Anda di halaman 1dari 32

DEELNEMING

TIM DOSEN FH UNPAS


DEELNEMING (PENYERTAAN)
Deelneming berasal dari kata deelnemen (Belanda) BENTUK-BENTUK
yang diterjemahkan dengan kata “menyertai” dan PENYERTAAN
deelneming menjadi “penyertaan”.

PEMBUAT (DADER) PS 55 Pembantu/Medeplichtige


Sering menjadi permasalahan PS 56
dalam hukum pidana karena Pelaku / pleger (Pasal 55 ayat Pembantu pada saat
berdasarkan kenyataan sering (1) ke-1); kejahatan dilakukan (Pasal
suatu delik dilakukan bersama 56 ke-1)
oleh beberapa orang. Jika Yang menyuruhlakukan / Pembantu sebelum
hanya satu orang yang doenpleger (Pasal 55 ayat (1) kejahatan dilakukan (Pasal
melakukan suatu delik, ke-1); 56 ke-2)
pelakunya disebut alleen dader. Yang turut serta/ medepleger
(Pasal 55 ayat (1) ke-1);
Penganjur / uitlokker (Pasal 55
ayat (1) ke-2)).
PERTANGGUNG JAWABAN
DEELNEMING
Menurut doktrin, deelneming menurut sifatnya terdiri dari :

Deelneming yang berdiri sendiri,


Deelneming yang tidak berdiri sendiri, yakni
yakni pertanggungjawaban dari
pertanggungjawaban dari peserta yang satu
tiap peserta dihargai sendiri-
digantungkan pada perbuatan peserta yang lain
sendiri

1. Pertanggung jawaban penuh; sanksi pokok


dari perbuatan yang dilakukan tidak
dikurangi;
2. Pertanggung jawaban sebagian: pidana
pokok dari perbuatan yang dilakukan
dikurangi 1/3
PERTANGGUNG JAWABAN
DEELNEMING
TANGGUNG JAWAB PENUH TANGGUNG JAWAB SEBAGIAN

1. Pleger (pelaku/orang yg
melakukan sendiri perbuatan yang
memenuhi rumusan delik formil 1. Medeplichtige (orang yg membantu)
atau delik materiel);
2. Mededader/medepleger (yang
turut serta/orang yg turut serta);
3. Doenpleger (yg menyuruh
lakukan/orang yg menyuruh/actor
intelektual/ otak dari kejahatan);
4. Uitlokker (penganjur/orang
membujuk/orang yg
menganjurkan melakukan delik)
DASAR HUKUM DEELNEMING
Berdasarkan ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan penyertaan adalah apabila yang terlibat dalam tindak pidana
itu tidak hanya satu orang saja, melainkan lebih dari satu orang.

Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP mengatur tentang orang yang melakukan


(pleger), atau orang yg turut serta melakukan (medepleger), atau yg
menyuruh melakukan (doenpleger), atau yang menganjurkan untuk
melakukan perbuatan pidana (uitlokker), atau yang membantu
melakukan perbuatan pidana (medeplichtige)

Delik penyertaan setidaknya memiliki dua kemungkinan status


keterlibatan seseorang, yaitu :
1. Ada kalanya keterlibatan seseorang itu sebagai pembuat delik/
dader (pleger, medepleger, doenpleger, uitlokker); dan
2. Ada kalanya keterlibatan seseorang itu hanya sebagai pembantu
bagi pembuat delik (medeplictiger)
PERBUATAN
Melakukan (plegen),
Turut serta melakukan (medeplegen),
Menyuruh melakukan (doenplegen),
Menganjurkan untuk melakukan perbuatan pidana (uitlokken),
Membantu melakukan perbuatan pidana (medeplichtige)

ORANG
Orang yang melakukan (pleger),
Orang yang turut serta melakukan (medepleger),
Orang yang menyuruh melakukan (doenpleger),
Orang yang menganjurkan untuk melakukan perbuatan pidana (uitlokker),
Orang yang membantu melakukan perbuatan pidana (de medeplichtige)
PELAKU (PLEGER)
Pelaku (pleger). Pleger adalah orang yang secara materiil nyata-nyata melakukan
perbuatan yang secara sempurna memenuhi semua unsur dari rumusan delik yang
terjadi / telah memenuhi setiap unsur delik yang terdapat dalam pasal hukum pidana
yang dilanggar.

Menurut doktrin hukum pidana pleger dibedakan dengan dader. Pleger adalah orang
yang menjadi pelaku dalam penyertaan yang dapat dipidana yang sama dengan
pembuat, sedangkan dader adalah pembuat dari suatu perbuatan pidana atau
orang yang melaksanakan semua unsur rumusan delik dan mempunyai kualifikasi
sebagai terdakwa yang dibedakan dengan kualifikasi sebagai pembantu.

Pleger memenuhi semua unsur delik, termasuk juga bila dilakukan melalui orang-orang
lain atau bawahan mereka
MENYURUH LAKUKAN (DOENPLEGEN)
Menyuruh melakukan merupakan salah bentuk penyertaan, yang didalamnya jelas terdapat seseorang yang
menyuruh orang lain melakukan suatu perbuatan pidana, dan ada orang lain yang disuruh melakukan
perbuatan pidana tersebut.

Doenpleger adalah orang yang menyuruh orang lain untuk melakukan suatu perbuatan pidana, dimana
secara yuridis orang yang disuruh itu pada akhirnya secara nyata melakukan perbuatan pidana tersebut.
Dalam doenplegen orang yang disuruh tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.

Unsur / Ciri dalam doenplegen : • Alat Yg Dipakai Adalah Manusia


1. Seseorang, yakni manusia, • Alat Yg Dipakai Itu Berbuat (Bukan
digunakan sebagai alat oleh Alat Yg Mati)
yang menyuruh lakukan delik;
2. Orang yang dijadikan sebagai
alat itu merupakan sambungan
atau kepanjangan tangan dari
orang yang menyuruh lakukan
MENYURUH LAKUKAN (DOENPLEGEN)
Unsur / Ciri Doenplegen :

3. melibatkan minimal dua orang, dimana satu pihak bertindak sebagai auctor intelectualis,
yaitu orang yang menyuruh orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana dan ada pihak
lainnya yg bertindak sebagai auctor materialis, yaitu orang yang melakukan tindak pidana atas
suruhan auctor intelectualis;

PADA DOENPLEGEN
ADA

PELAKU/ ORANG YG MENYURUH/


PLEGER/ DOENPLEGER/
PEMBUAT LANGSUNG / PEMBUAT TIDAK LANGSUNG /
MANUS MINISTRA / MANUS DOMINA /
AUCTOR PHYSICUS / AUCTOR INTELLECTUALIS /
AUCTOR MATERIALIS AUCTOR MORALIS
MENYURUH LAKUKAN (DOENPLEGEN)
Unsur / Ciri Doenplegen :

4. auctor materialis adalah orang yang tidak dapat


dipertanggungjawabkan secara pidana atas tindak pidana yang
dilakukannya, karena dalam dirinya terdapat hal-hal yang merupakan
alasan pemaaf
MENYURUH LAKUKAN (DOENPLEGEN)
ALASAN PEMAAF YG DITEMUKAN DALAM DOENPLEGEN, SEHINGGA
PELAKU / PEMBUAT LANGSUNG TIDAK DAPAT DIPERTANGGUNG
JAWABKAN:

Bila ia tidak sempurna pertumbuhan jiwanya / rusak jiwanya (Pasal 44 KUHP)


Bila ia masih sangat muda sekali dan belum begitu sadar akan perbuatannya
Bila ia berbuat karena daya paksa (Pasal 48 KUHP)
Bila ia melakukan atas perintah jabatan yg tidak sah (Pasal 51 ayat (2) KUHP)
Bila ia keliru / sesat mengenai salah satu unsur delik
Bila ia tidak mempunyai maksud seperti yg disyaratkan untuk kejahatan yang
bersangkutan
MENYURUH LAKUKAN (DOENPLEGEN)
DOENPLEGER
TIDAK HARUS MEMPUNYAI KUALITAS PRIBADI YANG SAMA DENGAN
PEMBUAT TIDAK LANGSUNG (AUCTOR MATERIALIS / MANUS MINISTRA):

Contoh:
A membius B seorang penjaga keamanan Kereta Api, sehingga B lalai menjalankan
tugasnya dan timbul kecelakaan. (Pasal 361 KUHP)

Menyuruh melakukan suatu delik jabatan tidak hanya terdapat apabila pembuat
materilnya adalah seorang pejabat dan yang menyuruhlakukan bukan pejabat, akan
tetapi dapat juga terjadi bila pembuat materilnya bukan seorang pejabat sedangkan
yang menyuruh melakukan adalah pejabat. (Arrest HR 21 April 1813).

Disini A akan dijerat menggunakan Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo. Pasal 361 KUHP.
Sedangkan B jika terbukti bahwa A membius B secara diam-diam tanpa
sepengetahuan B, maka B tidak dapat dipertanggungjawabkan.
MENYURUH LAKUKAN (DOENPLEGEN)
PASAL 359 KUHP:

“Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang mati diancam


dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling
lama satu tahun

PASAL 361 KUHP:

Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan ataudalam


menjalankan suatu jabatan pencarian, maka pidana ditambah dengan
sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan
pencarian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat
memerintahkan supaya putusannya diumumkan.
MENYURUH LAKUKAN (DOENPLEGEN)
DOENPLEGER
DAPAT TERJADI PADA DELIK DOLUS (SENGAJA) & JUGA PADA DELIK CULPA (TIDAK
SENGAJA):

Contoh:
A menyuruh seorang pekerja B untuk melemparkan benda yang berat dari atap rumah ke
bawah, tanpa menghiraukan apakah benda itu akan menimpa orang yang kebetulan
ada/lewat di bawah atap rumah itu.

Dalam hal orang yang menyuruh dapat menduga sebelumnya bahwa akan ada sesuatu akibat
yang tidak diharapkan.

Disini A dijerat dengan Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo Pasal 359 KUHP.


Sedangkan B jika terbukti bahwa A sehari-hari dalam melaksanakan tugasnya, berkewajiban
mengamankan area bawah saat B melemparkan benda, dan jika terbukti bahwa selama ini
tidak pernah terjadi kecelakaan saat B melemparkan benda, maka B tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
MENYURUH LAKUKAN (DOENPLEGEN)

PASAL 359 KUHP:

“Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang mati diancam


dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling
lama satu tahun
MEDEPLEGEN (TURUT SERTA)
Medepleger orang yang melakukan kesepakatan dengan
menurut para ahli orang lain untuk melakukan suatu perbuatan
pidana dan secara bersama-sama pula ia turut
beraksi dalam pelaksanaan perbuatan pidana
sesuai dengan yang telah disepakati.

Dalam penyertaan, dua orang atau lebih yang


dikatakan sebagai medepleger tersebut
semuanya harus terlibat aktif dalam suatu kerja
sama pada saat perbuatan pidana dilakukan
MEDEPLEGEN (TURUT SERTA)
Terdapat 5 (lima) ciri penting yang membedakan
Medeplegen (turut serta) dengan medeplichtige
(pembantuan).

Pertama, pelaksanaan perbuatan pidana melibatkan dua orang atau lebih.

Kedua, semua yang terlibat, benar-benar melakukan kerja sama secara fisik (saling
membantu) dalam pelaksanaan perbuatan pidana yang terjadi.

Ketiga, terjadinya kerja sama fisik bukan karena kebetulan, tetapi memang telah
merupakan kesepakatan yang telah direncanakan bersama sebelumnya

Keempat, mereka yang terlibat berkepentingan terhadap selesainya tindak pidana

Kelima, mereka yang terlibat sama sama mendapatkan keuantungan dari tindak
pidana yang dilakukan
MEDEPLEGEN (TURUT SERTA)
Terdapat 3 bentuk turut serta.

Pertama, mereka masing-masing memenuhi semua unsur dalam rumusan delik.


Misal: A & B bekerjasama melakukan pencurian di sebuah Gudang beras.

Kedua, salah satu memenuhi semua unsur delik, sedang yang lain tidak
Misal: A & B saling bekerja sama, A menabrak C yang menjadi sasaran pencopetan,
sedang B yang mengambil dompet orang itu

Ketiga, tidak seorangpun memenuhi unsur-unsur delik seluruhnya, tetapi mereka


bersama-sama mewujudkan delik
Misal: Dalam pencurian yang merusak (Pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP) A mengawasi, B
Merusak pintu rumah menggunakan alat, C masuk ke rumah mengambil barang
curian, D menerima barang dari C untuk dimasukan ke dalam mobil, E siap siap di
dalam mobil bertindak sebagai supir.
MEDEPLEGEN (TURUT SERTA)
PASAL 363 AYAT (1) KE-5 KUHP

Diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun pencurian yang


untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada
barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau
memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu
atau pakaian jabatan palsu.
MEDEPLEGEN (TURUT SERTA)
CONTOH:

A meminjam motor B untuk 2 hari, B memberikan motornya untuk digunakan A. Hari kedua motor
dipinjam, C datang ke rumah A, dan menceritakan bahwa uang yang A & C pinjam ke Koperasi
harus sudah dibayar karena sudah ditagih oleh koperasi. C menyarankan kepada A untuk
menjual motor B, uang hasil menjual motor digunakan untuk membayar hutang mereka ke
koperasi. Dalam contoh ini, A dan C dapat dipidana. Di sini A disebut sebagai pleger/pelaku
sedangkan dan C disebut sebagai orang yang turut serta/medepleger. A disebut pleger/pelaku
karena A lah yang memenuhi semua unsur dalam 372 KUHP, karena motor diserahkan oleh B
secara langsung kepada A.
A dijerat dengan Pasal 372 KUHP
C akan dijerat dengan Pasal 55 ayat (1) ke 1 jo 372 KUHP
MEDEPLEGEN (TURUT SERTA)
PASAL 372 KUHP

“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki


barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana
denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
MENGANJURKAN (UITLOKKEN)
Dalam uitlokken pun terdapat dua orang atau lebih yang masing-masing berkedudukan sebagai
orang yang menganjurkan (actor intelectualis) dan orang yang dianjurkan (actor materialis)
Bentuk penganjurannya adalah actor intelectualis menganjurkan orang lain (actor materialis)
untuk melakukan perbuatan pidana.

Uitlokker adalah orang yang menganjurkan


orang lain untuk melakukan suatu
perbuatan pidana, dimana orang lain
tersebut tergerak untuk memenuhi
anjurannya disebabkan karena terpengaruh
atau tergoda oleh upaya-upaya yang
dilancarkan penganjur sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 55 ayat 1 ke-2 KUHP
MENGANJURKAN (UITLOKKEN)
Unsur / Ciri UITLOKKEN

1. Seseorang, yakni manusia, digunakan


sebagai alat oleh yang menganjurkan
lakukan delik;
2. Orang yang dijadikan sebagai alat itu
merupakan sambungan atau
kepanjangan tangan dari orang yang
menganjurkan lakukan

• Alat Yg Dipakai Adalah Manusia


• Alat Yg Dipakai Itu Berbuat (Bukan Alat Yg
Mati)
MENGANJURKAN (UITLOKKEN)
Unsur / Ciri UITLOKKEN

3. melibatkan minimal dua orang, dimana satu pihak


bertindak sebagai auctor intelectualis, yaitu orang
yang menganjurkan orang lain untuk melakukan suatu
tindak pidana dan pihak yang lainnya bertindak
sebagai auctor materialis, yaitu orang yang melakukan
tindak pidana atas anjuran auctor intelectualis;

PADA UITLOKKEN
ADA

PLEGER UITLOKKER
PELAKU/ ORANG YG MENGANJURKAN/
PEMBUAT LANGSUNG / PEMBUAT TIDAK LANGSUNG /
MANUS MINISTRA / MANUS DOMINA /
AUCTOR PHYSICUS / AUCTOR INTELLECTUALIS /
AUCTOR MATERIALIS AUCTOR MORALIS
MENGANJURKAN (UITLOKKEN)
Unsur / Ciri Uitlokken

4. auctor materialis adalah orang yang


DAPAT dipertanggungjawabkan secara
pidana atas tindak pidana yang
dilakukannya
MENGANJURKAN (UITLOKKEN)
Unsur / Ciri UITLOKKEN

5 Auctor intelectualis menggerakan auctor


materialis / pembuat tidak langsung dengan
menggunakan upaya-upaya (sarana-
sarana) seperti tersebut dalam undang-
undang (bersifat limitatif)

Penyalahgunakan Kekuasaan / Menyalahgunakan Martabat / Kekerasan / Ancaman


Kekerasan / Penyesatan / Memberi Kesempatan / Sarana / Keterangan
MENGANJURKAN (UITLOKKEN)
CONTOH:

A menyampaikan kepada B, kalau B mau


membunuh X maka A akan membayar B
sebesar 100 juta. B menyetujui. Kemudian B
membunuh X.

Disini A sebagai Uitlokker/pembujuk, sedangkan B sebagai Pleger/pelaku.


A akan dijerat menggunakan pasal 55 ayat (1) ke-2 jo Pasal 340 KUHP.
Sedangkan B dijerat dengan Pasal 340 KUHP.
MENGANJURKAN (UITLOKKEN)
CONTOH:

A menyampaikan kepada B, kalau B mau membunuh X


maka A akan membayar B sebesar 100 juta. B
menyetujui. Kemudian B tanpa sepengetahuan A.
meminta C untuk membunuh X, B menjanjikan jika C
berhasil membunuh X, maka uang 100 juta akan dibagi
berdua. C bersedia melakukan. C membunuh X.

Disini A sebagai Uitlokker/pembujuk, sedangkan B sebagai Uitloker/pembujuk dan C sebagai Pleger/pelaku.


A akan dijerat menggunakan Pasal 55 ayat (1) ke-2 jo Pasal 340 KUHP.
B dijerat dengan Pasal 55 ayat (1) ke-2 jo Pasal 340 KUHP.
C dijerat dengan Pasal 340 KUHP.

Dalam kasus ini, B yang semula seharusnya menjadi Pleger/pelaku, berubah menjadi
uitlokker/penganjur
MENGANJURKAN (UITLOKKEN)
CONTOH:

A menyampaikan kepada B, kalau B mau membunuh X


maka A akan membayar B sebesar 100 juta. B
menyetujui. Kemudian saat B hendak melakukan
pembunuhan kepada X, tiba-tiba A datang. Awalnya
niat A datang adalah hanya untuk menyaksikan B
melakukan pembunuhan kepada X. Tetapi tiba-tiba
saat itu A berubah pikiran dan ikut juga melakukan
pembunuhan. A saat itu memegang X saat B menusuk
X. X mati.

Disini A awalnya sebagai Uitlokker/pembujuk, tetapi kemudian karena A ikut terlibat langsung melakukan
eksekusi pembunuhan maka status A berubah menjadi medepleger/turut serta
Sedangkan B juga sebagai yang turut serta/medepleger.
A akan dijerat menggunakan Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 340 KUHP.
Sedangkan B juga dijerat dengan Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 340 KUHP.
PEMBANTUAN (MEDEPLICHTIGE)
Pembantu adalah orang yang sengaja Bentuk bantuan dibedakan antara:
memberi bantuan berupa saran, • pemberian bantuan sebelum
informasi atau kesempatan kepada dilaksanakannya kejahatan, dan
orang lain yang melakukan tindak • pemberian bantuan pada saat
pidana, dimana bantuan tersebut berlangsungnya pelaksanaan
diberikan baik pada saat atau sebelum kejahatan.
tindak pidana itu sendiri terjadi
Bantuan seseorang kepada orang
lain tidak mungkin terjadi setelah
tindak pidana itu sendiri dilakukan,
Dikatakan ada pembantuan apabila karena kalau hal demikian yang
ada dua orang atau lebih, yang satu terjadi, maka orang itu tidak lagi
sebagai pembuat (de hoofd dader), dan disebut sebagai pembantu, tetapi
yang lain sebagai pembantu (de sudah merupakan pelaku tindak
medeplichtige). pidana secara sendiri.
PEMBANTUAN (MEDEPLICHTIGE)
Pemberian bantuan pada saat berlangsungnya pelaksanaan kejahatan:

A pembantu rumah tangga, pacaran dgn B seorang recidivis, tapi A tidak tau kalau pacarnya
tersebut adalah seorang recidivis, saat ngobrol di tlp, B bercerita ke A bahwa ia membutuhkan
uang, B meminjam uang ke A, A menyatakan bahwa ia tidak memiliki uang. B beride bahwa ia
akan mencuri di rumah majikan A. A mengatakan “jangan bawa-bawa saya”, B mengatakan,
“tenang kamu tdk perlu berbuat apa-apa, kamu cukup membukakan pintu rumah saat saya
datang ke rumah majikan kamu malam hari, dan bantu mengawasi selama sy ada di dalam
rumah”. A kemudian membukakan pintu saat B datang, A juga mengawasi saat B sedang
beraksi melakukan pencurian. A sama sekali tidak menerima bayaran dari B, terhadap bantuan
yg diberikan.

Disini A disebut sebagai pembantu/de medeplichtige, sedangkan B disebut sebagai


pelaku/pleger.
A dijerat dengan 56 ke-1 jo Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP
B dijerat dengan Pasak 363 ayat (1) ke-3 KUHP
PEMBANTUAN (MEDEPLICHTIGE)
Pemberian bantuan sebelum dilaksanakannya kejahatan:

A pembantu rumah tangga, pacaran dgn B seorang recidivis, tapi A tidak tau kalau pacarnya
tersebut adalah seorang recidivis, saat ngobrol di tlp, B bercerita ke A bahwa ia membutuhkan
uang, B meminjam uang ke A, A menyatakan bahwa ia tidak memiliki uang. B beride bahwa ia
akan mencuri di rumah majikan A. A mengatakan “jangan bawa-bawa saya”, B mengatakan,
“tenang kamu tdk perlu berbuat apa-apa, kamu cukup memberi informasi dimana biasa
majikan kamu menyimpan barang berharga”. A kemudian bercerita secara rinci dimana saja
majikan menyimpan barang berharga, Info tersebut digunakan oleh B, malamnya B merampok
di rumah majikan A. A sama sekali tidak menerima bayaran dari B, terhadap bantuan yg
diberikan.

Disini A disebut sebagai pembantu/de medeplichtige, sedangkan B disebut sebagai


pelaku/pleger.
A dijerat dengan 56 ke-2 jo Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP
B dijerat dengan Pasak 363 ayat (1) ke-3 KUHP

Anda mungkin juga menyukai