Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Perkembangan televisi di Indonesia yang begitu pesat, tidak dapat
dipungkiri menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Kajian
terhadap tayangan media televisi memperlihatkan bahwa manusia telah
begitu bersahabat dengan medium ini. Berbagai format program acara
disajikan dalam layar kaca setiap harinya seperti program berita, drama,
feature, reality show, talk show, variety show dan sebagainya.
Salah satu format yang sering digunakan televisi dalam menampilkan
wacana serius adalah talk show. Talk show merupakan wacana broadcast
yang bisa dilihat sebagai produk media maupun sebagai talk oriented terusmenerus. Sebagai produk media, talk show dapat menjadi teks budaya
yang berinteraksi dengan pemirsanya dalam produksi dan pertukaran
makna. Sebagai sebuah proses dialog, talk show akan memperhatikan
masalah efisiensi dan akurasi, pada aspek: kontrol pembawa acara, kondisi
partisipan dan event evaluasi audiens.
1.1 LATAR BELAKANG
Alasan saya membuat makalah yang berjudul Pelanggaran P3SPS dalam
Program Talkshow di Televisi adalah karena banyak tayangan talkshow di
layar kaca yang tidak lagi mengikuti Pedoman Perilalu Penyiaran dan Standar
Program Siaran. Pedoman siaran yang dilanggar diantaranya norma agama,
norma kesopanan, norma perlindungan anak, dan hak privasi. KPI sebagai
lembaga pengawas penyiaran sudah menegur program yang melanggar baik
secara tertulis, penghentian sementara bahkan sampai pencabutan program.
1.2 TUJUAN
Tujuan ditulisnya malakah ini adalah sebagai berikut:
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 1

1 Untuk

mengetahui

Program-program

talkshow

di

televisi

yang

melanggar P3SPS
2 Untuk memenuhi nila tugas individu mata kuliah Hukum dan Etika
Penyiaran

BAB II
KONSEP
2.1

Pengertian Talk Show

Salah satu format yang sering digunakan televisi dalam menampilkan


wacana serius adalah talk show. Talk show merupakan wacana broadcast
yang bisa dilihat sebagai produk media maupun sebagai talk oriented terusmenerus. Sebagai produk media, talk show dapat menjadi teks budaya
yang berinteraksi dengan pemirsanya dalam produksi dan pertukaran
makna. Sebagai sebuah proses dialog, talk show akan memperhatikan
masalah efisiensi dan akurasi, pada aspek: kontrol pembawa acara, kondisi
partisipan dan event evaluasi audiens.
Fred Wibowo menjelaskan talkshow adalah program uraian (the talk),
vox-pop, interview (wawancara) baik di dalam maupun di luar studio dan
diskusi di televisi disebut Program Mimbar Televisi (The Talk Show
Programme). Program ini tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan
pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau
sedang hangat dibicarakan masyarakat. Apabila pembicaraan dilakukan oleh
satu orang, program itu dinamakan program uraian pendek (the talk
programme). Wawancara dilakukan oleh dua orang dan diskusi lebih dari dua
orang. Semua itu disebut program talk show atau the talk show programme
(Lusia, 2006:15).
Definisi talk show menurut Farlex (2005) dalam The Free Dictionary : A
television or radio show in which noted people, such us authorities in a
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 2

particular field, participate in discussion or are interviewed and often answer


question

from

viewers

or

listeners.

(Sebuah acara televisi atau radio, yang mana orang terkemuka, seperti
seorang

hli dalam bidang tertentu, berpartisipasi dalam diskusi atau diwawancarai


dan kadangkala menjawab pertanyaan pemirsa atau pendengar).
Talk show mempunyai ciri tipikal yaitu menggunakan percakapan
sederhana (casual conversation) dengan bahasa yang universal untuk
menghadapi heterogenitas khalayak. Tema yang diangkat mestilah benarbenar penting atau dianggap penting untuk diketahui khalayak atau
setidaknya

menarik

bagi

pemirsanya.

