Anda di halaman 1dari 12

Wawancara Interaktif di Radio (Talk Show)

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teknik Komunikasi dan Bahasa Siaran
Dosen Pengampu : Adeni, S.Kom.I.,M.A

Disusun oleh :
Nabila Zahranie Putri 1801026068
Mistahul Janati 1801026120

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
A. PENDAHULUAN
Radio merupakan media komunikasi massa yang dapat menjangkau
masyarakat luas namun terbatas. Sifatnya yang unik menjadikan radio selalu diminati
masyarakat. Radio memiliki sifat unik karena radio menyajikan produksinya secara
audio saja. Tidak seperti media cetak yang membutuhkan kemampuan membaca,
radio dapat dinikmati oleh semua kalangan termasuk kalangan buta huruf. Hal ini
membuat radio memiliki kedekatan di hati para pendengarnya sehingga radio bersifat
personal karena kita dapat mendengarkannya sendirian. Radio mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Stasiun radio siaran telah banyak menjamur. Tak
hanya di kota-kota besar namun radio juga menjadi teman bagi orang-orang yang
tinggal di pedesaan. Di kota-kota besar industri radio siaran bersaing secara ketat. Tak
hanya dengan radio-radio lain namun juga dengan media massa lain seperti televisi.
Para pelaku bisnis radio menerapkan berbagai strategi kreatif agar tidak kehilangan
para pendengarnya.
Talk show melalui media radio memiliki peran penting dalam memberikan
informasi dan dalam membentuk perilaku pendengar. Dalam mengkaji dan memberi
pengajaran-pengajaran yang baik dalam masalah keagamaan, ini penting untuk
diketahui agar dapat terserap dengan baik dan tidak menggurui yang pada akhirnya
pendengar lebih bisa menerima pengajaran dengan pandangan yang lebih objektif dari
kajian-kajian pembelajaran yang dilakukan. Talk show interaktif adalah program
acara diradio yang memuat topik-topik menarik bersama narasumber dan diikuti
respon lewat interaksi dari pendengar. Siaran interaktif merupakan siaran yang
melibat kan pendengar sebagai “penyiar” tamu melalui sambungan telepon kabel
secara langsung (live). Tujuan siaran interaktif adalah memperkaya kreatifitas teknik
pelayanan pendengar, memperkaya kreatifitas penyajian materi siaran, dan
memperkaya kreatifitas teknik audio siaran.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Wawancara Interaktif
Interaktif artinya melibatkan sebanyak mungkin pendengar, baik dalam
menjawab pertanyaan maupun mengajukan persoalan. Meskipun bentuk interaktif /
1
telepon lebih merupakan persoalan teknis produksi wawancara, namun dari segi
komunikasi radio-narasumber-pendengar, jenis wawancara ini memiliki nilai lebih.
Interaktif menunjukkan proses wawancara yang dua arah (dialog).1
Wawancara Interaktif adalah sebuah dialog atau perbincangan atau percakapan
yang dilakukan pada sebuah acara di radio antara pembawa acara dengan pendengar
melalui sambungan telepon. Dalam wawancara Interaktif, banyak pihak yang ikut
andil seperti pembawa acara sebagai moderator, narasumber, pemirsa sebagai orang
yang menyanya (penanya).2 Tema atau topik yang dibahas biasanya adalah tentang
yang sedang viral atau terkini. Namun, tidak jarang membahas tentang kuliner, hobi,
gaya hidup, fashion dan sport.
Acara talk show baik di radio selalu menghadirkan perbincangan yang
menarik. Perbincangan antara pembawa acara dengan narasumbernya inilah yang
