Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM ETIKA DALAM ISLAM

PANDANGAN ISLAM DALAM KESEJAHTRAAN SOSIAL BERDASARKAN AL-QURAN

DI SUSUN OLEH

RIZQULLAH AL-BAIQI HASAN


022040029

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan berkat rahmat dan karunia Allah Swt, saya dapat merampungkan
makalah al-Quran ini, dalam rangka memenuhi tugas ilhu hukum di mata kuliah etika islam .
Makalah ini disusun dengan semangat untuk menunjukkan bahwa Islam yang Al-Quran
adalah kitab sucinya merupakan agama yang paripurna. Melalui makalah ini saya ingin
menyampaikan konsep kesejahteraan sosial dalam Islam yang berdasarkan Al-Quran.

Terima kasih saya ucapakan kepada dosen pengampu mata kuliah ini yangtelah membantu
saya baik secara moral maupun materi. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan .
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapakan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan kedepannya.

Mataram, 09 Oktober 2023

Rizqullah Al-Baiqi Hasan


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................………………………………………………………………… 2
Daftar Isi............................................................……………………………………………………………........ 3
BAB I (PENDAHULUAN)
Latar Belakang ………………………………………………………….....................................................……… 4
Rumusan Masalah …………………………………………………………..................................................….. 4
Metode Penelitian ………………………………………………………………..................................................4
Sistematikan Penyajian ………………………………………………………...................................................5
BAB II (KAJIAN PUSTAKA)
Surat An-Nisa ayat 9 ……………………………………………………………................................................. 5
Surat Quraisy ayat 3-4 …………………………………………………………................................................ 5
Surat An-Nahl 97… ……………………………………………………………................................................... 5
Surat At-Thalaq .….…………………………………………………………….....................................................5
Surat At-Takasur ….……………………………………………………………................................................... 6
BAB III (PEMBAHASAN)
Pengertian Kesejahteran Sosial ……………………………………………….............................................. 6
Perhatian Islam terhadap Kesejahteraan Sosial..……………………………........................................6
Indikator-Indikator Kesejahteraan Sosial dalam Islam………………………..................................... 7
Peran Allah Swt dalam mewujudkan Kesejahteraan Sosial…………………................................... 8
Janji Allah Swt tentang Kesejahteraan Sosial…..……………………………..........................................9
Larangan Bermegah-Megahan…………………..…………………….........................................……….... 9
BAB IV (PENUTUP)
Kesimpulan… ………………………………………………………………....................................................…. 10
Saran ……………………………………………………………………........................................................……. 10
Daftar Pustaka.........................................................…………………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesejahteraan sosial merupakan cita-cita setiap bangsa, bahkan dijadikan sebagai
tolok ukur keberhasilan suatu peradaban. Tidak ada bangsa yang menafikan kesejahteraan
sosial dari tujuan Negara serta konstitusinya, karena ketika masyarakat sejahtera secara
sosial, sudah dapat dipastikan akan diikuti oleh aspek-aspek lainnya, ekonomi, politik,
supremasi hukum dan lain sebagainya.
Islam merupakan agama yangrahmatan lil alamin,agama universal dan paripurna,
Islam memiliki konsep yang menyeluruh dan utuh dalam memmberikan panduan hidup bagi
penganutnya, begitu juga dalam hal kesejahteraan sosial.
Sejarah mencatat kesuksesan-kesuksesan para nabi, sahabat, tabiin dan ulama-ulama
muslim dalam membangun kesejahteraan bagi masyarakatnya, tentunya mereka selalu
merujuk kepada sumber yang sama, dan teladan yang sama, yaitu al-Quran dan sunnah
Rasulullah Saw. Melalui makalah ini, penulis ingin memaparkan konsep kesejahteraan sosial
dalam Islam berdasarkan al-Quran, karena penulis meyakini konsep yang ditawarkan oleh
Islam melalui al-Quran tidak lekang oleh zaman dan akan selalu relevan dengan
perkembangan zaman. Di sisi lain, kesuksesan pemimpin-pemimpin muslim dalam
menyejahterakan rakyatnya memacu rasa penasaran penulis akan pedoman yang mereka
gunakan secara seragam, yaitu al-Quran.
Oleh karena itu, penulis memandang bahwa makalah dengan judul Konsep
Kesejahteraan Sosial Dalam Islam Berdasarkan Al-Quran penting dan perlu untuk disusun,
sebagai upaya membumikan Al-Quran sebagai pedoman hidup dan Islam sebagai agama
yang paripurna.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis akan membedah beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kesejahteraan sosial?
2. Bagaimana konsep kesejahteraan sosial dalam Islam?
3. Apa saja indikator kesejahteraan dalam Islam?

C. METODE PENELITIAN

Dalam menyusun makalah ini penulis menggunkaan metode penelitian kualittattf


dengan melakukan studi kepustakaan, dan kemudian dianalisis mengggunakan
pendapat penulis.
D. SISTEMATIKA PENGAJIAN
Makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu: pendahuluan, kajian kepustakaaan yang
berisi ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan konsep kesejahteraan sosial dan
akan penulis bahas dalam bab berikutnya, pembahasan dan penutup.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Al-Quran mengandung konsep-konsep kesejahteran sosial, berikut beberapa konsep


atau atau ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial:

A. Surat An-Nisa ayat 9 Tentang Anjuran Untuk Memperhatikan Kesejahteraan Sosial

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka


meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (Kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendakalah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka berbica dengan tutur kata yang benar.

B. Surat Quraisy ayat 3-4Tentang Indikator-Indikator Kesejahteraan Sosial

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), yang telah
memberikan makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari ras takut.

C. Surat An-Nahl ayat 97 Tentang Janji Allah Akan Kesejahteran Suatu Kaum

Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam


keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.

D. Surat At-Takasur ayat 1-2 Tentang Larangan Bermegah-Megahan

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur

E. Surat A-Thalaq ayat 3 Tentang Peran Allah Swt dalam Memberikan Kesejahteraan
Bagi Hamba-Nya
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah
telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESEJAHTRAAN SOSIAL

Menurut pasal 1 undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual
dan sosial warga Negara sehingga mampu mengembangkan diri dan menjalankan
fungsi sosialnya.
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa setidaknya ada aspek yang
harus diperhatikan dan dipenuhi dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, yaitu
aspek material (kebutuhan pokok), aspek spiritual (ketuhanan dan keagamaan), dan
aspek sosial (bermasyarakat).
Sebagian ilmuan sosial barat mengartikan kesejahteraan sosial sebagai
terpenuhinya keinginan, kebebasan dalam berekspresi, terjaminnya hak-hak sebagai
warga Negara, dan lain sebagainya. Namun penelitian-penelitian terbaru
menunjukkan ada paradigm baru dalam mengartikan kesejahteraan sosial, yaitu
dibutuhkanya peran Tuhan atau aspek spiritualitas dalam mewujudkannya. Tidak ada
kesejahteraan tanpa adanya peran dari nilai-nilai religious dan ketuhanan.

B. Perhatian Islam Terhadap Kesejahtraan Sosial

Islam sangat memperhatikan kesejahteraan sosial penganutnya, dan Allah Swt


sebagai Tuhan menganjurkan umat Islam secara langsung di dalam Al-Quran untuk
memperhatikan kesejahteraan sosial. Hal ini memperkuat posisi Islam sebagai the
way of life dan al-Quran sebagai kitab suci sekaligus pedoman manusia dalam
mengarungi kehidupan di dunia serta di hari akhir kelak.

Perhatian Islam terhadap kesejahteran sosial tergambar dalam surat An-Nisa


ayat 9 yang menyeru umat manusia agar takut akan kelemahan (ketidaksejahteraan)
generasi penerus mereka nantinya. Artinya hendaklah manusia memperhatikan
kesejahteraan generasi penerusnya, hendaklah mereka berusaha semaksimal
mungkin untuk mencapai kesejahteraan sosial, dan nantinya mewariskannya kepada
umat generasi berikutnya.

Terjemahan ayat tersebut adalah “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang
yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka
yang mereka khawatir terhadap (Kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendakalah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbica dengan tutur kata
yang benar”.
Di sisi lain dari ayat ini dapat kita pahami, bahwa Allah Swt secara tidak
langsung menyeru kepada hamba-Nya untuk tidak apatis dan egois dalam mencapai
kesejahteraan, jangan hanya mementingkan diri sendiri, namun harus
memperhatikan kesejahteraan orang lain, terutama generasi penerusnya. Hal ini
sesuai dengan konsep persaudaran dalam Islam, bahwa umat Islam dengan umat
Islam lainnya seperti bangun, saling menguatkan satu sama lain. Tentunya tidak
terlepas dari konsep saling tolong menolong dalam kebaikan dan saling memperbaiki
atau mengingatkan kesalahan satu sama lain.

