Anda di halaman 1dari 3

• Investasi ke bank-bank umum syariah, seperti BMI (Bank Muamalat Indonesia)

dan BSM (Bank Syariah Mandiri).


• Investasi ke bank umum yang memiliki cabang syariah, seperti BNI syariah, BRI
syariah, BII syariah, Danamon syariah, bank IFI syariah, Bukopin syariah dan
sebagainya.
• Investasi ke Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Mal wat Tamwil
(BMT).
• Investasi langsung ke perusahaan-perusahaan yang tidak menjual barang-barang
haram atau maksiat dengan sistem mudharabah, wakalah, wadiah, dsb.
• Investasi ke lembaga keuangan syariah lainnya, seperti reksadana syariah, modal
ventura syariah, leasing syariah, pegadaian syariah, obligasi syariah di BEJ,
koperasi syariah, dsb.

• Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, termasuk deposit on call dan
deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan satu bulan.
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai nominal investasi pada instrument ini pada
setiap bank tidak boleh melebihi 20% dari jumlah investasi.
• Saham yang tercatat di bursa efek.
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai pasar. Investasi dalam bentuk saham yang
emitennya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing
tidak melebihi 20% dari jumlah investasi.
• Obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara
pada saat penempatan.
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai pasar, atau nilai nominal dalam hal ini nilai
pasar tidak tersedia. Investasi dalam instrument ini yang penerbitnya adalah badan
hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing-masing tidak melebihi 20% dari
jumlah investasi.
• Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah atau Bank Indonesia.
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai pasar, atau nilai nominal dalam hal ini nilai
pasar tidak tersedia.
• Unit Penyertaan Reksadana.
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai aktiva bersih. Investasi dalam bentuk unit
penyertaan langsung, seluruhnyatidak melebihi 10% dari jumlah investasi.
• Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursaa efek)
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai ekuitas. Investasi dalam bentuk penyertaan
langsung, seluruhnya tidak melebihi 10% dari jumlah investasi.
• Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan untuk investasi.
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang
terdaftar pada instansi yang berwenang, atau nilai jual objek pajak (NJOP) dalam
hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai.
Investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak strata (strata title)
atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 20% dari jumlah
investasi.
• Pinjaman polis.
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai-nilai sisa pinjaman. Investasi dalam bentuk
pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80% dari nilai tunai polis yang
bersangkutan.
• Pembiayaan kepemilikan tanah dana atau bangunan
Investasi ini dinilai berdasarkan nilai-nilai sisa pinjaman. Investasi dalam bentuk
pembiayaan kepemilikan tanah dana tau bangunan, kendaraan bermotor, dan
barang modal dengan skema murabahah seluruhnya tidak melebihi 30% dari
jumlah investasi dan masing-masing unit untuk setiap tanah dana atau bangunan,
kendaraan bermotor, dan barang modal tidak melebihi 1% dari jumlah investasi.
• Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil)
Investasi ini dinilai berdasarkan niali sisa pinjaman. Investasi dalam bentuk
pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah seluruhnya tidak melebihi
30% dari jumlah investasi dengan ketentuan besarnya setiap pinjaman tidak
melebihi 75% dari nilai jaminan terkecil diantara nilai yang ditetapkan oleh
lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang dan nilai jual objek
pajak (NJOP).

Jumlah perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah per 31
Desember 2016 adalah 58 perusahaan yang terdiri dari 10 perusahaan asuransi syariah (murni
syariah) 1 perusahaan reasuransi syariah (murni syariah), 45 perusahaan asuransi yang
memiliki unit syariah dan 2 perusahaan reasuransi yang memiliki unit syariah.
Tabel 1.9 berikut memperlihatkan pertumbuhan perusahaan asuransi dan reasuransi dengan
prinsip syariah.

Kontribusi bruto industri asuransi pada tahun 2016 mencapai Rp12,29 triliun atau meningkat
sebesar 20,2% dari kontribusi bruto tahun 2015, yaitu sebesar Rp10,23 triliun. Jumlah
kontribusi bruto tahun 2016 tersebut adalah 5,3% dari total kontribusi bruto perusahaan
asuransi dan reasuransi.
Klaim bruto industri asuransi pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar 22,9%
dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu dari Rp3,49 triliun menjadi Rp4,29 triliun. Jumlah
klaim bruto tahun 2016 tersebut adalah 3,3% dari total klaim bruto perusahaan asuransi dan
reasuransi.
Tabel 1.10 memperlihatkan pertumbuhan usaha industri asuransi dengan prinsip syariah.

PANGSA PASAR ASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH


Pangsa pasar industri asuransi dengan prinsip syariah pada tahun 2016 mengalami
pertumbuhan. Tabel 1.14 menunjukkan pangsa pasar industri asuransi dengan prinsip syariah.
Industri keuangan non bank (IKNB) syariah akan memberikan harapan bagi pelaku industri
untuk memperkuat kapasitas bisnisnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan fokus yang diatur dalam roadmap untuk
penguatan bisnis syariah antara lain sinergi antar kelembagaan IKNB syariah, pengembangan
infrastruktur dan peningkatan sosialisasi untuk penetrasi asuransi syariah.
Cara-cara untuk meningkatkan kinerja Asuransi syariah di Indonesia:
satu program yang menjadi perhatian khusus bagi AASI(Asosiasi Asuransi Syariah
Indonesia) ke depannya dengan memberikan
 literasi dan edukasi kepada masyarakat luas mengenai manfaat dari asuransi syariah
 sosialisasi dan literasi mengenai wakaf asuransi
 pengembangan agen asuransi syariah
 penguatan permodalan asuransi syariah

Pendorong meningkatnya presentasi terkait kinerja asuransi syariah:


Pendorongnya banyak. Mulai dari positioning Sun Life agen syariah sebagai modern syariah
insurance expert, peluncuran berbagai produk inovatif termasuk fitur wakaf yang baru saja
diluncurkan, hingga ekspansi pasar ke kota lapis kedua untuk menjangkau seluruh nasabah.
Perusahaan asuransi syariah contohnya Sun Life agen syariah juga memiliki sejumlah
strategi, antara lain memisahkan jalur distribusi keagenan syariah dan konvensional,
melakukan inovasi produk syariah, dan membentuk pusat pelatihan keagenan syariah
Sementara itu, dalam inovasi produk syariah baru-baru ini Sun Life meluncurkan inovasi
terbaru berupa fitur manfaat wakaf untuk polis produk asuransi jiwa syariah.
Norman menuturkan saat ini seluruh produk asuransi syariah Sun Life sudah bisa di-bundling
dengan wakaf. Melalui fitur manfaat wakaf peserta asuransi dapat mewakafkan manfaat
asuransinya hingga maksimal 45% dari santunan asuransi dan mewakafkan manfaat investasi
hingga maksimal sepertiga dari total kekayaan dan atau harta warisan

Besarannya yaitu hanya di kisaran 2,51%, artinya di antara 1000 orang Indonesia, hanya ada
25 orang yang mengerti dan memahami asuransi syariah

Anda mungkin juga menyukai