Anda di halaman 1dari 10

PAPER

EKONOMI MAKRO ISLAM B

TIME VALUE OF MONEY

DISUSUN OLEH :

INDAH TIRTA UTAMI (20180730064)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN 2019/2020
PEMBAHASAN

A. Pengertian Time Value of Money

Time value of money atau nilai waktu uang adalah sebuah konsep
yang menyebutkan bahwa uang sebesar satu rupiah yang dapat diterima
saat ini adalah lebih bernilai dibanding satu rupiah yang baru akan
diterima pada waktu yang akan datang. Oleh karena itu, uang tersebut akan
memperoleh hasil yang lebih besar bila diinvestasikan dibanding uang
yang baru dapat diterima digunakan pada masa yang akan datang. Adapun
faktor yang melandasi konsep ini adalah preferensi waktu yang
menyatakan bahwa sejumlah sumber daya yang tersedia saat ini untuk
dinikmati lebih disenangi orang daripada sejumlah sumber daya yang
sama, tetapi baru tersedia dalam beberapa tahun yang akan datang
(misalnya, baru tersedia dua tahun yang akan datang).

Terdapat tiga alasan yang melatarbelakangi time value of money:

1. Kemungkinan investasi uang yang di dapat saat ini, sehingga nilainya


akan lebih pada waktu yang akan datang.
2. Adanya ketidakpastian dan risiko, sehingga mendapatkan uang saat ini
lebih diminati.
3. Adanya inflasi yang menyebabkan orang akan lebih memilih uang
pada saat ini, dan meminta lebih apabila diberikan kemudian.
B. Konsep Time Value of Money

Konsep time value of money merupakan kembangan dari teori-


teori bunga yang ada (theory of interest), dari berbagai pandangan para
ekonom kapitalis sepanjang masa. Manfaat yang dapat dipetik dari konsep
time value of money yaitu untuk memahami apakah investasi yang
dilakukan dapat memberikan keuntungan atau tidak. Time value of money
juga bermanfaat sebagai perhitungan dana, sehingga penanam modal dapat
mengkaji apakah suatu proyek dapat memberikan keuntungan atau tidak.
Adapun keterbatasan yang ada pada time value of money juga memiliki
kekurangan yang membuat masyarakat hanya menyimpan uangnya apabila
tingkat bunga bank tinggi, karena menganggap jika bunga bank tinggi,
maka uang yang akan mereka terima di masa yang akan datang juga tinggi.

Dalam hal ini konsep time value of money pada ekonomi


konvensional memberitahukan bahwa keuntungan saat ini akan lebih
berharga daripada keuntungan di masa yang akan mendatang. Dengan kata
lain, asset sekarang ini memiliki lebih banyak nilai ketimbang dipinjam
dan dikembalikan pada beberapa tahun yang akan datang

Konsep time value of money mempunyai ciri yang berbeda antara


penggunaannya dalam Islam dan sistem konvensional. Perbedaannya yang
paling menonjol yaitu dalam Islam dikatakan bahwa uang bukanlah barang
dagangan, dan nilai waktu uang dalam sistem konvensional membolehkan
riba yang jelas diharamkan dalam syariat Islam.

C. Time Value of Money dalam Pandangan Konvensional

Nilai uang sangat dipengaruhi oleh waktu. Nilai waktu dari uang
merupakan suatu pertimbangan yang kritikal dalam keputusan keuangan
dan investasi dalam teori konvensional. Dalam teori konvensional
dikatakan bahwa time value of money atau nilai waktu uang menjadi
bagian penting dalam proses bisnis, karena tujuan berbisnis adalah
mendapakan keuntungan atau laba, keuntungan tersebut dapat diperoleh
dengan melakukan penerapan konsep nilai waktu uang dalam
pengelolaannya. 

Beberapa perhitungan terhadap Value of money dalam


konvensional, sebagai berikut:

 Tingkat bunga, tingakt bunga dapat digunakan untuk melaporkan


nilai waktu dari uang. Tingkat bunga membolehkan untuk
menyesuaikan nilai arus kas yang diterima maupun dibayarkan pada
waktu tertentu dalam waktu yang berbeda. Namun teori bunga
merupakan yang diharamkan dalam Islam. Dalam tingkat bunga
dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
1. Tingkat Bungan Sederhana, merupakan bunga yang
dibayarkan atau diterima berdasarkan pada nilai asli, atau nilai
pokok, yang dipinjam atau dipinjamkan.
2. Tingkat Bunga Majemuk, merupakan bunga yang
dibayarkan atau diterima dari suatu pinjaman (investasi)
ditambahkan pada nilai pokoknya secara periodik.
 Nilai yang Akan datang (Future Value), dijelaskan bahwa nilai
uang yang diinvestasikan hari ini atau disebut future value karena
melalui metode bunga. Maka, future value merupakan nilai pada masa
yang akan datang dari uang pada saat sekarang ini.
 Nilai Sekarang (Present Value), merupakan lawan dari future value
yakni besarnya jumlah uang pada awal periode atas dasar tingkat
bunga tertentu dari jumlah uang yang baru akan diterima atau periode
tertentu. Maka, present value ini menghitung nilai uang pada waktu
sekarang untuk sejumlah uang yang baru akan dimiliki pada waktu
yang akan datang.