C. Indikator-Indikator Kesejahteraan Sosial dalam IslaM

Dalam surat Quraisy ayat 3-4 Allah Swt terdapat tiga indicator kesejahteraan
dalam Islam, yaitu:

1. Tauhid
2. Pemenuhan Konsumsi
3. Hadirnya Rasa Aman dan Nyaman

Jika para Ilmuan sosial mengartikan kesejahteraan sosial adalah pemenuhan


kebutuhan dan kenyamanan, Islam hadir dengan konsep yang berbeda dengan
adanya tambahan indikator spiritual, yaitu tauhid. Artinya manusia harus percaya
dan meyakini akan Tuhan mereka, Allah Swt dan juga menyembahnya sesuai dengan
apa yang telah disyariatkan Allah Swt dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad
Saw.

Dewasa ini, muncul beragam penelitian tentang aspek-aspek kebahagian manusia,


dimana ditemukan bahwa yang membuat manusia bahagia tidak cukup hanya harta,
kekuasaan, jabatan, kemewahan dan lain sebagainya. Namun sangat sulit untuk
menemukan kebahagiaan manusia tanpa adanya aspek-aspek spiritulitas, dalam
surat Quraisy disebut dengan menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) yaitu
Allah Swt. Oleh karena ini para era ini sering kita temukan gagasan Vreclaim the
religion atau mengklaim kembali agama, atau kembali kepada agama. Jauh sebelum
peneliatian-peneliatian Ilmiah tersebut ada, Allah Swt dan Rasulullah Saw telah
menganjurkan kita bahwa untuk sejahtera tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan
konsumsi dan adanya rasa aman saja, melainkan harus didasari dan ditopang oleh
Tauhid, yaitu aspek spiritualitas kita terhadap Allah Swt. Sesuai dengan Surat Quraisy
ayat 3-4 yang artinya: “
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), yang telah
memberikan makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan
mereka dari rasa takut”

Di sisi lain, ayat ini juga memberikan pemahaman bagi kita bahwa untuk sejahtera
kita harus mampu memenuhi kebutuhan pokok kita, dalam ayat tersebut disebutkan
“memberikan makan” atau pemenuhan kebutuhan konsumsi. Dalam ilmu
ekonomisetidaknya kita dapat memenuhi kebutuhan sandang (pakaian), pangan
(makanan), dan papan (tempat tinggal). Hal ini mengindikasikan bahwa umat Islam
harus merdeka secara ekonomi, kemerdekaan akan ekonomi akan mempermudah
manusia untuk mencapai kesejahteraan sosialnya.
Selain itu, hadirnya rasa aman juga menjadi indikator kesejahteraan sosial
berdasarkan ayat ini, hal ini membuktikan bahwa dalam memabangun kesejahteraan
sosial, harus ada peran dari pemerintah yang berkewajiban dalam menyelenggarakan
Negara, dalam hal ini adalah memberikan rasa aman bagi masyarakatnya. Tidak ada
kesejahteraan sosial dibawah bayang-bayang ketakutan, tidak ada kesejahteraan di
negeri yang dipenuni dengan perang, oleh karena itu dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial, harus ada peran pemerintah dan masyarakat sipil dalam
rangkan menghadirkan rasa aman, nyaman dan tenteram
Rasulullah Saw telah memberikan contoh nyata sebagai pemimpin dalam
menghadirkan rasa amat bagi rakyatnya, hal tersebut tercermin dalam Piagam
Madinah. Walau kala itu masyarakat Madinah sangat majemuk dan beragam secara
suku, ras dan agama namun Rasulullah Saw melalui Piagam Madinah dapat
menghadirkan kenyaman dan kepastian hukum bagi rakyatnya. Tidak hanya bagi
umat Islam tetapi juga kepada kaum Quraisy dan penduduk Madinah lainnya. Salah
satu klausul dari piagam tersebut adalah, tidak ada satu kaum atau orangpun yang
boleh memerangi satu kaum dengan yang lainnya di dalam kota Madinah, dan jika
ada orang yang menyerang Madinah maka seluruh penduduk Madinah akan ikut
memeranginya, memperjuangkan rasa aman bagi mereka. Inilah yang dimaksud
dengan masyarakat yang memiliki peradaban yang baik.

D. Peran Allah Swt dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Sebagaimana salah satu indikator kesejahteraan sosial dalam Islam, yaitu


tauhid, maka tidak bisa dipungkiri bahwa ada peran dari Allah Swt dalam
mewujudkan kesejahteraan bagi umat manusia, manusia berusaha semaksimal
mungkin namun tetaplah Allah Swt yang menentukan hasilnya, termasuk dalam hal
kesejahteraan sosial ini.

Hal ini tercermin dari ayat ketiga dari surat At-Thalaq yaitu:
”Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah
telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”

Jika kecukupan akan konsumsi salah satu faktor dalam kesejahteraan sosial,
maka tidak dapat dipungkiri adanya peran Allah Swt dalam mewujudkannya,
sebagaimana pada ayat diatas, yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Ini membuktikan bahwa ketaqwaan yang merupakan
bagian dari tauhidberperan dalam kesejahteraan sosial, selain itu ayat ini
menyampaikan makna bahwa manusia sebagai hamba Allah Swt tetap dan akan
selalu membutuhkan-Nya. Manusia tidak akan mampu mencapai apapun dalam
hidupnya, terutama kesejahteraan sosial jika menafikan keberadaan Tuhan mereka.

E. Janji Allah Tentang Kesejahteraan


Allah Swt berjanji akan menganugerahkan kesejahteraan bagi hamba-Nya yang
mengerjakan kebajikan, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, sebagaimana
tersurat dalm ayat 97 Surat An-Nahl yang artinya:
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan”.
Hal ini semakin menguatkan pendapat bahwa untuk mencapai paripurnanya
sebuah kebahagiaan atau kesejahteraan, harus ada peran dan kesertaan Allah Swt di
dalamnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kehidupan yang baik itu
mencakup seluruh bentuk ketenangan, bagaimanapun wujudnya. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari “Abdullah bin
‘Umar, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Sungguh beruntung orang yang berserah diri, yang diberi rizki dengan rasa cukup,
dan diberikan perasaan cukup oleh Allah atas apa yang teah Dia berikan kepadanya”.
Jika salah satu indikator utama dalam kesejahteraan adalah ketenangan atau
rasa aman dan tentram, maka sangat jelas jika Allah Swt berperan atas hal tersebut,
dan Dia juga menjanjikan kesejahteraan berupa segala bentuk ketenangan kepada
hambaNya yang mengerjakan kebajikan sebagaimana disebutkan dalam ayat 97 surat
An-Nahl. Selain itu hadits dari Imam Ahmad dari ‘Abdullah bin ‘Umar juga
menegaskan bahwa Allah Swt akan menganugerahi rasa cukup bagi hambaNya yang
berserah diri, rasa cukup atas apa yang dianugerahkan oleh Allah Swt merupakan
cikal bakal dari kesejahteraan sosial atau kebahagiaan.
F. Larangan Bermegah-Megahan

Sebagaimana bahasan di sub sebelumnya bahwa rasa cukuplah yang menjadi


cikal bakal kebahagiaan seseorang, bukan ketamakan akan harta dan tidak juag
kemegahan yang dapat melalaikan. Oleh karena itu, Allah Swt mengingatkan
manusia, bahwa kebahagiaan tidaklah dengan bermegah-megahan, dan Allah Swt
melarang kemegahan yang mengarah kepada kelalailan. Sebagaimana disebutkan
dalam surat At-Takasur ayat 1-2 yang artinya: ” Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur”.

Hal ini mempertegas bahwa rasa cukup atau qana’ah lah yang menjadi sumber
kesejahteraan, bergelimpangan harta, bermewah-mewahan tidak menjamin
kesejahteraan atau kebahagiaan.

BAB IV
PENUTUP

Menurut pasal 1 undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan


sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual
dan sosial warga Negara sehingga mampu mengembangkan diri dan menjalankan
fungsi sosialnya.
Kesejahteraan sosial dalam Islam adalah keseimbangan kehidupan manusia
dengan Allah Swt dan dengan sesama manusia, hablun minallah wa hablun minannas
dimana manusia dapat menjadi khalifah di dunia tanpa melupakan kewajiban untuk
menyembah Allah Swt. Sehingga terwujudlah baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafur.
Berdasarkan surat Quraisy ayat 1-2 dalam Islam terdapat tigas indikator
kesejahteraan sosial, yaitu: Tauhid (Aspek Spiritualitas), pemenuhan kebutuhan
pokok (sandang, pangan, papan), dan keamanan serta ketenteraman (sosial).
DAFTAR PUSTAKA

Bin Abdurrahman Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. 2008. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’I
Jawwad, Muhammad Abdul. 2009. Rahasia Sukses Manajemen Rasulullah. Surakarta: Ziyad
Visi Media.
Haryanto. 2009. Rasulullah Way of Managing People. Jakarta: Penerbit Khalifa
Karim, Adiwarman Azawar. 2008.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Syamsuddin, M. Din. 2001.Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madni. Ciputat:
Penerbit Kalimah
Chapra, Umer. 2011. Masa Depan Ilmu Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press
Antonio, Muhammad Syafi’I. 2009. Bank Syariah.Jakarta: Gema Insani Press
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
Dahlan, HAA. M. Zaka Alfarisi. 2000. Asbabun Nuzul.Bandung: Penerbit Diponegoro
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&

Anda mungkin juga menyukai