merupakan salah satu contoh dialog interaktif. Sebelum acara dimulai, naskah dialog
interaktif perlu disusun agar pembicaraan menjadi menarik, sesuai topik yang
diinginkan, dan mampu menjaring banyak pendengar.
2. Pengertian Siaran Interaktif di Radio
Siaran interaktif adalah keterampilan memadukan dua atau lebih pengisi siaran
dari lokasi berbeda dan dalam kesempatan siaran bersama. Siaran interaktif
merupakan siaran yang melibatkan pendengar sebagai “penyiar” tamu melalui
telepon kabel secara langsung (live) dengan tujuan memperkaya kreatifitas teknik
pelayanan pendengar , memperkaya kreatifitas penyajian materi siaran dan
memperkaya kreatifitas teknologi audio siaran.3
3. Etika Wawancara Radio
Wawancara, baik di lapangan maupun di sebuah stasiun radio adalah kegiatan
jurnalistik yang memiliki kaitan erat dengan situasi sosial dan hubungan
antarpersonal. Oleh karena itu, ia harus diselimuti rambu etika, yang akan
membangun kepercayaan dan bermanfaat bagi semua pihak terkait, selama dan
sesudah proses wawancara. Kesadaran untuk menjalankan etika wawancara
menjadi kewajiban mutlak setiap insan yang bekerja di media publik, agar
kredibilitas diri serta medianya terjaga terus-menerus.
Etika wawancara radio dapat dirumuskan menjadi tiga hal:
1
Masduki, Jurnalistik Radio Menata Profesional Reporter dan Penyiar, Yogyakarta:LkIS Yogyakarta,
2001, hal 53-54
2
Masduki, Jurnalistik Radio, (Yogyakarta : LKIS 2001), HAL 45
3
Masduki, Jurnalistik Radio, (Yogyakarta : LKIS 2001), HAL 48
2
a. Bersikap independen
Independen artinya tidak berpihak dan bebas dari pengaruh luar dalam setiap
pengambilan keputusan. Independensi ini penting sekali saat reporter menentukan
topik, memilih narasumber, dan melakukan wawancara.
b. Bersikap jujur dan objektif
Reporter dan stasiun radio harus menyampaikan secara terbuka tentang
apa dan bagaimana proses wawancara sebuah paket siaran dilakukan.
Pendengar berhak mengetahui apakah program ini disiarkan secara
langsung atau tunda. Demikian pula apabila terhadap pemotongan dari
materi aslinya. Pernyataan narasumber yang bersifat off the record wajib
tidak disiarkan.
c. Bersikap antiamplop
Sikap menolak segala macam pemberian merupakan salah satu simbol
independensi. Budaya amplop akan menimbulkan premanisme dalam
aktivitas wawancara, misalnya, perlakuan berbeda antara narasumber
pemberi amplop dan yang tidak, sehingga hanya yang ditonjolkan.
Amplop juga akan membuat dinamika wawancara hilang, karena sudah
direkayasa sebelumnya, jika demikian reporter tidak ada bedanya dengan
robot.4
4. Struktur Wawancara
Pada dasarnya, wawancara memiliki 3 bagian yaitu pembuka (opening), isi
(body), dan penutup (closing). Berikut bagian-bagian dari struktur wawancara
beserta penjelasannya:
a. Pembuka atau Opening. Dalam pembuka atau opening fungsinya
adalah untuk memperkenalkan kepada pendengar mengenai topik
wawancara dan narasumber. Opening tidak perlu terlalu panjang lebar
yang penting lengkap dan to the point. Pada openingakan lebih baik
jika menyampaikan poin-poin yang menarik dengan penekanan. Fungsi
opening bukan hanya untuk intoduksi program (perkenalan program)
namun juga sebagai sarana promosi kepada pendengar agar tertarik
untuk menyimak program wawancara. Mengenai perkenalan dari
narasumber tergantung pada pertimbangan produser, apakah

