Anda di halaman 1dari 6

NAMA: AGIL SATRIADI

NIM: I1032191010

PRODI: KEPERAWATAN APK 2019

KONSEP DASAR KEPERAWATAN 2

METODE BERPIKIR KRITIS TERHADAP GANJA

Ganja (Cannabis) adalah nama singkatan untuk tanaman Cannabis sativa. Istilah ganja
umumnya mengacu kepada pucuk daun, bunga dan batang dari tanaman yang dipotong,
dikeringkan dan dicacah dan biasanya dibentuk menjadi rokok. Nama lain untuk tanaman ganja
adalah marijuana, grass, weed, pot, tea, Mary Jane dan produknya hemp, hashish, charas, bhang,
ganja, dagga dan sinsemilla (Camellia, 2010).

Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai dua meter. Berdaun menjari dengan bunga
jantan dan betina ada di tanaman berbeda. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan
elevasi di atas 1.000 meter di atas permukaan air laut (BNN, 2015).

Ada tiga jenis ganja yaitu Cannabis sativa, Cannabis indica, dan Cannabis ruderalis. Ketiga
jenis ganja ini memiliki kandungan tetrahidrokanabinol (THC) berbeda-beda (BNN, 2015).
Kandungan THC didalam Charas dan hashish sekitar 78% dalam rentang sampai 14%. Ganja dan
Sinsemilla berasal dari bahan kering dan ditemukan pada pucuk tanaman betina, dimana
kandungan THC rata-rata sekitar 45% (jarang diatas 7%). Bhang sediaan tingkat rendah diambil
dari tanaman sisa kering, kandungan THC sekitar 1%. Minyak hashish, suatu cairan pekat dari
penyulingan hashish, mengandung THC sekitar 15-70% (Camellia, 2010).

Ganja juga bias di jadaikan obat dan bahan masak, jika kita liat secara geografis aceh adalah
tempat yang sangat subur untuk menanam ganja, karena di aceh memiliki georgafis yang cukup
tinggi sehingga ganja bias subur di sana, dulu nya orang aceh menggunakan ganja sebagai salah
satu rempah yang membuat makanan terasa lebih enak, selain itu juga ganja (medical cannabis)
menggunakan tanaman ganja atau bahan kimia di dalamnya untuk mengobati penyakit atau
kondisi fisik tertentu. Ini pada dasarnya produk yang sama dengan ganja rekreasi (ganja untuk
kesenangan semata), tetapi diambil untuk keperluan medis.

Senyawa cannabinoid yang terdapat dalam ganja, terutama tetrahydrocannabinol (THC) dan
cannabidiol (CBD) memang memiliki efek pada otak manusia. Meski terbukti bisa menyebabkan
orang merasa "fly" serta merusak fungsi dan respon otak, kedua jenis zat cannabinoid ini juga
memiliki manfaat untuk pengobatan.

Penggunaan ganja memilki pengaruh yang buruk terhadap kesehatan fisik maupun psikis
(mental). Dari segi fisik ganja dapat menyebabkan kanker paru karena asap ganja mengandung
banyak karsinogen sama dengan asap tembakau (Halla & Degenhardt, 2014). Perokok ganja juga
terkait dengan radang pada saluran nafas yang besar, peningkatan hambatan jalan nafas,
hiperinflasi paru, perokok ganja lebih cenderung mengalami gejala bronkitis kronis dari pada
bukan perokok, peningkatan tingkat infeksi pernafasan dan pneumonia (Volkow, et al., 2014).

Penggunaan ganja juga dikaitkan dengan kondisi vaskular yang meningkatkan risiko infark
miokard, stroke, dan serangan iskemik transien selama intoksikasi ganja. Mekanisme yang
mendasari efek ganja pada sistem kardiovaskular dan serebrovaskular rumit dan tidak
sepenuhnya dipahami. Namun, dampak langsung kannabinoid pada berbagai target reseptor
(yaitu reseptor CB1 di pembuluh darah arteri) dan efek tidak langsung pada senyawa vasoaktif
dapat membantu menjelaskan efek merugikan ganja pada resistensi vaskular dan mikrosirkulasi
koroner (Volkow, et al., 2014). Ada 2 dampak yang ada dalam ganja tersebut yaitu:

Dampak Positif

1. Pada biji ganja terdapat sumber makanan bergizi dengan protein kualitas tinggi,
bahkanlebih tinggi dari kacang kedelai.
2. Buah ganja dapat digunakan sebagai bahan bakar, biasa secara langsung atau bisa juga
diolah melalui proses pirolisis menjadi batu bara, metana, metanol, dan bensin. Minyak
ganja lebih baik daripada minyak bumi karena bersih dari unsur logam dan belerang,
sangat aman dan ramah lingkungan.
3. Seratnya merupakan bahan istimewa untuk pembuatan kertas dan kain. Karena tanaman
ganja tidak rumit, pada jenis tanaman ganja membutuhkan sangat sedikit pestisida dari
bahan kapas, itulah istimewanya dan ini juga ramah lingkungan.
4. Senyawa Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) yang terdapat pada tanaman ganja dapat
mencegah penyakit pembuluh darah atherosclerosis - misalnya akibat nikotin pada rokok
- menyebabkan munculnya reaksi kekebalan dari tubuh yang memicu penimbunan lemak
di pembuluh arteri.
5. Ganja memiliki potensi medis dalam pengobatan (meringankan rasa sakit, obat-obatan
dari ganja juga digunakan untuk menambah nafsu makan bagi penderita anorexia, dan
untuk melawan efek samping kemoterapi pada penderita kanker).
6. Di masyarakat Aceh, ganja digunakan sebagai penyedap masakan.
7. Secara umum ganja tidak menimbulkan ketagihan (withdrawal), tidak pernah
menimbulkan overdosis dan tidak menimbulkan sifat agresif.

Dampak Negatif
1. Pada kasus-kasus keracunan (pemakaian dalam jumlah sangat banyak) dapat
meningkatkan risiko terkena schizophrenia bagi para pecandunya, yakni adanya
peningkatan gejala seperti paranoid, depresi, dan halusinasi visual (mendengar suara-
suara dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada).
2. Senyawa THC diduga memiliki sifat menurunkan reaksi kekebalan. Dikatakan oleh para
peneliti, keuntungan penggunaan THC bagi penderita atherosclerosis hanya didapatkan
dalam dosis tertentu saja. Pada dosis yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, THC tidak
memiliki efek pengobatan bagi penyumbatan pembuluh darah
3. Dapat terjadi kerusakan pada otak yang bersifat irreversible atau tak dapat diubah.
4. Pengkonsumsian ganja jangka panjang dapat menyababkan efek euforia, rasa santai,
mengantuk, ketakutan, mudah panik, depresi, kebingungan, membuat orang menjadi
malas, kurang waspada, menghilangkan daya konsentrasi, dan berkurangnya interaksi
sosial.
5. Dampak fisik: denyut nadi dan tekanan darah cenderung meningkat, keseimbangan dan
koordinasi tubuh menjadi buruk, batuk harian, dahak, bronkitis dan kerentanan yang lebih
tinggi terhadap selesma dahak.
6. Pemakaian ganja jangka panjang dapat merusak paru-paru karena tingkat karbon
monoksida pada ganja tiga sampai 5 kali lebih tinggi daripada tembakau.
7. Penggunaan ganja oleh wanita hamil meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat
badan rendah dan lebih rentan terhadap beberapa masalah kesehatan.
8. Ibu menyusui yang menghisap ganja menyebarkan THC pada bayinya melalui ASI,
dengan risiko pada pengembangan gerak si bayi.
9. Anak-anak yang menghisap ganja secara pasif menunjukkan lebih banyak tabiat yang
buruk, pengisapan ibu jari, dan kemarahan dibanding anak yang tidak terpajan.

Epidemiologi Ganja
Dari jenis narkotika, secara global, narkoba jenis ganja yang paling banyak digunakan.
Prevalensi penyalahgunaan ganja berkisar 2, 9%-4, 3% per tahun dari populasi penduduk dunia
yang berumur 15-64 tahun. Tren legalisasi ganja telah diberlakukan Amerika Serikat di New
York dan Colorado, Belanda, Jerman (kepemilikan 6 gram), Argentina, Siprus (15 gram),
Ekuador, Meksiko (5 gram), Peru (8 gram), Swiss (4 Batang), Belgia (3 gram), Brazil, Uruguay,
Paraguay (10 gram), Kolombia (20 gram), dan Australia (BNN, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 25% (147 juta) populasi orang dewasa
di seluruh dunia menggunakan ganja untuk alasan rekreasi atau lainnya. Bila digunakan untuk
tujuan pengobatan, ganja dianggap sebagai pengobatan alternatif dan komplementer (CAM)
karena ini bukan terapi konvensional. Sekitar 40% orang dewasa dengan epilepsi menggunakan
CAM membaik karena kurangnya kemanjuran terapi standar, karena efek sampingnya, atau
karena alasan lain. Meskipun mayoritas CAM adalah nonfarmakologis (misalnya, meditasi,
teknik relaksasi, atau manajemen stres), penggunaan tumbuhan menjadi perhatian khusus. Salah
satu tumbuhan yang digunakan oleh pasien epilepsi adalah ganja atau preparat lainnya termasuk
minyak hashis (Szaflarski & Bebin, 2014).

Kepercayaan

Buddha

Dalam agama Buddha, Pancasila menyatakan "Aku bertekad untuk melatih diri menghindari
segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan", meskipun
dalam beberapa terjemahan, Pancasila secara spesifik merujuk kepada alkohol. Ganja dan
beberapa tanaman psikoaktif lainnya secara spesifik disebutkan dalam Tantra Mahākāla untuk
tujuan pengobatan.

Katolik

Sebelum menjabat sebagai pemimpin Gereja Katolik. Paus Fransisikus menentang ganja
rekreasional. Pada 2013, ia menyatakan di Buenos Aires: "Mengurangi penyebaran dan akibat
narkoba tidak bisa dicapai dengan liberalisasi perdagangan narkoba." Katekismus Gereja Katolik
menyatakan bahwa "Pemakaian narkotika mengakibatkan kerugian besar bagi kesehatan dan
kehidupan manusia. Selain penggunaan obat-obatan karena alasan medis semata-mata,
pemakaian narkotika merupakan kesalahan susila yang bobotnya berat

Islam

Keharamannya didasarkan pada dalil syar’i yang mengharamkan ganja secara mutlak, baik
sedikit maupun banyak. Juga didasarkan pada fakta tidak adanya illat (alasan) keharaman ganja,
misalnya karena menimbulkan efek negatif bagi penggunanya. Maka ganja hukumnya haram
tanpa melihat lagi apakah menimbulkan efek negatif atau tidak bagi penggunanya.

Dalil syar’i yang mengharamkan ganja (Arab: al hasyisy) adalah hadits yang diriwayatkan
Ummu Salamah RA bahwa Nabi SAW telah melarang setiap-tiap zat yang memabukkan
(muskir) dan zat yang melemahkan (mufattir) (nahaa’an kulli muskir [in] wa mufattir [in]). (HR
Abu Dawud no. 3689 & Ahmad no. 26676).

Argument

Di Indonesia, regulasi tentang ganja sudah jelas tertera di Undang-Undang No 35 tahun


2009 tentang Narkotika. Terutama pasal 8 ayat 1 dan 2 yang melarang ganja untuk keperluan
kesehatan. Ganja masuk ke dalam Narkotika Golongan 1. Daftar narkotika sendiri berada di
lampiran UU yang mudah sekali diunduh oleh publik.

Meski Indonesia melarang, ada beberapa negara yang melegalkan ganja untuk kesehatan.
Menurut data Indonesia Cannabias News & Movement, ada 18 negara yang melegalkan ganja.
Yakni Australia, Uruguay, Belanda, Jerman, Argentina, Siprus, Ekuador, Meksiko, Peru, Swiss,
Spanyol, Republik Ceko, Brazil, Chili, Paraguay, Kolombia, serta dua negara bagian Amerika
yakni Colorado dan Washinton DC.

Ganja memang mempunyai sejarah panjang di dunia kesehatan manusia. Banyak ahli dan
lembaga riset di dunia yang sudah lama meneliti tentang manfaat dan bahaya ganja bagi
kesehatan. The New England Journal of Medicine misalnya, mengungkap fakta-fakta mengenai
kegunaan ganja untuk kesehatan. Data dalam jurnal tersebut menunjukan 90% penderita sindrom
dravet bisa diatasi dengan ganja. Sindrom Dravet ialah penyakit epilepsi tingkat tinggi yang
susah disembuhkan.

Penelitian mengenai manfaat ganja pun dilakukan Greewhich Biosciences yang kemudian
menemukan ekstrak obat ganja yang diberi nama Epidiolex. Obat ganja ini dipercaya mampu
mengobati sindrom dravet. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa pengobatan menggunakan
Epidiolex lebih cepat dari pada obat lain.

Kesimpulan

Ganja adalah zat berbahaya bagi tubuh yang dapat mengakibatka kecanduan pada penggunanya
dan ganja memiliki banyak jenis dan efek negatif sesuai dengan jenisnya. Dampak negatif dari
penggunaan ganja adalah menurunnya kesehatan bahkan kematian dan hilangnya kreatifitas dan
potensi yang dimiliki oleh pemuda sebagai generasi bangsa.

Penyalahan Ganja dapat dihindari dengan banyak cara dimulai dari lingkungan keluarga,
lembaga pendidikan dan lingkungan pergaulan.

Anda mungkin juga menyukai