Anda di halaman 1dari 8

Penyiar : Ujung Tombak Siaran Radio

Jenjen Ahmad Zaeni (1177070044)


Jurusan Teknik Elektro – 5B, Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Informasi, sekarang bagaikan suatu kebutuhan pokok. Informasi sudah sangat


dibutuhkan oleh berbagai kalangan. Di zaman dahulu, orang sudah sering bertukar informasi,
baik itu secara perorangan maupun dalam sebuah forum terbuka. Namun di era sekarang,
informasi dapat didapatkan dengan mudah. Teknologi informasi pun semakin berkembang di
berbagai aspek kehidupan, baik itu sosial, budaya, politik, dan lain sebagainya.

Dari mana asalnya kemudahan


informasi yang kita dapatkan? Media
massa, baik itu media cetak, media
elektronik, maupun media online sangat
berperan penting dalam proses penyebaran
informasi. Masing-masing dari media
tersebut mempunyai karakteristik yang
berbeda satu sama lain, salah satunya
adalah media elektronik.
Gambar 1. Profesi Penyiar
(https://4.bp.blogspot.com/-
Media elektronik ini erat
wbMsrCKHO2k/VknznIoVzII/AAAAAAAAMaY/3SqKO
k3znlo/s1600/penyiar%2Bradio%2Bcewek.jpg)
kaitannya dengan penyiaran. Penyiaran
merupakan proses komunikasi suatu titik
ke audien, yaitu suatu proses pengiriman informasi atau isi pesan dari seseorang atau
produser (profesi) kepada masyarakat melalui proses pemancaran gelombang
elektromagnetik atau gelombang yang lebih tinggi. Proses ini dapat berupa siaran radio
ataupun televisi. [1]

Rekam Jejak Siaran Radio

Radio merupakan salah satu media massa elektronik tertua dan menjadi bagian
penting dari perjalanan sejarah perkembangan teknologi komunikasi dan sejarah
perkembangan alat komunikasi. Karakteristik media massa serta karakteristik media
penyiaran yang melekat pada radio membuatnya menjadi salah satu media komunikasi

1
pilihan dalam membantu penyampaian pesan-pesan dengan cepat dan serentak semenjak awal
[2]
kemunculannya. Tak ayal, di awal masa perkembangannya, stasiun radio dapat
berkembang secara signifikan, terutama di Indonesia.

Semenjak masa kolonialisme Belanda, stasiun radio telah ada dan beroperasi. Tercatat
stasiun radio pertama yang beroperasi adalah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia
(sekarang Jakarta). Stasiun tersebut berdiri pada tahun 1925. Adapun stasiun radio pertama
yang dimiliki dan dikelola oleh orang Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging (SRV)
yang diprakarsai oleh Mangkunegoro VII pada tahun 1933. Selain itu, terdapat banyak
stasiun radio swasta lainnya, di antaranya adalah NIROM di Jakarta, MAVRO di Jogja,
VORO di Bandung, CIRVO di Surabaya, dll. [3]

Setelah itu, didirikanlah Radio Republik Indonesia (RRI) pada tahun 1945 oleh para
tokoh perjuangan yang juga aktif mengembangkan stasiun radio pada zaman penjajahan
[3]
Jepang. Abdulrahman Saleh adalah ketua umum RRI yang pertama saat itu. RRI pun masih
bertahan hingga saat ini sebagai salah satu kantor berita utama Indonesia.

Peran Sang Penyiar

Berbicara mengenai stasiun radio, perkembangannya tidak terlepas dari profesi


penyiar. Penyiarlah yang menjembatani stasiun radio kepada pendengar sehingga informasi
yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Selain itu, terdapat semacam hubungan
emosional antara penyiar radio dengan pendengar. Hal ini dapat dirasakan ketika para
pendengar saling berkomunikasi dengan sang penyiar. Oleh karena itu, siaran radio masih
diminati oleh masyarakat hingga sekarang.

Melekatnya penyiar di hati masyarakat tak lepas dari karakteristik dan etika yang
dimiliki oleh seorang penyiar. Tidak mudah menjadi seorang penyiar yang berkarakter.
Diperlukan suatu potensi dan kemampuan dasar yang mesti dimiliki untuk menjadi penyiar
agar dapat membekas di telinga masyarakat. Garis besar kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang penyiar meliputi announcing skill, operating skill, dan writing skill. [4]

 Kemampuan announcing atau berbicara adalah hal wajib dimiliki oleh seorang penyiar
radio. Bukan hanya mampu berbicara, tetapi mengolah kemampuan berbicaranya dengan
mencari sisi menarik dari nilai-nilai announcing itu sendiri. Untuk berbicara di depan
microphone, seorang penyiar harus memerhatikan dan mempelajari teknik berbicara yang
benar. Teknik tersebut meliputi pengucapan yang jelas, peduli tanda baca, tekanan,