Wacana

yang

diketengahkan

merupakan isu atau trend yang sedang berkembang dan hangat di


masyarakat.
Program talk show di televisi memiliki tiga komponen dasar, yaitu
studio, host (pemandu acara), dan wawancara. Bernard M. Timberg
mengungkapkan program talk show di televisi memiliki prinsip atau aturan.
Prinsip pertama, acara tersebut dibawakan oleh seorang host (dibantu
sebuah tim yang bertanggung jawab atas materi, pengarahan, dan bentuk
acara yang akan ditampilkan. Dari sudut pemasaran, host dipandang sebagai
sebuah label, trademark, yang mempunyai nilai jual. Prinsip kedua adalah
mengandung percakapan berisi pesan (message). Prinsip ketiga, talk show
merupakan suatu produk atau komoditi yang berkompetisi dengan produk
lain. Prinsip keempat, talk show merupakan kegiatan industri yang terpadu
dengan melibatkan berbagai profesi, mulai dari produser acara, penulis
naskah, pengarah acara, penata rias dan rammbut, dan bagian marketing
(Lusia, 2006:83).
2.2

Jenis- jenis Talkshow

Jika dilihat dari gayanya, talk show dapat dibedakan menjadi dua tipe
utama yaitu :
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 3

a light entertainment talkshow, yaitu jenis talk show yang sifatnya ringan
dan menghibur. dimulai dengan acara mewawancarai selebiriti, seperti

bintang film dan politisi. Acara ini selalu memiliki atmosfer positif,
nyaman, dan ceria seperti Bukan Empat Mata, Show Imah, Mels
Update, Hitam Putih, Just Alvin,dll.
b Sementara, serious discussion talkshow ialah jenis acara talk show

yang lebih spesifik jika ditinjau dari materinya. Isinya berkonsentrasi


pada topik khusus di bidang politik dan sosial, atau pada seseorang
yang sedang menjadi incaran berita. Dalam acara ini, faktor keseriusan
dengan

pendekatan

jurnalistik

tetap

dipertahankan

namun

ditambahkan unsur pribadi yang cenderung mudah diadopsi khayalak


penonton (Lusia, 2006: 104-105). Misalnya, Apa Kabar Indonesia,
Mata Najwa, Sudut Pandang, dll.

Berdasarkan
009/SK/KPI/8/2004

Keputusan
Tentang

Komisi

Pedoman

Penyiaran
Perilaku

Indonesia

Penyiaran

dan

Nomor
Standar

Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia pada Pasal 8 disebutkan bila


program talk show termasuk di dalam program faktual. Adapun pengertian
program faktual merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta nonfiksi.
2.3

Komponen Talkshow

Deskripsi mengenai program talk show tersebut menjelaskan bahwa


kekuatan program talk show terletak pada tiga komponen, yaitu pertama,
topik yang dibahas, kedua, kompetensi narasumber dalam membahas topic
dan

terakhir,

kemampuan

pembawa

acara

mengajukan

pertanyaanpertanyaan kepada narasumber dan memandu jalannya dialog.


a Topik sebagai kekuatan program talk show
Program talk show sebagai sebuah program dialog atau wawaancara,
secara umum terbagi dalam dua pembahasan, yaitu wawancara dengan
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 4

bobot berita dan wawancara dengan bobot feature. Wawancara dengan


bobot berita dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang suatu peristiwa
yang dimuat dalam pemberitaan, seseorang yang memiliki nilai berita, atau
isu teraktual. Sementara, wawancara dengan bobot feature bertujuan
menggali lebih dalam tentang seseorang yang memiliki karakter/latar
belakang unik atau suatu peristiwa (Stephenson, Reese & Beadle, 2009:
126).

Sebuah wawancara tidak bisa dilakukan secara asal dan tanpa

persiapan matang. Frederick Shook menyebutkan,, wawancara tidak hanya


berguna untuk menyajikan informasi faktual, namun juga membantu
memperkuat

gambar

serta

mengungkapkan

perasaan

dan

pikiran

narasumber
yang diwawancarai (Usman, 2009:77).
Pemilihan topik dapat dihubungkan dengan nilai-nilai berita yaitu
pertama, aktualitas, yaitu berita memiliki unsur kebaruan untuk diketahui
oleh masyarakat. Kedua, kegunaan, yaitu berita harus berguna atau
memberi pengaruh bagi masyarakat yang menontonnya (Usman, 2009:20).
b Narasumber sebagai kekuatan program talk show
Kekuatan program talk show terletak pada eksplorasi terhadap
narasumber. Dalam jurnalistik, narasumber yang tepat merupakan jendela
untuk mendapatkan informasi yang berkualitas dan kunci sukses dalam
mendapatkan data yang dapat disajikan kepada penonton. Walaupun
keberhasilan proses wawancara terletak pada bagaimana pembawa acara
selaku

pewawancara

mewawancarai

narasumber,

namun

kompetensi

narasumber juga patut diperhitungkan. Tim produksi program talk show tidak
bisa sesuka hati mengundang setiap orang sebagai narasumber tanpa
melakukan sebuah perisetan mengenai latar belakang calon narasumber
tersebut (Stephenson, Reese & Beadle, 2009, p: 132).
Antony Q. Artis mengemukakan beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk
menentukan narasumber yang ideal, yaitu pertama, mampu berbicara
secara koheren atau mendalam atas topik, kedua, memiliki pengetahuan

Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 5

yang cukup baik atas topik, dan ketiga, ahli pada bidangnya (Junaedi, 2011:
74).
c

Presenter sebagai kekuatan program talk show


Presenter merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang merujuk

kepada

seseorang

yang

membawakan

suatu

acara.

Pada

dasarnya,

presenter adalah pembawa acara. Harus disadari host adalah lambang dari
stasiun televisi atau radio, bahkan menjadi ukuran martabat perusahaan
atau stasiun dimana dia bekerja. Karena itu pula dikatakan bahwa penyiar
adalah ujung tombak dan mewakili sebuah stasiun siaran.
Sebagai seorang yang menghidangkan sesuatu, host bertindak sebagaimana
seorang teman, bukan seorang asing. Seorang asing akan memberi
penjelasan secara resmi. Audiens (penonton atau pendengar) boleh menaruh
minat atau tidak. Sebaliknya, seorang teman akan menyajikan sesuatu
secara bersahabat dan ramah. Oleh karena itu, audiens akan menerima
dengan senang hati.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Apa Kabar Indonesia
Apa kabar Indonesia adalah sebuah program berita di TV One yang
menyajikan program talkshow di tengah- tengah pemberitaannya. Program
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 6

ini tayang dalam dua waktu yakni Apa Kabar Indonesia Pagi dan Apa Kabar
Indonesia Malam. Berikut beberapa pelnggaran yang pernah dilakukan oleh
program tersebut :
Tidak melindungi Anak sebagai Narasumber
Pada tanggal 2 Maret 2013 pukul 20.07 WIB mewawancarai anak perempuan
di bawah umur yang diduga menjadi korban pelecehan seksual. Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan anak
dan remaja serta ketentuan mengenai anak sebagai narasumber dalam
program jurnalistik.
KPI Pusat juga meminta kepada TV One agar menjadikan Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) Komisi Penyiaran
Indonesia tahun 2012 sebagai acuan utama dalam penayangan sebuah
program dan diharapkan terdapat perbaikan pada program siaran yang
sesuai dengan ketentuan P3 dan SPS sehingga program siaran bermanfaat
bagi kepentingan masyarakat.Tindakan penayangan adegan tersebut telah
melanggar P3 Pasal 14 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), dan Pasal 29 huruf a serta
SPS Pasal 15 ayat (1).
Tak hanya itu, KPI kembali melayangkan teguran tertulis dengan kasus yang
sama. Pada tanggal 5 Januari 2013 pukul 07.43 WIB terjadi pelanggaran
pada P3 dan SPS KPI yakni mewawancari anak perempuan di bawah umur
korban tindak pidana pencabulan. Selain itu, program ini tidak menyamarkan
wajah dan identitas orang tua dan anak perempuan korban tindak pidana
pencabulan

tersebut.

Jenis

pelanggaran

ini

dikategorikan

sebagai

pelanggaran atas perlindungan anak dan remaja, ketentuan mengenai anak


sebagai narasumber, dan
dalam

kewajiban menyamarkan wajah dan identitas

program

jurnalistik.

KPI Pusat memutuskan adegan tersebut melanggar P3 KPI tahun 2012 Pasal
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 7

14 ayat (2) dan Pasal 29 huruf a serta SPS KPI tahun 2012 Pasal 15 ayat (1)
dan ayat (2) serta Pasal 43 huruf f dan g.
Menayangkan adegan ciuman bibir
Pada tanggal 10 Juli 2012 pada pukul 06.45 WIB menayangkan adegan
ciuman bibir yang dilakukan oleh pemain sepak bola Andres Iniesta dengan
pasangannya. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas
pelarangan adegan seksual, perlindungan anak dan remaja, serta norma
kesopanan dan kesusilaan. KPI Pusat juga meminta kepada Saudara agar
menjadikan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3
dan SPS) Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 sebagai acuan utama
dalam penayangan sebuah program siaran. Tindakan penayangan adegan
tersebut telah melanggar P3 tahun 2012 Pasal 9, Pasal 14 ayat (2), dan Pasal
16 serta Standar Program Siaran Pasal 9, Pasal 15 ayat (1), dan Pasal 18
huruf g.
3.2 Mels Update
Pelanggaran perlindungan anak dan norma kesopanan
Pada tanggal 01 Januari 2013 pukul 22.05 WIB terjadi pelanggaran P3 dan
SPS yakni adanya tampilan perbincangan mengenai cerita bohong seorang
ibu

