Bank
d
i
s
u
s
u
n
oleh : kelompok 5
nama :
1. Arsyad ridho
2. M. Kalkausar
3. Mega mustika
4. Mutia salsabila
5. Rusni anda
6. Sisi haryanti
Berbeda dari kedua nama yang diberikan oleh kedua kelompok masyarakat di atas, bank dalam
masyarakat Prancis disebut banque yang juga berarti peti atau lemari yang berfungsi untuk
menyimpan uang. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian bank adalah
badan yang mengurus uang, menerima simpanan dan memberi pinjaman dengan memungut
bunga.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,
yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Artinya, aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan
menghimpun dana dan menyalurkan dana ini merupakan kegiatan utama perbankan.
Berikut ini adalah definisi/pengertian bank menurut para ahli dan berbagai sumber:
1. Dahlan Siamat
Menurut Dahlan Siamat, bank didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang kegiatan utamanya
menerima simpanan dari masyarakat dan atau pihak lainnya kemudia mengalokasikannya kembali
untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. F.E. Perry
Menurut F.E. Perry, bank adalah suatu badan usaha yang traksaksinya berkaitan dengan uang,
menerima simpanan (deposito) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan
penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan
simpanan tersebut sampai dibuthkan untuk pembayaran kembali.
3. Kuncoro
Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2000: 68), definisi dari
bank adalaha lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan
menyalurkan kembali dana tersebtu ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasajasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
4. Pierson
Menurut Pierson, seorang ahli ekonomi dari Belanda, bank adalah badan atau lembaga yang
menerima kredit. Bank menerima simpanan dari masyarkat dalam bentuk giro, deposito berjangka
dan tabungan. Simpanan dari masyarakat tersebut kemudian dikelola dengan cara
menyalurkannya dalam bentuk investasi dan kredit kepada badan usaha swata atau pemerintah.
Dari kegiatan tersebut, bank memeperoleh keuntungan berupa dividen atau pendapatan bunga
yang dapat digunakan untuk membayar biaya operasional dan mengambangkan usaha.
5. Prof. GM. Verrijin Stuart
Dalam bukunya Bank Politik, Prof. GM. Verrijin Stuart mendefiniskan bank sebagai suatu badan
usaha yang bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri
atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat
penukaran baru berupa uang giral.
6. Somary
Somary menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang aktif memberikan kredit kepada
nasabah, untuk jangka pendek, menengah, atau jangka panjang, bank pemerintah memperoleh
dana dari anggaran belanja Negara yang disisihkan, sedangkan bank swasta memperoleh modal
dari saham. Apabila modal saham tidak mencukupi, maka bank dapat melakukan pengumpulan
dana melalui:
a. Kredit likuiditas dari bank sentral
b. Pinjaman dari bank-bank dalam dan luar negeri
c. Penerbitan saham baru, obligasi dan sertifikat bank
Keuntungan yang diperoleh bank berasal dari selisih antara bunga kredit yang diterima dan yang
dikeluarkan.
7. RG. Howtery
RG. Howtery dalam bukunya Currency on Credit, menyatakan bahwa uang di tangan masyarakat
berfungsi sebagai alat penukar (medium exchange) dan sebagai alat pengukur nilai (standard on
value). Masyarakay memperoleh alat penukar (uang) berdasarkan kredit yang diperoleh oleh badan
perantara utang dan piutang, yaitu bank. Dari pendapat ini, dapat disimpulkan suatu definisi bank,
yaitu badan perantara kredit.
8. A. Abdurracham
Dalam bukunya Ensiklopedi Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, A. Abdurrachman merumuskan
defisini bank sebagai suatu lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti
pinjaman, mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda
berharga, membiayai usaha perusahaan, dan lain-lain. Menurutnya bank adalah suatu usaha
perdagangan yang menjual jasa penyimpanan uang dan pemberian kredit dengan tujuan mencari
keuntungan yang wajar dari bermoral.
9. UU No. 14 Tahun 1967
UU No. 14 Tahun 1967 mengatur tentang pokok-pokok perbankan. Dalam memberikan kredit
didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam
lalu lintas pembayaran dan pengedaran uang. Pemberian kredit dapat dilakukan dengan modal
sendiri. Dengan dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, atau dengan mengedarkan alat-alat
pembayaran berupa uang giral.
10. UU No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1
UU No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 1 yang mengatur tentang perbankan memberikan definisi
tentang bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanand an menyalutkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Definisi ini menjelaskan bahwa
dalam menjalankan usahanya bank tidak hanya mencari keuntunga samara, tetapi juga berfungsi
sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pendapatan.
Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan kembali pengertian umum tentang
bank, yaitu lembaga keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok masyarakat yang
berkelebihan dana menyalurkannya kepada kelompok masyarakat yang kekurangan dan
membutuhkan dana serta memenuhi persyaratan terntentu untuk diberikan bantuan dana
tersebut.
Bank Danamon
3) Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan koperasi. Sebagai
contoh adalah Bank Umum Koperasi Indonesia.
4) Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing
maupun pemerintah aing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.
Contoh Bank Milik Asing antara lain:
Deutsche Bank
Bank of Amerika
Bank of Tokyo
c. Dilihat dari Segi Status
Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat
baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk
memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan criteria tertentu.
Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkasi keluar negeri,
travelers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan
untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
2) Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksankan transaksi sebagai bank devisa.
Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan
masih dalam batas-batas Negara.
d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun
harga beli terbagi dalam dua kelompok.
1) Bank yang berdasarkan prinsp konvensional
Asal mula bank di Indonesia dibawa oleh colonial Belanda sehingga mayoritas bank yang
berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensial. Dalam
mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan
prinsip konversional menggunakan dua metode, yaitu:
a) Menentukan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpana seperti giro, tabungan maupun
deposito. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan
lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spread.
b) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai
biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. System pengenaan biaya ini dikenal dengan
istilah fee based.
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun, di luar negeri
terutama di Negara-negara Timur Tengah bank yang berdasarkan prinsip syariah sudah
berkembang pesat sejak lama.
bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan
bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hokum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan
usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
adalah sebagai berikut.
a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
Mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan
seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak yaitu 60% untuk bank dan 40% untuk peminjam, namun pembagian
keuntungan dihitung setelah disisihkannya hasil keuntungan untuk mengembalikan modal.
Contoh untuk kasus ini misalnya Tn. Ivan Pratama hendak melakukan usaha dengan modal
Rp150.000.000,-. Diperkirakan dari usaha tersebut akan memperoleh pendapatan Rp100.000.000,per bulan dan modal disediakan seluruhnya oleh Bank Syariah Lepar Pongok. Dari keuntungan ini
disisihkan dulu untuk mengembalikan modal, misalnya Rp45.000.000,-. Selebihnya dibagikan
antara Bank Syariah Lepar Pongok dengan Tn. Ivan Pratama sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya (60:40). Sehingga diperoleh (60% x Rp55.000.000,- = Rp33.000.000,- ) untuk Baank
Syariah Lepar Pongok dan 40% (40% x Rp55.000.000,- = Rp22.000.000,- ) untuk Tn. Ivan Pratama.
b)
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha.
Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau
resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Contoh kasus untuk prinsip al-Musyarakah adalah sebagai berikut.
Nn. Siti Rahmah hendak melakukan usaha, tetapi kekurangan modal. Modal yang dibutuhkan
sebesar Rp70.000.000,- sedangkan modal yang dimilikinya hanya tersedia Rp35.000.000,-. Ini
berarti Nn. Siti Rahmah kekurangan dana sebesar Rp35.000.000,-. Untuk menutupi kekurangan
dana tersebut Nn. Siti rahmah meminta bantuan Bank Syariah Petaling dan disetujui. Dengan
demikian, modal untuk usaha atau proyek sebesar Rp35.000.000,- dipenuhi oleh Nn. Siti Rahmah
50% dan Bank Syariah Petaling 50%. Jika pada akhirnya proyek tersebut memberikan keuntungan
sebesar Rp15.000.000,- maka pembagian hasil keuntungan adalah 50:50, artinya 50% untuk Bank
Pelating (Rp7.500.000,-) dan 50% untuk Nn. Siti Rahmah (Rp7.500.000,-). Dengan catatan pada
akhir suatu usaha Nn. Siti Rahmah tetap akan mengembalikan uang sebesar Rp35.000.000,ditambah Rp7.500.000,- untuk keuntungan Bank Syariah Pelanting dari bagi hasil.
c) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Dalam hal ini penjual harus lebih dulu memberithukan harga pokok yang ia beli
ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Contoh kasus murabahah
Ny. Cahaya memerlukan sebuha mobil senilai Rp30.000.000,-. Jika Bank Syariah Payung yang
membiayai pembelian mobi tersebut, maka Bank Syariah Payung mengharapkan suatu keuntungan
sebesar Rp6.000.000,- selama 3 tahun, maka harga yang ditetapkan kepada Ny. Cahaya adalah
Rp36.000.000,-. Kemudian jika nasabah setuju, maka nasabah dari mencicil dengan angsuran
Rp1.000.000,-. Per bulan (diperoleh dari Rp36.000.000,-:36 bulan) kepada Bank Syariah payung.
d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (Ijarah)
e) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan dari pihak
bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)
2. Fungsi Bank
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992, Bab I pasal 3, dijelaskan bahwa fungsi
utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Adapaun fungsi-fungsi perbankan secara umum antara lain sebagai berikut:
a. Fungsi perantaraan dalam transaksi
Bank bertindak sebagai penghubung antara nasabah yang satu dengan yang lainnya jika keduanya
melakukan transaksi. Dalam hal ini kedua orang tersebut tidak secara langsung melakukan
pembayaran, tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk menyelesaikannya.
b. Fungsi tabungan dan perkreditan
Pada dasarnya, bank merupakan tempat penitipan atas penyimpanan uang, pemberi atau penyalur
kredit. Sebagai tempat penyimpanan uang (tabungan), yang pada hakekatnya sama dengan
deposito berjangka. Dalam kaitan ini, Islam menerapkan istilah tabungan Mudharabah.
Sebagai lembaga pemberi atau penyalur kredit, bank dapat memanfaatkan uang yang disimpan
oleh nasabah pada bank tersebut dikarenakan tidak semua orang sekaligus datang berbondongbondong ke bank untuk mengambil uang. Pandangan Islam dalam ha ini adalag al-musyarakah
atau syirkah.
c. Fungsi stabilitas moneter melalui suku bunga
Sebetulnya, tidak ada perbedaan tajam antara bunga dan riba. Islam dengan jelas dan tegas
melarang semua bentuk bunga betapapun hebat dan meyakinkannya nama yang diberikan
kepadanya. Tetapi dalam ekonomi kapitalistik, bunga adalah pusat berputarnya system perbankan.
Bahkan dikatakan bahwa tanpa bunga, system perbankan menjadi tanpa nyawa dan seluruh
perekonomian akan lumpuh.
d. Fungsi transaksi uang sebagai komoditas
Dalam pandangan Islam, uang adalah sebagai alat penukar, bukan komoditi. Peranan uang ini
dimaksudkan untuk melengkapi ketidakadilan dalam ekonomi tukar menukar.
e. Penghimpun dana untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank
memiliki beberapa sumber yang secara garis besat ada tiga sumber, yaitu:
1) Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu pendirian
2) Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan seperti
usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
3) Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana yang
berupa Kredit Likuiditas dan Call Money ( dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang
meminjam).
C.
Tugas dan Tanggung Jawab bank
1. Tugas Bank
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
1) Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan laju inflasi yang ditetapkannya.
2) Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara termasuk tetapi tidak
terbatas pada:
-
Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik rupiah maupun valuta asing
Penetapan tingkat diskonto
bertransaksi dengannya atas harta-harta itu, maka transaksi dalam bentuk ini adalah halal tanpa
syubhat (kesamaran), karena tidak ada teks keagamaan di dalam Alquran atau dari Sunnah Nabi
yang melarang transaksi di mana ditetapkan keuntungan atau bunga terlebih dahulu, selama
kedua belah pihak rela dengan bentuk transaksi tersebut."
Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta di antara kamu
dengan jalan yang batil. Tetapi (hendaklah) dengan perniagaan yang berdasar kerelaan di antara
kamu. (QS. an-Nisa': 29).
Kesimpulannya, penetapan keuntungan terlebih dahulu bagi mereka yang menginvestasikan harta
mereka melalui bank-bank atau selain bank adalah halal dan tanpa syubhat dalam transaksi itu.
Ini termasuk dalam persoalan "Al-Mashalih Al-Mursalah", bukannya termasuk persoalan aqidah
atau ibadat-ibadat yang tidak boleh dilakukan atas perubahan atau penggantian.
4. Kata A. Hasan Bangil bunga bank itu halal. karena tidak ada unsur lipat gandanya.
KESIMPULAN HUKUM BANK KONVENSIONAL DALAM ISLAM
Mayoritas ulama (jumhur) sepakat bahwa praktik bunga yang ada di perbankan konvensional
adalah sama dengan riba dan karena itu haram. Walaupun ada sejumlah layanan perbankan yang
tidak mengandung unsur bunga dan karena itu halal. Namun demikian, ada sejumlah ulama yang
menganggap bahwa bunga bank bukanlah riba dan karena itu halal hukumnya.
Bagi seorang muslim yang taat dan berada dalam kondisi yang ideal dan berada dalam posisi yang
dapat memilih, tentunya akan lebih baik kalau berusaha menjauhi praktik bank konvensional yang
diharamkan. Namun, apabila terpaksa, Anda dapat memanfaatkan segala layanan bank
konvensional karena ada sebagian ulama yang menghalalkannya.
ANEKA LAYANAN BANK KONVENSIONAL
Bank-bank besar seperti Bank Mandiri, Bank BRI, BCA, dll umumnya memiliki produk dan layananlayanan berikut:
1. Layanan Transaksi Perbankan yang meliputi Safe Deposit Box, Transfer, Remittance, Collection
and Clearing, Bank Notes, Travellers Cheque, Virtual Account, Open Payment, Auto Debit, Payroll
Services
2. Produk Simpanan yang meliputi tabungan, Giro, Deposito Berjangka, dll.
3. Perbankan Elektronik yang meliputi ATM (multifungsi, non tunai dan setoran tunai), Debit, Tunai,
Internet Banking, Mobile Banking,Phone Banking, SMS Top Up, SMS Push Notification, dll.
4. Layanan Cash Management yang meliputi Payable Management / Disbursement, Receivable
Management / Collection
Liquidity Management
5. Kartu Kredit
6. Fasilitas Kredit yang meliputi Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kredit Modal
Kerja, Kredit Sindikasi, Kredit Ekspor, Trust Receipt, Kredit Investasi, Distributor Financing, Supplier
Financing, Dealer Financing, Warehouse Financing, dll.
7. Bank Garansi meliputi Bid Bond, Performance Bond, Advance Payment Bond, Pusat Pengelolaan
Pembebasan dan Pengembalian Bea Masuk (P4BM), dll.
8. Fasilitas Ekspor Impor meliputi Letter of Credit (L/C), Negotiation, Bankers Acceptance, Bills
Discounting,
Documentary Collections, dll.
9. Fasilitas Valuta Asing meliputi Spot, Forward, Swap, dll.
Intinya, produk layanan bank konvensional tidak hanya berkaitan dengan pinjaman, tabungan dan
deposito saja.
Para ulama dan cendekiawan muslim masih berbeda pendapat tentang hukum muamalah dengan
bank konvensional dan bunga bank diantaranya:
Abu zahrah, abu ala al-Maududi Abdullah al- Arabi dan yusuf Qardhawa mengatakan bahwa bunga
bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh islam. Karena itu umat islam tidak boleh
bermuamalah dengan bank yang memakai system bunga, kecuali dalam keadaan darurat atau
terpaksa. Bahkan menurut Yusuf Qardhawi tidak mengenal istilah darurat atau terpaksa, tetapi
secara mutlak beliau mengharamkannya. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Syirbashi, menurut beliau
bahwa bunga bank yang diperoleh seseorang yang menyimpan uang di bank termasuk jenis riba,
baik sedikit maupun banyak. Namun yang terpaksa, maka agama itu membolehkan meminjam
uang di bank itu dengan bunga. Jumhur (mayoritas/kebanyakan) Ulama sepakat bahwa bunga
bank adalah riba, oleh karena itulah hukumnya haram. Pertemuan 150 Ulama terkemuka dalam
konferensi Penelitian Islam di bulan Muharram 1385 H, atau Mei 1965 di Kairo, Mesir menyepakati
secara aklamasi bahwa segala keuntungan atas berbagai macam pinjaman semua merupakan
praktek riba yang diharamkan termasuk bunga bank. Berbagai forum ulama internasional yang
juga mengeluarkan fatwa pengharaman bunga bank,
Musthafa Ahmad Zarqa Guru Besar Hukum Islam dan Hukum Perdata pada universitas syiria di
Damaskus mengatakan, berpendapat bsebagai berikut:
a.
System prbankan yang berlaku sampai kini dapat diterima sebagai suatu penyimpangan
yang bersifat sementara. Dengan kata lain istem perbankan merupakan suatu kenyataan yang
tidak dapat dihindari sehingga umat islam diperbolehkan bermuamalah atas dasar pertimbangan
darurat, tetapi umat islam harus senantiasa berusaha mencari jalan keluar.
b.
Pengertian riba dibatasi hanya mengenai praktek riba di kalangan jahiliyah yaitu yang benarbenar merupakan suatu pemerasan dari orang-orang mampu (kaya) terhadap orang-orang miskin
dalam utang-piutang yang bersifat konsumtif, bukan utang-piutang yang bersifat produktif.
c.
Bank-bank dinasionalisasi sehingga menjadi perusahaan Negara yang akan menghilangkan
unsure-unsur ekploitasi. Sekalipun bank Negara mengambil bunga sebagai keuntungan,
penggunanya bukan untuk orang-orang tertentu, melainkan akan menjadi kekayaan Negara yang
akan digunakan untuk kepentingan umum.
Ulama di negara-negara Timur Tengah dan beberapa orang pakar ekonomi di negara sekuler,
berpendapat bahwa riba tidaklah sama dengan bunga bank. Seperti Mufti Mesir Dr. Sayid Thantawi
yang berfatwa tentang bolehnya sertifikat obligasi yang dikeluarkan Bank Nasional Mesir yang
secara total masih menggunakan sistem bunga, dan ahli lain seperti Dr. Ibrahim Abdullah anNashir. Doktor Ibrahim dalam buku Sikap Syariah Islam terhadap Perbankan mengatakan,
Perkataan yang benar bahwa tidak mungkin ada kekuatan Islam tanpa ditopang dengan kekuatan
perekonomian, dan tidak ada kekuatan perekonomian tanpa ditopang perbankan, sedangkan tidak
ada perbankan tanpa riba. Ia juga mengatakan, Sistem ekonomi perbankan ini memiliki
perbedaan yang jelas dengan amal-amal ribawi yang dilarang Al-Quran yang Mulia. Karena bunga
bank adalah muamalah baru, yang hukumnya tidak tunduk terhadap nash-nash yang pasti yang
terdapat dalam Al-Quran tentang pengharaman riba. Mr. Kasman Singodimedjo berpendapat,
sistem perbankan modern diperbolehkan karena tidak mengandung unsur eksploitasi yang dzalim,
oleh karenanya tidak perlu didirikan bank tanpa bunga. A.Hasan Bangil, tokoh Persatuan Islam
(PERSIS), secara tegas menyatakan bunga bank itu halal karena tidak ada unsur lipat gandanya.
Prof.Dr.Nurcholish Madjid berpendapat bahwa riba di mengandung unsur eksploitasi satu pihak
kepada pihak lain, sementara dalam perbankan (konvensional) tidaklah seperti itu. Dr.Alwi Shihab
dalam wawancaranya dengan Metro TV sekitar tahun 2004 lalu, juga berpendapat bunga bank
bukanlah riba.
Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam muktamar di sidoarjo Jawa Timur tahun 1968 memutuskan
bahwa; a) Riba hukumnya haram dengan nash sharih Quran dan sunah, b) Bank dengan sistem
riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya halal, c) Bunga yang diberikan oleh bankbank milik Negara kepada para nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk
perkara musytabiat , d) menyarankan kepada PP muhammadiya untuk mengusahakan terwujudnya
konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah islam.
SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
1. SISTEM PENGHIMPUNAN DANA
Metode penghimpunan dana yang ada pada Bank-bank konvensional didasari teori yang
diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga Kegunaan,
yaitu fungsi transaksi, cadangan, dan investasi. Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun
disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan, dan deposito.
Berbeda dengan hal berikut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam
menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari
sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:
a. Sumber Dana
Sebagai salah satu lembaga yang berfungsi untuk mengimpun dana masyarakat, bank syariah
harus memiliki sumber dana optimal sebelum disalurkan kembali ke masyarakat. Disamping itu,
sebagai bang syariah yang di tuntut untuk mempraktikan kaidah Islam, maka perlu dipahami
terlebih dahulu dana masyarakat dan transaksi-transaksinya yang tidak bertentangan dengan
syariat Islam. Sumber dana yang dapat dihimpun dari masyarakat terdiri dari (3) tiga jenis dana,
yaitu dana modal yaitu dana dari pendiri bank dan dari para pemegang saham tersebut , dana
titipan masyarakat baik yang dikelola oleh bank dalam sistem Wadiah, maupun yang
diinvestasikan melelui bank dalam bentuk dana investasi khusus (Mudhrabah Muqayyadah) atau
investasi terbatas (Mudhrabah Muqayyadah) serta dana zakat, infak, dan sadaqah.
1) Modal
Modal merupakan dana (dalam bentuk pembeliaan saham) yang disediakan oleh pemilik yang
mempunyai hak untuk memperoleh dividen dan penggunaan modal yang disertakan tersebut.
Dalam perbankan syariah, mekanisme penyertaan modal pemegang saham dapat dilakukan
melalui musyawarah fi sahm asy-syariqah atau equity partcipation pada saham perseroan bank
2)Dana titipan masyarakat
3)Dana dari ZIS
Dana ini peruntukannya jelas satu dari ciri khas bank syariah selain mengelola dana untuk
kepentingan komersial bank juga harus berfungsi sebagai pengelola dana untuk kepentingan
sosial. Dalam pelaksanaannya, bank syariah dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga sosial
lainnya yang bergerak di bidang pemberdayaan perekonomian masyarakat seperti Dompet
Dhuafa, Forum Zakat (FOZ), dan Badan Amil Zakat (BAZ)
b.Titipan (Al-Wadiah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam penghimpunan dana adalah dengan
menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah Al-Wadiah. AlWadiah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki.
Secara umum terdapat dua jenis Al-Wadiah, yaitu:
1)Wadiah Yad Al-Amanah. Jenis ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.Harta atau benda yg dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan
b.Penerima titipan (bank) hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa mengambil manfaatnya
c.Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya (Fee) kepada
yang menitipkan.
Adapun bentuk aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
2)Wadiah Yad Adh-Dhomah. Wadiah jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.Harta atau benda yang dititipkan diperbolehkan untuk dimanfaatkan oleh penyimpan
b.Apabila ada hasil dari pemanfaatan benda titipan, maka hasil tersebut menjadi hak dari
penyimpanan. Tidak ada kewajiban dari penyimpan untuk memberikan hasil tersebut kepada
penitip sebagai pemilik benda
Prinsip ini di aplikasikan dalam bentuk giro dan tabungan. Namun perlu ditekankan disini bahwa
bank tidak memperjanjikan hasil dari benda titipan yang di manfaatkan tersebut kepada nasabah.
Pemberian hasil hanya sebagai bonus dari kebijakan bank dan tidak ditentukan atau disebutkan
dalam akad.
3)Investasi (Mudharabah)
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabbah yang mempunyai tujuan
kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini
adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan dibank syariah berperan sebagai investor murni yang
menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Dengan demikian deposan bukanlah lander
atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional. Secara garis besar mudharabbah
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a)Mudharabah Muthlaqah
Dalam prinsip ini hal utama yang menjadi cirinya adalah shahibul maal tidak memberikan batasanbatasan atas dana yang diinvestasikannya atau dengan kata lain, mudharib di beri wewenang
penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat, jenis, usaha, dan jenis pelayanannya. Aplikasi
perbankan yang sesuai dengan akad ini adalh tabungan dan deposito berjangka.
b)Mudharabah Muqayyadah
Pada jenis akad ini, shahibul maal memberikan batasan atas dana yang diinvestasikannya.
Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan jenis usaha, tempat, dan
waktu tertentu saja. Aplikasinya dalam perbankan adalah special investment based on restricted
mudharabah. Model ini dirasa sanagt cocok pada saat krisis dimana sektor perbankan mengalami
kerugian meyeluruh. Dengan special investmen, investor tertentu tidak perlu menanggung over
head bank yang terlalu besar karena seluruh dananya masuk ke proyek khusus dengan return dan
cost yang dihitung khusu pula.
2.SISTEM PENYALURAN DANA (Financing)
Bank syariah sebagai suatu lembaga keuangan akan terlibat dengan berbagai jenis kontrak
perdagangan syariah. Semua elemen kontrak sudah pasti mempunyai asas dan prinsip yang jelas
secara syariah. Penyakluran dana perbankan syariah dapat dikategorikan menjadi dua bentuk,
yaitu;
a.Equity Financing
Bentuk ini terbagi pula dalam pilihan skim mudharabah muthalaqah/muqayyadah atau dalam
bentuk musyarakah.
1)Al-Mudharabah
Dari segi konsep dasar, mudharabah yang akan dijelaskan disini sama dengan mudharabah yang
telah dijelaskan sebelumnya dalam penghimpunan dana bank (deposit nasabah), namun ada yang
membedakannya. Al-Mudharabah pada pelaksanaan deposit nasabah, maka nasabah sebagai
penyandang dana bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib (pengelola dana).
Sedangkan pada skim pembiayaan, bank bertindak sebagai shahibul maal dan pengelola usaha
bertindak sebagai mudharib. Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan
bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah
mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank.
Dalam pelaksanaaan kontrak AL-Murabahah, bank tidak dibenarkan meletakkan kolateral (jaminan)
kepada nasabah, karena ia bukan bersifat utang, ia bersifat kerja sama dengan modal kepercayaan
antara bank dan nasabah. Dengan kata lain, masing-masing pihak mempunyai bagian atas hasil
usaha bersama tersebut dan juga beban risikonya (full investment).
2) Al-Musyarakah
Yang dimaksud dengan musyarakah adalah akad antara dua orang atau lebih dengan menyertakan
modal dan dengan keuntungan dibagi sesama mereka menurut porsi yang disepakati. Musyarakah
lebih dikenal dengan sebutan syarikat merupakan gabungan pemegang saham untuk membiayai
suatu proyek, keuntungan dan proyek tersebut dibagi menurut presentse yang disetujui, dan
seandainya proyek tersebut mengalami kerugian, maka beban kerugian tersebut ditanggung
bersama oleh pemegang saham secara proporsional.
Bank syariah dalam aplikasinya hanya menggunakan instrumen syarikat Al-Man, karena jenis
syarikat inilah yang lebih sesuai dengan keadaan perdagangan saat ini. produk-produk yang
dikeluarkan melalui syarikat biasanya beraneka ragam, diantaranya modal ventura, dimana bank
ikut memberi modal terhadap suatu perusahaan dan dalam jangka waktu tertentu akan melepas
kembali saham perusahaan tersebut kepad rekan kongsi dan kemungkinan juga tetap bermitra
untuk jangka panjang. Di Indonesia, sudah ada banyak bank syariah yang melakukan produk
seperti ini, dan jenis usaha yang dibiayai antara lain perdagangan, industri (manufacturing), usaha
atas dasr kontrak dan lain sebagainya.dalam kontrak Al-Musyarakah, bank juga tidak boleh
memberatkan nasabah dengan persyaratan agunan atau kolateral, karena kontrak ini berbentuk
kerja sama dan bukan utang-piutang. Kesalahan pada pembebanan jaminan menyebabkan kontrak
menjadi fasad.
b.Debt Financing.
Debt Financing adalah dalam teori meliputi objek-objek berupa pertukaran antara barang dengan
barang (barter), barang dengan uang, uang dengan barang, dan uang dengan uang. Mengenai
objek pertama dan terakhir terdapat permasalahan pertukaran antara barang dengan barang
dipertimbangkan dapat menimbulkan ribah fadhal. Sedangkan pertukaran antara uang dengan
uang pun demikian, di khawatirkan dapat menimbulkan ribah nasiah. Pertukaran antar uang
dengan uang (sharf) dalam perbankan syariah dimasukkan dalam bidang jasa pertukaran uang,
yang mensyaratkan pertukaran langsung tanpa penundaan pembayaran. Oleh karena itu dalam
operasional perbankan syariah hanya digunakan dua objek lainnya, yaitu pertukaran antara barang
dengan barang dan uang dengan uang.
1.Barang dengan uang
Transaksi barang dengan uang yang dapat di lakukan dengan skim jual beli (bai) atau pun sewa
menyewa (ujrah). Yang termasuk skim jual beli adalah:
a.Bai Al-Murabahah
Skim ini adalah bentuk jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati, dalam bai Al- murabahah, penjual harus menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahannya (mark up). margin keuntungan adalah selisih harga jual dikurangi harga asal
yang merupakan pendapat bank. Pembayaran dari harga barang dilakukan secara tangguh atau
dengan kata lain dibayar lunas pada waktutertentu yang disepakati. Dari segi hukumnya
bertransaksi dengan menggunakan elemen murabahah ini adalah suatu yang dibenarkan dalam
islam. Keabsahannya juga bergantung pada syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan.
Adapun syarat-syarat tersebut adalah:
1.Pembeli hendaklah betul-betul mengetahui modal sebenarnya dari suatu barang yang hendak
dibeli
2.Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar untung atau tambahan harga yang
ditetapkan tanpa ada sedikit pun paksaan
3.Barang yang dijualbelikan bukanlah barang barang ribawi
4.Sekiranya barang tersebut telah dibeli dari pihak lain, jual beli yang pertama itu mestilah sah
menurut perundangan Islam.
Sedangkan rukun jual beli murabahah adalah:
1.
2.
3.
4.
Penjual (bai)
Pembeli (musytariy)
Barang (mabi)
Sighat dalam bentuk ijab kabul.
Menurut Mazhab Maliki, Syafii dan Hambali, kafalah adalah menjadikan seseorang (penjamin)ikut
bertanggung jawab atas tanggung jawab seseorang dalam pelunasan/pembayaran utang.
Aplikasinya dalam dunia perbankan adalah penerbitan garansi bank (Bank Guarantee). Ada
beberapa jenis wakalah, yaitu:
1)Kafalah bin Nafs, yaitu akad memberikan jaminan atas diri si penjamin (personal guarantee).
2)Kafalah bil-Maal, yaitu jaminan pembayaran atau pelunasan utang. Dalam aplikasinya di
perbankan dapat berbentuk jaminan uang muka (Advance Payment Bond) atau jaminan
pembayaran (Payment Bond).
3)Kafalah Mualaqah dan Munjazah, yaitu jaminan mutlak yang dibatasi oleh kurun waktu dan untuk
tujuan tertentu. Dalam perbankan modern hal ini diterapkan untuk pelaksanaan suatu proyek
(Performence Bond) atau jaminan penawaran (Bid Bond).
4)Kafalah Bit Taslim, yaitu penjaminan atas pengembalian atas barang sewa pada saat jangka
waktu habis.
c.Hawalah (Transfer Service)
Hawalah akad pemindahan utang atau piutang suatu pihak kepada pihak lain. Dalam hal ini ada
tiga pihak, yaitu pihak yang berutang (muhil atau madin), pihak yang memberi utang(muhal atau
daiin) dan pihak yang menerima pemindahan (muhal alaih). Akad hawalah diterapkan pada halhal berikut:
1)Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga
memindahkan piutang itu kepada bank.
2)Post-dated Check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayar terlebih dahulu
piutang tersebut.
3)Bill Discounting, dimana pada prinsipnya sama dengan pelaksanaan konsep hawalah, hanya saja
dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee yang tidak dikenal pada hawalah lainnnya.
d.Jualah
Jualah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak
kedua atas pelaksanaan suatu tugas/pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk
kepentingan pihak pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh bank dalam menawarkan berbagai
pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah, seperti referensi bank, informasi usaha dan lain
sebagainya.
e.Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan yang diterimanya.
Barang yang dithan tersebut harus memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang
menahan dapat memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Aplikasinya dapat berupa lembaga gadai dan pada bank diterapkan sebagai collateral
atas suatu pembiayaan/pinjaman.
f.Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan)
Al-Qardh adalah pembelian harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali atau dengan kata
lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fikih klasik, ard dikategorikan
dalam akad tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Sedangkan
aplikasinya dalam dunia perbankan syariah dapat berupa al-Qard al-Hasan sebagai bentuk
sumbangsih kepada dunia usaha kecil. Di indonesia sendiri, dana untuk skim ini berasal dari dana
Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah (BAZIS). Pada prinsipnya qardhul hasan merupakan pinjaman
dengan tujuan kebajikan, dimana peminjam hanya perlu membayar jumlah uang yang dipinjamkan
tanpa membayar tambahan.
g.Sharf
Sharf adalah transaksi pertukaran antara uangdengan uang. Pengertian pertukaran uang yang
dimaksud disini yaitu pertukaran valuta asing , dimana mata uang asing dipertukarkan dengan
mata uang domestik atau mata uang lainnya.