4
Masduki, Jurnalistik Radio Menata Profesional Reporter dan Penyiar, Yogyakarta:LkIS Yogyakarta,
2001, hal 56-57
3
narasumber akan diperkenalkan atau tidak. Terkadang ada unsur
suspense yang ingin dibangun untuk menimbulkan rasa ingin tahu
pendengar. Bisa juga memang ingin membangun curiosity, sehingga
narasumber disimpan dulu sehingga pendengar penasaran.
b. Isi wawancara atau Body. Dibagian inilah yang dapat dikatakan sebagai inti
dari kegiatan wawancara, sub tema dikupas satu per satu dan dibukanya sesi
tanya jawab atau terjadinya respon dengan pendengar. Atau apabila
wawancara ditujukan untuk menampilkan profil (personality interview),
maka kegiatannya adalah mengupas sosok yang ditampilkan. Tentu saja ada
strategi untuk mengupas topic wawancara. Kuncinya, jangan sampaikan
semuanya sekaligus dalam satu waktu. Pewawancara harus pandai-pandai
mengatur ritme dan muatan wawancara agar sesuai dengan slot waktu yang
dialokasikan. Selain itu, dalam pembagian termin wawancara, upayakan ada
klimaks dibagian akhir (tapi jangan paling akhir), supaya pendengar tertarik
untuk menyimak. Seorang pewawancara yang baik tahu betul cara
bagimana membangkitkan rasa ingin tahu pendengar dan memelihara rasa
antusiasme pendengar. Pada setiap akhir termin, simpulkan dan berikan
teaser –semacam iming-iming– bagi pendengar agar pendengar terus
menyimak program wawancara. Teaser dapat berupa hadiah atau kuis, atau
topic yang lebih menarik sepert misalnya, “Rahasia mengapa tokoh kita
bisa tetap awet muda terus/ akan disampaikan setelah selingan berikut…”.
Dibagian ini juga biasanya pendengar dipersilahkan untuk terhubung ke
dalam kegiatan wawancara, respon dari pendengar dibuka.
c. Penutup wawancara atau Closing. Lazimnya untuk bagian penutupan, diisi
dengan kesimpulan dari pewawancara mengenai topik yang dikupas atau
pribadi yang tengah diwawancarai. Tentu saja, penyimpulan harus relevan
sesuai dengan tujuan wawancara. Jangan sampai, ketika tujuan wawancara
adalah untuk memperjelas suatu kasus tertentu, kesimpulan justru
menyinggung deskripsi kepribadian narasumber. Jika memungkinkan,
berikan kesempatan atau kepada narasumber untuk menyampaikan pesan
terakhir atau menekankan pada poin yang ingin diingat oleh pendengar.
Setelah itu, baru menutup program wawancara dengan santun, penyiar atau