(Nikita

Mirzani)

di

hadapan

anaknya

tentang

alasan

yang

disampaikannya kepada anaknya tersebut saat ia harus menjalani proses


hukum. Si ibu mengungkapkannya atas pertanyaan pembawa acara (host).
Pembicaraan yang dimaksud terjadi pada saat host mengomentari jawaban
dari anak Nikita Mirzani:..."Makan apa biasanya? Makan hari atau makan
teman?Sekarang sudah nggak zaman makan hati;(tapi) makan teman,
makan pacar orang, atau makan laki orang". Pada segmen selanjutnya masih
di depan anak Nikita Mirzani ditayangkan pembicaraan yang tidak pantas:
"Kalau nikah untuk cari keturunan, bukan cari keenakan. Kalau mau cari anak
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 8

sama perempuan, mau cari enak sama laki-laki". Selanjutnya terdapat


perkataan dari host saat akan mengundang narasumber lainnya, yaitu:
"Sama seksinya, sama tatonya, sama gilanya"....selanjutnya dijawab oleh
Nikita

Mirzani

dengan

"Cuma

ukurannya

aja

yang

beda."

Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan


anak, norma kesopanan, dan ketentuan mengenai anak sebagai narasumber.
Tindakan penayangan adegan tersebut telah melanggar P3 Pasal 9, Pasal 14
ayat (2), dan Pasal 29 huruf b serta SPS Pasal 9 dan Pasal 15 ayat (1).
Menampilkan adegan ciuman
Pelanggaran yang dilakukan program adalah penayangan pada tanggal 4
Maret 2013 pukul 21.23 WIB adegan yang mengesankan ciuman bibir yang
dilakukan oleh bintang tamu pasangan artis Ikang Fauzi dan Marissa Haque.
Adegan tersebut terjadi ketika salah seorang host, Indra Bekti, meminta
kedua bintang tamu tersebut melakukan adegan ciuman. Jenis pelanggaran
ini dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap perlindungan terhadap anak
dan remaja, norma kesopanan, pelarangan dan pembatasan adegan seksual,
dan penggolongan program siaran. KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan
penayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Indonesia
tahun 2012 Pasal 9, Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 21 ayat 1 serta Standar
Program Siaran Pasal 9, Pasal 15 ayat (1), Pasal 18 huruf k, dan Pasal 37 ayat
(4) huruf a dan f.
3.3
Just Alvin dan Show Imah
Teguran Tertulis juga dilayangkan untuk Metro TV (program Just Alvin episode
12 Mei) dan Trans TV (Show Imah episode 2 Mei) karena dianggap telah
mengeksploitasi privasi Eyang Subur. KPI Pusat juga telah menerima surat
No. U-176/MUI/V/2013 tertanggal 15 Mei 2013 dari Komisi Fatwa Majelis

Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 9

Ulama Indonesia (MUI) perihal laporan tayangan yang bertentangan dengan


norma agama & hukum.
Surat ini pada intinya melaporkan tentang beberapa tayangan yang
menampilkan

(tujuh)

istri

Eyang Subur

yang

digambarkan

penuh

kemesraan dan menimbulkan kesan pembenaran terhadap tindakan yang


menyimpang dan bertentangan dengan ketentuan perkawinan sebagaimana
telah diatur dalam Pasal 2 Ayat 1 UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dan Pasal 42 Kompilasi Hukum Islam
Pelanggaran yang dilakukan program tersebut adalah menampilkan dan
menjadikan kehidupan pribadi (privasi) para istri Eyang Subur sebagai
konsumsi publik yang disajikan dalam seluruh isi acara. Dalam program
tersebut juga ditampilkan muatan yang mengesankan pembenaran terhadap
tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Selain itu, dalam
percakapan terdapat pertanyaan dari host yang membahas mengenai
bagaimana cara membagi hubungan suami isteri antara Eyang Subur
dengan

istri-istrinya.

