Anda di halaman 1dari 4

Nama: Suci Rahmawati

NIM: I1032191013
Berpikir Kritis Tentang Ganja

Ganja atau kanabis berasal dari tanaman cannabis sativa. Nama lainnya adalah charas,
grass, dope, pot, weed, mull, bhang, dan hashish. Jika diperhatikan tanaman hijau ini memiliki
bentuk yang khas, yaitu daunnya berbentuk menjari mirip seperti singkong. Hanya saja bagian
tepi daun bergerigi dan tulang daunnya terlihat sangat jelas. Selain itu, bentuk daunnya yang
unik, tanaman ganja  juga dapat tumbuh setinggi 2 meter dan dilengkapi dengan bunga kecil
mengumpul di bagian pucuknya. Hampir semua bagian ganja dimanfaatkan, baik untuk dijadikan
obat, penyedap makanan, maupun digunakan sebagai hiburan. Tanaman ini dipasarkan dalam
bentuk weed (daun ganja beserta tunasnya yang dikeringkan), ekstrak minyak ganja, dan hashish
(resin dari tunas tanaman cannabis). Tanaman ganja mengandung lebih dari 421 bahan kimia, di
antaranya kanabinoid. Jika daun ganja yang kering dibakar, lebih dari 2000 senyawa diproduksi,
termasuk nitrogen, asam amino, glukosa, hidrokarbon, terpena, dan asam lemak sederhana. Di
antara semua senyawa itu, yang paling populer adalah delta 9-tetrahydrocannabinol (▵9_THC).

Berdasarakan tinjauan historis, tanaman ganja pertama kali ditemukan di daratan Cina
pada tahun 2737 SM. Masyarakat Cina kuno telah mengenal dan memanfaatkan ganja dalam
kehidupan sehari-hari sejak zaman batu. Masyarakat Cina menggunakan mariyuana untuk bahan
tenun pakaian, obat-obatan, dan terapi penyembuhan seperti penyakit rematik, sakit perut, beri-
beri hingga malaria. Menurut sejarahnya, ganja dibawa ke Aceh dari India pada akhir abad ke 19
ketika Belanda membuka perkebunan kopi di Dataran Tinggi Gayo. Pihak penjajah itu memakai
ganja sebagai obat alami untuk menghindari serangan hama pohon kopi atau ulat pada tanaman
tembakau. Walau Belanda yang membawanya ke dataran tinggi Aceh, namun menurut fakta
yang ada, tanaman tersebut bukan berarti sepenuhnya berasal dari negaranya. Bisa jadi tanaman
ini dipungut dari daratan Asia lainya. Di kalangan anak muda nusantara, ganja lebih familiar
disebut bakong ijo, gelek, cimeng atau rasta. Sementara sebutan keren lainya ialah tampee, pot,
weed, dope. Setalah bertahun dan tumbuh menyebar hampir di seluruh Aceh, ganja mulai
dikonsumsi, terutama dijadikan ‘rokok enak,’ yang lambatlaun mentradisi di Aceh. Bahkan kalau
ada masakan, dianggap belum sempurna kalau bumbunya tidak dicampur dengan biji ganja.
Tradisi ini memang sulit dihilangkan atau diberantas lagi di sana. Ini memberikan dampak yang
berbahaya karena dianggap dapat merusak generasi muda. Sehingga pada masa sekarang
penggunaan ganja sudah dilarang.

Ganja merupakan tanaman yang illegal di Indonesia. Pemerintah Indonesia juga sudah
mengeluarkan Undang-Undang Narkotika No. 35 Tahun 2009 tentang larangan proses produksi,
distribusi, sampai mengkonsumsi tanaman ganja. Indonesia mengeluarkan UU narkotika untuk
dapat menumbuhkan efek jera pada pengguna ganja, ganja tidak hanya merusak pikiran
seseorang tetapi juga dapat menganggu fisik orang tersebut. Penggunaan ganja dapat
menyebabkan efek ganja pada tubuh misalnya: paru-paru, otak, kesehatan mental, sistem
perwdaan darah, dan sistem pencernaan.

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sudah merupakan sebuah fenomena global
yang sangat menakutkan dan sangat membahayakan bagi bangsa dan Negara. Dampak buruk
penggunaan narkoba ini juga sudah menyentuh hampir ke seluruh masyarakat di semua
golongan, bahkan narkoba ini perkembangannya sudah merambah ke segala tempat bahkan telah
sampai di sekolah – sekolah baik SD,SLTP, SLTA dan juga di perguruan tingi. Kalau kondisi ini
berlanjut akibatnya adalah menurunnya kualitas generasi muda yang berarti akan mengurangi
asset bangsa. Pencegahan penggunaan ganja dapat dilakukan dengan cara pemerintah
memberikan penyuluhan tentang narkoba, Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya
narkoba, Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya, dilingkungan sekolah atau di
lingkungan masyarakat

Seperti yang kita ketahui ganja menjadi salah satu jenis narkotika yang cukup popular di
Indonesia. Bukan menjadi hal yang tidak biasa lagi untuk masyarakat yang ada didaerah yang
membudayakan tanaman ganja menjadi penyedap makanaan untuk beberapa jenis makanan.
Seperti di daerah Aceh, Aceh merupakan suatu daerah yang membudidayakan tanama ganja. Tak
sedikit kita melihat banyak rumah-rumah masyarakat yang membudidayakan tanaman ganja
tersebut.

Saat ini ganja sedang menjadi topik pembicaraan, karena adanya sebuah Gerakan yang
mendukung lagalisasi ganja di Indonesia, karena masih ada masyarakat yang menganggap bahwa
ganja adalah tanamana yang legal, padahal sudah kita ketahui di Undang-Undang Narkotika No.
35 Tahun 2009 tentang pelarangan membudidayakan sampai mengkonsumsi tanaman ganja.
Upaya pelegalan ganja di Indonesia dipastikan tidak dapat dilakukan. Pasalnya, legalisasi
narkotika tersebut dinilai bertentangan dengan aspek hukum, fisik, psikologis, sosial, serta
aspek keamanan dan ketertiban masyarakat (Penasihat Ahli Badan Narkotika Nasional (BNN)
Brigjen (Purn) Jeanne Mandagi). Dan secara medis menyatakan bahwa ganja merupakan
tanaman yang memiliki dampak buruk apabila dikonsumsi tanpa ketentuan medis yang
diperbolehkan.

Indonesia merupakan Negara hukum, sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasal 1 ayat 3,
yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Indonesia sebagai negara hukum,
memliki karakteristik mandiri yang berarti kemandirian tersebut terlihat dari penerapan konsep
atau pola negara hukum yang dianutnya. Konsep yang dianut oleh negara kita disesuaikan
dengan kondisi yang ada di Indonesia. Negara berdasarkan atas hukum ditandai dengan beberapa
asas diantaranya adalah bahwa semua perbuatan atau tindakan seseorang baik individu maupun
kelompok, rakyat maupun pemerintah harus didasarkan pada ketentuan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan itu dilakukan atau
didasarkan pada peraturan yang berlaku. Negara berdasarkan atas hukum harus didasarkan
hukum yang baik dan adil tanpa membeda-bedakan. Pemerintah negara yang berwenang untuk
mengatur masyarakat yang sifatnya memaksa dan adanya sanksi bagi pelanggaran berdasarkan
uraian diatas menegaskan bahwa ganja tidak akan dilegalkan karena adanya aturan hukum yang
telah diberlakukan di Indonesia

Daftar Pustaka

 Badan Narkotika Nasional. 2004. Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Bagi


Pecandu. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.

 Mertokusumo, Sudikno. 2010. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

 Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.

 Ethan B Russo (2013). Cannabis and Cannabinoids: Pharmacology, Toxicology, and


Therapeutic Potential
 Badan Narkotika Dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja. Jakarta :
Prestasi Pustaka Publish

Anda mungkin juga menyukai