Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Prinsip Bank Syariah yang Berdasarkan Bagi Hasil

Bank syariah adalah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Prinsip bank syariah yang berdasarkan bagi hasil adalah mudharabah. Pembiayaan bagi
hasil menggunakan prinsip syariah berupa mudharabah ini merupakan pembiayaan yang
dananya diberikan 100% oleh pihak bank kepada nasabah sebagai pengelola dana tersebut.

Jika terdapat keuntungan atau kerugian, maka hal itu akan dibagi menurut perbandingan atau
nisbah yang disepakati pada awal akad. Untuk memahami lebih jauh terkait prinsip bank
syariah berupa mudharabah ini, simak pembahasan berikut.

Mengenal Mudharabah, Prinsip Bank Syariah Berdasarkan Bagi Hasil


Dikutip dari IPS Terpadu Jilid 3A oleh Sri Pujiastuti dkk., prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan
atau pembiayaan kegiatan usaha maupun kegiatan lainnya.

Kegiatan itu salah satunya dapat berupa pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, yang
dikenal dengan istilah mudharabah.

Dikutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan, mudharabah adalah bentuk kerja sama
antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al-maal) kepada pengelola usaha
(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.

Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-
maal dan keahlian dari mudharib.

Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam manajemen
proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung
jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian.

Perlu diketahui, dalam mudharabah modal hanya berasal dari satu pihak saja.

Mudharabah dalam literatur fikih berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah) yang
menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjunjung keadilan.

Oleh sebab itu, masing-masing pihak harus menjaga kejujuran untuk kepentingan bersama.
Hal ini karena setiap usaha dari masing-masing pihak yang melakukan kecurangan dan
ketidakadilan pembagian pendapatan benar-benar akan merusak ajaran Islam.
Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut.

1. Jumlah Modal yang Diserahkan Nilainya dalam Satuan Uang

Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan
tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas, tahapannya dan disepakati bersama.

2. Perhitungan Hasil dari Pengelolaan Modal Pembiayaan Mudharabah

Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua
cara, yaitu:

 Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)


 Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)

3. Pembagian Hasil Usaha Harus Sesuai Persetujuan Akad

 Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau
waktu yang disepakati.
 Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian
dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan dana.

4. Bank Dapat Mengawasi Pekerjaan

 Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, tetapi tidak berhak


mencampuri urusan pekerjaan atau usaha nasabah.
 Jika nasabah tidak menepati janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar
kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi
administrasi.

Sumber: https://kumparan.com/kabar-harian/1x9aTZq2Y3p/full?
shareID=dlYZtVoepH4F&utm_source=App&utm_medium=copy-to-clipboard

Anda mungkin juga menyukai