2
akurasi, dan passin (pemenggalan kata), memerhatikan timing (jeda perkata), mengatur
volume, serta menentukan rate (banyak kata yang diungkap per menit).
 Kemampuan operating adalah kemampuan seorang penyiar dalam mengoperasikan
perangkat siar, Perangkat siar meliputi mixer siaran, komputer untuk memutar iklan
maupun lagu juga cue programs. Jadi, seorang penyiar harus bisa mengoperasikan mixer,
menaikkan potensio mic, potensio lagu, potensio iklan, dan lain-lain.
 Kemampuan writing atau menulis untuk radio dengan media cetak sangat berbeda. Hal ini
sangat penting dikuasai oleh seorang penyiar lebih-lebih untuk penyiar pemula yang akan
menjadi guidance untuk comment-commentnya supaya bisa melakukan berbicara secara
spontan dengan baik. Menulis di penyiaran radio harus mengoptirnaikan kata maupun
kalimat agar pendengar dapat mengerti apa yang dikomunikasikan oleh seorang penyiar.
Perlu diingat bahwa pendengar hanya menggunakan indera dengar tanpa bisa melihat
mimik muka pembicara. [4]

Selain kemampuan-kemampuan dasar tersebut, terdapat beberapa karakteristik lain


yang mesti dimiliki oleh seorang penyiar, yakni sikap (attitude), pengendalian emosi,
kepercayaan diri, kemampuan mendengar yang baik, dan vitalitas (tampil prima, dinamis dan
bersemangat). [5]

Agar proses penyiaran radio berjalan dengan semestinya, diperlukan suatu kode etik
dan rambu-rambu yang mesti dipatuhi oleh segenap penyiar. Kode etik siaran radio wajib
diperhatikan dan dilaksanakan oleh segenap kru stasiun radio, termasuk dalam proses
produksi program siaran. Rambu-rambu siaran ini tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran, Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
[6]
Lembaga Penyiaran Swasta, dan Standar Program Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Adapun kode etik siaran radio tercantum pada Pedoman Perilaku Penyairan (P3) dan Standar
Program Siaran (SPS) yang ditetapkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). [7]

Beberapa poin kode etik siaran radio yang tercantum dalam P3 dan SPS adalah sbb.

 Wajib menghormati perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan yang mencakup
keberagaman budaya, usia, gender, dan/atau kehidupan sosial ekonomi serta tidak boleh
menyajikan program yang merendahkan, mempertentangkan, dan/atau melecehkan hal-hal
tersebut.
 Wajib mempertimbangkan kemungkinan munculnya ketidaknyamanan khalayak atas suatu
program yang diproduksi oleh stasiun radio.

3
 Wajib menghormati nilai dan norma kesopanan dan kesusilaan yang berlaku di masyarakat
dan memperhatikan etika profesi yang dimiliki oleh profesi tertentu yang ditampilkan
dalam isi siaran agar tidak merugikan dan menimbulkan dampak negatif di masyarakat.
 Wajib menyiarkan program siaran layanan publik, memperhatikan kemanfaatan dan
perlindungan untuk kepentingan publik, dan menjaga independensi dan netralitas isi
siaran dalam setiap program siaran.
 Wajib memperhatikan kepentingan anak dan memberikan perlindungan seta
pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran sesuai dengan waktu yang
tepat.
 Wajib menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik, antara lain akurat, berimbang, adil,
tidak beritikad buruk, tidak menghasut dan menyesatkan, tidak mempertentangkan SARA,
tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, serta tidak membuat berita bohong,
cabul dan fitnah.

Dengan mempunyai kemampuan dasar yang baik dan berpegang pada kode etik
dengan sebaik-baiknya, penyiar radio akan semakin mendapatkan tempat di hati masyarakat
serta siaran radio pun akan semakin berkembang dan diminati masyarakat, tentunya dengan
tetap menjaga kinerja serta kualitas siaran radio itu sendiri.

Tantangan Zaman

Perkembangan teknologi dewasa ini berbeda dengan zaman dahulu. Jika di zaman
dahulu, untuk mengembangkan suatu teknologi diperlukan waktu hingga berpuluh-puluh
tahun, di zaman sekarang, teknologi berkembang dengan sekejap mata. Roda waktu yang
menggelinding cepat ditandai perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi
menghadirkan sejumlah perubahan. Hal itu mengubah kebiasaan masyarakat dalam
mendengarkan siaran radio, terutama mengakses dan mengonsumsi lagu.

Jika dahulu masyarakat mendengarkan berita melalui radio, bahkan seringkali request
lagu kepada penyiar, sekarang masyarakat cukup mengetik judul lagu favorit di kolom
pencarian YouTube, atau melalui layanan streaming lagu seperti Spotify, Joox, dan
sebagainya. Semua itu memungkinkan berkat kehadiran internet, berbagai perangkat lunak
multiplatform, dan smartphone yang menghiasi kehidupan manusia sehari-hari. Radio saat ini
berada dalam pusaran angin perubahan tersebut sehingga mau tidak mau harus beradaptasi
mengikuti tuntutan zaman. [8]

4
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2015 dari Badan Pusat Statistik
(BPS), televisi masih menjadi rutinitas sehari-hari masyarakat Indonesia. Sekitar empat dari
lima penduduk Indonesia yang berumur 10 tahun ke atas, baik laki-laki maupun perempuan,
menikmati tayangan televisi hampir setiap hari. Sedangkan persentase penduduk yang
mengakses radio dan surat kabar/majalah terus mengalami penurunan dalam periode tahun
2009-2015.

Akses mendengarkan radio yang dimaksudkan apabila seseorang mengarahkan


pendengarannya pada materi yang disiarkan radio, lalu meluangkan waktu untuk
mendengarkan siaran radio, sehingga ia dapat mengikuti, mengerti, atau menikmatinya. Pada
tahun 2009, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang mendengarkan radio sebesar
23,50 persen. Tiga tahun berselang turun menjadi 18,55 persen. Pada 2015, angka itu
semakin menyusut menjadi 7,54 persen.

Grafik 1. Persentase Penduduk Indonesia yang Mendengarkan Radio


(http://www.beritagar.id/artikel-amp/laporan-khas/gema-radio-di-tengah-
perubahan-zaman)

5
Penurunan minat masyarakat dalam mendengarkan radio membuat insan radio harus
bekerja ekstra keras dan lebih kreatif dalam merancang program menarik. Mengenali
karakteristik pendengar kemudian memenuhi kebutuhan mereka dengan aneka konten
memikat adalah salah satu cara tetap bertahan di industri radio. Pasalnya, jika sebuah radio
mampu memikat banyak pendengar, napas untuk bertahan di industri ini akan semakin
panjang.

Jalan Keluar

Semakin banyaknya media yang bersaing dengan siaran radio tentunya dapat
memperkecil peluang siaran radio untuk berkembang. Namun, hal tersebut bukanlah akhir
dari segalanya. Persaingan ini menuntut siaran radio agar semakin inovatif dan kreatif dalam
menyuguhkan program yang disiarkan.

Sekali lagi, peran insan radio atau penyiar sangat vital di sini. Media streaming lain
mungkin mempunyai fleksibilitas dalam mengaksesnya. Namun dengan tidak adanya
penyiar, hal ini menjadi nilai minus. Komunikasi yang terjalin antara penyiar dan pendengar
radio adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, dan membuat radio masih eksis hingga
sekarang. Salah satu cara agar siaran radio dapat bersaing di era modern ini adalah
meningkatkan kualitas penyiarnya. Dengan penyiar yang inovatif dan kreatif berlandaskan
dengan etika penyiaran yang baik, akan membuat masyarakat semakin tertarik. Ditambah lagi
dengan banyaknya jurusan penyiaran di universitas-universitas, profesi penyiar seakan terus
berlipat ganda.

Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan kampanye yang
menunjukkan pentingnya siaran radio seraya mempromosikan eksistensi radio itu sendiri
kepada masyarakat. Pada hari Senin, 11 Desember 2017 seluruh radio di Jakarta yang
tergabung dalam organisasi PRSSNI DKI Jakarta melakukan kampanye #radioguemati
dengan mematikan radio secara serempak selama 15 Menit pada pukul 07.45-08.00 WIB.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah radio di Indonesia bahwa seluruh radio di
Jakarta melakukan sebuah hal yang sangat masif. Kampanye serempak ini bertujuan untuk
memberikan gambaran bahwa sangat efektifnya media radio dalam persaingan media saat ini.
Saat pukul 07.45 seluruh radio yang berpartisipasi mengeluarkan dead air tune yang sama
serempak selama 15 menit. Gerakan ini langsung membuat social media langsung ramai
dengan tagar #radioguemati dan langsung membuat kampanye ini trending topic Indonesia
dengan cepat.[9] Hal ini mengingatkan kepada masyarakat tentang betapa pentingnya radio di

6
tengah arus digitalisasi sekarang. Sudah selayaknya masyarakat mendukung eksistensi siaran
radio agar tidak termakan oleh arus digitalisasi.

7
REFERENSI

[1] Utami, Thesa. 2016. Dasar-Dasar Penyiaran. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
[2] https://pakarkomunikasi.com/sejarah-radio-di-indonesia
[3] https://sejarahlengkap.com/teknologi/sejarah-radio
[4] https://sarifudin.com/penyiaran/index.php/2016-06-18-02-10-27/kata-konsep-media/40-
tiga-keahlian-penyiar-radio
[5] https://purbakuncara.com/modal-untuk-menjadi-penyiar-radio-profesional/
[6] https://romeltea.com/kode-etik-siaran-radio/
[7] Komisi Penyiaran Indonesia. 2012. Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar
Program Siaran (SPS). Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia.
[8] https://beritagar.id/artikel/laporan-khas/gema-radio-di-tengah-perubahan-zaman
[9] http://www.instereo.co/membuktikan-media-radio-masih-menjadi-media-yang-kuat-
radio-jakarta-mati-serempak-selama-15-menit/

Anda mungkin juga menyukai