Anda di halaman 1dari 15

Qanun Pada Lembaga Keuangan di Aceh

Bank dan
Lembaga
Keuangan
Oleh:
Ahmad Kanzu
Berdasarkan undang-undang no 23 tahun 1999, kemudian di amandemen
atau di revisi menjadi undang-undang no 3 tahun 2004 tentang bank
indonesia, menyatakan bahwa di Indonesia memiliki dua sistem perbankan
yaitu konvensional dan perbankan syariah.

Kegiatan operasional bank konvensional menggunakan bunga sebagai alat


untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas
penggunaan dana dan pinjaman. Sedangkan bank syariah menggunakan
prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) dan tidak memberikan bunga.

Bank syariah merupakan bank yang menjalankan operasionalnya


berdasarkan agama islam, dimana terdapat mengambil bunga (riba) serta
dilarang melakukan kegiatan investasi pada usaha yang tidak memiliki
kejelasan kehalalannya. Bank syariah di awasi kehalalannya oleh lembaga
resmi yang bernama dewan syariah nasional (DSN) untuk menjamin
kehalalan bank dalam melakukan operasionalnya.
Pengertian Bank Syariah

Bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan


operasionalissinya pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank
tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbangkan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan pada Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW.
Dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syari’at Islam. Antonio dan perwataadmadja membedakannya menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat
Islam. Bank Syari’ah adalah :
1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam
2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentun Al
qur’an dan Hadits

Sementara Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah Islam adalah
Bank yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari’at Islam,
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan
lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalah itu harus dijahui oleh hal-hal dan
praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsure riba untuk diisi dengan
kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Falsafah Operasional Bank
Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya: Syari’ah
a. Menghindari penggunaan system yang menetapkan di muka secara pasti Setiap lembaga keuangan syari’ah
keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman, ayat: 34) mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah
b. Menghindari penggunaan system prosentasi untuk pembebanan biyayaa
SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia
terhadap hutang atau pemberian imbalan terhdap simpanan yang mengandung
dan akhirat. Oleh karena itu , setiap kegiatan
unsure meliputi gandakan secara otomatis hutang/simpanan tersebut hanya karena
berjalannya waktu (QS. Al Imron: 130) lembaga keuangan yang di khawatirkan
c. Menghindari penggunaan system perdagangan atau penyewaan barang ribawi menyimpang dari tuntutan agama, hal yang
dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik harus di hindari.
kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba No.1551 s.d 1567)
d. Menghindari penggunaan system yang menetapkan di muka tambahan atas
hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR.
Muslim, Bab Riba No.1569 s.d 1572)

Menetapkan system bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada Al Qur’an
surat Al Baqqrah ayat 275 dan An Nisa’ ayat 29, maka setiap transaksi
kelembagaan syari’ah harus dilandasi atas dasar system bagi hasil dan
perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang
dengan barang. Akibatnya pada kegiatan mu’amalah berlaku prinsip ada
barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa,
mendorong kelancaran arus barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan
kredit, spekulasi dan inflasi.
Prinsip-Prinsip Bank Syari’ah Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai
dengan syari’ah.

Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syari’ah


antara lain:
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari
nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak
diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian
sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang".
Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas
karena tidak memiliki nilai intrinsik.
4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan.
Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang
akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.  diharamkan dalam
islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh
perbankan syariah.
5. Prinsip perbankan syariah pada akhirnya akan membawa
kemaslahatan bagi umat karena menjanjikan keseimbangan
sistem ekonominya.
Pandangan Ulama’ Mengenai Bank Syari’ah
Majlis Ulama’ Indonesia
Majlis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah MUI mengharamkan bunga bank sejak th
2003, Menurut Kiai Ma'ruf, agar masyarakat
Majlis Tarjih Muhammadiyah pada tahun 1968 memutuskan bahwa bunga bank milik
terhindar dari hukum haram bunga bank,
pemerintah termasuk masalah shubhat dan bahkan pada tahun 2006 memutuskan fatwa sementara tetap bisa menyimpan uangnya
haram. Adapun masalah keputusan Tarjih sebagai berikut; dengan aman, bank syariah bisa menjadi
1. Hasil keputusan hukum harus ditaati namun keputusan masalah sosial ekonomi, solusinya. Sebab, hukum keharaman bunga
Majlis Tarjih harus melibatkan pada para ekonom supaya hasilnya bisa membumi dan bank itu tidak sekedar adanya timbal-balik
fatwa haramnya bunga bank tidak perlu ditanfidh. dari simpanan kita, tetapi juga dana yang kita
2. Bank dibutuhkan dalam dunia perekonomian, berfungsi sebagai intermediary tetapi simpan di bank yang juga digunakan untuk
upaya riba. "Dulu, sebelum ada bank syariah,
tidak setuju dengan sistem bunga karena riba dan menimbulkan eksploitasi.
kita menyimpan dana di bank karena alasan
Sedangkan adanya bank syari’ah sangat ditunggu umat Islam untuk menghindari darurat. Kalau hukumnya ya tetap saja sama,
bunga. bunga bank itu ya haram. Kalau sekarang,
3. Masih dibolehkannya menjadi nasabah bank konvensional selama bank syari’ah setelah ada bank syariah, harus dipindahkan
belum benar-benar siap dan dengan dasar keterpaksaan/dharurat. ke bank syariah, bank tanpa bunga,"
terangnya.
Nahdlatul Ulama’
Dalam musyawarah nasional alim ulama NU pada 1992 di Lampung, para ulama
NU tidak memutus hukum bunga bank haram mutlak. Memang ada beberapa
ulama yang mengharamkan, tetapi ada juga yang membolehkan karena alasan
darurat dan alasan-alasan lain. Namun demikian, dalam Munas saat itu, ulama NU
sudah merekomendasikan kepada negara agar segera memfasilitasi terbentuknya
perbankan syariah atau perbankan yang menggunakan asas-asas dan dasar hukum
Islami dalam bertransaksi.
Tinjauan Berita Mengenai Penerapan
Qanun pada Lembaga Keuangan di Aceh

Pemerintah Aceh: Lembaga Keuangan Belum Mampu


Angkat Ekonomi Masyarakat Aceh
Kompas.com - 19/12/2020, 18:39 WIB
Penulis Fika Nurul Ulya | Editor Bambang P. Jatmiko

https://money.kompas.com/read/2020/12/19/183914126/pemerintah-aceh-
lembaga-keuangan-belum-mampu-angkat-ekonomi-masyarakat-aceh.

Berkaca dari "Pamitnya" BRI dan Bank Mandiri,


Berikut Aturan Perbankan di Aceh
Kompas.com - 17/04/2021
Penulis Mela Arnani | Editor Sari Hardiyanto

https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/17/193100465/berkaca-dari-
pamitnya-bri-dan-bank-mandiri-berikut-aturan-perbankan-di-aceh?
page=all#page2
Qanun Pada Lembaga Keuangan Di Aceh

Menurut (Sari dan bahari, 2013) jumlah penduduk indonesia adalah


yang terbesar di dunia, dengan populasi sekitar 203 juta jiwa. Ini
menunjukkan bahwa potensi berkembangnya perbankan syariah di
indonesia sangat besar dengan adanya peraturan dari bank.
Aceh adalah salah satu provinsi yang ada di indonesia yang
mayoritas beragama islam dengan julukan provinsi serambi mekkah.
Potensi berkembangnya perbankan syariah di provinsi aceh di
dukung dengan adanya peraturan daerah atau Qanun provinsi Aceh
No. 8 Tahun 2014 tentang Pokok - Pokok Syariat Islam pada Pasal 21
poin 1-4 dijelaskan tentang Lembaga Keuangan Syariah, bahwa
lembaga keuangan yang akan beroperasi di provinsi aceh harus
berlandaskan prinsip syariah dan Qanun no 8 tahun 2016 tentang
sistem jaminan produk halal.
Pro Kontra Mengenai Penerapan Qanun
pada Lembaga Keuangan
“Pada pasal 6 ayat 2 disebutkan, bahwa warga non muslim dapat menundukkan dirinya pada qanun ini.
Kata “dapat” ini maknanya adalah opsional. Artinya, boleh ia boleh tidak. Tapi persoalan adalah ketika
tidak ada bank konvensional di Aceh. Jadi ini bertentangan dengan prinsip keadilan, “ ujar Safaruddin.
Merespon persoalan perlunya keadilan untuk non muslim, pemateri lainnya, Abu Yazid Al Yusufi yang
mewakili ulama dayah, dalam pemaparan materinya mengusulkan agar dapat dibuatkan unit khusus
bank konvensional bagi non muslim di Aceh. Abu Yazid juga menggungkapkan bahwa tidak tepat
analogi “daging babi dalam kuah daging kambing” untuk mengumpamakan adanya bank konvensional
di Aceh di tengah upaya konversi bank-bank ke sistem Syari’ah.
Selain itu, Abu Yazid juga juga mengatakan bahwa meskipun belum syariah sepenuhnya, kehadiran bank
Syariah yang dikonversi dari bank konvensional patut kita syukuri dan beri apresiasi karena untuk
mensyariahkan bank butuh usaha besar.
Sebelumnya, saat menyampakan sambutan panitia, sekjend Tastafi Banda Aceh, Tgk Mustafa Husen
mengatakan, pengajian ini tidak ada funding dari siapapun melainkan murni kegiatan rutin Tastafi dan
aliansi ormas Islam. Dan dalam hal ini pihak Kryad Muraya Hotel membantu menyediakan tempat dan
snack untuk jamaah pengajian.
Tgk Mustafa juga mengatakan, pengajian dengan tema seperti ini dibuat karena memang ada polemik
sebelum, sedang dan setelah konversi bank konvensional di Aceh. Makanya dari judul saja kita tulis
“setelah” bank konvensional disingkirkan di Aceh melalui qanun LKS. di antaranya masalahnya yaitu
apakah bank syari’ah itu sendiri sudah betul-betul bersyari’ah.
“Oleh sebab itu kita mengundang para pakar untuk membedah masalah ini supaya dapat kita carikan
jalan keluarnya agar syari’at Islam dapat diterapkan secara kaffah di Aceh, “ pungas Tgk Mustafa
 
Sumber:
https://dialeksis.com/aceh/pro-kontra-penerapan-lks-di-aceh-menjawab-kebutuhan-masyarakatkah-
simak-kajian-tastafi/
Wapres Minta Lembaga Keuangan Syariah Lebih Kompetitif Kompas.com - 10/03/2021,
10:27 WIB
 
Penulis Deti Mega Purnamasari | Editor Kristian Erdianto JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil
Presiden Ma'ruf Amin meminta Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mampu bersaing
dengan lembaga keuangan konvensional. Hal tersebut Ma'ruf kepada Masyarakat
Ekonomi Syariah (MES) saat memimpin rapat Rencana Kerja Kepengurusan MES periode
2021-2023, Selasa (9/3/2021). Baca juga: Sandiaga Uno Minta Lembaga Keuangan
Syariah harus Bisa Berjalan Sesuai Prinsipnya Ma'ruf menuturkan, secara umum LKS
memiliki karakteristik yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional. Mulai dari
perbedaan dasar hukum, sistem operasional, penetapan bunga dan keuntungan, cara
pengelolaan dana, serta metode transaksi yang digunakan. "Namun hingga kini LKS
dianggap belum kompetitif jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional.
Jadi memang yang menyebabkan bank syariah tidak kompetitif itu ada sebab-sebab yang
harus dicari," kata Ma'ruf, dikutip dari siaran pers, Rabu (10/3/2021). Baca juga: Wapres
Minta Pajak untuk Lembaga Keuangan Syariah Direformasi Dapatkan informasi, inspirasi
dan insight di email kamu. Daftarkan email Menurut Ma'ruf, salah satu penyebab LKS
belum kompetitif adalah adanya aturan-aturan yang kurang tepat. Antara lain, double
tax pada simpanan murabahah di bank syariah. "Mungkin ada aturan-aturan yang kurang
pas. (Mungkin) di konvensional tepat, tapi di syariah itu jadi beban. Buktinya ini soal
perpajakan," kata dia. Dengan demikian, Ma'ruf pun meminta kepada para pengurus
MES untuk mencarikan solusi agar LKS lebih kompetitif. Salah satunya, melakukan
reformasi perpajakan.
 
Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2021/03/10/10270081/wapres-minta-
lembaga-keuangan-syariah-lebih-kompetitif.
Manfaat dan Hikmah Yang Dapat Diambil

Bila ditinjau dari segi Agama Qanun/Peraturan yang diterapkan pada lembaga
keuangan yang ada di Aceh dilihat tujuannya sangatlah bermanfaat bagi umat
islam karena dapat menghindari dosa besar yaitu dosa riba yang biasanya
terdapat pada bunga yang diberikan atau yang digunakan oleh bank
konvensional, dengan ini sangatlah bermanfaat karena selain menghindarkan
kita dari perbuatan dosa dari hal yang berhubungan degan riba hal ini juga dapat
menguatkan perekonomian apabila sistem Lembaga keuangan Syariah ini telah
dapat diterapkan seutuhnya dan ditrapkan secara baik dan benar-benar sesuai
dengan syariah (ajaran agama islam).
Hanya saja untuk penerapan hal seperti ini tentunya tidak dapat diterapkan
diseluruh daerah di Indonesia karena terdapat berbagai macam kendala yang
tentunya tidak dapat dihindari terutama berdasarkan dari keagamaan karena
tidak semua daerah memiliki kesamaan kepercayaan dan juga memiliki konsep
pemikiran yang sama yang harus menyesuaikan konsep keislaman secara kaffah
(menyeluruh).

Hikmah dari adanya berita tersebut jika dikaitkan dengan kondisi seperti
sekarang akan sama saja karena kebanyakan konsep syariah yang ada pada
peraturan dan kehidupan sehari-hari tidaklah dilakukan secara menyeluruh. Jadi
dapat diambil pelajaran bahwa dalam menjadi seorang muslim tidak hanya pada
satu aspek kehidupan saja yang perlu diperhatikan tetapi seluruh aspek
kehidupan haruslah dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan konsep
keislaman yang ada.
KESIMPULAN

1. Bank Syari’ah merupakan implementasi dari Bank Islam dengan ciri tanpa
bunga/riba
2. Bank Syari’ah sebenarnya sama dengan Bank Konvensional pada umumnya,
yang membedakannya kalau Bank Syari’ah memakai system bagi hasil
sedangkan bank Konvensional memakai sistem bunga.
3. MUI dan Muhammadiyah mengharamkan adanya bunga bank karena hal
ini sama dengan riba sedangkan NU masih khilafiyah, ada sebagian yang
membolehkan dengan alasan dharurat ada juga yang mengharamkannya,
akan tetapi semuanya mendukung adanya bank syari’ah sebagai lembaga
perekonomian yang berdasarkan syari’at Islam (tidak ada unsur riba di
dalamnya).
4. Penerapan Qanun pada lembaga kuangan di aceh tentu tidak dapat
diterapkan pada berbagai daerah lain di Indonesia karena terdapat
berbagai macam kendala yang tentunya tidak dapat dihindari terutama
berdasarkan dari keagamaan karena tidak semua daerah memiliki
kesamaan kepercayaan dan juga memiliki konsep pemikiran yang sama
yang harus menyesuaikan konsep keislaman secara kaffah (menyeluruh).

Saran:
Setelah kita semua mengetahui apa itu bank syari’ah, bagaimana system, prinsip dan falsafah operasional
bank syari’ah, diharapkan agar kita lebih memilih menggunakan jasa bank syari’ah dan alangkah baiknya yang
sudah menggunakan bank konvensional pindah ke bank syari’ah seperti yang telah dilakukan di aceh meskipun
belum sepenuhnya sesuai dengan syariah setidaknnya sedikit dosa yang berkaitan dengan riba dapat terhidar.
Abubakar, A.-Y. (2004). Sekilas Syari’at Islam di Aceh. June 2016.
 Al Khotib, Muhammad ‘Ajaj. 1989. Ushul Al Hadits Wa Musthalahu. Beirut: Dar al
Fikri
 Al Zuhaili, Wahbah. 1985. Al Fiqih Al Islami wa Adillatuh. Beirut: Dar Al Fikri
 American Institute of banking. 1960. Principle of Bank Operation. New York: AIB
 Http://eprints.sunan-ampel.ac.id/id/eprint/54
 Http://ekiszone.co.cc/category/perbankan-islam
 Http://Hasanismilr.blogspot.com/2009/06/produk-produk-bank-syari’ah
 Kismawadi, E. R., & Al Muddatstsir, U. D. (2018). Persepsi Masyarakat Tentang
Akan Di Konversikannya Bank Konvensional Ke Bank Syariah Di Aceh Studi Kasus
Di Kota Langsa. Ihtiyath : Jurnal Manajemen Keuangan Syariah, 2(2), 136–148.
https://doi.org/10.32505/ihtiyath.v2i2.707
 Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta
 Prihatin, K. S. (2019). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan
Bank Konvensional. Progress: Jurnal Pendidikan, Akuntansi Dan Keuangan, 2(2),
136–146. https://doi.org/10.47080/progress.v2i2.615
 Sadeli, Hasan. (ed). Ensiklopedia Indonesia
 Zuhri, Muh, Dr. 1996. Riba dalam al- Qur’an dan Masalah Perbankan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
 www.voa-islam.com/news/indonesia/2010/04/05/4722
TERIMA KASIH
Jika Tidak Dimengerti

Silakan Bertanya!

Anda mungkin juga menyukai