Anda di halaman 1dari 8

Nama : Wayan Dodi Sastrawan

NIM : 2014101172

Kelas : 4F

Matkul : Tindak Pidana Khusus

UJIAN AKHIR SEMESTER

ANALISIS KASUS PENGGUNAAN GANJA DEMI PENGOBATAN ISTRI

(Putusan No No. 111/Pid.Sus/2017/PN.SAG)

Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran
diri, hilangnya rasa sakit dan dapat menyebabkan ketergantungan. Yang terbagi atas
beberapa golongan menurut jenis, turunan dan efeknya.Ganja sendiri merupakan tumbuhan
budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal dengan kandungan zat narkotika yang
terdapat pada bijinya, yaitu tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat
membuat pemakainya mengalami euphoria (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).
Namun ganja sendiri juga berguna dalam dunia kesehatan sebagai obat bius atau
penenang untuk penghilang rasa sakit pada pasien yang akan melakukan operasi, terapi
ataupun dalam tahap penyembuhan.Penggunanaan ganja dalam takaran yang tak tepat dan
sembarangan bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan, itulah sebabnya penggunaan
ganja dalam proses penyembuhan dibidang kesehatan belum dapat diterapkan secara umum
di Indonesia, serta pandangan masyarakat akan ganja sebagai barang yang haram hukumnya
untuk dikonsumsi. Penyalahgunaan tersebut tentunya merupakan tindakan kejahatan yang
tidak sesuai dengan aturan aturan yang berkaitan dengan narkotika yang diatur dalam
Undang Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Dalam undang-undang tersebut mengatur tentang semua yang berhubungan dengan
narkotika mulai dari pengertian, jenis-jenis, zat apa saja yang terkandung didalamnya,
manfaat, efek yang ditimbulkan, golongan-golongan narkotika, dan sanksi pidana yang
dijatuhkan kepada para pelanggar yang menyalahgunakan narkotika.Maka dari itu,
masyarakat diminta terus berhati-hati dengan pergaulan sekitar agar tidak ikut terjerumus
dalam dunia narkotika yang membahayakan kesehatan tubuh hingga membahayakan nyawa
bagi para penggunanya.
Pemerintah juga sudah pernah mengatur secara khusus pertanian ganja lewat Peraturan
Pemerintah No. 1 Tahun 1980 tentang Ketentuan Penanaman Papaver, Koka, dan Ganja.
Berdasarkan PP ini lembaga pendidikan atau lembaga pengetahuan bisa menanam ganja
setelah memperoleh izin. Lembaga ini harus membuat laporan setiap enam bulan sekali
mengenai lokasi, luas tanaman, dan hasil. Kalau ada kehilangan, lembaga dimaksud harus
melapor ke polisi.Secara umum ganja tidak menimbulkan ketagihan (withdrawal) seperti
halnya morfin. Bila seorang pecandu morfin memutuskan untuk berhenti, dia akan
merasakan rasa sakit di tubuh, lazim disebut sakaw. Dari studi literatur, jelas Tomi, ganja
hampir sama dengan rokok. Ganja tidak pernah menimbulkan overdosis dan tidak
menimbulkan sifat agresif.
Tetapi semua itu harus dibuktikan lewat penelitian pungkasnya. Selain efek negatif,
ganja memiliki dampak positif seperti tumbuhan yang ramah lingkungan, anti hama, mudah
ditanam, dan memiliki banyak manfaat. Dengan menurunkan kadar THC
(Tetrahydrocannabinol) ganja dapat dimanfaatkan untuk membuat bahan tekstil, kertas,
bahan pembuat makanan. Sementara kadar THC ganja yang tumbuh di Indonesia belum
terukur.THC merupakan salah satu zat yang dapat menghilangkan rasa sakit, misalnya pada
penderita glukoma.THC memiliki efek analgesic, yang dalam dosis rendahnya saja sudah
berdampak bagi pasien.
Apabila kadar THC diperkaya, dapat menjadi lebih berguna untuk tujuan pengobatan.
Selain itu dimasyarakat tradisonal opium, kokain, dan ganja, digunakan sebagai pengobatan
tradisional. Dan dapat digunakan sebagai penyedap masakan seperti di Aceh. karena sifatnya
sebagai halusinogen dan dapat menimbulkan euforia, efek negatif ganja adalah membuat
orang menjadi malas. Efek paling buruk dari ganja karena menjadikan reaksi pemakai lebih
lambat, dan peganja cenderung kurang waspada.
Kasus Fidelis Ari Sudewarto yang ditangkap karena kepemilikan ganja untuk
pengobatan istrinya mendapat sorotan dari lembaga swadaya masyarakat Lingkar Ganja
Nusantara (LGN). Menurut LGN yang melakukan dokumentasi sejak 2010, ganja berkhasiat
dalam pengobatan penyakit mematikan. Namun, kata LGN, penggunaan ganja dalam medis
masih tabu di Indonesia. LGN berharap pemerintah meninjau ulang kebijakan narkotika.
Pada 19 Februari 2017, BNN menangkap Fidelis Ari Sudewarto, warga Kabupaten Sanggau,
Kalimantan Barat. Dia dituduh menanam 39 batang ganja di rumahnya. Ekstrak ganja itu dia
gunakan untuk pengobatan istrinya yang terkena penyakit syringomyelia atau kista di
sumsum tulang belakang setelah perawatan konvensional dan alternative gagal. Karena
tindakannya itu, Fidelis ditahan selama 32 hari.
Ketika suaminya ditahan, Yeni tidak mendapatkan pengobatan ekstrak ganja sehingga
meninggal. Meski menggunakan ganja untuk pengobatan istrinya, Fidelis tidak ikut
menggunakan ganja apalagi menjualnya. Sementara kepala BNN Jendral Budi Waseso
menambahkan seandainya riset medis Kementerian Kesehatan terbukti ekstrak ganja
bermanfaat untuk pengobatan, nanti akan ada aturan khusus untuk hal tersebut. "Nanti diatur
dalam Undang-Undang cara menggunakan bagaimana, siapa yang boleh menggunakan,
yakinlah itu, kita tidak boleh sembarangan. Kalau untuk kebaikan pastilah kami ikuti,"
katanya.
Yeni Riawati adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 3 Mukok. Yeni
memiliki dua orang anak, yaitu Yevensius Finito Rosewood (15) dan Samuel Finito
Sumardinata (3). Pada tahun 2013 ketika hamil anak kedua, Samuel kaki sebelah kiri Yeni
sakit dan tidak dapat digerakan. Sehingga Yeni harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD). Saat itu dokter tidak dapat mendiagnosis dan mengatakan hal tersebut
akibat dari hamil. Lalu Yeni dibawa kembali ke rumah. Setelah itu yeni melahirkan anak
kedua dengan normal dan anak sehat. Namun, pada tahun 2014, ketika bayi berusia lima
bulan, sakit yang dialami yeni kambuh. Kali ini kaki Yeni sakit dan tidak dapat di gerakan
kembali. Yeni dibawa kembali ke RSUD Sanggau dan di diagnosa menderita penyakit
Sindrom Guaillain Barred dan dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Santo Antonius Pontianak.
Setibanya di RS, hasil laboratorium dari RS Antonius tidak menemukan indikasi adanya
penyakit tersebut. Namun, berdasarka pemeriksaan radiologi (MRI) ada kemungkinan
menderita syringomyelia.
Kemudian Yeni dibawa keluarga untuk melakukan terapi pengonbatan alternative
Bodok, Kabupaten Sanggau. Dalam dua minggu setelah adanya pekembangan ditandai
dengan jempol kaki yang sudah mulai bergerak Yeni dibawa pulang. Pada tahun 2014
penyakit Yeni mulai kambuh kembali. Kemudian Yeni bawa kembali ke RS Sanggau
dandidiagnosa menderita peikosomatis (gangguan kejiwaan) sehingga dirujuk ke Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) Singkawang. Karena di RSJ Singkawang tidak ada layanan rawat inap,
Yeni kemudian dirujuk ke RS Santo Vincentius Singkawang dan dinyatakan boleh pulang
karena tidak ditemukan kelainan jiwa. Pada tahun 2016, Yeni kembali dibawa ke RSUD
Sanggau. Kali ini, penyakit hasil diagnosa menyebutkan dia menderita Tumor Buli hingga
kemudian dirujuk ke RSU Soedarso Pontianak. Berdasarkan hasil USG, pihak RSUP
Soedarso Pontianak menyatakan tidak ada penyakit tumor buli dan berdasarkan hasil MRI,
RSUP Soedarso Pontianak mendiagnosa bahwa penyakit yang diderita adalah
penyakit syringomyelia.
Syringomyelia adalah tumbuhnya kista berisi cairan (syrinx) di dalam sumsum tulang
belakang. Bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat kista akan semakin besar dan merusak
sumsum tulang belakang. Suami Yeni, Fidelis Arie Sudarwoto (Arie) seorang pegawai
negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sangau kemudian mencari
pengobatan kesana kemari untuk mengobati sang isteri. Mulai dari upaya medis, alternatif,
sampai ‘orang pintar’ sudah ditempuh.namun, tidak membawa kesembuhan. Kemudian Arie
mencari informasi di internet bagaimana cara mengobati penyakit Syringomyelia. Akhirnya
Arie menemukan obat manjur untuk sang isteri, yaitu ekstra ganja (cannabis sativa). Salah
satu rujukan yang dijadikan referensi oleh Fidelis adalah seorang penderita syringomyelia di
Kanada yang mampu bertahan hidup dengan ekstrak ganja sehingga dia akhirnya ingin
mencobanya kepada sang istri. Fidelis Arie Sudarwoto lalu menanam ganja di rumahnya.
Ternyata konsumsi ekstrak ganja tersebut dianggap manjur oleh Fidelis untuk
mengobati penyakit istrinya. Setelah mengkonsumsi ekstrak ganja tersebut Yeni ibu dua
anak tersebut menjadi mudah tidur, nafsu makan meningkat dan sudah bisa bercerita seperti
sedia kala Menurut saran dari dokter, satu-satunya cara tindakan medis yang harus dilakukan
adalah melakukan operasi dengan membelah tulang belakang untuk mengeluarkan cairan
(kista) di dalam tulang belakang. Namun, karena kondisi Yeni Riawati sudah sangat lemah,
kemungkinan keberhasilan operasi kecil, bahkan bisa menimbulkan efek samping. Pada
Minggu pagi, 19 Februari 2017, petigas Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sanggau
menangkap Fidelis Arie Sudarwoto dengan umur 36 tahun karena menanam 39 pohon ganja
di rumahnya. Saat itu pula upaya Arie merawat Yeni Riawati berakhir. Tepat 32 hari setelah
penangkapan Arie, Yeni akhirnya meninggal.
Subjek hukum pada kasus ini adalah berfokus kepada Fidelis Arie Sudarwoto, dengan
bukti yang pertama Fidelis Arie Sudarwoto menanam 39 batang pohon ganja di rumahnya.
Kedua, Fidelis Arie Sudarwoto tidak mengkonsumsi ganja yang ditanamnya. Ketiga,Fidelis
Arie Sudarwoto menanam pohon ganja tidak untuk komersil, keempat Fidelis Arie
Sudarwoto menanam ganja untuk mengobati Yeni istrinya. Kelima, Fidelis menemukan
informasi pengobatan syringomyelia lewat internet. Keenam Yeni Riawati mengkonsumsi
ganjauntuk kesehatan. Ketujuh, Dengan mengkonsumsi ekstrak ganja kesehatan istri mulai
membaik, dan Yeni Riawati mengkonsumsi ganja tanpa izin dokter lalu Badan Narkotika
Nasional menangkap Fidelis Ari Sudarwoto pada 19 Februari 2017.
Dengan pertanytaan tersebut dasar hukum yang bisa di ambil adalah Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika, Pasal 11 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
Pasal 111 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 113 ayat
2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 116 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, berdasarkan dasar hukum tersebut kitab
isa menganalisis Berdasarkan Pasal 111 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, Fidelis telah memenuhi syarat-syarat pada pasal tersebut.
Sehingga Fidelis Arie S, dapat dikataka bersalah. Terdapat dua syarat dalam pasal ini
antara lain Tanpa hak atau melawan hukum Dalam kasus ini Fidelis tidak memiliki hak untuk
menanam ganja tersebut. Memang pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 (UU
No.35 Tahun 2009) diperbolehkan menanam tanaman narkotika untuk kesehatan. Namun
dilihat kembali pada Pasal 8 ayat 1 pengecualian tanaman narkotika Golongan I, yang mana
ganja termasuk dalam tanaman narkotika Golongan I. Adapun perbolehan penanaman
narkotika Golongan I terdapat pada Pasal 8 ayat 2, yang mana penanaman diperbolehkan
untuk kepentingan pengembangan iptekserta kebutuhan reagensia diagnostis dan reagensia
laboratorium. Lalu untuk perizinanya terdapat dalam Pasal 11 UU No.35 Tahun 2009
dikatakan bahwa Menteri dapat memberi izin khusus kepada badan farwasi tertentu setelah
dilakukan audit oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain itu Fidelis sudah melawan hukum dikarenakan tidak adanya alasan pembenar
yang berdasarkan pad undang-undang. Yang mana perbuatan Fidelis merupakan tugas atau
diperbolehkan. Bahkan tindakan Fidelis bukan termasuk dalam keadaan overmach.
Menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I. Fakta membuktikan bahwa Fidealis Arie S, telah menanam yang kemudian
dapat dikatakan memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I yang berupa Ganja. Dalam penjelasan pasal demi pasal disebutkan
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan ”Narkotika Golongan I” adalah Narkotika yang
hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Bila dilihat dari efek sampingnya ganja merupakan jenis Narkotika Golongan I . kita
lihat juga Berdasarkan Pasal 113 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Fidealis dapat dikatakan bersalah, karena memenuhi tiga syarat yang ada dalam
pasal, yaitu Tanpa Hak dan Melawan Hukum. Dalam hal ini Fidelis tidak memiliki hak
seperti yang sudah dijelaskan diatas. Begitu juga, Fidelis telah melawan hukum seperti yang
sudah dijelaskan diatas. Yang pertama Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan Narkotika Golongan I.
Fakta membuktikan bahwa Fidealis memproduksi Narkotika Golongan I. Fidelis
menanam lalu mengekstrak ganja dan memberikannya kepada Yeni untuk pengobatan. Hal
ini sudah dapat dikatakan memproduksi, dikarenakan sudah ada proses dan hasilnya. Dalam
bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon
atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram. Fakta membuktiktikan
Fidelis memproduksi ganja dalam bentuk tanaman. Jumlah yang ditanam Fidelis yaitu 39
batang pohon. Sehingga, Fidelis memenuhi syaratketiga ini. Yaitu memproduksi dalam
bentuk tanaman melebihi 5 (lima) batang pohon.
Selanjutnya Berdasarkan Pasal 116 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika , dapat dikatakan bersalah dengan dipenuhinya semua sayarat dalam pasal
tersebut, yaitu Tanpa hak atau melawan hukum. Dalam hal ini Fidelis tidak memiliki hak
maupun meliliki alasan pembenar. Fidelis memberikan Narkotika Golongan I yaitu ganja
kepada Isterinya bahkan tanpa tau pasti dari dokter resiko dan manfaatnya. Menggunakan
Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I untuk
digunakan orang lain. Dalam hal ini Fidelis jelas memenuhi unsure ini. Pertama Fidelis
menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain. Kedua, memberikan Narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain. Dari analisis dia atas dapat disimpulkan bahwa
Fidelis Arie Sudarwoto bersalah. Dengan begitu Fidelis Arie Sudarwoto terancam pidana
beradasrkan Pasal 111 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Serta Pasal 116 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Saudara Fidelis Arie Sudarwoto terancam pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Sehingga
rekomendasi atau langkah hukum yang diberikan saya pada kasus ini adalah yang pertama
untuk akademisi diharapkan dapat tetap berpikir normatif atas Dakwaan yang diberikan
Jaksa Penuntut Umum dan Putusan Hakim. Untuk Penasehat Umum, akan sulit untuk
membuktikan tidak bersalah.
Saran yang saya dapat berikan. Lebih memungkinkan untuk meminta sanksi serendah-
rendahnya mungkin. Dan memohon kepada Majlis Hakim untuk mempertimbangkan sifat
melawan hukum materil negatifnya dalam memutuskan sanksi terhadap saudara Fidelis Ari
Sudarmoto. Selanjutnya Jaksa Penuntut UmumSaran yang saya dapat berikan adalah, sebisa
mungkin mencari tuntusan seringan-ringannya dengan tidak mengengenyampingkan nilai-
nilai yang ada dimasyarakat. Dan yang saya sarankan akan lebih baik dakwaan yang
diberikan berupa dakwaan alternatif. Selanjutnya untuk Hakim, Saran yang saya dapat
berikan adalah Majlis hakim pada kasus ini dalam memberikan putusan harus
mempertimbangkan nilai-nilai yang hidup dimasyarakat dan sanksi yang diberikan serendah-
rendahnya untuk saudara Fidelis Arie Sudarmoto. Yang terakhrir untuk Polisi Dalam
penahanan diberikan keleuasaan untuk menyjenguk istri yang ada dirumah. Terkhusus
pengamanan dan pengawalan ketika Yeni, isteri saudara Fedalis Ari Sudarmoto meninggal.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang Hukum Acara Pidana.
Kitab Undang Hukum Pidana.
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017PN. SAG . kalimantan timur
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 .
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Buku
Dahlan. (2017). Problematika Keadilan Dalam Penerapan Pidana Terhadap Penyalahguna
Narkotika. Yogyakarta: Deepumeblish.
Hanafiah, M. a. (n.d.). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.
Siswanto. (2012). Politik Hukum dalam Undang-undang Narkotika, (Undang-undang Nomor 35
Tahun 2009). Jakarta: PT Rineka cipta.
Tarigan, M. I. (2018). Perbuatan Memberikan Ganja Kepada Orang Lain Sebagai Alternatif
Pengobatan Ditinjau Dari Sifat Melawan Hukum Dalam Hukum Pidana(Studi Kasus
Fidelis Arie . Universitas Indonesia: Skipsi.
Wardhana, M. F. (2018). Analisis Yuridis Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn. Sag Mengenai
Pemidanaan Pelaku Pendayagunaan Ganja Sebagai Kepentingan Medis. Universitas
Brawijaya Malang: Skripsi.
Sumber lain
"Soal Ganja untuk Pengobatan, Ini Kata Menteri Kesehatan".
https://nasional.kompas.com/read/2017/04/03/19394691/soal.ganja.untuk.pengobatan.ini.
kata.menteri.kesehatan.
“Keputusan Badan Kesehatan Dunia: Ganja Medis Legal dan Boleh". (n.d.).
http://intisari.grid.id/Intisari-News/Keputusan-Badan-Kesehatan-Dunia-Ganja-Medis-
Legal-Dan-Boleh-Dikonsumsi-Pasien?page=1.

Anda mungkin juga menyukai