4
pewawancara mohon undur diri. Setel Jingle program (kadang ditambah
iklan sponsor), lalu acara resmi ditutup.5

5. Merencanakan dan Mempersiapkan Wawancara


Perencanaan dan persiapan merupakan dua hal penting yang harus dilakukan
menjelang dilaksanakannya sebuah wawancara. Perlunya merencanakan
pendekatan (approach) untuk suatu wawancara dan menentukan bidang-bidang
yang di minati. Harus membuat persiapan untuk wawancara tersebut dengan
caramencari informasi mengenai orang yang akan diwawancarai serta bidang apa
yang akan dibahas.
a. Merencanakan wawancara
Hal yang pertama dan yang terpenting ialah harus mengetahui dengan
jelas siapa audience atau pendengar anda. Si pewawancara (interviewer)
harus menempatkan diri sebagai wakil pendengar. Berarti, pertanyaan yang
dia ajukan adalah pertanyaan yang ingin juga diajukan oleh pendengar.
Dengan kata lain, si pewawancara memiliki kepentingan pendengar.
Untuk berita radio, batasi wawancara hanya satu topik saja. Apa yang
ingin diketahui pendengar? Bila kurang pasti, tanya teman atau kenalan mu
apa yang ingin publik ketahui dari masalah itu. Lalu, putuskan siapa yang
akan dihubungi dan membuat perjanjian (appoinment). Siapa yang tahu
masalah ini secara keseluruhan? Siapa yang dapat menjelaskan latar
belakang dari peristiwa ini? Siapa yang menjadi decision/maker, pria atau
wanita kah dia?
Di negara berkembang yang lumrah dilakukan para reporter untuk
menentukan siapa yang pantas diwawancarai ialah memulainya secara
berjenjang menurut hierarki yang ada, dari atas ke bawah.
b. Siapkan pertanyaan
Kita harus waspada terhadap titik-titik lemah dari daftar pertanyaan
yang telah disiapkan, saat wawacara sudah berlangsung.
a) Ajukan pertanyaan satu demi satu
b) Ajukan pertanyaan, jangan membuat komentar
Pilah-pilah dulu, apabila telah menyiapkan banyak pertanyaan. Berikut
adalah Question Line selama wawancara:
5
R. Fadli, Terampil Wawancara, (Jakarta : PT Grasindo, 2001), hal 50-52
5
1) Wawancara untuk berita radio harus singkat dan to the point
2) Beri perhatian penuh kepada orang yang diwawancarai
3) Simak jawabannya dengan teliti
4) Jangan baca pertanyaan
5) Jangan pernah setuju untuk menanyakan pertanyaan yang sudah disiapkan
jawabannya terlebih dahulu oleh seorang narasumber
6) Hindari shopping-list approach (pendekatan seperti memilih daftar
belanja)
7) Bersikaplah impartial (tidak memihak)
8) Jangan berargumentasi
9) Andalah yang memegang kendali wawancara
10) Pastilah bahwa narasumber menjawab pertanyaan pewawancara
11) Sela bila perlu
12) Penghargaan dan ungkapan rasa terimakasih6
Salah satu program radio yang cukup populer dan didengar banyak orang adalah
program interaktif. Program ini melibatkan interaksi antara penyiar (dengan atau tanpa
kehadiran pembicara yang diundang ke studio) dengan pendengar di luar studio. Karena
sifatnya yang sarat dengan muatan dialog ini, program ini sering diberi istilah “talk show”
atau pertunjukan berbicara.
Karena kelihatan mudah, yaitu hanya mengundang pembicara dan memandu diskusi
di radio, seringkali penyiar atau reporter radio menganggap remeh acara ini. Cukup sering
kita mendengar program talk show yang berisi pembicaraan tanpa arah dan tujuan di mana
pewawancara (dikenal juga sebagai pembawa acara, presenter atau host) mengulang-ulang
pertanyaan atau tidak paham terhadap topik yang dibicarakan. Ini menunjukkan tidak adanya
pemahaman yang memadai dari pembawa acara mengenai perannya yang sangat penting
dalam program tersebut.
6. Mempersiapkan Talk Show
a. Tentukan Tujuan
Talk show yang tidak memiliki tujuan hanya akan menjadi obrolan
yang tak terarah, sehingga pendengar tidak akan mendapatkan apa pun dari
dialog tersebut.
b. Memilih Topik