Jenis

pelanggaran

ini

dikategorikan

sebagai

pelanggaran atas penghormatan terhadap hak privasi, nilai-nilai agama,


perlindungan anak dan remaja, dan penggolongan program siaran. Demikian
dituliskan dalam surat teguran KPI Pusat pada Trans TV yang ditandatangani
Ketua KPI Pusat, Mochamad Riyanto, Selasa, 21 Mei 2013.

3.4 Hitam Putih


Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menemukan pelanggaran dalam
Program Siaran Hitam Putih yang ditayangkan Trans7 pada 8 April 2012
pukul 18.28 WIB. Atas pelanggaran tersebut Trans7 diberikan sanksi
administratif teguran tertulis oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.
Pelanggaran yang dilakukannya adalah adegan host yang menanyakan
sebuah pertanyaan kepada seorang anak di luar kemampuan si anak untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Host menanyakan, Lebih suka ketemu
ayah (ayah kandung si anak yang orang tuanya telah bercerai) atau
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 10

Daddy? (teman dekat sang ibu saat ini). Si anak terdiam sejenak dan
akhirnya menjawab Daddy, lalu menangis.
Adegan tersebut disertai dengan adanya teks Nasywa lebih suka
bertemu dengan Daddy Irwan daripada ayahnya sendiri?. Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan
kepada anak.

Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 11

Dalam surat teguran tertulis No. 326/K/KPI/05/12 pada 31 Mei 2012


disebutkan bahwa adegan yang tidak layak ditayangkan tersebut dapat
berdampak pada perkembangan psikologis si anak dan melanggar P3 Pasal
14 ayat (2) dan Pasal huruf a dan b serta SPS Pasal 15 ayat (1).
3.5 Empat Mata
Dalam program Empat Mata pada episode tersebut pada salah satu adegan
menampilkan seorang bintang tamu memakan hewan (katak) hidup-hidup.
Sehingga program ini dinilai telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3-SPS) :
1. Pasal 28 ayat 3 yang berbunyi : lembaga penyiaran televisi dilarang
menyajikan program dan promo program yang mengandung adegan di luar
perikemanusiaan atau sadistis.
2. Pasal 28 ayat 4 yang berbunyi : lembaga penyiaran televisi dilarang
menyajikan

program

yang

dapat

dipersepsikan

sebagai

mengagung-

agungkan kekerasan atau menjustifikasi kekerasan sebagai hal yang lumrah


dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pasal 36 yang berbunyi : lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program
yang mendorong atau mengajarkan tindakan kekerasan atau penyiksaan
terhadap binatang.

3.6 Bukan Empat Mata


Pelanggaran-pelanggaran etika komunikasi yang dilakukan oleh Program
Talkshow Bukan Empat Mata diantaranya :
Menyinggung Tuhan
Pada tanggal 2 Agustus 2012 pukul 23.30 WIB ditemukan adanya adegan
yang

berpotensial

menimbulkan

dampak

negatif

dalam

masyarakat.

Penayangan tersebut adalah adegan saat salah satu host wanita, Marcela

Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 12

Lumowa, menyampaikan cerita berjudul "Doa Seorang Wanita Bernama


Susi".

Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 13

Diceritakan, Susi berdoa kepada Tuhan agar diberikan suami yang setia,
penuh pengertian, dan tampan. Kemudian datanglah sosok Reynaldi yang
ingin menikahinya. Wanita tersebut kembali teringat dengan keinginannya.
Cerita selanjutnya, Tuhan menjawab tiga harapan Susi dalam doanya
tentang harapan untuk mendapatkan suami setia, Tuhan berkata, "Coba
kamu pikirkan, siapa yang mau sama dia? Nggak ada yang mau
sama dia, Ngelirik aja ga mau... Pasti dia setia". Tentang harapan untuk
mendapatkan suami yang penuh pengertian, Tuhan berkata, "Suamimu ini
bahkan sangat mengerti kamu... Dia bisa menjadi suami dan ayah
yang baik, multifungsi bahkan suamimu itu... Dia bisa jadi kain pel
kalau

dibutuhkan

dan

yang pasti

jadi vacuum

cleaner

kalau

diinginkan". Tentang harapan untuk mendapatkan suami yang tampan,


Tuhan kemudian mengajak Susi melihat sawah dan Ia berkata, "Kalau kau
lihat calon suamimu, dia lebih tampan daripada orang-orangan
sawah di luar sana".
KPI Pusat menilai adegan tersebut berpotensial menimbulkan dampak
negatif karena melibatkan keberadaan Tuhan dalam lawakan, menurut KPI
Pusat hal tersebut adalah sesuatu yang belum dapat diterima oleh banyak
pihak dalam masyarakat Indonesia. KPI Pusat juga menerima hasil analisis
atas penyangan adegan tersebut dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui
surat No. B-373/MUI/VIII/2012 tertanggal 8 Agusus 2012, yang isinya
menyatakan bahwa pelecehan fisik tidak dibenarkan menurut agama Islam,
sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur'an surat al-Hujurat (49) ayat 11.
Untuk itu, KPI Pusat memberikan peringata tertulis agar segera melakukan
evaluasi internal pada program untuk lebih berhati-hati dalam penayangan
adegan yang berakitan dengan Tuhan yang dapat berpotensi menimbulkan
dampak negatif terhadap pandangan dan keyakinan suatu agama serta
norma yang berlaku dan dianut oleh masyarakat.
Menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan seenaknya
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 14

Pelanggaran yang dimaksud yakni adegan menyayikan lagu kebangsaan


Indonesia Raya yang tidak sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Dalam acara ditayangkan bagaimana beberapa narasumber menyayikan
lagu sambil duduk dan tertawa-tawa disertai celetukan-celetukan tertentu.
Selain itu, terlihat para penonton yang ada di studio turut bernyanyi juga
sambil duduk dan bertepuk tangan. Sebelum lagu tersebut selesai, pembawa
acara memotong lagu tersebut. Menurut penjelasan KPI dalam surat
sanksinya,

yang

dikategorikan

disampaikan

sebagai

usai

pelanggaran

pertemuan,
atas

pelanggaran

penggunaan

dan

tersebut
tatacara

penggunaan lagu kebangsaan (SPS Pasal 54).


Melontarkan kata-kata kotor

KPI Pusat menilai Trans 7 belum merealisasikan komitmennya untuk


melakukan perbaikan program tersebut. Berdasarkan pemantauan KPI Pusat,
pada Juni 2009 pukul 21.30 WIB, KPI Pusat menemukan adanya pelanggaran
pada acara Bukan Empat Mata. Pada episode tersebut, salah satu personil
Grup

Kangen

Band

yang

menjadi

bintang

tamu

secara

spontan

mengeluarkan kata berkonotasi alat kelamin laki-laki.


Baca Basmalah saat minum Wine
Untuk kesekian kalinya, tepatnya pada bulan Juni Tahun 2010, Bukan Empat
Mata kembali menerima teguran dari KPI karena Atika (tamu Tukul) membaca
Basmalah saat akan minum wine yang merupakan minuman haram di dalam
Islam. Selain itu acara ini mendapat sorotan karena menghina pria tua
berusia 140 tahun yang terdeteksi petugas sensus penduduk tahun 2010
yang berasal dari kota Sukabumi, Jawa Barat.
Tukul colek area pribadi Bella Saphira
Pada tahun 2009, KPI memberikan teguran pertama pada acara BEM (Bukan
Empat Mata), karena tamu Tukul pada saat itu adalah Kangen Band, tidak
Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 15

sengaja menyebut nama alat kelamin karena latah saat menjatuhkan


sesuatu dan pada Bulan Desember 2009, acara ini kembali ditegur karena
Tukul mencolek Bella Saphira dengan sengaja.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat melalui rapat pleno kemarin (9/6)
memutuskan untuk menghentikan sementara program Bukan Empat Mata
terhitung mulai tanggal 13 Juni hingga 13 Juli 2009.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/30561-kpi-tegur-program-hitamputih

http://kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31039-teguran-tertulis-mel-s-

update-antv
http://www.perpuskita.com/macam-talkshow/157/
http://kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/30719-teguran-tertulis-programsiaranapa-kabar-indonesia-pagi-tv-one
http://kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31262-teguran-tertulis-program-siaranapa-kabar-indonesia-malam-tv-one
http://kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31312-teguran-kedua-mel-s-updateantv
http://kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31379-teguran-tertulis-show-imahtrans-tv
http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/30739-peringatan-tertulisprogram-siaran-bukan-empat-mata-trans-7

Hanifa Choirunisa (Hukum & Etika Penyiaran)

Page 16

Anda mungkin juga menyukai