Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PROGRAM ACARA TALK SHOW

( Program Acara Ini Talk Show di Net Tv )

Suryadi
Email: suryadisoekao@gmail.com

I. Abstrak
Televisi merupakan media massa yang saat ini banyak digunakan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan. Oleh karna itu Artikel ini membahas dan
mengganalisis program acara talkshow menggunakan analisis framing, dalam teori tersebut
menjelaskan bagaimana sebuah media membingkai isu-isu menjadi sebuah berita yang di
konstruksikan bukan sesuai dengan kehidupan sosial atau realita, tetapi dari pembingkaian
tersebut media dapat mempengaruhi khalayaknya. Dan mendeskripsikan program acara Ini
Talk Show di Net TV bagaimana mereka membingkai pemberitaan atau isu-isu yang di
sampaikan oleh para bintang tamu ( aktor, artis, dan narasumber) dan menyampaikan isu-isu
tersebut kepada publik. Dalam teknik analisis artikel ini, kami menerapkan teori framing
oleh, Robert M, Entman dan Pan Kosicki, dalam teori mereka bahwa framing adalah
pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi. Dalam acara
talkshow ini kami mencoba melihat bagaimana pembingkaian isu-isu yang di sampaikan oleh
bintang tamu dapat di konstruksikan menjadi tampak lebih realitas dan nyata di kehidupan
masyarakat.
Kata Kunci: Talk Show, Analisis Framing, Ini Talk Show di Net Tv
II. Pengenalan
Di era globalisasi ini, peran dan fungsi media massa sangat menjamur di masyarakat
dunia. Menurut Kuswandi Seiring dengan perkembangannya, televisi bukanlah lagi
merupakan kebutuhan tersier bagi masyarakat melainkan sebagai kebutuhan yang harus
dipenuhi setiap hari. Setidaknya sekitar dua jam per hari, setiap orang menyempatkan
waktunya untuk menonton acara televisi. Kebutuhan khalayak akan hiburan yang simpel dan
murah bisa diperoleh hanya dengan menonton televisi. Dengan berbagai alasan tersebut
televisi memang sangat cocok dijadikan 2 tujuan utama bagi setiap orang dalam memenuhi
kebutuhannya akan informasi. (Kuswandi;2008:99).
Seiring dengan semakin pesatnya persaingan diantara statiun televisi, tentunya
membuat mereka harus lebih kreatif dan meningkatkan programprogram yang akan
ditayangkan dari masing-masing statiun televisi tersebut sesuai dengan target audience
mereka. Perkembangan televisi (TV) di Indonesia selama 10 tahun terakhir sampai 2005,
mengalami peningkatan yang signifikan. Terutama adanya penambahan secara bertahap
stasiun TV baru yang kini mencapai sekitar 86 stasiun tersebar di lebih 50 kota besar dan di
hampir semua provinsi di indonesia.
Seiring dengan perkembangan pertelevisian di Indonesia maka program-program
acara yang ada di Indonesia semakin bertambah banyak.Di dalam analisis artikel ini kami
akan membahas program acara talkshow. Kami mengambil salah satu program acara
talkshow yang ada di Net Tv, yaitu Ini Talk Show. Ini Talk Show adalah program talk show
yang dikemas dengan suasana santai, membahas isu-isu hangat yang ada di masyarakat
dengan cara sederhana. Di program ini juga akan memperlihatkan suasana rumah dan
karakter-karakter yang ada di rumah tersebut. Dengan peran Sule sebagai Host, Andre
Taulany sebagai Consultant-Host, didukung oleh Yurike sebagai Mama Sule, Sas Widjanarko
sebagai Om Sule, Maya Septha sebagai Asisten Rumah Tangga, dan Haji Bolot sebagai Pak
RT.
III. Framing Theory
Frame menurut Robert M, Entman (dalam Eriyanto, 2002: 64) adalah pemilihan
(selection) dan penonjolan hal yang penting (salience). Proses framing merupakan proses
seleksi dari berbagai realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol
dibanding yang lain. Entman juga menyertakan penempatan-penempatan informasi-informasi
dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi
yang lain. Frame menurut Gamson dan Modigliani (dalam Sobur, 2001 ; 162 ) merupakan
cara pandang sebagai kemasan yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan
diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide – ide yang
terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peritiwa – peritiwa yang
berkaitan dengan obyek suatu wacana.
Framing oleh Pan Kosicki (2001 ; 38) diartikan sebagai proses untuk memaknai secara
kognitif dan memberikan artikulasi sebuah kenyataan. Framing dianggap sebagai alat yang
digunakan untuk melakukan encoding, mentafsirkan, serta memunculkan informasi yang
dapat dikomunikasikan dan dihubungkan dengan kebiasaan dan konvensi pekerjaan
jurnalistik. Framing merupakan sebuah skema intepretasi. Oleh karena itu framing dapat
dikaji sebagai suatu strategi untuk mengkonstruksi dan memproses wacana berita atau
sebagai karakteristik wacana itu sendiri. Meskipun para ahli berbeda dalam mengartikan
framing, tetapi kita dapat menarik benang merah diantaranya untuk dijadikan sebagai pisau
analisis. Yaitu hampir semua sepakat bahwa framing adalah pendekatan untuk melihat
bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi.
Muara akhirnya adalah ada beberapa bagian yang ditonjolkan dan beberapa bagian lain
yang disembunyikan. Akibatnya khalayak akan mengingat hal-hal tertentu yang ditampilkan
dan mengesampingkan hal yang tidak muncul. Agar tidak tercerabut dari konteks dan nuansa
sosial budayanya, setiap studi terhadap media massa perlu mempertimbangkan konteks sosial
dan sejarah yang melatarbelakanginya. Salah satu pendekatan yang bisa menjadi alternatif
untuk melihat realitas lain di balik wacana media adalah analisis framing. Sebagai suatu
metode analisis teks, analisis framing banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan
psikologi.
Dari sosiologi terutama sumbangan dari Peter Berger dan Erving Goffman, sedangkan
teori psikologi terutama yang berhubungan dengan skema dan kognisi. Untuk memperkaya
intepretasi kita dapat memanfaatkan teori-teori kritis dan hermeunetik, misalnya dari Juergen
Habermas, Teun Van Dijk, Umberto Eco, Paul Ricoreur, Louis Althusser. Bahkan teori-teori
pasca modernis dari Michael Foucalt, Pierre Bourdieau, dan Jacques Derrida (Beilharz, 2003:
127). Dengan framing, media massa akan mengarakan audiensnya untuk memaknai realitas
yang ada menurut kehendaknya. Ada hal – hal yang ingin ditonjolkan dalam rangka
membangun citra dan membentuk persepsi khalayak tentang sebuah isu.

Kemudian di sisi lain, ada hal yang direduksi atau bahkan tidak ditampilkan sama sekali
agar khalayak hanya melihat sisi – sisi yang ditonjolkan oleh media. Ketika media
menyajikan berita kepada pembacanya ada bantuan “alat” yang digunakan untuk membangun
citra. Alat itu berupa data, kutipan narasumber, foto, grafik, maupun narasi yang
dimunculkan sesuai kepentingan pembuatnya.
VI. Kesimpulan
Dari hasil analisis artikel ini mengenai pembingkaian acara talkshow Ini Talk Show
stasiun televisi Net Tv dapat ditarik kesimpulan, bahwa mereka membingkai pemberitaan
atau isu-isu yang di sampaikan oleh para bintang tamu ( aktor, artis, dan narasumber) dan
menyampaikan isu-isu tersebut kepada publik. Acara tersebut selalu menyampaikan isu-isu
yang ringan dan santai seakan semua isu-isu yang di bahas itu memang berdasarkan realitas
kehidupan sosial yang sebenarnya, bukan adanya unsur settingan dari para kru-kru acara
talkshow tersebut.
Acara tersebut menampilkan konsep yang berbeda dengan acara talkshow lainnya, yang
menerapkan unsur comedy di setiap segmentnya tidak selalu mengaggap serius di setiap
pembahasan yang mereka sampaikan, sehingga membuat masyarakat terhibur dan merasa
ceria.
VII. Referensi
Sobur, Alex, 2002 Analisa Teks Media: Suatu Pengatar untuk Analisa Wacana, Analisa
Semiotika dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya
http://www.netmedia.co.id/program/107/Ini-Talkshow di akses: 20/03/2015

Anda mungkin juga menyukai