6
Hasan Asy’ari, Jurnalistik Radio, Jakarta: Erlangga, 2012, hal. 59
6
Pilih dan tentukan fokus materi yang akan dibahas dalam talk show.
Materi talk show “Bagaimana Mengawasi Politik Uang pada Pilkada” jauh
lebih fokus ketimbang tema yang bersifat global seperti “Pilkada Bersih”.
c. Riset Materi
Riset adalah syarat mutlak agar talk show membekas di hati dan
membawa manfaat bagi pendengar. Bayangkan, apa yang akan terjadi
pada sebuah talk show tentang bahaya flu burung, bila presenter
sebelumnya sama sekali tidak pernah membaca dan mencoba memahami
persoalan ini.
d. Menentukan Narasumber
Kriteria dasar dalam memilih narasumber biasanya adalah yang
memiliki kompetisi untuk berbicara mengenai topik yang akan dibahas,
serta artikulatif atau memiliki kemampuan bicara yang baik, runtut dan
berisi. Jika perlu, sebelum talk show dilakukan briefing pada narasumber
agar nanti berbicara dengan lugas, jelas dan tidak banyak menggunakan
istilah akademis / asing yang sulit dimengerti pendengar.
e. Membuat Rute Pertanyaan
Talk show biasanya dibagi menjadi beberapa segmen, oleh karena itu
tentukan topik bahasan dan buat question route (QR) atau beberapa
pertanyaan kunci yang terdiri dari pertanyaan pembuka, pertanyaan inti
dan pertanyaan penutup. Untuk menunjang wawancara, gunakan teknik
ordering question atau cara bertanya dengan menggunakan jawaban
narasumber sebagai materi pertanyaan. Dengan cara ini talk show akan
berkembang menjadi obrolan dan bukan sekedar acara tanya jawab.
f. Menyiapkan Gate Keeper
Untuk talk show yang mengundang komentar pendengar, peran gate
keeper atau ‘penjaga pintu’ menjadi sangat penting. Ia tidak sekedar
menerima telepon, melainkan menyaring agar penelepon yang ikut
berpartisipasi memang benar-benar ingin terlibat sebagai peserta, bukan
sekedar ikut-ikutan belaka. Selain mencatat indetitas penelepon, gate
keeper bisa menanyakan apa yang kira-kira ingin dikomentarinya terkait
dengan topik yang sedang dibahas. Kalau relevan, barulah disambungkan
dengan presenter untuk kemudian diudarakan. Namun sayangnya, saat ini
masih banyak radio yang tidak menggunakan gate keeper dalam talk show.
7
Biasanya presenter sendiri yang langsung menerima dan mengudarakan
telepon pendengar. Tak jarang, presenter dibuat malu karena ternyata si
penelepon hanya minta lagu atau malah salah sambung.
g. Membuat Susunan Acara
Susunan acara (rundown) akan menjadi panduan presenter saat
memandu talk show agar tetap tepat jadwal, seperti saatnya break iklan,
segmen pertanyaan dan waktunya menerima telepon pendengar.
h. Membuat Promo
Jangan biarkan pendengar tidak mengetahui bahwa di jam tertentu
radio Anda akan mengudarakan sebuah talk show yang mungkin menarik
bagi pendengar. Untuk itu siarkan jingle promo setidaknya dua hari
sebelum talk show berlangsung. Ini untuk mengikat pendengar agar mau
mendengar talk show pada saatnya nanti.
7. Alur program Talk Show
Pogram interaktif yang berformat diskusi dengan narasumber dan pendengar ini
biasanya memiliki alur sebagai berikut:

- Pembukaan oleh host. Dalam pembukaan ini host harus mengantar topik yang akan
dibahas dan biasanya sudah harus ‘menyentak’ sehingga langsung menarik minat
pendengar. Salah satu kiat yang lazim digunakan adalah dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan provokatif.
- Perkenalan nama dan jabatan narasumber. Jangan anggap sepele hal ini, karena
beberapa kali terjadi host lupa menyebut nama lengkap dan jabatan narasumber. Ini
terjadi karena host sudah merasa berkenalan ketika narasumber baru datang dan acara
belum dimulai.
- Undang pendengar untuk berinteraksi, namun ingatkan juga bahwa saluran telepon
baru akan dibuka di menit tertentu. Ini perlu untuk memberi waktu agar diskusi
berjalan dulu tanpa diganggu oleh dering telepon dari pendengar yang tak sabar ikut
dalam diskusi.
- Pengenalan masalah. Host mulai membeberkan persoalan yang akan dikupas dalam
diskusi. Mulailah mengajukan pertanyaan awal pada narasumber dan susul lagi
dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Berikan umpan dengan aspek-aspek
kontroversial yang telah dipersiapkan dalam riset materi saat perencanaan. Pada tahap
ini, biasanya kontroversi sudah mulai kelihatan dan narasumber akan saling beradu
argumen.
- Menerima telepon pendengar. Mulailah mengeksplorasi pandangan dari pendengar,
pertajam kembali kontroversi yang mungkin ada dan hadapkan ke narasumber.
- Menampilkan program sisipan. Bentuknya bisa berupa laporan pandangan mata atau
berita pendek yang terkait topik talk show, maupun smash musik (musik selingan).