Menurut pendapat konvensional, ada dua hal yang menjadi


landasan dari pada konsep time value of money, yakni:

1. Present of inflation (adanya inflasi), yaitu pihak bank akan meminta


kompensasi untuk hilangnya daya beli uang akibat inflasi.
2. Preference present consumption to future consumption. Pada
umumnya present consumption lebih disukai daripada future
consumption.

Pada dasarnya, time value of money muncul dari adanya ekses


biologi dalam bidang kajian ekonomi, yang di mana konsep ini ada karena
adanya pendapat bahwa uang disamakan dengan barang yang hidup yang
dapat menjadi lebih berkembang seiring berjalannya waktu.
D. Pandangan Islam tentang Time Value of Money
Pada dasarnya Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar,
bukan sebagai barang dagangan. Uang harus berputar dalam perekonomian
dan tidak boleh dibiarkan menganggur dalam waktu yang terlalu lama,
apalagi sampai bertahun-tahun. Dalam hal pengelolaan nilai waktu uang
(time value of money) dalam Islam berbeda dengan sistem konvensional,
meskipun kedua-duanya menghasilkan tambahan pada harga setiap barang
yang dikontrakkan. Tambahan yang dihasilkan melalui pemakaian konsep
nilai waktu uang dalam Islam tidak dianggap sebagai riba yang
diharamkan. Tetapi merupakan tambahan yang diperoleh dari penerapan
nilai waktu uang dalam sistem konvensional dianggap riba hakiki.
Beberapa tokoh Islam berpendapat bahwa dalam konsep time value
of money yang membolehkan atau membenarkan adanya pengambilan
bunga atas pinjaman bukanlah sifat dalam sistem keuangan Islam. Namun,
sebagaimana disebutkan di atas, beban bunga hanya salah satu biaya
kesempatan atau opportunity cost yang sepertinya memperbolehkan nilai
waktu dari uang dalam kajian analisis konvensional. Islam mendorong
seseorang agar membayar hutang orang lain sesegera mungkin. Oleh
karena itu, banyak tokoh Islam yang berpendapat bahwa nilai waktu dari
uang merupakan konsep yang berlaku di bidang ekonomi dan keuangan
Islam.
Islam mengakui adanya nilai waktu uang dalam aktivitas
perekonomian atau transaksi keuangan yang dikontrakkan. Pengakuan ini
dapat dibuktikan berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur’an, hadis dan
pernyataan para fuqaha berkaitan dengan kebolehan atas
kontrak murabahah. Dalam kontrak murabahah, penjual menetapkan
harga yang lebih tinggi secara reliable dan terjamin dibandingkan harga
tunai. Alasan penetapan kenaikan harga dalam kontrak murabahah yang
dikemukakan oleh para fuqaha, karena fuqaha memperhatikan pengaruh
dimensi waktu atas harga suatu barang.
Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept, sehingga harus
berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam
perekonomian, maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat
dan semakin baik perekonomian. Islam juga telah menetapkan bagi kaum
muslimin kepada jenis tertentu yaitu emas dan perak. Kesimpulan ini
berdasarkan beberapa alasan, yaitu:
1. Islam sudah menentukan jenis tertentu yaitu emas dan perak.
2. Islam juga mengharamkan penimbunan emas dan perak, yang
tertuju kepada penimbun.
3. Rasulullah Saw. telah menetapkan emas dan perak sebagai
mata uang, dan menjadikan hanya emas dan perak sajalah
sebagi standard uang, di mana standard barang dan jasa akan
dikembalikan kepada standard tersebut.
4. Ketika Allah Swt mewajibkan zakat uang, maka Allah telah
me-wajibkan zakat tersebut untuk emas dan perak, kemudian
Allah menentukan nishāb zakat dengan emas dan perak.
5. Islam menetapkan hukum pertukaran uang, Islam menetapkan
uang dalam bentuk emas dan perak.
E. Asas – Asas Terhadap Bentuk wujud Time Value of Money
Terdapat 3 asas terhadap bentuk wujud time value of money,
yakni:
1. Konsep keutamaan nilai, dinyatakan bahwa waktu sekarang
adalah lebih berharga dan bernilai dibanding dengan waktu
yang akan datang.
2. Kebolehan menaikkan harga barang disebabkan
tangguhan, Kebolehan menaikkan harga disebabkan
tangguhan juga membuktikan bahwa waktu juga mempunyai
nilai ekonomi yang dapat diberikan imbalan dalam bentuk
uang.
3. Kaidah fiqh yang berkaitan dengan nilai waktu uang,
Kewujudan nilai waktu dari uang juga boleh dibuktikan dengan
asas yang lain yaitu kaidah fiqh yang sering dibahas oleh
fuqaha.
F. Perubahan Nilai Riil Pendapatan dalam Aplikasi Time Value of
Money
Di antara bentuk perhatian Islam terhadap hak-hak pihak yang
mengadakan kontrak kerja adalah upah atau imbalan sewa. Menurut
hukum Islam, disyaratkan pembayaran upah atau imbalan sewa haruslah
ditetapkan terlebih dahulu. Imbalan sewa atau upah tersebut haruslah jelas
dan diketahui spesifikasinya baik dari segi jenis, kadar dan sifatnya.
Hendaklah upah yang diperjanjikan ditentukan secara pasti dan
menentukan jangka waktunya. Maksudnya yaitu perlu mempertimbangkan
konsep time value of money yang mampu memberi perlindungan bagi
pihak-pihak yang berkontrak dari kemungkinan menurunnya nilai riil
pendapatan yang akan didapatkan oleh para investor.
Sebaliknya, agar suatu produk keunagan Islam akan dapat bersaing
dalam pasar, maka produk yang dimaksud tersebut harus mampu
melindungi pihak-pihak yang terlibat dari kemungkinan menghadapi
risiko.
Pengaruh nilai waktu uang terhadap pendapatan, di mana uang
memiliki nilai ekonomi atau nilai keuangan yang perlu diperhitungkan.
Pertimbanganyang  terhadap pada time value of money penting agar para
pihak yang mengadakan kontrak dapat terhindar dari resiko kerugian dan
ketidak adilan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa time value of
money adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa suatu nilai uang
pada masa kini akan lebih berharga dibandikan dengan di masa yang akan
datang. Sehingga, efeknya terhadap uang harus selalu bertambah dan
bertambah di karenakan seiring berjalannya waktu untuk menghubungkan
antara nilai uang dan waktu. Hal seperti ini merupakan penerapan dari
sistem bbungan ataupun riba. Sedangkan, pandangan Islam justru
mengenal time value of money, yaitu bahwa waktu memiliki nilai
ekonomi.
Sebenarnya dalam melakukan konsep nilai waktu uang haruslah
bebas dari unsur-unsur riba, namun nilai waktu uang tidak dianggap riba
jika waktu tersebut diberikan imbalan uang secara bersama-sama atau
secara tidak langsung seperti dalam jual beli tangguh dan kontrak
murabahah.
Pada intinya, konsep dan proses dalam melakukan nilai waktu uang
atau time value of money dalam Islam berbeda dengan sistem
konvensional, meskipun kedua-duanya menghasilkan tambahan ke atas
harga barang yang dikontrakkan. Perbedaannya yang paling terlihat adalah
dalam Islam bahwa uang bukanlah barang yang dapat diperdagangkan, dan
nilai waktu uang dalam sistem konvensional membolehkan riba yang jelas
diharamkan dalam Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Manajemen Keuangan Bisnis (Bogor: Ghalia Indonesia,


2007), hlm. 23-24.

Edi Wibowo & Untung Hendry Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 45-46.

Indriyo Gitosudarmo dan Basri, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta:


BPFE-Yogyakarta, 2002), hlm. 121.

James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Prinsip-Prinsip


Manajemen Keuangan, (Terj. Dewi Fitriasari dkk), (Jakarta:
Salemba Empat, 2005), hlm. 60.

Manahan P. Tampubolon, Manajemen Keuangan (Bogor: Ghalia


Indonesia, 2005). hlm. 111.

Misbahul Khoir, “Nilai Waktu dari Uang dalam Perspektif Ekonomi


Islam”, Jurnal Ekonomi Syariah (JES), Vol.1, No.1, 2016, hlm. 72.

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi


Keuangan (Jakarta: IIIT, 2011), hlm. 120.

Ni Lu Putu Wiagustini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Bali:


Udayana University Press, 2012), hlm. 166-167.

Sudarsono dan Edilius, Kamus Ekonomi: Uang dan Bank, (Jakarta: Rineka


Cipta, 2001), hlm. 246.

Taqyuddin al-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif


Persepektif Islam, Cet.VIII (Surabaya: Risalah Gusti, 2009), h. 297.

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabeta,


2006), h. 16.

Anda mungkin juga menyukai