Anda di halaman 1dari 10

ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum perjanjian


Dosen pengampu: Sofiyatun Nurkhasanah, M.H.

IPAN NASIRUDIN
SEMESTER VI

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


STAIMA
(SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALI)
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT sang pemilik kasih sayang, yang telah
menciptakan makhluk berpasang-pasangan dan saling menyayangi.
Tak luput pula kepada baginda Nabi Muhammad SAW semuga tercurah
limpahkan rahmat dan salam.
Alhamdulillah makalah ini telas selesai disusun atas berkat dorongan dan
arahan dari para guru saya terhusus Sofiyatun Nurkhasanah, M.H. selaku guru hukum
perjanjian dan para teman seperjuangan.
Penyusun menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu saya selaku penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran nya supaya
penyusun lebih baik lagi dalam sistematika pembuatan nya.
Dan semuga makalah ini ada manfaatnya bagi pembaca dan jembatan
keilmuan yang menyamudra terhusus bagi saya.

Cirebon,25 Juni 2023

penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
A. Asas-asas perjanjian.....................................................................................................5
B. Unsur-unsur perjanjian.................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................................8
A. Kesimpulan..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
perjanjian bukanlah omongan belaka atau tulisan semata. Melainkan
janji ialah suatu kesatuan yang saling mengikat para pihak yang berkaitan.
Oleh karena itu haruslah ada uu atau praturan yang mengatur tentang
perjanjian atau persrikatan.
Selain uu ada juga yang Namanya asas, dimana asas ini menjadi
sebuah dasar umtuk melakukan perjanjian, meskipun asas-asas ini tidaklah
mutlak karena di batasi dengan uu dan serangkayan syarat perjanjian.
Jadi kita tidak bisa asal melakukan perjanjian. Oleh karena itu dalam
makalah ini saya membahas tentang asas-asas perjanjian dan unsur perjanjian.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja asas-asas perjanjian?
2. Apa saja unsur oerjanjian?
C. Tujuan
1. Mengetahui asas dan unsur dari perjanjian
2. Supaya tidak mudah ditipu/dibohongi

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Asas-asas perjanjian
Hukum perjanjian yang diatur di dalam ketentuan Buku III KUHPer
menganut sistem terbuka dan mengandung asas kebebasan berkontrak. Selain
asas kebebasan berkontrak ada beerapa asas yang tidak kalah pentingnya di
dalam hukum perjanjian antara lain:
1. Asas konsesualisme
Maksud dari asas konsensualitas adalah suatu perjanjian sudah
ada/telah lahir) sejak detik tercapainya kata sepakat tentang hal-
hal yang pokok dalam perjanjian.
Dasar hukum dari asas konsensualitas adalah pasal 1320 ayat
(1) KUHPer. yaitu syarat-syarat perjanjian yang pertama yaitu
adanya kata sepakat.
Pengecualian terhadap asas konsensualitas adalah dalam hal
suatu perjanjian disyaratkan suatu bentuk/formalitas tertentu
(perjanjian formil), dengan ancaman batal apabila tidak
dipenuhinya formalitas tersebut seperti pada perjanjian
perdamaian yang harus dibuat secara tertulis.
2. Asas i’tikad baik
Dasar Hukum dari adanya asas i’tikad baik adalah ketentuan
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yaitu “Perjanjian-perjanjian
harus dilaksanakan dengan i’tikad baik”
I’tikad baik berarti bahwa kedua belah pihak dalam perjanjian
harus berlaku yang satu terhadap yang lain seperti patut saja antara
orang-orang sopan, tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa
akal-akalan, tanpa mengganggu pihak lain, tidak dengan melihat
kepentingan sendiri saja, tetapi juga dengan melihat kepentingan
pihak lain (P.L.Wery, 1990; 9).
Hogeraad dalam putusannya tanggal 9 Pebruari 1923
merumuskan perjanjian harus dilaksanakan dengan ”redelijkheid
en billijkheid “ yang diterjemahkan menjadi “kewajaran dan
keadilan”. Redelijkheid diartikan dengan dapat dimengerti dengan
intelek, dengan akal sehat, dengan budi (reasonable), sedangkan
billijkheid berarti dapat dirasakan dengan sopan, sebagai patut dan
adil.
Jadi redelijkheid en billijkheid meliputi semua yang dapat
ditangkap baik dengan intelek maupun dengan perasaan
(P.L.Wery, 1990; 9).
Pengertian i’tikad baik mengandung dua dimensi, yaitu i’tikad
baik dalam dimensi subyektif yang mengarah kepada Kejujuran,

5
sedangkan i’tikad baik dalam dimensi obyektif diartikan sebagai
kerasionalan, kepatutan dan keadilan. i’tikad baik dalam konteks
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata didasarkan kepada kerasionalan,
kepatutan dan keadilan. (Ridwan Khairandy, 2004; 194).
Bekerjanya asas i’tikad baik ini tidak saja setelah perjanjian
dibuat (pelaksanaan perjanjian), tetapi juga bekerja sewaktu para
pihak akan memasuki perjanjian (pra kontrak).
Menurut Subekti ketentuan tentang I’tikad baik mengandung
makna bahwa hakim diberikan kekuasaan untuk mengawasi
pelaksanaan suatu perjanjian agar jangan sampai melanggar
kepatutan dan keadilan, maka hakim dapat mencegah pelaksanaan
perjanjian yang terlalu menyinggung rasa keadilan masyarakat,
dengan cara mengurangi atau menambah kewajiban-kewajiban
dalam perjanjian.
3. Asas kekuatan mengikat
Asas kekuatan mengikat juga dikenal dengan istilah asas pasca
sun servanda yang berkaitan erat dengan daya mengikatnya suatu
perjanjian
Dasar hukum dari asas kekuatan mengikat adalah ketentuan
Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu
“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi yang membuatnya”. Jadi perjanjian yang
dibuat secara sah oleh para pihak mengikat bagi mereka yang
membuatnya seperti daya mengikatnya sebuah undang-undang.
Maksud diadakannya asas kekuatan mengikat ini dalam suatu
perjanjian tidak lain adalah untuk menciptakan kepastian hukum
bagi para pihak di dalam perjanjian. Menurut Subekti Tujuan asas
kekuatan mengikat ini adalah untuk memberikan perlindungan
kepada pihak pembeli (dalam perjanjian jual beli) agar mereka
tidak perlu merasa khawatir akan hakhaknya karena perjanjian
yang mereka buat tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi
para pihak yang membuatnya
4. Asas kebebasan berkontrak
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang
memberikan kebebasan kepada pihak untuk membuat atau tidak
membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun,
menentukan isi perjanjian/ pelaksanaan dan persyaratannya,
menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan.
Asas kebebasan berkontrak ini bukan berarti memberikan
kebebasan yang seluas-luasnya tetapi juga mendapat pembatasan
dari Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu
dibatasi oleh :
(1). Undang-Undang

6
(2). Kesusilaan
(3). Ketertiban umum.
B. Unsur-unsur perjanjian
Kita harus membedakan antara elemen (isi) perjanjian dengan bagian
(unsur) perjanjian, bagian (unsur) perjanjian dibedakan menjadi :
1) Unsur essensialia
Unsur ini merupakan unsur yang mutlak harus ada dalam suatu
perjanjian tanpada adanya unsur ini, perjanjian tidak mungkin ada,
dengan kata lain merupakan unsur yang menentukan atau
menyebabkan perjanjian (constructieve dordeel), seperti :
(a). Persetujuan para pihak
(b). Obyek dan perjanjian
Dalam perjanjian riil, unsur essensialia adalah adanya
“penyerahan” sedangkan pada perjanjian formil, unsur essensialia
adalah “bentuk tertentu atau harus dengan prosedur tertentu”.
2) Unsur Naturalia
Unsur ini melekat pada perjanjian yang diatur oleh undang-
undang namun dapat dikesampingkan oleh para pihak.
Seperti Pasal 1476 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tentang kewajiban penjual untuk menanggung biasa penyerahan
barang
3) Unsur Accidentialia
Unsur ini melekat pada perjanjian yang diatur secara tegas oleh
para pihak, sedang undang-undang tidak mengatur tenang hal tersebut.
Seperti ketentuan mengenai domisili pengadilan yang dipilih
apabila terjadi sengketa.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa perjanjian harus lah
berlandaskan uu dan serangkayan aturan yang mengikat, supaya tidak ada pihak yang
dirugikan.
Tujuan adanya asas itu sendiri untuk melindungi para pihak terkait dari
kecurangan.
Substanti dari perjanjian itu sendiri ada 3 yaitu:
1) Essensialia
2) Naturalia
3) Accidentialia
Dari subtansi diatas harus lah ada semuanya jika sala satunya tidak ada maka
perjanjian itu tidak ada.

8
DAFTAR PUSTAKA
Zakiyah, SH, MH Hukum Perjanjian Lentera Kreasindo Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai