Anda di halaman 1dari 7

Nama : Kiki Anggraini

NIM : I1032191020

PERSPEKTIF GANJA

Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya


penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya,
tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat
pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).
Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun menjari dengan
bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda (berumah dua). Bunganya kecil-
kecil dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis
dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut.

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika


Serikat. Tanaman ini pertama kali ditemukan 8000 SM, umumnya digunakan saat
itu sebagai bahan tekstil. Ganja dewasa bias mencapai tinggi empat meter dengan
batang bercabang dan termasuk cabang rumput. Jumlah daun dalam tiap tangkai
selalu dalam jumlah ganjil 5, 7 atau 9. Sedangkan bunganya sudah dapat dilihat
pada umur 6 bulan meskipun dalam ukuran yang cukup kecil. Bijinya sendiri
berwarna hitam kecoklatan dan mengkilap serta mengandung minyak. Menurut
(Cooke, Howison, & Baldwin, 2008) ganja awalnya digunakan sebagai tanaman
obat. Sampai tahun 1973 di Inggris, ganja masih bisa didapat melalui resep
dokter. Ganja mempunyai beberapa bentuk yang paling umum adalah ganja resin
atau minyak yang disuling dari pohon ganja dan yang umum lainnya adalah daun
ganja.

Efek ganja bervariasi layaknya alkohol, efek ganja tergantung pada jumlah
yang dipakai, keadaan hati, dan harapan si pemakai. Efek ini bisa muncul setelah
beberapa menit dan berlangsung hingga beberapa jam. Rasa santai, menjadi gemar
bicara, merasa gembira serta merasakan peningkatan 5 indra manusia adalah
beberapa pengakuan yang sering dikatakan oleh orang yang pernah memakai
ganja. Di Indonesia sendiri tanaman ganja bisa tumbuh dengan baik, terutama di
daerah yang berhawa panas dengan kelembaban tinggi. Salah satu daerah
penghasil tanaman ganja di Indonesia adalah Aceh. Dalam sebuah penggerebekan
yang dilakukan pihak kepolisian pernah didapat, tanaman ini ditanam di bukit-
bukit diantara tanaman palawija.

Menurut website Humas BNN (Humas BNN, 2012), kandungan THC


pada ganja memberikan efek psikoaktif yang membahayakan bagi
penyalahgunaannya. THC bisa membuat pemakainya mengalami keracunan atau
intoksikasi secara fisik, jantung berdebar, denyut bertambah cepat sampai 50
persen, bola mata memerah, dan mulut kering akibat THC mengganggu kinerja
syaraf yang mengontrol kelenjar air liur. Ganja juga menyebabkan dampak seperti
timbulnya perasaan tertekan, takut mati dan gelisah serta menjadi hiperaktif, dan
timbulnya rasa khawatir yang kurag lebih selama 10 – 30 menit. Penyalahgunaan
dosis rendah bisa membuat pemakai merasa euphoria atau rasa senang yang
berlebihan, kemudian penurunan koordinasi tubuh dan daya ingat. Pemakai juga
mengalami peningkatan kepekaan indra visual dan pendengaran, namun kepekaan
indra tersebut memiliki kecenderungan ke arah halusinasi. Pada pemakai ganja
pada dosis tinggi akan berimbas kepada kesaadaran pemakai, pemakai akan
merasa kebingungan, mengalami alienasi halusinasi dan gejala seperti ketakutan.

Hasil akhir dari pemakai yang rutin mengkonsumsi ganja yaitu berujung
kepada radang paru – paru, pembengkakan saluran nafas dan iritasi. Tidak hanya
itu, aliran darah koronerpun akan mengalami kerusakan, selain itu juga beresiko
kanker dan nyeri di bagian dada serta menurunkan daya tahan tubuh yang
menyebabkan pemakai lebih mudah terserang penyakit. Gangguan psikis akibat
menggunakan ganja adalah penurunan kognitif atau proses berpikir, berbicara,
membaca, berhitung dan bergaul. Keterangan dari BNN lebih lanjut adalah untuk
merehabilitasi pemakai secara terpadu dan berkelanjutan.

Efek jangka panjang menggunakan ganja adalah kerusakan permanen


kepada penggunanya. Ganja masuk dalam golongan 1 yang berarti paling dan
sangat berbahaya. Kandungan ganja akan menurunkan kemampuan kerja otak.
Semua obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat mempunyai sifat hipnotik
atau bisa menyebabkan euphoria dan memberikan ransangan kepada neural
transmitter, maka dari itu dimasukkan ke dalam narkotika golongan 1. kelompok
tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Efek
yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu, dimana dalam golongan
tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas,
sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif
(bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin).

Efek bagi kesehatan pun sebenarnya tidak main-main. Kesehatan menjadi


taruhannya. Berikut ini beberapa pengaruh buruk ganja:

1. Mengalami ketergantungan
Ganja menimbulkan ketergantungan biasanya setelah tiga minggu
pemakaian. Gajalanya sudah bisa dilihat pada hari keempat setelah
pemakaian pertama. Tanda-tanda kecanduan adalah sulit mengontrol
pemakaian ganja. Efek ini seperti saat seseorang kecanduan nikotin rokok.
Kalau diberikan dosis sedikit, tubuh akan bereaksi meminta dosis yang
lebih tinggi lagi.
2. Mengalami gangguan kognitif
Pecandu ganja sulit untuk berpikir secara logis. Dia tidak bisa untuk
menentukan arah hidupnya. Pada pemakaian jangka panjang, seseorang
bisa mengalami kelainan neuropsikis. Pecandu yang umurnya 17 tahun ke
bawah, biasanya mengalami penurunan kecerdasan dan meningkatkan
persentase sumsum otak dibanding volume otak keseluruhan.
3. Sakit Jiwa
Pecandu ganja memiliki risiko besar mengalami psikosis. Semakin tinggi
dosis harian ganja, semakin besar pula kemungkinan mengalami sakit
jiwa. Halusinasi yang dirasakannya tidak terkontrol.
4. Kanker
Pada penelitian yang dilakukan Sidney, Quesenberry, Friedman, dan
Tekawa, ada kesamaan reaksi dalam tubuh pada pecandu ganja dan rokok.
Dalam tubuh mereka terjadi perubahan epithelium bronchial yang
berkaitan dengan kemunculan kanker.
5. Mengganggu sistem reproduksi
Ganja mengurangi tingkat testosterone. Akibatnya sperma menurun dan
gerak sperma kurang lincah. Kedua komponen ini sebagai penunjang
kesuburan pria. Maka, ganja berpotensi membuat pria menjadi mandul.
6. Mengganggu sistem pernafasan
Sekitar 3-4 puntung ganja setara 20 puntung rokok. Efek bagi pernafasan
adalah memperbanyak dahak dan menimbulkan batuk. Pemakaian jangka
panjang pada ganja akan mengganggu kapasitas difusi dan nafas yang
mudah terengah-engah seperti orang kecapekan sehabis olahraga
Pemerintah Indonesia, berada pada pihak yang menggolongkan ganja
dalam barang yang terlarang. Sejak Presiden Soeharto meratifikasi United Nations
Single Convention on Narcotics Drugs melalui UU RI No. 8 Tahun 1976.
Lahirnya UU Narkotika No. 8 Tahun 1976 yang salah satu fungsinya
mengkriminalkan tanaman dan warga negara pemanfaat pohon ganja. Dalam
perjalanannya undang-undang tersebut telah 2 kali mengalamai perubahan; UU
Narkotika No. 22 Tahun 1997 dan UU Narkotika No. 35 Tahun 2009.1 Perubahan
undang-undang tersebut memang terdapat alasan yang cukup signifikan yakni
terkait dengan posisi ganja pemaknaan mengenai penjual serta pengguna, dimana
segala aktifitas penggunaan Narkotika baik memperjualbelikan maupun
menggunakan mendapatkan sanksi hukuman pidana namun perkembangan serta
pemahaman tentang HAM membuat adanya pemisahan penggunaan antara
memperjualbelikan dengan menggunakan, untuk kasus memperjualbelikan akan
mendapat sanksi pidana sedangkan penggunan akan mendapatkan rehabilitasi
Tujuan utama pemerintah memberlakukan Undang-Undang Narkotika
tentu untuk melindungi seluruh masyarakat Indonesia dari bahaya
penyalahgunaan, peredaran gelap Narkotika, serta menjamin ketersediaan obat
bagi masyarakat yang membutuhkan. Karena Narkotika pada saat ini banyak
digunakan dalam dunia kedokteran sebagai obat.
Selain efek negatif, ganja memiliki dampak positif seperti tumbuhan yang
ramah lingkungan, anti hama, mudah ditanam, dan memiliki banyak manfaat.
Dengan menurunkan kadar THC (Tetrahydrocannabinol) ganja dapat
dimanfaatkan untuk membuat bahan tekstil, kertas, bahan pembuat makanan.
Sementara kadar THC ganja yang tumbuh di Indonesia belum terukur.THC
merupakan salah satu zat yang dapat menghilangkan rasa sakit, misalnya pada
penderita glukoma.THC memiliki efek analgesic, yang dalam dosis rendahnya
saja sudah berdampak bagi pasien. apabila kadar THC diperkaya, dapat menjadi
lebih berguna untuk tujuan pengobatan. Selain itu dimasyarakat tradisonal opium,
kokain, dan ganja, digunakan sebagai pengobatan tradisional. Dan dapat
digunakan sebagai penyedap masakan seperti di Aceh.
Demikianlah jika kita menggunakan ganja sebagai obat medis di beberapa
negara, termasuk Indonesia. Di satu sisi, penggunaan Cannabis sativa untuk
pengobatan beberapa penyakit memang bermanfaat. Namun di sisi lain, legalitas
hukum dilanggar dan efek samping akibat penggunaan ganja medis masih
diperdebatkan. Padahal, kebutuhan ganja sebagai salah satu obat dalam dunia
medis sudah ada sejak berabad-abad lalu. Di dalam ganja, para peneliti
menemukan komponen zat aktif yang kemungkinan bisa membantu pengobatan.
Komponen itu ialah senyawa kimia yang disebut cannabinoids. Cannabinoids
banyak ditemukan dalam ganja. Dua senyawa aktif cannabinoids yang sudah
diteliti antara lain delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD).
Zat-zat tersebut konon bisa membantu menyembuhkan dan mengurangi gejala
penyakit tertentu seperti radang usus (inflammatory bowel disease/IBD), kanker,
juga dapat meningkatkan nafsu makan pada penderita HIV/AIDS, hepatitis C,
gangguan stres, pascatrauma, glaukoma, epilepsi, dan beberapa penyakit lain.
Meski penelitian soal manfaat ganja untuk medis terhitung belum begitu banyak,
namun pada beberapa studi kasus kecil, penggunaan ganja pada pasien kanker
dikabarkan bisa mengurangi mual dan pusing usai menjalani kemoterapi.
Narkotika merupakan semua bahan obat yang mempunyai efek kerja yang
bersifat membius, merangsang, ketagihan, dan menimbulkan daya berkhayal yang
mempunyai banyak macam dan jenisnya, sehingga dapat digolongkan menurut
kegunaannya. Awalnya bahan obat ini digunakan untuk bidang kesehatan dalam
hal ini sebagai pereda rasa sakit untuk pasien yang akan menjalani operasi
maupun pada proses terapi. Namun, ditangan orang yang tidak tepat bahan obat
ini dipergunakan sebagai obat untuk menenangkan diri dan berhalusinasi yang
akan membuat pemakainya merasa tidak memiliki beban apapun dalam hidup.
Cara penggunaannya pun berbeda-beda tergantung jenisnya.
Pada beberapa tahun lalu sempat dihebohkan dengan kasus penggunaan
ganja sebagai media pengobatan oleh seorang suami kepada istri. Proses
pengobatan itu berhasil menghilangkan rasa sakit yang diderita sang istri, namun
pengobatan itu tidak didasari dengan resep dan anjuran dari dokter, sehingga sang
suami ditangkap atas dasar kepemilikan ganja dan dikenakan Pasal 111 dan 116
UU nomor 35 tentang Narkotika atas dasar kepemilikan 39 batang pohon ganja.
Akan tetapi pembelaan justru dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat yaitu
Lingkar Ganja Nasional (LGN). Mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan
sang suami tidak lah salah, karena melakukan pengobatan kepada istri tanpa niat
jahat dan telah menimbang segala resiko yang akan diterima. Penggunaan ganja
dalam ilmu kesehatan merupakan hal yang masih dianggap tabu oleh sebagian
masyarakat di Indonesia. Selama ini ganja memiliki reputasi buruk dalam masalah
kesehatan, karena disalah gunakan oleh pihak –pihak yang tidak bertanggung
jawab. Ganja memberikan rasa kecanduan, rasa cemas, atau kerusakan pada otak
yang berkaitan dengan ingatan. Ganja sendiri diatur dalam Undang Undang
nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Sanksi-sanksi yang diberikan tidaklah
ringan dan tergolong sangat berat karena hukuman terberatnya ialah hukuman
mati bagi para Bandar dan pengedarnya.
Bagi para pihak yang dianggap mempunyai kepentingan baik terhadap
pengguanan ganja untuk kesehatan, diharapkan untuk melakukan penelitian lebih
terperinci terhadap keuntungan dan manfaat yang sebenarnya dari ganja dalam
bidang kesehatan. Dan juga memberikan informasi serta pembelajaran kepada
masyarakat luas tentang apa itu ganja dan dampak yang akan ditimbulkan dari
pengguanaan ganja yang tidak terkontrol.
Bagi masyarakat awam, sebaiknya jangan sampai mempunyai urusan
apapun yang berkaitan dengan ganja walaupun terdapat unsur dan niat baik kita
untuk pemanfaatan ganja, namun pemanfaatan ganja dalam dunia kesehatan di
Indonesia belumlah maksimal dan dianggap melanggar hukum karena tidak ada
aturan yang kuat dalam kegunaan ganja sebagai media untuk kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai