RESUME MATERI
Oleh :
Laela Mustika
1710112084
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
RESUME MATERI PERBANDINGAN HUKUM PIDANA
(Dari Materi Setelah UTS)
Dalam Hukum Pidana Belanda dibedakan 2 landasan pembenar dari st tindak pidana:
- Special Defence
Drunkenness (mabuk)
Mabuk dalam hukum pidana Inggris dibedakan 2 macam:
1) “Involuntary Drunkenness”, seorang mabuk disebabkan perbuatan orang lain.
Jika hal itu dpt dibuktikan maka alasan mabuk merupakan suatu pembelaan
yang mutlak.
2) “Voluntary Drunkenness”, pada umumnya tidak diakui sebagai suatu
pembelaan yang bersifat mutlak kecuali kalau mabuknya itu mengakibatkan
“gila” sementara waktu sehingga menghilangkan unsur niat yg disyaratkan
oleh suatu tindak pidana.
Coercion (daya paksa)
Coercion diakui sebagai suatu upaya pembelaan jika dapat dibuktikan bahwa
terdakwa melakukan suatu perbuatan yg bertentangan dengan kemampuan dari
dalam dirinya dan dibawah tekanan orang lain.
Coercion dibedakan ke dlm 3 bagiam: “Coercion by orders of a superior” (daya
paksa karna perintah atasan), “Coercion by threats” (daya paksa karena suatu
ancaman), “Marital Coercion” (Daya paksa oleh salah satu pihak dalam
perkawinan).
2. Pelaku termasuk pada golongan orang-orang yang tunduk pada peraturan khusus.
a. Pengusaha atau bangsawan yg memegang kekuasaan atau raja yang berdaulat
The Sovereign, dikenal dengan istilah “The King or Queen can do no wrong”
sehingga dengan sendirinya seorang Raja atau Ratu di Inggris tidak bisa dituntut.
Foreign Sovereign, diplomat asing memiliki kekebalan hukum namun kekebalan
hukumnya itu dapat dicabut oleh pemerintah dari negara asalnya.
b. Diplomat asing
c. Perkumpulan atau badan usaha secara terbatas
Korporasi pada dasarnya hanya bisa dipertanggungjawabkan secara pidana untuk
hal-hal tertentu saja.
d. Anak dibawah usia 10 (sepuluh) tahun
- Dibawah usia 10 tahun tidak dapat dipertanggungjawabkan;
- Usia 10-14 dianggap belum mampu bertanggung jawab dan hanya bisa
dituntut apabila penuntut sanggup membuktikan bahwa anak tersebut
mengetahui bahwa perbuatannya itu salah.
- Usia 14-21 tahun sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan secara pidana
akan tetapi tidak boleh dijatuhi pidana penjara.
Strict Liability
Strict Liability merupakan prinsip pertanggungjawaban pidana mutlak tanpa harus
dibuktikan ada atau tidak adanya unsur kesalahan pada si pelaku tindak pidana.
Strict liability menurut hukum pidana Inggris hanya diberlakukan terhadap perkara
pelanggaran ringan yaitu pelanggaran terhadap ketertiban umum yg mencakup:
1) Contempt of court, pelanggaran thd tata tertib pangadilan;
2) Criminal Libel, pencemaran nama baik seseorang;
3) Public Nuissance, mengganggu ketertiban umum.
Karakteristiknya :
Kejahatan yg dilakukan bukan kejahatan berat
Ancaman hukumannya ringan
Syarat adanya “mens rea” akan menghambat tujuan perundang-undangan
Kejahatan yg dilakukan secara langsung merupakan pelanggaran terhadap hak-
hak orang lain.
Menurut UU yg berlaku, “mens rea” secara kasuistis tidak perlu dibuktikan.
Vicarious Liability
Vicarious liability merupakan suatu pertanggungjawaban pidana yang dibebankan
kepada seseorang atas perbuatan orang lain Dalam sistem hukum civil law, jenis
pertanggungjawaban pidana seperti ini tidak dikenal. Vicarious liability hanya
berlaku terhadap beberapa tindak pidana tertentu dalam hukum pidana Inggris seperti:
1) Delik-delik yang mensyaratkan kualitas
2) Delik2 yg mensyaratkan adanya hubungan antara buruh dengan majikan
Persoalan terkait dengan azas legalitas sebagai masalah ruang berlakunya hukum pidana
menurut waktu adalah:
1. Hukum pidana manakah yang berlaku pada saat delik dilakukan?
2. Hukum pidana manakah yang berlaku apabila ada perubahan UU?
a. Azas Legalitas Dalam KUHP Korea
Dirumuskan dalam Pasal 1 dengan subjudul “Criminality And Punishment” yang
terdiri dari 3 ayat yaitu:
1) Apa yang merupakan suatu kejahatan & pidana apa yang diancamkan untuk itu
akan ditentukan menurut UU yang berlaku pada saat kejahatan itu dilakukan;
2) Apabila suatu UU berubah setelah kejahatan dilakukan dengan akibat perbuatan k
itu tidak lagi merupakan suatu kejahatan atau pidana yang diancamkan lebih
ringan dari pada yang ditetapkan oleh UU yang lama, maka UU baru yang akan
diterapkan;
3) Apabila suatu UU berubah setelah adanya putusan pengadilan menyangkut suatu
perbuatan jahat dg akibat perbuatan itu bukan lagi suatu kejahatan maka
pelaksanaan pidana menyangkut perbuatan itu akan dibatalkan.
Persamaan Dan Perbedaan Azas Legalitas Dalam KUHP Korea Dan KUHP Indonesia
• Perumusan ayat 1 dam 2 KUHP Korea ini pada dasarnya sama dengan KUHP
Indonesia.
• Perbedaannya terdapat pada perumusannya dimana KUHP Indonesia tidak ada
perumusan tegas mengenai arti atau ruang lingkup perubahan perundang2an
sedangkan dalam KUHP Korea hal itu diatur dengan tegas.
• Selain itu dalam ayat 3 KUHP Korea dimana ada aturan menyangkut putusan
pemidanaan yang telah berkekuatan hukum tetap terhadap suatu perbuatan jahat
dalam konteks terjadinya perubahan UU. Aturan seperti ini tidak ada dalam
KUHP Indonesia namun hal ini dapat ditemukan dalam praktek peradilan
(yurisprudensi) di Indonesia.
Dari perumusan di atas terlihat bahwa pada prinsipnya hanya orang yang melakukan
perbuatan dengan sengaja sajalah yang dapat dinyatakan bersalah & dipidana.
- Dapat dipidananya seseorang yang melakukan perbuatan karna kealfaan
dalam point 1) & 2) diatas hanya merupakan suatu pengecualian.
- Pengecualian pada point 2) menunjukkan dianutnya ajaran strict liability
sebagai pengecualian dari azas kesalahan.
- Sedangkan Prinsip bahwa hanya orang yang melakukan perbuatan dengan
sengaja sajalah yang dapat dipersalahkan & dipidana sedangkan pemidanaan
untuk perbuatan karna kealfaan hanya merupakan suatu pengecualian apabila
ditentukan secara khusus dulu UU terlihat dalam beberapa KUHP negara lain
seperti: KUHP Jepang, Polandia, & Norwegia.
Pengertian Kesengajaan
- Dalam KUHP Thailand (Pasal 59 Paraghraf 2): “melakukan perbuatan dengan
sengaja ialah melakukan suatu perbuatan secara sadar & pada saat yang sama
si pelaku menghendaki atau dapat memperkirakan/ mengetahui lebih dahulu
akibat dari perbuatan itu.
- Dalam KUHP Polandia (Pasal 7 Paraghraf 1): “Suatu tindak pidana dilakukan
dengan sengaja apabila si pelaku punya keinginan untuk melakukan perbuatan
terlarang dimana ia menghendaki terjadinya perbuatan itu atau walaupun ia
telah memperkirakan kemungkinan terjadinya akibat dari perbuatan itu, ia
tetap melakukan perbuatan itu.
Namun dari perbedaan itu, KUHP Indonesia juga memiliki persamaan dengan Singapore
Penal Code, diantaranya terkait :
1. Pengertian Percobaan
Tidak dijelaskan secara rinci mengenai pengertian percobaan tindak pidana
2. Sanksi pidana berupa hukuman mati atau penjara seumur hidup
Apabila kejahatan diancam pidana mati atau penjara semumur hidup maka sanksi
pidana percobaan yang dijatuhkan maksimal selama 15 tahun penjara.