OLEH KELOMPOK 1 :
Pendahuluan
Latar Belakang
Televisi saat ini merupakan media penyiaran yang sangat familiar dan tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Hampir semua kalangan dan semua usia menjadi penikmat tayangan di
televisi.
Tayangan atau program siaran di televisi kian hari semakin beraneka ragam. Pada umumnya,
jenis program siaran terbagi menjadi tiga yakni program berita atau informasi, program non fiksi
atau non drama, dan program fiksi atau drama.
Talkshow merupakan salah satu program non fiksi. Program talkshow adalah program yang
menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahasa suatu topik tertentu dipandu seorang
pembawa acara atau host. Mereka yang diundang adalah orang-orang berpengalaman langsung
dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau seorang ahli dalam masalah yang tengah
dibahas.
Talkshow menjadi salah satu program siaran yang digemari karena jenis program tersebut
bermanfaat terutama bagi milenial karena menyajikan tema dengan tamu-tamu yang inspiratif.
Tak jarang setelah menonton acara talkshow kita langsung terinspirasi dan termotivasi untuk
melakukan sesuatu sehingga bisa sukses seperti mereka.
Hitam putih adalah program talkshow yang ditayangkan oleh Trans7. Acara ini dibawakan oleh
Deddy Corbuzier. Setiap acaranya mengangkat tema-tema inspiratif yang dibawakan dengan
santai dan diselingi dengan sedikit guyonan dan game. Trans7 menayangkan talkshow ini sesuai
dengan misinya yaitu menjadi wadah ide dan aspirasi guna mengedukasi dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Trans7 berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa serta nilai-nilai
demokrasi dengan memperbarui kualitas tayangan bermoral yang dapat diterima masyarakat dan
mitra kerja. Trans7 juga berkomitmen selalu memberikan yang terbaik bagi skateholders dengan
menayangkan program berkualitas mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat
diterima skateholders.
Kali ini peneliti akan menganalisis episode "Ganjar Pranowo" yang tayang pada 12 Februari
2018. Menariknya episode ini karena mendatangkan seorang gubenur yang fenomenal yaitu
Ganjar Pranowo. Ganjar Pranowo adalah gubernur jawa tengah yang menjabat sebanyak 2
periode. Karena ketampanan dan berkarisma, Ganjar Pranowo menjadi gubernur yang
diidolakan. Dengan kepemimpinan yang tegas namun kepedulian yang tinggi kepada masyarakat
Ganjar Pranowo berhasil membawa perubahan positif bagi Jawa Tengah dan mengantongi
banyak prestasi sebagai gubernur sehingga cocok untuk dijadikan sebagai sosok inspiratif. Apa
yang dilakukan Ganjar Pranowo tak jarang menjadi sorotan media. Seperti saat berani menegur
lansung petugas Dishub yang melakukan pungli .
Dari alasan yang telah dipaparkan maka peneliti tertarik untuk meneliti " Analisis produksi
talkshow hitam putih episode Ganjar Pranowo".
BAB II
A. Profil Trans7
1. Sejarah dan Perkembangan Trans7 Stasiun TV TRANS7 semula bernama TV7 (di bawah
naungan Kelompok Kompas Gramedia KKG). Pada tanggal 22 Maret 2000 keberadaan TV7
telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi
Tujuh dan berdiri dengan ijin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat
dengan Nomor 809/BH.09.05/11/2000. Sejalan dengan perkembangan di dunia pertelevisian di
Indonesia dan semakin ketatnyapersaingan di bidang tersebut, maka pada tanggal 4 Agustus
2006, KKG menjalinhubungan kerjasama (strategic partnership) dengan CT Corp. Pada proses
selanjutnya, untuk lebih mendekatkan diri dengan pemirsa, maka pada tanggal 15 Desember
2006 TV7 melakukan relaunch dengan berganti logo dannama menjadi TRANS7. TRANS7
bersama dengan TRANS TV, Detikcom, TransVision dan CNN Indonesia, TRANS7 berada
dalam group media TRANSMEDIA dengan program-program in-house productions yang
bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.
1) Visi
2) Misi
Guna mengedukasi dan menjadi wadah ide dan aspirasi meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dengan cara sebagai berikut:
a) Berorientasi kepada kepuasan pemirsa melalui penyajian programacara yang berkualitas baik
dibidang hiburan, berita atau informasimaupun program-program lainnya.
b) Membangun dan mengembangkan kekuatan melalui ketegasan,karakter yang kuat,
kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi.
3) Tujuan
b) Memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan menayangkan program berkualitas dan
mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat diterima stakeholders.
http://www.trans7.co.id/?v=artikel&id=3diakses pada Senin, 16 Maret 2020 jam 21:36 WIB
Hitam Putih merupakan Talkshow dengan format mind reading, yang sudah tayang sejak oktober
2010. Ditayangkan setiap Senin - Jumat jam 19.00 WIB yang merupakan Prime time. Pogram
Hitam Putih denganaksi-aksi menarik khas Deddy Corbuzier, diselipkan di setiap segmen
talkshow ini. Kejahilan, kemahiran & ketajaman Host dalam mengatur permainan pikiranakan
mengundang gelak tawa. Program ini sendiri memuat content pembahasanyang beraneka ragam,
baik dari kalangan , profesi, hal unik, realitas kehidupan,celebrity, bahkan sensasi, yang terdapat
dan dibahas pada program ini, merupakan Variety Show yang menayangkan materi acara yang
edukatif, inspiratif dan menghibur. Durasi program ini sekitar 60 menit, dengan 4 segmen
masing-masing berdurasi sekitar 10-17 menit, Diawali dengan tema apa yang akan dibahas dan
selanjutnya perkenalan tokoh disetiap segmen yang diawali dengan 'gimmick" berupa video
ulasan, adegan yang dramatis yang memancing suasana hati penonton dari pembahasan tersebut
yang disusun secara rapih pada setiap segmen lalu narasumber bercerita tentang latar belakang
dirinya mulai dari awal karirnya sampai hobi dan kebiasaan bahkan kisah mengharukan dan
menggelitik juga dipaparkan disetiap segmen, disinilah point dimana acara Talkshow benar-
benar sangat menarik Dalam jangka waktu enam bulan, tak disangka program talkshow ini
terbilang sukses. Perkembangannya cukup pesat dan ratingnya pun dapat dipastikan tinggi. Bisa
dikatakan bahwa program ini berhasil merebut hati masyarakat. Pada awalnya, bintang tamu
yang hadir adalah bintang tamu yang biasa saja. Dalam artian bintang tamu tersebut punya peran
besar (bahkan legendaris) di dunia hiburan, akan tetapi mereka luput dari agenda setting media
yang terjadi belakangan. Itu artinya Hitam Putih kurang mengikuti aktualitas pemberitaan. Kini
Hitam Putih mulai berani berbeda. la berani mengikuti agenda setting media.
BAB III
Landasan Teori
Teori yang digunakan adalah teori relevansi. Teori relevansi merupakan sebuah teori dalam kajian
pragmatik yang mengharuskan adanya kesesuaian antara pertanyaan dan jawaban dalam sebuah
komunikasi. Penutur dan mitra tutur hendaknya memahami dan menginterpretasi sebuah tuturan
dengan pemahaman dan interpretasi yang sama. Berdasarkan prinsip kerjasama Grice (Kushartanti dkk:
2005), antara penutur dan mitra tutur hendaknya mematuhi prinsip kerjasama dengan baik dalam
berkomunikasi. Adapun Prinsip Kerjasama yang dimaksud terdiri dari empat maksim yaitu maksim
kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara.
Kesalah pahaman dan ambiguitas dalam sebuah tuturan terjadi bilamana partisipan komunikasi
melakukan pelanggaran terhadap salah satu maksim. Misalnya percakapan yang terjadi antara dua anak
kos. A baru datang jalan-jalan kemudian temannya yaitu B menanyakan “Eh baru pulang, kemana aja?’,
lalu A menjawab “Apa kabar bahagianya sih?”. Jawaban A menurut Prinsip Kerjasama Grice melanggar
maksim relevansi. Seharusnya A menjawab pertanyaan B dengan relevan yaitu menjelaskan tempat apa
saja yang telah dikunjungi. Kemudian baru menanyakan mengenai kabar bahagia yang mungkin A baca
dari status BBM-nya B.
Kadangkala dalam sebuah percakapan terdapat pelanggaran maksim relevansi akan tetapi maksud dan
tujuan dari percakapan dapat dicapai. Atas dasar permasalah itu, penulis ini mengangkat sebuah Analisis
siaran untuk program talkshow ini dengan teori relevansi.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun langkahlangkah yang dilakukan
yaitu, pertama adalah pencarian data penelitian berupa rekaman video yang berasal dari salah
satu acara televisi Trans 7 'Hitam Putih’. Kedua adalah melakukan penyimakan dan transkrip
data. Ketiga melakukan analisis data dengan mengklasifikasi tuturan-tuturan menggunakan
analisis Teori Relevansi Daniel Sperber dan Deirdre Wilson (1995).
Pembahasan
Hasil kutipan percakapan dalam talkshow ‘Hitam Putih’ Episode Ganjar 12 Februari 2012.
Kutipan 1
Toko : Host (Deddy Corbuzier), Ganjar Pranowo, Penonton
Konteks : Host dan Ganjar membahas tentang isu ganjar suka marah marah-marah saat
melakukan sidak di lapangan sebagai gubernur.
Percakapan :
Anda yang ada dirumah yang di studio, adik adik apa kabar selamat malam? “
Penonton:” Baik”
Host: “Ini anak tepelajar dari muda harus belajar ilmu politik. Ngerti ya”
Penonton: “Ya”
Host: “karena saya lagi mencalonkan presiden tahun 2018 didukung ya? “
Penonton: “Ya”
Host: “Kalo saya jadi presiden yang pasti adalah saya akan menghilangkan orang orang yang
tidak penting di muka bumi.”
Ada video cuplikan, saya gak tau ini walikota apa gubernur, apa si?
Penonton: “gubernur”
“Menurut saya sih aneh gubernur ini. Mau saya sidak gubernurnya karna nanti kalo saya jadi
presiden mau saya singkirkan. Sata melihat caranya kok agak lebay. Marah tapi kok bahasa jawa.
Kan lembut. Marah itu pake bahasa batak ambon kan serem gitu ya.”
“Oh iya saya gak bisa sendiri bawa beritanya , ini saya ada asspre baru aja melamar kerja. Mana
asspre saya ya?”
(Ganjar masuk)
Host: “Oh yayaya ... saya dengar kayaknya ada walikota apa gubenur suka marah- marah. Udah
tua padahal.”
(Video tayangan)
Ganjar:” Tapi kalo saya cari informasinya sebenernya dia mau ketok kepalanya tapi gak
berani jadi ketok tembok aja karena mulusnya sama. Mau ketok kepala bos kan gak enak.
Hahaha “
Host: “Tapi itu tadi jalanan rusak gak punya kerjaan gitu lihat jalan satu satu.”
Ganjar: “Kayaknya antara dia itu gak punya kerjaan atau barangkali pergi habis dimarahin
isterinya. Kelihatan dia itu orang yang takut sama isteri terus di lampiaskan ke orang lain gitu.”
Hahaha
Host: “Eeeeeh ... Boleh cariin isteri buat saya kalo gitu?”
Host: “Anda kok berani ngatain saya kan Anda baru bekerja disini”
Ganjar: “Soalnya emang tadi sama bos besar suruh pertanyaan atau perintah yang gak mutu gitu
dilawan aja.”
Host: “Kamu kalo jadi asspre terus bosnya marah marah suka emang? “
Host:” Saya mau tanya lagi Anda saya mau ngundang orang itu,saya mau nanya apasih maunya
orang itu. Anda kenal?”
Host: “Dicatet ya “
Ganjar: “Catet pak”
Host: “Catet habis ini panggil, saya mau ketemu ya. Makasih ya
(Ganjar Keluar)
Kutipan 2.
Konteks : Host dan Ganjar membahas tentang masa kecil Ganjar Pranowo yang dididik disiplin
oleh orang tuanya.
Ganjar Pranowo : ayah polisi, dari kecil sudah di siplin dengan cara kerja setiap hari, menyapu
halaman. Dibagi tiga orang anak mengerjakan yang depan, dua anak menyapu lantai dan ngepel,
yang satunya cuci piring dan itu bergiliran setiap hari, ini semua dilakukan dan dikerjakan
bersama sebelum berangkat sekolah, dipagi hari dan itu harus tepat waktu.
Ganjar : tidak ada, tapi setelah dewasa merasa itulah cara kita ditempa. Karena kita hidup bukan
dengan kecukupan, tapi lebih kekurangan.
Host : apa yang membuat anak yang lahir dari tidak kecukupan jadi seorang gubernur?
Rahasianya apa?
Ganjar : kalo bahasa Jawanya nerimo. Menerima kondisi pada saat itu. Dan setelah
terbiasa disiplin dari kecil jadi mandiri, disaat SMA mulai kos ilmu itu sangat bermanfaat,
semuanya jadi sudah terbiasa sendiri. Jabatan itu jangan mengubah relasi, hubungan,
perilaku, yang sudah dibangun dengan orang sekitar apalagi teman.
Analisis
Tuturan Ganjar beberapa yang kami kutip melanggar maksim cara, seharusnya Ganjar
memberikan tuturan yang lugas dan tidak berlebihan, cukup dengan pertanyaan ‘Ah kata siapa?’.
Ujaran Ganjar yang berlebihan dimaksudkan untuk menonjolkan unsur tegas tetapi tidak marah-
marah seperti yang ditanyakan oleh host dan cenderung menjaga citra dirinya sehingga
inkoherensi (katanya katinyu) dimanfaatkan untuk mengundang kepercayaan penonton.
Walaupun demikian, ujaran ganjar dapat dimengerti dan membuat Host dan penonton percaya.
Jadi, teori Relevansi Daniel Sperber dan Deirdre Wilson dapat diterapkan
dalam konteks ujaran Ganjar. Sebab, terdapat kesadaran antara pertisipan Hitam Putih. Mereka
menggunakan efek kontekstual dengan menghubungkan dengan keadaan yang ada dengan
pertanyaan dan video yang disajikan. Selain itu, penonton juga melakukan kegiatan usaha
pemrosesan (processing effort) dalam memahami kata ‘itu siapa, marah-marah terus sampe
rambutnya putih’, mereka menguraikan informasi linguistik dan menghubungkan dengan
pertanyaan yaitu memahami tuturan ganjar sebagai tuturan yang bertujuan untuk menjaga citra
ganjar
Kesimpulan
Teori relevansi oleh Sperber dan Wilson tidak membedakan adanya ujaran yang tidak relevan
atau ujaran yang relevan. Untuk membedakan relevansi suatu ujaran merupakan hal yang sulit
dan tidak ada tolak ukur yang pasti. Teori ini membedakan ujaran berdasarkan pada tingkat
relevansi. Tingkat relevansi ditentutkan oleh dua faktor yaitu efek kontekstual dan usaha
memproses. Terdapat usaha memproses informasi baru dengan informasi lama yang didapatkan
oleh partisipan yang kemudian informasi tersebut disesuaikan denga konteks percakapan.
Merupakan hal yang wajar apabila satu pertanyaan atau tuturan memungkinkan beberapa
jawanban dan tanggapan yang masing-masing dapat berterima dan bermakna. Makin sedikit
usaha yang diperlukan untuk memproses informasi baru, makin besar tingkat relevansinya, dan
makin banyaklah efek kontektualnya. Tuturan yang terdapat dalam percakapan di Hitam Putih
pada edisi Ganjar Pranowo berdasarkan prinsip kerjasama Grice melanggar beberapa maksim
akan tetapi berdasarkan teori relevansi tuturan-tuturan tersebut relevan. Terjadi kesamaan
lingkungan kognisi yang menyebabkan proses percakapan dapat berjalan lancar. Relevansi juga
terlihat dari respon penonton yang memberikan tawa dan tepuk tangan. Semua partisipan dalam
talkshow tersebut melakukan proses kognisi untuk menyamakan pemahaman sehingga setiap
percakapan menjadi bermakna..
Daftar Pustaka
Nasanius, Yassir. (2007). Pelbba 18 Pertemuan Linguistik Pusat Kajian Bahasa dan
BudayaAtma Jaya: Kedelapan Belas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sperber, Dan., & Wilson, Deirdre. (1995). Relevance Communication and Cognition.