8
Jangan lupa, jelaskan secara singkat topik talk show dan nama serta jabatan
narasumber, ketika acara kembali dimulai.
- Memperdalam pembahasan. Host harus berupaya memperdalam pembahasan dengan
menggali terus-menerus hal-hal penting yang berkembang selama diskusi. Undang
kembali pendengar untuk berkomentar, cari pandangan unik dari mereka, kemudian
kembangkan dan tanyakan kepada narasumber.
- Menjelang akhir, upayakan untuk mulai menemukan solusi dan kesepakatan-
kesepakatan dari berbagai sudut pandang yang berbeda, titik temu atau sesuatu yang
nanti berujung pada kesimpulan.
- Jangan lupa, selama talkshow berlangsung pewawancara harus terus berhubungan
dengan produser. Caranya bisa lewat talkback melalui headphone milik pewawancara,
atau bisa juga produser secara teratur mensuplai host dengan catatan pendek yang
berisi pertanyaan yang harus ditanyakan ke narasumber atau mengingatkan soal waktu
dan sebagainya.
- Penutup. Di akhir acara, pewawancara harus menghindari untuk membuat
kesimpulan. Lebih baik beri kesempatan narasumber selama 2-3 menit untuk
menyampaikan kata akhir yang merupakan kesimpulan pendapatnya terhadap topik
yang dibahas. Karena bila host yang menyimpulkan, tentu ada resiko kesimpulan
yang dibuat ternyata kurang tepat, atau tidak seperti yang dimaksudkan oleh
narasumber. Alangkah malunya bila host mendapat peringatan atau teguran dari
narasumber yang merasa kesimpulan yang disampaikannya tidak tepat. Oleh karena
itu, biarkan pendengar menyimpulkan sendiri sesuai cara pandang mereka masing-
masing.7

Contoh Rundown Talk Show


MENIT KE DESKRIPSI KEGIATAN SIGN TUNE (Musik Pembuka)
KETERANGAN
Salam Pembuka Penyiar Penyiar menjelaskan tentang acara
ini.
ID STATION (semacam jingle
Yang mengin formasikan identitas
stasiun radio+ LAGU
SEGMEN 1 Jelaskan bahwa sambungan
telepon pertanyaan/komen tar baru
Penjelasan mengenai topik ,
dibuka pada menit ke sekian.
perkenalan
narasumber, komentar pendengar.
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2

7
Agus Wijananto dkk, Penduan Jurnalis Radio Untuk Perdamaian, Jakarta:SFCG Indonesia, 2013, hal
73-81
9
Pertanyaan 3
SEGMEN 2
Penyiar kembali menjelaskan
topik dan mengenalkan
narasumber lagi, serta
mengundang komen tar
pendengar. Lanjutkan tanya-jawab
sambil menunggu telepon
pendengar.
COMMERCIAL BREAK
SEGMEN 3
Penyiar kembali menjelaskan Tuntaskan jawaban dan
topik dan mengenalkan kesimpulan atau kata akhir dari
narasumber lagi, serta narasumber tentang topik bahasan.
mengundang pendengar.
Dan seterusnya

C. KESIMPULAN
Membuat wawancara yang baik dan menarik tentu bergantung pada
narasumber yang handal dan reporter yang dapat mengendalikan atau menjalankan
berlangsungnya talk program yang mana melibatkan pendengar dalam prosesnya.
Dalam program perbincangan atau program interaktif yang melibatkan pendengar,
biasanya si pendengar sulit untuk tidak mendengarkan radionya sendiri. Dalam
kondisi demikian, radio sebaiknya dimatikan atau volumenya diperkecil agar tidak
mengganggu program siaran.
Talk show adalah suatu jenis acara televisi atau radio yang berupa
perbincangan atau diskusi seorang atau sekelompok orang tamu tentang suatu topik
tertentu dengan di pandu oleh pemandu gelar wicara

DAFTAR PUSTAKA
Hasan Asy’ari. 2012. Jurnalistik Radio. Jakarta: Erlangga.
Helena Olii. 2006. Reportase Radio. Jakarta: PT Indeks.
Masduki.2001. Jurnalistik Radio. Yogyakarta : LKIS
10
R. Fadli. 2001. Terampil Wawancara. Jakarta : PT Grasindo
Santi Indra. 2013. Jurnalisme Radio. Bandung: Simbiosa Rekatam Media.
Agus Wijananto dkk, 2013, Penduan Jurnalis Radio Untuk Perdamaian, Jakarta:SFCG
Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai