami. Bila dibuat-buat atau dimanipulasi justru pesan
public speaking tidak akan meyakinkan publiknya.
Kelima hukum retorika di atas terdapat dalam buku On Invention yang ditulis
Cicero sewaktu masih muda. Dalam buku On the Orator, Cicero menuliskan
pemikirannya tentang hubungan antara hukum, filosofi, dan retorika. Ia
menempatkan retorika di atas filosofi dan hukum dengan argumentasi bahwa
pembicara retorika yang baik seharusnya sudah menguasai filosofi dan hukum.
Orator terbaik seharusnya adalah manusia terbaik yang paham akan cara hidup
17
yang benar dan memberi tahu orang lain tentang cara hidup tersebut melalui pidato-
pidatonya, contoh hidupnya, dan merancang hukum yang baik.
18
Perkembangan seni dan budaya, serta sistem negara yang tidak demokratis,
mendorong pemikiran atau ide dituangkan tidak dalam bentuk retorika tutur (seni
berbicara lisan) seperti pidato politik, melainkan dalam bentuk tulisan berupa cerita,
puisi, surat-surat korespondensi, atau bahkan lukisan. Struktur berpikir serta
keterampilan memilih kata yang banyak dimanfaatkan dalam retorika lisan juga
ternyata sangat bermanfaat bagi retorika tertulis pada abad pertengahan tersebut.
Pada abad 18 dan 19, beragam klub debat dan diskusi bermunculan di Eropa
dan di Amerika sehingga kemampuan berbicara di depan publik kembali
berkembang di kalangan masyarakat awam, bukan hanya kaum bangsawan atau
rohaniwan. Revolusi Kemerdekaan di Amerika Utara (berlangsung dari 1775 sampai
1777 yang menghasilkan negara Amerika Serikat) dan Revolusi Prancis di Eropa
(berlangsung pada 1789-1799 mendorong berakhirnya bentuk kerajaan di Prancis)
menginspirasi perubahan sistem politik di berbagai negara di Eropa dan Amerika.
Pertumbuhan sistem politik demokrasi kembali mendorong berkembangnya praktik
public speaking, seperti yang terjadi pada masa Yunani Kuno.
Mereka yang mempelajari public speaking pada masa itu kembali belajar
tentang berbagai hukum retorika yang diidentifikasi Cicero dan tokoh retorika
lainnya. Studi terhadap public speaking mulai dilakukan di beberapa universitas
terkenal, seperti Universitas Harvard di Amerika Serikat.
Pada abad 20 dan 21 retorika dan public speaking berkembang menjadi mata
kuliah atau mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah atau di universitas.
Prinsip-prinsip yang diajarkan sejak masa Yunani Kuno seperti ethos/etika,
logos/logika, dan pathos/emosi masih diajarkan sampai sekarang, dengan
penyesuaian dengan kondisi jaman. Reputasi public speaking semakin tumbuh
setelah munculnya Ilmu Komunikasi yang diajarkan di berbagai universitas. Public
19
speaking semakin berkembang dalam bidang pemasaran, periklanan, politik, dan
literatur.
Saat melakukan public speaking dengan media radio, gerak tubuh tidaklah
penting, yang penting adalah pilihan kata, intonasi, cepat-lambat pengucapan, dan
sebagainya. Saat menggunakan media televisi pandangan mata menjadi penting.
Publik yang menonton televisi ingin supaya pembicara sedang bercakap-cakap
langsung dengan mereka. Karena itu, pembicara sering dianjurkan untuk
memandang langsung ke kamera seakan sedang menatap mata orang ia ajak
bicara, seperti yang sering kita lakukan dalam percakapan tatap muka. Internet
memungkinkan public speaking yang kita lakukan dilihat oleh orang-orang dari
berbagai belahan dunia tanpa dibatasi oleh waktu karena data public speaking kita
terekam dalam ruang penyimpanan komputer. Public speaking juga tidak lagi hanya
terbatas pada komunikasi verbal menggunakan suara dan kata-kata, tapi juga
melalui foto, tulisan, simbol, film, lukisan, bahkan arsitektur bangunan, yang
sekarang dikenal sebagai retorika visual. Retorika visual sangat mengandalkan
komunikasi nonverbal. Misalnya saja sebuah iklan minuman ringan menampilkan
sekelompok remaja yang bermain sepeda, tertawa sambil meminum produk yang
diiklankan. Imaji tersebut berusaha mempengaruhi kita bahwa bila kita meminum
produk tersebut, kita akan sehat dan bahagia seperti pada remaja tersebut. Berbeda
dengan desain grafis yang mementingkan keindahan sebuah karya grafis, retorika
visual mementingkan pesan komunikasi yang hendak disampaikan oleh grafis
tersebut. Kehadiran media internet sangat membantu penyebarluasan retorika visual
tersebut karena kemampuannya menyalurkan data dalam bentuk tertulis maupun
gambar, bahkan video. Terlepas dari bentuk simbol yang dipakai, mulai dari kata-
20
kata hingga bentuk visual, public speaking terus berkembang menjadi sebuah
keterampilan yang penting untuk dikuasai pada masa ini.
