Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANCASILA DAN ISLAM


Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pengampu : Romi Faslah,M. Si

Oleh :
Dian Rahmawati (220502110086)
Akuntansi C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November 2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"Pancasila dan Islam”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Malang, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1. Latar Belakang..............................................................................................1
2. Rumusan Masalah........................................................................................1
3. Tujuan Penyusunan......................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengertian Islam dan Pancasila.................................................................3
2.2.1 Pengertian Islam................................................................................3
2.2.2 Pengertian Pancasila..........................................................................3
2.2 Pancasila dalam perspektif Islam..............................................................4
2.2.1 Ketuhanan Yang Maha Esa...............................................................4
2.2.2 Kemanusiaan yang adil dan beradab.................................................5
2.2.3 Persatuan Indonesia...........................................................................6
2.2.4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan Perwakilan....................................................................7
2.2.5 Kedilan Sosial Bagi Seluru Rakyat Indonesia...................................8
2.3 Hubungan antara Islam dan Pancasila......................................................8
2.4 Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan sila-sila Pancasila..............10
2.5 Penerapan Hukum Islam dalam Berbangsa dan Bernegara....................11
BAB III..............................................................................................14
PENUTUPAN....................................................................................14
1. Kesimpulan................................................................................14
2. Saran..........................................................................................15
Daftar Pustaka.....................................................................................16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Islam adalah sebuah agama, sementara itu Pancasila adalah merupakan
filsafat hidup dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, dalam negara
Pancasila, Islam bisa hidup dan berkembang, bahkan sangat diperlukan.
Demikian pula, konsep Pancasila akan menjadi semakin jelas ketika
masyarakatnya menjalankan agamanya masing-masing.
Kondisi bangsa saat ini sungguh sangat memprihatinkan, dirasakan bahwa
kondisi bangsa saat ini mencerminkan belum diimplementasikan dan
diperaktekannya dalam kehidupan sehari-hari secara langsung. Perpolitikan
yang terjadi marak dengan isu-isu sara, budaya, agama, etnis, dan golongan,
hal ini tentunya sangat berbahaya bagi disintegrasi bagi seluruh wilayah
kesatuan Indonesia.
Hal ini tentunya sangat merugikan kedaulatan, ketahanan, dan
kemajemukan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah sepatutnya,
Indonesia yang mayoritas muslim terbesar di dunia, menjadi cermin bagi
Negara-negara lain dalam melakukan aktivitas di segala bidang yang
senantiasa menjungjung tinggi nilai-nilai luhur, budi pekerti yang baik yang
tercermin dalam ajaran agama Islam yang dituntun dalam Al-Qur’an. Nilai
luhur yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an tersebut merupakan bukti
bahwa Islam merupakan agama yang mengajarkan kelembutan sikap, akhlak
karimah, budi luhur, tutur kata dan bahasa, cara berkehidupan di masyarakat,
semua sector kehidupan di kupas dalam Al-qur’an, baik ekonomi, politik, tata
Negara, kepribadian, kepemimpinan, dan lain sebagainya.

2. Rumusan Masalah
1.1. Apa pengertian Islam dan Pancasila?
1.2. Apa persepektif pancasila dalam islam?
1.3. Apa hubungan antara islam dan pancasila ?
1.4. Apa saja ayat al Qur’an yang berhubungan dengan sila-sila
pancasila?

1
1.5. Bagaimana penerapan hukum islam dalam berbangsa dan
bernegara?

3. Tujuan Penyusunan
1.1. Menjelaskan pengertian dari islam dan pancasila
1.2. Menjelaskan pancasila dalam perspektif islam
1.3. Menjelaskan hubungan antara islam dan pancasila
1.4. Menjelaskan apa saja ayat al Qur’an yang berhubungan dengan sila-sila
pancasila
1.5. Menjelaskan perwujudan nilai pancasila dalam bermasyakat dan
bernegara

2
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1Pengertian Islam dan Pancasila
2.2.1 Pengertian Islam
Islam (Arab: al-islām, ‫الم‬DD‫اإلس‬ : "berserah diri kepada Tuhan")
Adalah agama wahyu yang berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai
utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana
pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di
seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di
dunia setelah agama Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", atau
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: ‫هللا‬, Allāh). Pengikut
ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang
yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin
bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan (Majelis Syura Partai
Bulan Bintang, 2008:10). Islam mengajarkan bahwa Allah
menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para Nabi dan Rasul
utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa
Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh
Allah.1

2.2.2 Pengertian Pancasila


Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut
Muhammad Yamin dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki
dua macam arti secara leksikal, yaitu: Panca artinya lima. Syila artinya
batu sendi, alas, dasar. Syiila artinya peraturan tingkah laku yang
baik/senonoh (Subiyanto, dkk, 1985:3).

1
Wahib Syukroni,”Islam dan Pancasila”,Trikkuliah, Januari 21, 2016,
http://trikkuliah.blogspot.com/2016/01/islam-dan-pancasila-mewujudkannilai.html

3
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila
yang memiliki arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur.
Kata Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India.
Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana
dengan melalui samadhi dan setiap golongan mempunyai kewajiban
moral yang berbeda. Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila,
Saptasyiila, Pancasyiila. Pancasyiila menurut Budha merupakan lima
aturan (five moral principle) yang harus ditaati, meliputi larangan
membunuh, mencuri, berzina, berdusta dan larangan minum-minuman
keras (Kaelan & Zubaidi, 2010:9).
Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia telah dipilih
berdasarkan perenungan yang mendalam oleh the founding futhers
bangsa Indonesia. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara yang
dimaksud sesuai dengan bunyi pembukaan pada Undang-Undang
Dasar 1945 Alinea IV.2

2.2Pancasila dalam perspektif Islam


2.2.1 Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada prinsipnya Sila Pertama menegaskan bahwa bangsa
Indonesia dan setiap warga negaranya harus mengakui adanya Tuhan.
Ini merefleksikan bahwa Indonesia pada umumnya merupakan bangsa
religius (religious nation state).
Islam memandang Sila Pertama Pancasila sebagai dasar keimanan
dan ketauhidan. Menurut Islam bahwa dimensi keimanan terletak pada
individu masingmasing. Seseorang tidak diperkenankan melakukan
paksaan untuk mengikuti keyakinan tertentu. Demokrasi keagamaan
dalam Al-Qur’an dinyatakan secara gamblang dengan pernyataan
“tidak ada paksaan dalam agama” (QS. al-Baqarah 2: 256). Ayat ini
mengandung dua sudut pandang hukum: hukum agama
menggarisbawahi tidak boleh ada paksaan sedikitpun untuk bergama;
dan hukum syariat melarang menekan manusia agar mengikuti

2
August Hadiwijono,PENDIDIKAN PANCASILA, EKSISTENSINYA BAGI MAHASISWA, Vol.1(7), Jurnal
Cakrawala Hukum, 2016, 84

4
keimanan tertentu dalam situasi terpaksa. Menurut Zakiyuddin
Baidhawy paksaan menyebabkan manusia bekerja di bawah pengaruh
eksternal, bukan dorongan nurani sehingga pilihannya tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Paksaan juga bertentangan dengan dua hal,
yakni kehendak Si Pembuat Perintah yang Maha Bijaksana dan
Pemelihara orang-orang berakal, yaitu Allah SWT.
Islam juga sepenuhnya mendukung kehidupan demokrasi dalam
bidang keagamaan melalui proteksi atas hak asasi
beragama/berkepercayaan, dan menjamin kebebasan menjalankan
ajaran-ajaran agama atau kepercayaan masingmasing pengikutnya,
yang juga sejalan dengan Dasar Negara Pancasila dan UUD 1945
khususnya pasal 29.38 Pengejawantahan sila pertama dalam pasal-
pasal konstitusi juga mengandung makna bahwa negara harus
menjamin tegaknya toleransi beragama yang berkeadaban. Karena
ketika demokrasi beragama mengalami stagnasi, maka kemerdekaan
menjadi taruhannya.

2.2.2 Kemanusiaan yang adil dan beradab


Keadaban dan keadilan, menurut Islam adalah bagian inti dari
risalah (ajaran). Islam adalah tradisi perdamaian dan harmoni.
Harmoni adalah ta’aluf, yakni keakraban (familiarity), kekariban,
kerukunan dan kemesraan (intimacy), dan saling pengertian
(understanding). Harmoni juga tawafuq, yaitu persetujuan,
permufakatan, perjanjian (agreement), dan kecocokan, kesesuaian,
keselarasan (conformity).
Sila kedua Pancasila juga mengajarkan bagaimana untuk saling
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan memperlakukan
manusia secara adil dan jujur, sehingga akan melahirkan manusia yang
beradab, sopan santun, humanis, baik dalam tindakan maupun ucapan.
Sehingga, berdasarkan sila kemanusiaa yang adil dan beradab,
kebangsaan yang dikembangkan bukanlah kebangsaan yang
menyendiri, buka chauvinisme (mengagungkan kesukuan atau
kedaerahan) melainkan kebangsaan yang berkeluargaan antar bangsa-

5
bangsa. Sehingga konsepsi ini sejalan dengan visi Islam sebagai
agama yang menjunjung tinggi egalitarianisme, yaitu konsep yang
terbuka atas solidaritas dan ketergantungan sosial (ta`awun). Islam
mengakui hak semua manusia untuk hidup layak dalam hal kesehatan,
pakaian, makanan, perumahan serta usaha-usaha sosial yang
diperlukan tanpa melihat perbedaan latar belakang. Islam juga
menekankan hak setiap orang atas jaminan sosial di waktu mengalami
pengangguran, sakit, cacat, janda/duda, lanjut usia atau mengalami
kekurangan. Standar hidup semacam ini hanya mungkin dalam sebuah
tatanan sosial yang sehat, di mana individu-individu, individu-
kelompok, dan kelompok-kelompok saling memelihara hubungan
sosial kuat. Hal ini menjadi spirit Islam dalam bertanggung jawab dan
saling berkorban agar tercipta masyarakat yang saling berbagi, tolong
menolong dan gotong-royong (QS. al-Maidah 5: 2).

2.2.3 Persatuan Indonesia


Sila persatuan Indonesia pada prinsipnya menegaskan bahwa
bangsa Indonesia merupakan Negara Kebangsaan. Bangsa yang
memiliki kehendak untuk bersatu, memiliki persatuan perangai karena
persatuan nasib. Persatuan berarti menyiratkan arti adanya keragaman,
bukan berarti memaksakan persamaan, yaitu bhineka tunggal ika.
Persatuan dalam hal ini adalah persatuan kebangsaan Indonesia yang
dibentuk atas bersatunya beragam latar belakang sosial, budaya,
politik, agama, suku bangsa, dan ideologi yang berada di wilayah
Indonesia.
Dalam hal ini Islam sejalan dengan konsep Pancasila karena secara
konkret Islam mengajarkan tentang upaya-upaya menyikapi
keanekaragaman masyarakat dan bangsa. Yaitu persatuan dan
kesatuan manusia perlu diikat oleh persaudaraan. Persaudaraan yang
dimaksud ialah “persaudaraan universal” di mana umat manusia diikat
tanpa mengenal warna, identitas etnis dan agama yang dipeluk. Nilai-
nilai tentang persaudaraan ini sangat jelas disuratkan dalam al-Qur’an,

6
seperti “semua Muslim adalah bersaudara” (QS. Yunus [10]: 4), “dan
umat manusia adalah umat yang satu” (QS. al-Baqarah [2]: 213).
Selanjutnya, dalam rangka kehidupan bersama, bernegara dan
berbangsa, kebutuhan membangun persatuan dan kesatuan Islam
mensyaratkan adanya ta`aruf dan tasamuh. Ta’aruf adalah upaya
secara timbal balik untuk mengenal dan memahami satu dengan yang
lain (QS. Al-Hujurot [49]: 13). Secara eksperimental, ta`aruf tampil ke
permukaan dan menjangkau perjumpaan antar dunia multikultural.
Ketika manusia hidup melalui perjumpaan agama, etnik, kebudayaan,
seolah kita mendapatkan pengalaman antar-kultural, seperti
pertentangan berbagai pandangan dunia, keterlibatan secara kreatif
berbagai kekuatan besar dalam kehidupan sipil di mana pertempuran
ideologi dan kehidupan terjadi. Pengalaman multikultural ini membuat
kita mampu bangkit dan sadar dengan perspektif baru yang lebih
memadai. Dengan demikian, ta`aruf bukan hanya mengakui pluralitas
kehidupan. Ia adalah sebentuk manifesto dan gerakan yang mendorong
kemajemukan (plurality) dan keanekaragaman (diversity) sebagai
prinsip inti kehidupan dan mengukuhkan pandangan bahwa semua
kelompok multikultural diperlakukan setara (equality) dan sama
bermartabatnya (dignity). Melalui implementasi ini akan melahirkan
sikap cinta tanah air, rasa bangga, serta memajukan pergaulan demi
kesatuan yang ber-bhineka.

2.2.4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


permusyawaratan dan Perwakilan
Sila keempat pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa
Indonesia akan terus memelihara dan mengembangkan semangat
bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam perwakilan.
Sistem kerakyatan dalam bernegara dan berbangsa ini sejatinya
sesuai dengan pesan Islam. Islam menggariskan nilai-nilai tertentu
yang dapat dikembangkan menjadi lembaga kerakyatan,
kepemimpinan, dan pertanggung jawaban. Islam juga menegaskan
bahwa tidak ada sistem teokrasi52 dalam mengelola kehidupan
bersama. Karena kedaulatan Tuhan sesungguhnya telah dibagi habis

7
kepada manusia melalui pelimpahan amanat, yang dalam al Qur’an
disebut istikhlaf (QS. Al-Ahzab) [33]: 72.
Di sinilah relevansinya konsep Islam tentang shura ditegakkan
dalam sistem kerakyatan untuk menampung semua unsur-unsur
pembentuk demokrasi dari, oleh dan untuk rakyat. Shura merupakan
institusi di mana warga atau anggota masyarakat dapat berkumpul,
berbincang, bernegosiasi, membuat kompromi dan berkonsensus
bersama tentang urusan-urusan mereka melalui permusyawaratan
untuk mufakat. Mekanisme ini untuk menyeleksi dan membuat
prioritas kepentingan-kepentingan yang semaksimal mungkin dapat
diakomodir dan dimufakati menjadi kepentingan bersama dan
menciptakan strategi untuk mencapainya. Jadi, shura sesungguhnya
merupakan sarana deliberasi warga atau rakyat untuk
memperjuangkan kepentingan umum. Dalam konteks masyarakat atau
negara, shura tidak mungkin menampung semua warga, dan dapat
dipastikan tidak semua warga mempunyai kapasitas untuk melakukan
deliberasi. Sebagai gantinya, rakyat dapat memilih dan mengangkat
wakil-wakil mereka untuk menjalankan fungsi deliberasi dalam shura
(QS. Al-Shura, 42: 38).

2.2.5 Kedilan Sosial Bagi Seluru Rakyat Indonesia


Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada prinsipnya
menegaskan bahwa seyogyanya tidak akan ada kemiskinan dalam
Indonesia merdeka.
Sementara dalam Islam, keadilan adalah manifestasi sosial
pertama dari tauhid Ketuhanan Yang Maha Esa. Prinsip keadilan
adalah inti dari moral ketuhanan, landasan pokok perikemanusiaan,
simpul persatuan, dan matra kedaulatan rakyat. Sebagai risalah
profetik, Islam pada intinya adalah seruan pada semua umat manusia
menuju satu cita-cita kesatuan kemanusiaan (unity of humankind)
tanpa membedakan ras, warna kulit, etnik, jenis kelamin, kebudayaan,
dan agama. Tak ada satu pun orang, kelompok, atau bangsa manapun

8
yang dapat membanggakan diri sebagai diistimewakan Tuhan (the
chosen people).3

2.3Hubungan antara Islam dan Pancasila


Indonesia adalah negara penuh dengan perbedaan, baik perbedaan etnis,
suku, agama, dan budaya. Di lain sisi, sebagian besar masyarakat Indonesia
menganut Agama Islam. Dengan keadaan ini, tepatlah Indonesia menjadikan
Pancasila sebagai ideologi nasional dalam praktek berbangsa dan bernegara
dalam rangka mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa.
Sejak awal hadirnya Islam sebagai agama sudah mengajarkan bagaimana
berdemokrasi yang baik dan berkeadilan. Meskipun yang digunakan waktu itu
bukan kata demokrasi, tetapi padanannya. Bahkan bisa dikatakan bahwa
Muhammad SAW tidak hanya sebagai seorang Nabi melainkan negarawan
yang sangat demokratis dalam memimpin suatu wilayah (Madinah). Ini
terlihat bagaimana Beliau meminta penguasa sipil (non-agama) di luar status
beliau sebagai pemegang otoritas agama.
Ma’aruf Amin, meminta agar Pancasila dan agama tidak lagi
dipertentangkan. Agama dan Pancasila malah saling mengisi, karena seluruh
nilai-nilai yang ada dalam Pancasila serupa dengan apa yang diajarkan dalam
agama Islam, mulai dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
permusyawaratan serta keadilan sosial, semuanya ada dalam Al-Qur’an dan
Hadist. Bahkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea tiga disebutkan
bahwa : “Atas berkat rakhmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Sayangnya karena banyak yang mempertentangkan Islam dengan Pancasila,
maka nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sendiri hilang dari masyarakat,
sehingga banyak masyarakat yang hidup berdasarkan ideologinya masing-
masing, kita harus membangun bangsa Indonesia berlandaskan Pancasila,
baik dalam bertindak, bersikap, berpikir, bertutur ataupun berperilaku

3
MK Ridwan, PENAFSIRAN PANCASILA DALAM PERSPEKTIF ISLAM: PETA KONSEP
INTEGRASI, Vol.2(15), Dialogia, 2017, 213-219

9
(nasional kompas.com/red/2017/06/07/1819213/ma’ruf amin,nilai, agama dan
Pancasila saling mengisi).
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat
berjalan saling menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak
bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah
satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain. Selanjutnya
Kiai Achmad Siddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan utama bagi
proporsionalisasi ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan
kekhawatiran yang datang dari dua arah (Zada dan Sjadzili (ed), 2010 : 79).
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia pun tidak punya konflik
materi dengan Pancasila. Semua sila demi sila Pancasila mengandung nilai
yang sangat sejalan dengan ajaran Islam. Yang menganut prinsip Tuhan itu
Satu / Esa. Kehidupan harus adil dan beradab tanpa melihat siapapun itu dan
beragama Islam atau bukan. Islam juga mengajarkan pentingnya persatuan.
Islam pula yang punya prinsip mengendepankan pentingnya musyawarah.
Islam juga mengajarkan prinsip sosial yang sangat tinggi yang bisa kita lihat
dalam kegiatan peningkatan kesejahteraan warga.

2.4Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan sila-sila Pancasila


2.4.1 Ketuhanan Yang Maha Esa : Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-Ikhlas (112:1) “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah Yang
Maha Esa”.
2.4.2 Kamanusiaan yang adil dan beradab : Allah SWT berfirman dalam QS.
An-Nisa (4:135) “Wahai orang-orang yang beriman ! Jadilah kamu
penegak keadilan. Menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap
dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kamu kerabatmu. Jika dia
(yang terdakwa / kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
ketahuilah Allah maha mengetahui terhadap segala apa yang kamu
kerjakan”.

10
2.4.3 Persatuan Indonesia : Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujarat
(49:13) “Wahai manusia, sungguh kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan, kemudian kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal,
sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa. Sungguh, Allah maha mengetahui, maha teliti”.
2.4.4Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan : Allah SWT berfirman dalam QS. As-
Syura, (42:38) “dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhan dan melaksanakan sholat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka, dan mereka
menginfakkan sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka”.
2.4.5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : Allah SWT berfirman
dalam QS. An-Nahl, (16:90) “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adildan berbuat kebijakan, memberi bantuan kepada kerabat dan
Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran”. (Al-Qur’anul karim, Terjemahan Perkata dan
Tajwid berwarna, 2014).

2.5Penerapan Hukum Islam dalam Berbangsa dan Bernegara


Pada prinsipnya, hukum Islam harus bisa dinikmati seluruh manusia,
tanpa terkecuali. Hal ini dilakukan dengan cara demokrasi (al-hurriyah dan al-
syura) dan peleburan hukum Islam dalam hukum positif selama tidak
menentang prinsip dalam Islam. Inilah yang terjadi di Indonesia, bahwa
hukum Islam tidak hanya milik orang Islam tetapi milik semua warga
negara.Rosulullah menjelaskan kepada para sahabat bahwa sikap
komprominya dimaksudkan untuk meraih hal yang lebih besar. Yakni,
mengenai kemaslahatan masyarakat, baik Islam maupun non Islam. Dalam
konteks ini, kemaslahatan tersebut adalah agar masyarakat Islam dan non
muslim tidak jatuh dalam pertengkaran dan konflik yang berlarut-larut.

11
Penerapan hukum Islam diberlakukan dengan mempertimbangkan prinsip
keberadaan masalah yang kondisional, bukan berarti otoratis hukum
ditaklukkan dibawah bayang-bayang mashlahah. Sebaliknya, entitas hukum
sebenarnya tetap tunggal dan tidak berubah sampai kapanpun. Adapun yang
mengalami perubahan tidak lain adalah penerapan hukum yang sesuai dengan
kandungan mashlahah yang bisa ditelusuri pada setiap peristiwa hukum yang
mengemuka ditengah masyarakat. Kompromi politik Rosulullah dan founding
father selayaknya dipahami dalam situasi historis yang demikian. Kaum
muslimin yang hendak berhaji ke Mekkah saat itu niscaya akan diperangi oleh
suku kafir Quraisy bila tidak ada perjanjian Hudaibiyah demikian juga
Disintegrasi NKRI yang baru akan lahir saat itu dengan 7 katanya niscaya
akan koyak bila tidak ada revisi saat itu. Dalam dua perjanjian tersebut, lebih
mengedepankan persatuan bangsa serta pemberi arah bagi penyelenggaraan
pemerintahan negara. Dan yang terpenting adalah sisi kemanusiaan harus
dikedepankan dalam menjalankan pemerintahan.
Oleh sebab itu langkah yang harus dilakukan adalah menyadarkan warga
masyarakat pentingnya membangun masyarakat yang madani. Masyarakat
madani mempunyai ciri-ciri ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hidup
berdasarkan sains dan teknologi,berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai-
nilai hidup modern dan progresif, mengamalkan nilai-nilai kewarganegaraan,
akhlak dan moral yang baik, mempunyai pengaruh yang luas dalam proses
membuat keputusan, dan menentukan nasib masa depan yang baik melalui
kegiatan sosial, politik dan lembaga masyarakat. Untuk membangun
masyarakat madani di Indonesia, ada 6 (enam) faktor yang harus diperhatikan,
yaitu :
(1) Adanya perbaikan disektor ekonomi, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
(2) Tumbuhnya intelektualitas dalam membangun manusia yang punya
komitmen untuk independen.
(3) Terjadinya pergeseran budaya, dari partenalistik ke budaya yang lebih
modern dan independen.
(4) Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan beragama.

12
(5) Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik.
(6) Adanya keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
dilandasi moral kehidupan.(Srijanti dkk; 2009:203- 207).
Membangun masyarakat madani dalam kehidupan umat Islam, jangan
sampai mengeras dari gerakan kultural ke gerakan struktural yang mengarah
kepada terbentuknya negara Islam, hal tersebut akan banyak menimbulkan
benturan-benturan dengan pihak diluar Islam. Padahal dengan membangun
masyarakat madani yang kultural diharapkan kesadaran masyarakat untuk
mengakui dan menjalankan hukum positif yang bernafaskan Islam dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat kalangan Islam maupun masyarakat
diluar Islam secara damai.4

4
Sri Sedar Marhaeni, HUBUNGAN PANCASILA DAN AGAMA ISLAM DALAM NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, Vol.2(2), JPPKn, 2017, 113-118

13
BAB III
PENUTUPAN
2.2.6 Kesimpulan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila,
dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan berarti negara itu terpisah
dari agama, tetapi juga tidak menyatukan negara dengan agama. Dalam
negara yang berdasarkan Pancasila menciptakan hubungan yang ideal
antara negara dengan agama, dimana negara secara aktif dan dinamis
memfasilitasi, mendorong, memelihara dan mengembangkan agama dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga setiap warga negara
bebas berkeyakinan dan memeluk agama dan kepercayaan sesuai dengan
keyakinannya masing-masing dengan rasa aman, tentram dan damai tanpa
ada gangguan pihak lain. Hubungan Pancasila dan Agama dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah saling membutuhkan, agama
membutuhkan negara yang berdasarkan Pancasila untuk
perkembangannya, begitu juga negara membutuhkan agama untuk
meningkatkan moral bangsanya. Pancasila dengan Ketuhanan Yang Maha
Esa menjadi dasar bagi segala kebijakan hukum yang ditelurkan oleh
negara, termasuk dalam mengatur kehidupan beragama bagi warganya.
Pada dasarnya sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang
sangat sejalan dengan ajaran agama Islam, bahkan dalam ayat-ayat Al-
Qur’an banyak yang terkandung firman Allah SWT yang relevan dengan
sila-sila pancasila. Membangun masyarakat Pancasilais dan Islami dapat

14
dilakukan melalui kesadaran membangun masyarakat madani dengan
gerakan kultural agar tidak terjadi benturan dengan pihak diluar Islam
sehingga pengakuan dan kemauan untuk menjalankan hukum positif yang
bernafaskan ajaran agama Islam dapat diterima oleh masyarakat kalangan
Islam maupun diluar Islam secara damai.

2.2.7 Saran
Untuk seluruh akademisi di Fakultas Ekonomi UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, khususnya yang sedang mempelajari mata
kuliah pancasila dan kewarganegaraan hendaknya mengetahui dan
memahami tentang keterkaitan atau hubungan antara Islam dan Pancasila.
Karena dengan mengetahuinya para ekonom muda dapat mengaplikasikan
pemahamannya mengenai hubungan Islam dan Pancasila. Dan ditujukan
untuk memberika penjelasan dan pemahaman kepada pembaca mengenai
apa itu Islam dan Pancasila serta keterkaitan antara keduanya.

15
Daftar Pustaka

Wahib Syukroni, “Islam dan Pancasila”, Trikkuliah, Januari 21, 2016,


http://trikkuliah.blogspot.com/2016/01/islam-dan-pancasila-
mewujudkannilai.html.
August Hadiwijono,”Pendidikan Pancasila, Eksistensinya Bagi Mahasiswa”,
Jurnal Cakrawala Hukum, 2016, 84.
MK Ridwan, “Penafsiran Pancasila Dalam Persepektif Islam: Peta Konsep
Integrasi”, Dialogia, 2017, 213-219.
Sri Sedar Marhaeni, “Hubungan Pancasila Dan Agama Islam Dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia”, JPPKn, 2017, 113-118.

16

Anda mungkin juga menyukai