A. Analisis
Analisis dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, metode, atau teknik yang
sesuai dengan objek yang dianalisis. Misalnya, analisis data dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik statistik, sedangkan analisis kebijakan dapat dilakukan dengan
menggunakan kerangka analisis kebijakan (policy analysis framework).
B. Audience
Audience dalam public speaking adalah khalayak atau pendengar yang hadir
dalam suatu acara atau presentasi. Audience dapat terdiri dari berbagai macam
orang dengan latar belakang, kepentingan, pengetahuan, dan sikap yang berbeda-
21
beda. Dalam public speaking, audience merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan oleh pembicara atau presenter, karena keberhasilan presentasi sangat
tergantung pada respons dan tanggapan dari audience.
Menurut buku "Public Speaking: Kiat, Teknik, dan Etika Berbicara di Depan
Publik" karya Mochamad Adam Yusuf, audience adalah orang atau kelompok yang
menjadi sasaran atau target pesan yang disampaikan dalam suatu acara atau
presentasi. Audience dapat terdiri dari berbagai macam orang dengan latar
belakang, pengetahuan, kepentingan, dan sikap yang berbeda-beda, sehingga
dalam menyampaikan pesan, seorang pembicara harus memahami karakteristik dan
kebutuhan dari audience agar dapat disampaikan dengan efektif dan efisien.
C. Analisis Audience
Menurut buku "Public Speaking: Teori dan Praktik" karya Effendy (2015), analisis
audience adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang karakteristik audiens seperti latar belakang, usia, pendidikan, dan pekerjaan,
serta memahami tujuan, kebutuhan, dan harapan audiens terhadap presentasi atau
acara tersebut. Pembicara juga perlu memperhatikan faktor non-verbal seperti
22
bahasa tubuh, intonasi suara, dan gestur, yang dapat membantu memahami sikap
dan respon audiens selama presentasi.
1. Demografis
2. Branded
3. Psikografis
23
4. Unbranded
Proses memahami audiens dengan sesuatu yang tidak terkait dengan brand
yang serupa. Seperti konsumen dari suatu produk yang umum atau pembaca dari
suatu publikasi tertentu.
5. Kompetitor
6. Sosial
Proses menggunakan data dari platform media sosial seputar user aktifnya
untuk membantu brand memahami audiensnya lebih baik lagi.
Analisis audiens merupakan hal yang sangat penting dalam public speaking.
Tanpa melakukan analisis audiens yang baik, pesan yang disampaikan oleh
pembicara mungkin tidak akan efektif dan tidak dapat diterima dengan baik oleh
audiens yang hadir. Oleh karena itu, analisis audiens harus dilakukan sebelum
penyampaian pesan, agar pembicara dapat mempersiapkan pesan yang sesuai
dengan audiens yang hadir.
24
2. Memahami kebutuhan dan harapan audiens
2.5 Penggunaan Kata Dan Kalimat Yang Benar Dalam Public Speaking
Penggunaan kata dan kalimat yang benar dalam public speaking sangat
penting, karena dapat mempengaruhi bagaimana audiens menerima pesan yang
disampaikan. Berikut ini adalah beberapa tips dalam penggunaan kata dan kalimat
yang benar dalam public speaking:
Hindari penggunaan kata yang sulit atau terlalu teknis, terutama jika audiens
bukan merupakan ahli di bidang yang dibicarakan. Gunakan kata-kata yang mudah
dipahami agar pesan dapat diterima dengan baik oleh audiens.
25
2. Hindari penggunaan kata kasar atau ofensif
Hindari penggunaan kata-kata kasar atau ofensif dalam public speaking. Hal ini
dapat menyebabkan audiens merasa tidak nyaman atau bahkan mengganggu
suasana.
Gunakan kalimat yang singkat dan jelas agar pesan dapat disampaikan dengan
lebih mudah dipahami oleh audiens. Hindari kalimat yang terlalu panjang atau rumit,
karena dapat membuat audiens kehilangan fokus.
Gunakan variasi dalam intonasi dan tempo bicara agar pesan dapat disampaikan
dengan lebih menarik dan tidak membosankan. Hindari bicara terlalu cepat atau
terlalu lambat, karena dapat membuat audiens sulit untuk mengikuti.
Penggunaan kata dan kalimat yang benar sangat penting dalam public
speaking. Dengan memperhatikan penggunaan kata dan kalimat yang tepat,
pembicara dapat memastikan pesan dapat disampaikan dengan efektif dan dapat
diterima dengan baik oleh audiens.
Adapun kesalahan yang terjadi dalam public speaking, ialah sebagai berikut:
1. Tidak Berlatih
26
Pembicara publik yang baik selalu mempersiapkan diri. Mereka tahu topik
yang hendak dibahas, mengorganisasi isi kontennya, membuat slide presentasi, dan
mempelajari catatan kecil yang sudah disiapkan.
27
4. Terlalu Banyak Membuat Lelucon
Tidak ada rumusan khusus terkait seberapa banyak humor yang sebaiknya
disampaikan dalam public speaking. Terutama jika Anda tidak mengetahui betul
siapa audiens Anda.
Dari pemula sampai ahli, kebanyakan public speaker gagal melakukan kontak
mata terus-menerus dengan audiens. Tanpa sadar mereka berkontak mata dari satu
orang ke orang lainnya, tanpa pernah berhenti untuk melihat apakah penonton
benar-benar menangkap isi pembicaraan.
Memang presentasi yang baik membutuhkan riset dan data yang cukup. Hal
tersebut menunjukkan kredibilitas Anda sebagai public speaker.Terkadang public
speaker mencari jalan aman dalam menyampaikan pesannya. Yaitu dengan
28
berfokus pada logika, bahasa, analisis, alasan, berpikir kritis, dan data. Ketika Anda
terlalu mengandalkan isi konten seperti ini, ujung-ujungnya Anda akan berbicara
terlalu panjang, membaca terlalu banyak slide, dan mengabaikan poin utama dari
publik speaking, yakni audiens itu sendiri. Hilangkan kebiasaan terlalu banyak
menggunakan data. Hal ini membuat audiens kehilangan minat dan keyakinan
bahwa Anda mampu menginspirasi mereka.
Di sisi lain, gunakan isi konten yang banyak memanfaatkan aktivitas otak
kanan. Misalnya emosi, gambar, cerita, contoh, empati, humor, imajinasi, warna,
suara, sentuhan, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan studi yang menyebutkan
manusia cenderung mengambil keputusan berdasarkan emosi terlebih dahulu.
8. Kurang Berenergi
9. Terlalu Terburu-buru
29
1. Pertahankan Kontak Mata dalam Public Speaking.
Kita semua tahu bahwa mata adalah jendela hati, oleh karena itu menjaga kontak
mata sangatlah penting dalam melakukan public speaking. Coba bayangkan ketika
seorang pembicara yang berbicara di atas panggung tidak mau menatap para
audiensnya, melainkan mengarahkan pandangannya ke bawah dan menunduk
seperti orang yang sedang bersedih. Kira-kira, apa yang akan dipikirkan para
audiens? Mungkin audiens akan berpikir bahwa sang pembicara adalah seorang
yang malu, lupa dengan teks pidatonya, bahkan menganggap bahwa sang
pembicara sangat tidak profesional.
Rekan pembaca bisa melatih kontak mata dengan seseorang yang paling
dekat dengan Anda, misalnya orang tua atau pasangan rekan pembaca. Ketika
rekan pembaca harus melakukan public speaking di hadapan banyak orang, cobalah
untuk melakukan kontak mata dengan para audiens dan anggap mereka seakan-
akan mereka adalah orang terdekat Anda.
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, atau
bisa dikatakan sebagai cara berbicara. Contoh dari paralanguage adalah nada
suara, nada keras, nada lembut (lemah) dalam suara, intonasi, kualitas suara dan
kecepatan dalam berbicara.
30
bosan atau mengantuk saat mendengarkannya. Jadi, jangan lupa untuk belajar
vokalik atau paralanguage yang tepat ya, rekan-rekan.
Cara ketiga untuk memiliki penyampaian yang baik dalam public speaking
adalah memperhatikan pengucapan ketika kita melakukan public speaking. Cara kita
mengartikulasikan dan mengucapkan kata-kata adalah sesuatu yang penting untuk
diperhatikan, tujuannya agar para pendengar dapat memahami kata-kata yang kita
sampaikan.
Akan tetapi, jika kita merasa nervous, takut atau canggung, kita mungkin akan
berbicara dengan sangat cepat, sampai-sampai audiens akan merasa kesulitan
untuk memahami pesan atau informasi yang kita sampaikan. Tidak hanya itu,
audiens mungkin tidak bisa menangkap seluruh informasi penting, sehingga public
speaking kita tidak berjalan dengan efektif.
Cara yang bisa kita lakukan untuk melatih pengucapan yang jelas yaitu
dengan berbicara dengan menunjukkan gigi. Ketika kita sedang berbicara dan
merasa pembicaraan kita sudah semakin cepat, maka kontrol kecepatan suara kita
dengan menunjukkan gigi kita kembali ketika berbicara.
Memperhatikan ruangan atau area yang kita gunakan untuk public speaking
adalah hal yang sangat penting loh, rekan-rekan! Kita perlu mencari tahu apakah
area atau tempat yang akan kita gunakan memiliki hambatan non-verbal atau tidak?
Hambatan nonverbal ini biasanya sesuatu yang menghalangi interaksi kita dengan
para audiens, misalnya tangga panggung yang terlalu menjulang tinggi, sehingga
kita sulit untuk turun ke bawah panggung dan berinteraksi langsung dengan audiens.
31
menikmati jalannya public speaking. Dengan begitu, kita akan memiliki penyampaian
yang baik dalam public speaking.
Oleh karena itu, kita perlu memastikan agar setiap kata yang diucapkan dan
gerakan yang ditampilkan sama. Jika kata-kata yang disampaikan adalah untuk
menyemangati orang lain, maka pergerakan kita juga harus bersemangat.
Cara keenam untuk meraih penyampaian yang baik dalam public speaking
adalah berlatih segera mungkin. Kita perlu berlatih sesegera mungkin dengan
merekam diri sendiri saat berpidato di depan cermin melalui rekaman video. Dengan
begitu, kita bisa mengevaluasi gaya penyampaian kita, pergerakan bahkan kontak
mata dengan audiens. Cara lain yang bisa kita lakukan adalah merekam pidato kita
dengan audio rekaman. Dengan begitu, kita bisa memperhatikan paralanguage,
intonasi atau pengucapan yang kita gunakan ketika sedang berpidato.
Setelah melihat rekaman video dan mendengar rekaman audio, maka kita
bisa memberikan feedback pada diri sendiri atau meminta umpan balik dari orang
lain agar kita bisa menguasai penyampaian yang baik dalam public speaking.
Dari keenam cara penyampaian yang baik dalam public speaking di atas,
kira-kira bagian mana yang belum rekan pembaca praktikkan? Kami berharap
32
melalui artikel ini, kemampuan public speaking yang rekan pembaca miliki semakin
hebat dan semakin menawan. Tetap semangat ya, rekan-rekan Career Advice.
1. Latihan
Dalam membuat persiapan saat akan berbicara, pilihlah topik yang sangat
Anda sukai. Hal ini dapat membantu saat Anda lupa dengan segala persiapan
sehingga Anda dapat melakukan inprovisasi saat di atas panggung. Membahas topik
yang disuka dapat membuat Anda bereksplorasi lebih banyak.
3. Bahasa Tubuh
Saat berbicara di depan banyak orang, tak hanya sekedar pesan saja namun
Anda juga harus perlu melakukan kontak dengan para penonton. Anggaplah
penonton sebagai teman, dengan seperti itu maka Anda dapat lebih tenang saat
menyampaikan sebuah pesan. Jangan lupa untuk terus percaya diri dan yakin akan
apa yang Anda sampaikan
5. Bicara Perlahan
33
Ada banyak keunggulan dalam seni berbicara perlahan. Menurut Brian Tracy,
tips ini merupakan yang paling berpengaruh untuk menciptakan kesan mendalam
bagi pendengar. Ia adalah seni untuk ‘menyihir’ para pendengar. Berbicara perlahan
merupakan faktor utama untuk mengeluarkan pesona Anda saat berbicara. Selain
itu, berbicara secara perlahan juga membuat Anda terhindar dari kesalahan-
kesalahan ketika Anda berbicara cepat. Berbicara lebih lambat membuat Anda
tampak lebih lancar, lebih luas, lebih ahli, lebih menarik ditambah memungkinkan
Anda untuk merasa memegang kendali sementara Anda berbicara.
Salah satu yang ditakuti dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial &
profesional kita adalah ketika harus berbicara di depan banyak orang, baik untuk
acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam
acara-acara yang sebagian hadirin telah kita kenal dengan baik. Berbicara di depan
publik bagi sebagian besar kita adalah sesuatu yang menegangkan dan
menakutkan, seluruh mata ditujukan kepada kita seakan-akan menjadi terdakwa
yang sedang diadili oleh para hadirin. Berbicara di depan publik, suka atau tidak
suka merupakan ketrampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam
kehidupan kita, pastilah kita akan berbicara di hadapan sejumlah orang, kita harus
berkomunikasi secara efektif, benar dan tepat sasaran.
Gugup adalah salah satu kendala yang paling besar dalam komunikasi Publik
Speaking ( berbicara didepan khalayak banyak). Penyebab Anda gugup tidak
34
terbiasa atau tidak terlatih tidak percaa diri, tidak bisa, tidak menguasai materi,. Dan
orang yang belum pernah sama sekali berbicara didepan Khalayak akan
mengalaminya,. Gugup atau Gerogi dalam public speaking disebut juga dengan
istilah Demam Panggung (Irwan. 2015)
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merasa takut dan tidak
percaya diri dalam public speaking, yaitu (Muljanto, 2014) :
Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah kadangkala
membuat ketakutan itu semakin besar.
Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal
tersebut.
Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri di
panggung dan semua mata melihat padanya.
Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan takut ketika
banyak orang membicarakan dirinya atau pendapatnya.
Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan berharap
terlalu banyak pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif.
Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika
berbicara di depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.
Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut untuk
berbicara di depan umum ini semakin menjadi-jadi.
Stress, menghindari stress ketika berbicara di depan umum.
Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus
dibicarakan ketika berbicara didepan umum
Gejala-gejala Takut dan Tidak Percaya Diri
35
Cara Cepat Berpidato menjelaskan ada tiga gejala umum yang sering dilaporkan
oleh mereka yang sulit bicara di depan publik.
Gejala ini bisa dirasakan jauh hari sebelum seseorang tampil yang muncul dalam
rupa ketegangan perut atau sulit tidur. Ketika tampil di depan, gejala fisik tersebut
bisa berbeda untuk setiap orang, namun umumnya berupa :
Detak jantung semakin cepat, Lutut gemetar, sulit berdiri atau berjalan menuju
mimbar, atau sulit berdiri tenang di depan pendengar anda, Suara yang bergetar,
seringkali disertai mengejangnya otot tenggorokan atau terkumpulnya lendir di
tenggorokan;
Kedua, gejala-gejala yang masuk dalam kategori kedua terkait dengan proses
mental dan umumnya terjadi selama pembicara tampil, antara lain :
Mengulang kata, kalimat, atau pesan sehingga terdengar seperti radio rusak;
Tersumbatnya pikiran, yang membuat pembicara tidak tahu apa yang harus
diucapkan selanjutnya.
Gejala fisik dan mental umumnya diawali atau disertai dengan sejumlah gejala
emosional, diantaranya :
36
Rasa tidak mampu;
Rasa tidak berdaya, seperti seorang anak yang tidak mampu mengatasi masalah;
Panik
Ketiga, kelompok gejala diatas bisa saling berinteraksi. Rasa takut yang
muncul saat seseorang duduk menunggu giliran untuk bicara, dapat menyebabkan
jantung berdetak lebih cepat tak terkendali. Detak jantung yang demikian bisa
membuat orang tersebut menjadi lebih gugup yang juga menyebabkan tenggorokan
mulai menegang. Gejala—gejala fisik tersebut kemudian mengganggu konsentrasi
sehingga bicaranya menjadi kacau dan tidak jelas arah/maksud pembicaraannya
(Muljanto, 2014).
Penutup biasanya berisi kesimpulan, saran, atau pesan yang di berikan oleh
seorang public speaker kepada audience, dan tidak jarang pula ita temui pembicara/
sesorang dalam suatu forum yang menutupnya dengan bertele-tele atau ngambang.
Theodore M. Newcomb
38
Carl I. Hovland
Gerald R. Miller
Everett M. Roger
Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Raymond S. Ross
Pembicara (sender)
Audiens atau penerima pesan adalah orang yang menerima dan memproses
pesan yang disampaikan oleh pembicara. Audiens dapat berupa individu atau
kelompok.
Pesan (message)
Pesan adalah informasi atau gagasan yang disampaikan oleh pembicara kepada
audiens. Pesan harus disusun dengan baik dan jelas agar audiens dapat
memahaminya dengan baik.
Saluran (channel)
Konteks (context)
2.11 Dampak Negatif Dari Hambatan Atau Gangguan Dalam Public Speaking
Hambatan atau gangguan yang terjadi dalam public speaking dapat memiliki
dampak negatif yang signifikan pada pembicara dan audiens. Beberapa dampak
negatif tersebut antara lain:
40
Hambatan atau gangguan dalam public speaking dapat memicu kecemasan dan
ketakutan yang berlebihan pada pembicara. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi
dan kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan dengan jelas dan efektif.
Keterbatasan waktu
Hambatan atau gangguan dalam public speaking dapat memakan waktu yang
lebih lama dari yang diharapkan. Hal ini dapat mengganggu jadwal acara dan
membuat audiens kehilangan minat dalam presentasi.
Oleh karena itu, penting bagi pembicara untuk mengatasi hambatan atau
gangguan dalam public speaking agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan
dipahami dengan baik oleh audiens.
41
1. Credibility
2. Context
3. Content
Isi pesan merupakan bahan atau ,materi inti dari apa yang hendak
disampaikan kepada audiens. Komunikasi menjadi efektif apabila isi pesan
mengandung sesuatu yang berarti dan penting untuk diketahui oleh audiens.
4. Clarity
42
6. Capability of Audience
7. Channels of Distribution
Selain berbicara secara langsung kepada audiens, ada cara lain untuk
berkomunikasi, yaitu menggunakan media. Bentuk-bentuk media komunikasi yang
biasa digunakan saat ini adalah media cetak ataupun elektronik. Pertimbangkan
secara matang pemilihan media yang sesuai dan tepat sasaran agar tidak terjadi
komunikasi yang sia-sia.
Tujuan komunikasi
Setiap presentasi dalam public speaking harus memiliki tujuan yang jelas dan
spesifik. Tujuan tersebut harus dijelaskan secara eksplisit pada awal presentasi agar
audiens memahami maksud dari presentasi dan mengetahui apa yang diharapkan
dari mereka setelah presentasi selesai.
Konten presentasi harus relevan dengan topik yang dibicarakan dan sesuai
dengan audiens yang dituju. Konten yang baik harus memberikan informasi baru,
bermanfaat dan mudah dipahami oleh audiens. Penting untuk memperhatikan
konteks dari presentasi, seperti waktu, tempat, dan audiens yang hadir.
Struktur presentasi
43
Struktur presentasi yang baik memudahkan audiens untuk mengikuti
presentasi secara logis dan mudah dipahami. Presentasi yang memiliki struktur yang
baik biasanya memiliki bagian-bagian yang jelas seperti pengenalan, isi, dan
kesimpulan.
Gaya presentasi
Bahasa tubuh
Media visual
Media visual seperti slide presentasi, gambar, atau video dapat membantu
memperjelas dan menunjukkan informasi penting. Media visual yang baik harus
relevan dengan pesan yang disampaikan, mudah dipahami, dan tidak terlalu rumit.
44
2.13 Faktor- Faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam public
speaking
Faktor konteks termasuk audiens, topik, tujuan, waktu, tempat, dan acara.
Seorang pembicara harus memahami audiensnya dengan baik dan memilih topik
yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. Tujuan yang jelas dan
pemilihan waktu dan tempat yang tepat juga akan mempengaruhi efektivitas public
speaking.
Keterampilan interpersonal
Kecerdasan emosional
Pengalaman
Berikut ini adalah daftar prinsip 7C yang akan berguna untuk memastikan
komunikasi efektif, ialah sebagai berikut:
1. Concrete
2. Coherent
46
disampaikan. Komunikasi yang koheren bersifat logis. Komunikasi efektif tersebut
merupakan cara yang terencana dengan baik, logis, dan berurutan. Harus ada
koneksi yang baik dari topik utama, juga alurnya juga alurnya harus konsisten.
3. Clarity
4. Commitment
5. Consistency
Consistency atau Konsistensi merupakan salah satu kunci agar komunikasi berjalan
lancar. – Pexels. Ingin melakukan komunikasi efektif dengan tepat? Pastikan
pemilihan kata yang baik dan benar pada saat berkomunikasi di kantor. Kata-kata
yang kamu utarakan jangan sampai membuat pendengar bingung. Kamu harus
mengkomunikasikan pesan dengan singkat, memiliki konsistensi dalam nada, suara,
47
dan konten sehingga kamu tidak membuang waktu. Jangan melakukan
pengulangan.
6. Completeness
7. Courteous
Courteous atau Bersikap positif dapat mendorong komunikasi menjadi lebih terbuka.
– Pexels. Cara komunikasi efektif adalah dengan tetap positif, argumen kamu harus
tetap membuat audiens merasa dihormati. Berusahalah sebaik mungkin bahwa
kamu mengkomunikasikan pesan dengan jujur, menghormati, terbuka, dan sopan.
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
49
Secara keseluruhan, analisis audiens sangatlah penting untuk meningkatkan
efektivitas dalam kegiatan public speaking. Dengan memahami audiens yang akan
menjadi target, pembicara dapat menyesuaikan gaya bahasa dan isi pesan sehingga
dapat lebih mudah dipahami dan diterima oleh audiens. Oleh karena itu, analisis
audiens seharusnya menjadi tahap awal dalam proses persiapan kegiatan public
speaking agar pesan yang disampaikan dapat tersampaikan secara efektif.
Penggunaan kata dan kalimat yang benar sangatlah penting dalam public
speaking karena dapat mempengaruhi pemahaman dan persepsi audiens terhadap
pesan yang disampaikan. Dalam public speaking, pembicara harus menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami dan tidak ambigu agar audiens dapat mengerti
pesan yang disampaikan dengan jelas.
Selain itu, penggunaan kalimat yang tepat dan efektif dapat membantu
pembicara dalam mengatur dan menyampaikan pesan dengan struktur yang jelas
dan terorganisir. Kalimat yang terstruktur dengan baik dapat membantu audiens
untuk mengikuti alur presentasi dengan lebih mudah.
Selain itu, penggunaan gaya bahasa yang sesuai dengan audiens juga
sangat penting dalam public speaking. Gaya bahasa yang sesuai dapat membantu
pembicara untuk membangun hubungan dengan audiens dan mempengaruhi
mereka secara positif. Oleh karena itu, pemilihan kata yang tepat dan gaya bahasa
yang sesuai haruslah menjadi perhatian utama dalam kegiatan public speaking.
50
persiapan, maupun faktor eksternal seperti teknis peralatan presentasi atau keadaan
lingkungan yang tidak mendukung.
3.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
https://glints.com/id/lowongan/analisis-audiens-adalah/
https://www.studilmu.com/blogs/details/6-cara-penyampaian-yang-baik-dalam-
public-speaking
http://evatriyanaeffendi.blogspot.com/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://www.uny.ac.id/id/berita/public-speaking-diperlukan-dalam-komunikasi
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/SKOM4312-M1.pdf
https://www.detik.com/bali/berita/d-6458995/pengertian-analisis-adalah-berikut-jenis-
dan-fungsinya
https://accurate.id/marketing-manajemen/audience-adalah/
52
https://www.google.com/search?
q=bagaimana+penggunaan+kata+yang+benar+dalam+public+speaking&oq=bagaim
ana+penggunaan+kata+yang+benar+dalam+public+speaking&aqs=chrome..69i57j0i
546l5.14723j1j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?
q=penggunaan+kata+dan+kalimat+yang+benar+di+dalam+public+speaking&oq=pen
ggunaan+kata+dan+kalimat+yang+benar+di+dalam+public+speaking+&aqs=chrome
..69i57j0i22i30.27421j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
53