Anda di halaman 1dari 53

PUTUSAN

Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm


DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Airmadidi yang memeriksa dan memutus perkara-perkara
pada Tingkat Pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara
gugatan antara:
DAUD KAPUAS, Umur 52 tahun, Pekerjaan Wiraswasta, Agama Kristen
Protestan, Warga Negara Indonesia, Alamat Desa
Kawangkoan Baru, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa
Utara, dalam hal ini memberikan kuasa kepada Eduard
Manalip, S.H., M.H. dan Haposan D.P. Saragih, S.H., M.H.
masing-masing sebagai Advokat/Pengacara dan Konsultan
Hukum pada kantor hukum Eduard Manalip, S.H., M.H. &
Rekan yang beralamat di Jalan A.A. Maramis Kompleks
Perum P dan K, Kaiwatu, Kelurahan Kairagi Dua, kecamatan
Mapanget, Kota Manado, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 16 Maret 2021 yang didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Airmadidi pada tanggal 31 Maret 2021
dengan nomor register 125/SK/2021/PN Arm, selanjutnya
disebut Penggugat;
Lawan:
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Cq. KEMENTRIAN AGRARIA DAN
TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL Cq.
KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN
NASIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA/KETUA
PELAKSANA PENGADAAN TANAH JALAN TOL MANADO-
BITUNG, berlamat di Jalan 17 Agustus, Kelurahan Tanjung Batu,
Kecamatan Wanea, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara,
selanjutnya disebut Tergugat;
JENNY (GAGHIWU), Jenis Kelamin Perempuan, Warga Negara Indonesia,
Alamat Desa Kawangkoan Jaga IV, Kecamatan Kalawat,
Kabupaten Minahasa Utara, dalam hal ini memberikan kuasa
kepada Glorio Immanuel Katoppo, S.H., Dr. Ezri Tumuwo, M.H.,
Steiven Bernadino Zeekeon, S.H., dan Stenny Sapetu, S.H.
selaku Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum yang berkantor
di kantor hukum Glorio Immanuel Katoppo, S.H. & Associates
yang beralamat di Lingkungan III, Kelurahan Singkil Dua,
Kecamatan Singkil, Kota Manado, berdasarkan surat kuasa

Halaman 1 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
khusus nomor: 22/SK GIK & R/IV/2021 tertanggal 26 April 2021
yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Airmadidi
pada tanggal 4 Mei 2021 dengan nomor register 166/SK/2021/PN
Arm, selanjutnya disebut Turut Tergugat I;
NOVDY V. MANOREK, S.Th., Jenis Kelamin Laki-laki, Warga Negara Indonesia,
Alamat Desa Kawangkoan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten
Minahasa Utara, selanjutnya disebut Turut Tergugat II;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca berkas perkara;
Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;
Tentang Duduk Perkara
Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 14 April 2021
yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Airmadidi pada
tanggal 19 April 2021 dalam Register Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm, telah
mengajukan gugatan sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat sedang menempati menguasai dan memiliki sebidang tanah
di tempat bernama MASOAN, Wilayah Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat,
Kabupaten Minahasa Utara dengan batas-batas tanah sebagai berikut:
Utara : dengan Hendrik Sigarlaki dan A. Ticoalu;
Timur : dengan Alex Wagiu;
Selatan: dengan Paulina M. Sigarlaki;
Barat : dengan Lengkong-Wangania.
Sekarang setelah mengalami perubahan pihak-pihak yang berbatasan dan
terakhir setelah dipeta oleh Pihak Tergugat I, batas-batasnya sebagai berikut:
Utara : dengan Hengky Wijaya;
Timur : dengan Tanah Pekuburan dan Wengky Limando
Selatan: dengan Johanis Piet Sendow
Barat : dengan Thamrin Wagiu dan Julien Dumanaw
Tanah a quo dinyatakan sebagai objek ganti rugi/ objek sengketa;
2. Bahwa tanah tersebut dikuasai oleh Penggugat sudah puluhan tahun tanpa
gangguan dari siapapun, tanah mana berasal dari ayah Penggugat bernama
WILHELMUS KAPUAS anak dari AMANDA KAPUAS isteri dari FRANS
GAGHIWU;
3. Bahwa di atas tanah tersebut ada rumah/ pondok milik Penggugat;
4. Bahwa pada bulan Juni 2020 Penggugat terkejut membaca pengumuman yang
tertampal di papan pengumuman Balai Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara; atas nama FRANS GAGHIWU tidak tahu
keberadaannya yang dibuat oleh Tergugat dan Turut Tergugat II;

Halaman 2 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
5. Bahwa setelah Penggugat telusuri ternyata Tergugat telah mengadakan
pengukuran secara Bersama-sama dengan Turut Tergugat II (waktu itu
menjabat sebagai Hukum Tua Desa Kawangkoan) dan Turut Tergugat I,
pengukuran mana untuk kepentingan ganti rugi untuk pembuatan Jalan Tol
Manado – Bitung;
6. Bahwa pengukuran tanah a quo oleh Tergugat Bersama dengan Turut Tergugat
I dan Turut Tergugat II dengan tanpa melibatkan Penggugat sebagai pihak yang
sedang menguasai dan mempunyai rumah di atas tanah serta mengambil
segala hasilnya adalah perbuatan melawan hukum yang merugikan Penggugat;
7. Bahwa kerja sama Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II telah
memproses agar pembebasan tanah a quo akan dibayar ganti ruginya kepada
Turut Tergugat I;
8. Bahwa pada tanggal 10 Agustus 2020, Penggugat telah mengirim surat kepada
Turut Tergugat II, menyatakan keberatan atas keterangan yang diberikan
olehnya yang menyatakan tanah atas nama FRANS GAGHIWU yang
keberadaannya tidak diketahui pada hal tanah a quo dalam penguasaan
Penggugat dan didalamnya ada rumah milik Penggugat;
9. Bahwa pada tanggal 13 Agustus 2020 Penggugat telah pula mengirim surat
kepada Tergugat, berperihal keberatan atas pengumuman tanah atas nama
Alm. Frans Gaghiwu dalam peta bidang tertulis tidak diketahui keberadaannya
padahal tanah a quo sedang dikuasai oleh Penggugat dan ada rumah
Penggugat di dalamnya;
10. Bahwa pada tanggal 1 Februari 2021 dan tanggal 1 Maret 2021 Penggugat telah
membuat laporan ke POLDA Sulawesi Utara berperihal perbuatan curang dan
pemalsuan surat yang dibuat dengan kerja sama antara Tergugat dan Para
Turut Tergugat;
11. Bahwa pada tanggal 10 Maret 2021 Tergugat mengeluarkan Surat Nomor
98/PPT/III/2021, berperihal Undangan Rapat Musyawarah Penetapan Bentuk
Kerugian Kegiatan Pengadaan Tanah Jalan Tol Manado – Bitung dan
Penggugat walaupun tidak diundang turut menghadiri musyawarah tersebut
pada tanggal 16 Maret 2021;
12. Bahwa pada tanggal 16 Maret 2021 bertempat di Aula Kecamatan Kalawat
diadakan musyawarah yang dilaksanakan oleh Tergugat dan Pantia Pengadaan
Tanah Termasuk Pihak Kejaksaan Tinggi, Pihak Kepolisian Daerah Provinsi
Sulawesi Utara;
13. Bahwa dalam rapat/ musyawarah tanggal 16 Maret 2021 tersebut, Turut
Tergugat I hadir dan ada menandatangani daftar hadir sedangkan Penggugat

Halaman 3 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
yang hadir tetapi tidak ada namannya dan oleh Petugas, Penggguat disuruh
menandatangani di atas kertas kosong;
14. Bahwa pada rapat/ musyawarah tanggal 16 Maret 2021 tersebut, Penggugat
ada menyatakan agar ganti rugi tanah a quo harus diberikan kepada Penggugat
(Daud Kapuas) karena Penggugat yang sedang menguasai, menikmati hasil
tanah a quo dan ada rumah milik Penggugat di atas tanah tersebut;
15. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 529 KUHPerdata yang secara limitative
mengatur bahwa barang siapa yang menguasai suatu kebendaan atau
menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan itu (termasuk tanah);
16. Bahwa oleh karena Penggugat sebagai pihak yang sedang menguasai dan atau
menikmati tanah a quo, maka menurut hukum ganti rugi tanah a quo, oleh Pihak
Tergugat harus dibayar kepada Penggugat dan jika ada yang merasa berhak
termasuk Turut Tergugat I, silahkan menempuh jalur hukum, in casu tidak
melakukan perbuatan melawan hukum dengan mengadakan pengukuran
bersama Tergugat dan Turut Tergugat II, se akan-akan Turut Tergugat I sedang
menguasai dan menikmatinya;
17. Bahwa dalam pengajuan gugatan ini, secara nyata dan jelas bahwa Penggugat
adalah sebagai pihak yang sedang menguasai, menduduki secara sah atas
tanah objek penggantian ganti rugi (objek perkara) dan ada rumah di atasnya,
maka putusan dalam perkara ini dapat dijalankan secara serta merta/ lebih
dahulu (uit voerbaar bijvoorraad)
18. Bahwa dalam pengajuan gugatan ini Penggugat telah mengeluarkan biaya,
untuknya biaya a quo harus dibayar oleh Tergugat dan Turut Tergugat.
Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Penggugat mohon kiranya
Pengadilan Negeri Airmadidi/ C.q Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini dapat
memberikan Putusan yang amarnya sebagai berikut:
MENGADILI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan menurut hukum bahwa tanah objek sengketa yang terletak
ditempat bernama MASOAN yang berbatasan dengan :
Utara : Hendrik Sigarlaki dan A. Ticoalu;
Timur : Alex Wagiu;
Selatan: Paulina M. Sigarlaki;
Barat : Lengkong-Wangania.
Sekarang setelah mengalami perubahan pihak-pihak yang berbatasan dan
terakhir setelah dipeta oleh Pihak Tergugat I, batas-batasnya sebagai berikut:
Utara : dengan Hengky Wijaya;
Timur : dengan Tanah Pekuburan dan Wengky Limando;

Halaman 4 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Selatan: dengan Johanis Piet Sendow;
Barat : dengan Thamrin Wagiu dan Julien Dumanaw.
Yang diatasnya ada rumah milik Penggugat adalah dalam penguasaan dan
dinikmati hasilnya oleh Penggugat secara sah;
3. Menyatakan menurut hukum bahwa pengukuran atas tanah sengketa a quo
yang dilakukan oleh Pihak Tergugat Bersama-sama Turut Tergugat I dan Turut
Tergugat II untuk kepentingan Turut Tergugat I dengan tanpa melibatkan
Penggugat sebagai pihak yang sedang menguasai, menikmati dan menduduki
objek sengketa adalah merupakan perbuatan melawan hukum yang merugikan
Penggugat;
4. Menyatakan menurut hukum bahwa proses ganti rugi tanah terhadap objek
sengketa untuk keperluan Jalan Tol Manado-Bitung yang dilakukan oleh
Tergugat kepada Turut Tergugat I adalah tidak sah dan melawan hukum, karena
objek sengketa/ objek ganti rugi ada dibawah penguasaan Penggugat secara
sah;
5. Menyatakan menurut hukum bahwa proses ganti rugi tanah objek sengketa
untuk keperluan jalan Tol Manado – Bitung harus dibayar oleh Pihak Tergugat
kepada Penggugat sebagai pihak yang sedang menguasai dan menikmati objek
sengketa;
6. Menyatakan menurut hukum bahwa putusan dalam perkara ini dapat dijalankan
terlebih dahulu, walaupun ada Verzet, Banding dan/atau Kasasi dari Tergugat
dan Para Turut Tergugat;
7. Menghukum Tergugat dan Para Turut Tergugat untuk membayar biaya perkara
ini;
8. Jika Pengadilan berpendapat lain, Penggugat mohon Putusan yang berkeadilan.
Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah di tentukan Penggugat dan
Turut Tergugat I telah hadir kuasa hukumnya, dan Turut Tergugat II telah hadir sendiri,
sementara Tergugat tidak datang menghadap ataupun menyuruh orang lain
menghadap untuk mewakilinya, meskipun berdasarkan risalah panggilan sidang nomor
93/Pdt.G/2021/PN Arm tanggal 22 April 2021, tanggal 7 Mei 2021 dan tanggal 31 Mei
2021 telah dipanggil dengan sah dan patut;
Menimbang, bahwa dalam upaya untuk mendamaikan para pihak berperkara
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 154 RBg juncto Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, maka Majelis
Hakim mewajibkan para pihak berperkara untuk menempuh upaya perdamaian melalui
proses mediasi dengan menunjuk Annissa Nurjanah Tuarita, S.H., M.H. sebagai
Mediator Hakim dalam perkara a quo;

Halaman 5 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tentang hasil mediasi tanggal
23 Juni 2021 diketahui upaya perdamaian dalam proses mediasi tersebut tidak berhasil
mencapai kesepakatan, sehingga pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan pembacaan
surat gugatan dan Penggugat menyatakan tidak melakukan perubahan apapun dalam
gugatan a quo;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat I telah
mengajukan jawaban sebagai berikut;
Dalam Eksepsi
1. Penggugat tidak memiliki Kualitas Untuk Mengajukan Gugatan (Non Ligitime
Persona Standi in Judicio).
Bahwa obyek sengketa adalah milik dari Frans Gaghiwu Almarhum yang
didapat dari Tukar Menukar dengan Almarhumah Getroida Wangania-Tanod
pada tahun 1970 kemudian jatuh waris kepada Jenny Gaghiwu (Turut Tergugat
I), olehnya Penggugat adalah orang yang tidak berhak atas obyek sengketa;
2. Gugatan Penggugat Kabur.
Bahwa Penggugat memutar balikan fakta hukum tentang kepemilikan
obyek sengketa sebab obyek sengketa berdasarkan Register Desa
Kawangkoan No. 406 Folio No. 196 dengan luas 10.150 m2 atas nama Frans
Gaghiwu bukan berasal dari ayah Penggugat (Wilhemus Kapuas), olehnya
obyek gugatan menjadi kabur/kurang jelas, sebab dapat menimbulkan masalah
baru dikemudian hari;
Berdasarkan seluruh uraian dalam Eksepsi diatas, mohon kiranya Majelis
Hakim yang terhormat, berkenan dengan memutus sebagai berikut :
- Menerima dan mengabulkan Eksepsi Turut Tergugat I seluruhnya;
- Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;
Dalam Pokok Perkara
1. Bahwa seluruh Jawaban Turut Tergugat I yang telah dikemukakan dalam
Eksepsi diatas secara mutatis-mutandis dianggap termasuk dalam dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Jawaban dalam pokok
perkara ini;
2. Bahwa pada prinsipnya Turut Tergugat I menolak seluruh dalil Gugatan
Penggugat yang tidak beralasan hukum sama sekali, kecuali terhadap apa yang
diakui secara tegas oleh Turut Tergugat I;
3. Bahwa gugatan point 1, hal. 2, sepanjang mengenai batas-batas obyek
sengketa yang benar menurut Turut Tergugat I adalah :
Utara : dahulu Keluarga Poluan Wurangian sekarang Hengky Wijaya/Thamrin

Halaman 6 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Wagiu.
Timur : dahulu A.R. Wagiu/PT Trimix sekarang Pekuburan Kalawat/Wengky
Limando
Selatan: dahulu Kel.Sendow Senduk sekarang Yohanes Piet Sendow/Julien
Dumanauw
Barat : dahulu Keluarga Wagiu-Zees sekarang Julien Dumanauw/Thamrin
Wagiu.
Seluas + 10.150 m2 berdasarkan Register Desa Kawangkoan No. 406 Folio No.
196 serta Surat Ukur Desa tahun 2002 atas nama Frans Gaghiwu setelah obyek
sengketa dipetakan/diukur kembali oleh Panitia Pembebasan Lahan Jalan Tol
Manado-Bitung menjadi seluas + 14.603 m2 , olehnya apa yang dikemukakan
oleh Penggugat dalam gugatannya point 1 adalah kurang cermat serta tidak teliti
dan menyalahi aturan hukum yang ada, hal ini patutlah ditolak;
4. Bahwa gugatan point 2, 3 hal.2, menurut Turut Tergugat I adalah tidak benar
Penggugat menguasai obyek sengketa sudah puluhan tahun dan membangun
rumah diatasnya serta obyek sengketa berasal dari ayah Penggugat (Wilhemus
Kapuas) silahkan Penggugat membuktikannya yang benar obyek sengketa
adalah milik dari Frans Gaghiwu dan membangun rumah diobyek sengketa
kemudian jatuh waris kepada Jenny Gaghiwu Turut Tergugat I berdasarkan
bukti kepemilikan yang ada olehnya point ini patutlah ditolak;
5. Bahwa gugatan point 4, 5 hal. 2, patutlah ditolak sebab obyek sengketa adalah
milik dari Frans Gaghiwu Almarhum yang jatuh waris kepada Jenny Gaghiwu
(Turut Tergugat I) secara hukum wajar mendapat ganti rugi oleh Tergugat I,
serta ada kepentingan apa Penggugat melarang untuk mengukur obyek
sengketa oleh Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II, lagi pula untuk
kepentingan umum dan merupakan Proyek Nasional (Pembuatan Jalan Tol
Manado-Bitung);
6. Bahwa gugatan point 6, 7 hal.2-3, tidak beralasan hukum menyatakan
perbuatan Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II adalah perbuatan
melawan hukum sebab obyek sengketa bukan milik Penggugat dan secara
hukum pantas serta wajar untuk diproses ganti rugi kepada Turut Tergugat I
olehnya secara tegas Turut Tergugat I tolak;
7. Bahwa gugatan point 8, 9 hal. 3, patutlah dikesampingkan sebab secara hukum
Penggugat bukanlah pemilik atas obyek sengketa adalah wajar dan pantas surat
dari Penggugat kepada Tergugat dan Turut Tergugat II dikesampingkan dan
tidak direspon oleh Tergugat dan Turut Tergugat II;
8. Bahwa gugatan point 10 hal. 3, mengenai laporan Polisi oleh Penggugat
silahkan Penggugat buktikan unsur perbuatan curangnya itu merupakan hak dari

Halaman 7 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Penggugat dan hal ini patutlah dikesampingkan sebelum ada putusan yang
mengikat;
9. Bahwa gugatan point 11, 12, 13, 14 hal. 3, sangatlah beralasan hukum jika
proses ganti rugi dilakukan oleh Turut Tergugat I, karena oleh Panitia
Pembebasan lahan Jalan Tol Manado-Bitung mengakui secara kepemilikan jika
obyek sengketa adalah milik dari Frans Gaghiwu yang jatuh waris kepada Turut
Tergugat I berdasarkan bukti kepemilikan yang ada dan diakui oleh Pemerintah
Desa Kawangkoan;
10. Bahwa gugatan point 15, 16, 17, bahwa ketentuan pasal 529 KUH Perdata
haruslah dibuktikan oleh Penggugat jika Penggugat adalah pemilik sah atas
obyek sengketa olehnya secara tegas ditolak;
11. Bahwa gugatan point 18 hal. 4, tidak beralasan hukum harus dikabulkan karena
merupakan resiko dari Penggugat untuk mengajukan gugatan serta biaya biaya
yang dikeluarkan dalam berperkara, hal ini patutlah ditolak dengan tegas;
Berdasarkan uraian fakta-fakta hukum diatas kami mohon Majelis Hakim yang
terhormat memutuskan perkara ini dengan amar:
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara;
Menimbang, bahwa terhadap jawaban Turut Tergugat I tersebut diatas,
Penggugat telah mengajukan tanggapan dalam repliknya tertanggal 18 Agustus 2021
sebagaimana termuat lengkap dalam berita acara sidang;
Menimbang, bahwa terhadap replik yang diajukan oleh Penggugat, Turut
Tergugat I telah mengajukan duplik tertanggal 21 Oktober 2020 sebagaimana termuat
lengkap dalam berita acara sidang;
Menimbang, bahwa Penggugat untuk membuktikan dalil gugatannya telah
mengajukan bukti surat sebagai berikut:
1. Surat Laporan ke Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Utara perihal perbuatan
curang/pemalsuan surat tertanggal 1 Februari 2021, selanjutnya disebut bukti
surat P-1;
2. Surat Laporan ke Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Utara perihal pemalsuan
dan perbuatan curang tertanggal 1 Maret 2021, selanjutnya disebut bukti surat P-
2;
3. Surat kepada Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah Jalan Tol Manado-Bitung
perihal permohonan dan keberatan tertanggal 31 Maret 2021, selanjutnya
disebut bukti surat P-3;
4. Surat kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Sulawesi
Utara Cq. Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah Jalan Tol Manado-Bitung perihal

Halaman 8 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
permohonan dan pemberitahuan tertanggal 21 April 2021, selanjutnya disebut
bukti surat P-4;
5. Surat Kuasa yang diberikan oleh Frans Gaghiwu kepada Daud Kapuas,
selanjutnya disebut bukti surat P-5;
6. Surat peta bidang tanah dengan skala 1:1000 dengan nomor bidang 00093
yang ditandatangani oleh Ketua Satgas A Pengadaan Tanah tertanggal 19 Juni
2020, selanjutnya disebut bukti surat P-6;
Bukti surat tersebut bermaterai cukup dan setelah dicocokkan sesuai dengan
aslinya, kecuali bukti surat P-5 dan P-6 yang tidak dapat ditunjukkan surat aslinya;
Menimbang, bahwa Turut Tergugat I untuk membuktikan dalil bantahannya telah
mengajukan bukti surat sebagai berikut:
1. Kutipan Akta Kematian nomor 7106CPM0608201000770 atas nama Frans
Gaghiwu tertanggal 10 Agustus 2010, selanjutnya disebut bukti surat TTI-1;
2. Surat Keterangan Kesaksian/Riwayat Kepemilikan Tanah tertanggal 17 Maret
2021, selanjutnya disebut bukti surat TTI-2;
3. Surat Akta Kelahiran nomor: 395 atas nama Yenni tertanggal 15 Mei 1984,
selanjutnya disebut bukti surat TTI-3;
4. Surat Keterangan Pengukuran Tanah tertanggal 01 Oktober 2002, selanjutnya
disebut bukti surat TTI-4;
5. Akta Kenal Perkawinan antara Frans Gaghiwu dan Alwian Kapuas nomor
39/AK.PERKAWINAN/9/1973, tertanggal 19 Desember 1973, selanjutnya
disebut bukti surat TTI-5;
6. Surat nikah antara Gagiwu. F dan Alwiang Kapuas tertanggal 23 September
1956, selanjutnya disebut bukti surat TTI-6;
7. Kartu Tanda Penduduk dengan nomor induk kependudukan
7106085108710002 atas nama Yenni Gaghiwu tertanggal 30 Januari 2019,
selanjutnya disebut bukti surat TTI-7;
8. Surat Keterangan Kepemilikan Tanah nomor 315/SKPT/KAW/III-2020 tertanggal
20 Maret 2020, selanjutnya disebut bukti surat TTI-8;
9. Surat Keterangan Tidak Bermasalah nomor 316/SKTB/KAW/III-2020 tertanggal
23 Maret 2020, selanjutnya disebut bukti surat TTI-9;
10. Surat Musyawarah Bersama tertanggal 8 Desember 2009, selanjutnya disebut
bukti surat TTI-10;
11. Surat peta bidang tanah dengan skala 1:500 yang ditandatangani oleh Ketua
Satgas A Pengadaan Tanah tertanggal 19 Juni 2020, selanjutnya disebut bukti
surat TTI-11a;
12. Surat nomor 98/PPT/III/2021 tentang Undangan Rapat Musyawarah Penetapan
Bentuk Kerugian Kegiatan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol

Halaman 9 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Manado-Bitung tertanggal 10 Maret 2021, selanjutnya disebut bukti surat TTI-
11b;
13. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2021,
tertanggal 27 Mei 2021, selanjutnya disebut bukti surat TTI-12;
14. Surat Keterangan Orang Yang Sama nomor: 408/SKOS/KAW/IX-2021
tertanggal 09 September 2021, selanjutnya disebut bukti surat TTI-13;
15. Surat Permohonan Rekomendasi Untuk Pembayaran Terkait Pembebasan
Lahan di Desa Kawangkoan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara,
tertanggal 30 Maret 2021, selanjutnya disebut bukti surat TTI-14;
16. Surat Kuasa yang diberikan oleh Frans Gaghiwu kepada Wilhelmus Kapuas,
selanjutnya disebut bukti surat TTI-15;
17. Kartu Keluarga Nomor 7106081105100005 atas nama Kepala Keluarga Carles
Himponan, tertanggal 17 Februari 2015, selanjutnya disebut bukti surat TTI-16;
18. Surat Keterangan nomor: 239/SK/KAW/III-2021 yang ditandatangani oleh
Hukum Tua Desa Kawangkoan tertanggal 25 Maret 2021, selanjutnya disebut
bukti surat TTI-17;
19. Surat Ahli Waris tertanggal 11 Mei 2021, selanjutnya disebut bukti surat TTI-18;
20. Surat Keterangan Orang Yang Sama nomor: 537/SKOS/KAW/X-2021,
tertanggal 13 Oktober 2021, selanjutnya disebut bukti surat TTI-19;
Bukti surat tersebut bermaterai cukup dan setelah dicocokkan sesuai dengan
aslinya, kecuali bukti surat TTI-11a, TTI-11b dan TTI-15 yang tidak dapat ditunjukkan
surat aslinya;
Menimbang, bahwa pada hari Jumat, tanggal 17 September 2021 telah
dilakukan Pemeriksaan Setempat untuk memeriksa tanah objek sengketa yang
berdasarkan gugatan terletak di tempat bernama Masoan, Desa Kawangkoan,
Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara. Adapun pada pemeriksaan objek
sengketa perkara a quo selain dihadiri oleh kedua belah pihak berperkara, juga dihadiri
dan disaksikan oleh pihak pemerintah Desa Kawangkoan atas nama Sem Refly
Sorongan selaku Kepala Seksi Pemerintahan Desa Kawangkoan;
Menimbang, bahwa dalam pemeriksaan setempat tersebut, Penggugat
memberikan keterangan sebagai berikut:
- Bahwa lokasi objek sengketa terletak di Desa Kawangkoan, Kecamatan
Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara;
- Bahwa batas-batas tanah objek sengketa sesuai dengan batas-batas tanah
sebagaimana termuat dalam gugatan yaitu:
Utara : dengan Hengky Wijaya;
Timur : dengan Tanah Pekuburan dan Wengky Limando
Selatan : dengan Johanis Piet Sendow

Halaman 10 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Barat : dengan Thamrin Wagiu dan Julien Dumanaw
Menimbang, bahwa dalam pemeriksaan setempat tersebut, Turut Tergugat I
memberikan keterangan sebagai berikut:
- Bahwa lokasi objek sengketa terletak di Desa Kawangkoan, Kecamatan
Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara;
- Bahwa batas-batas tanah objek sengketa sesuai dengan batas-batas tanah
sebagaimana termuat dalam jawaban yaitu:
Utara : Hengky Wijaya/Thamrin Wagiu;
Timur : Pekuburan Kalawat/Wengky Limando;
Selatan : Yohanes Piet Sendow/Julien Dumanauw;
Barat : Julien Dumanauw/Thamrin Wagiu.
Menimbang, bahwa selain bukti surat tersebut, untuk membuktikan dalil
gugatannya Penggugat juga telah mengajukan 3 (tiga) orang Saksi yang telah didengar
keterangannya sebagai berikut:
1. Saksi Jantje Suma, di bawah janji pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa sepengetahuan Saksi, yang dipermasalahkan dalam persidangan ini
yaitu terkait dengan tanah;
- Bahwa tanah yang disengketakan terletak di Desa Kawangkoan, Kecamatan
Kalawat;
- Bahwa batas-batas tanah yang disengketakan tersebut yaitu utara berbatasan
dengan Sendow, selatan dahulu berbatasan dengan Dumanauw namun saat ini
telah berbatasan dengan perusahaan Trimix;
- Bahwa Saksi berusia 67 (enam puluh tujuh) tahun dan lahir di Desa
Kawangkoan;
- Bahwa Saksi mengetahui perihal lokasi tanah yang disengketakan oleh para
pihak oleh karena Saksi pernah menyewa tanah tersebut sekitar tahun 1995
atau 1996;
- Bahwa terkait dengan biaya penyewaan tanah tersebut, Saksi membayarkannya
kepada Amanda Kapuas yang tidak lain adalah ibu dari Wilhelmus Kapuas,
kemudian setelah itu Saksi membayarkan biaya sewa kepada Wilhelmus
Kapuas, dimana Saksi membayar biaya sewa per tahun;
- Bahwa setahu Saksi oleh karena Amanda Kapuas dan Wilhelmus Kapuas telah
meninggal dunia, maka yang menguasai tanah tersebut yaitu Daud Kapuas
selaku anak dari Wilhelmus Kapuas;
- Bahwa setahu Saksi, Jenny Gaghiwu atau yang biasa dikenal dengan nama
panggilan Tin tidak pernah menguasai tanah objek sengketa;
- Bahwa setahu Saksi, pada mulanya Wilhelmus Kapuas yang menguasai tanah
tersebut, kemudian saat ini dikuasai oleh Daud Kapuas;

Halaman 11 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa setahu Saksi, ada orang yang diminta untuk tinggal dan menjaga tanah
sengketa tersebut yaitu Tisman Mona, dan orang tersebut telah diminta untuk
menjaga tanah tersebut sejak Wilhelmus Kapuas yang menguasai tanah
sengketa. Kemudian, ketika Daud Kapuas yang menguasai tanah tersebut,
Daud Kapuas tetap meminta Tisman untuk tinggal dan menjaga tanah tersebut;
- Bahwa ketika menyewa tanah tersebut, Saksi pernah diminta untuk memanjat
pohon kelapa di atas tanah tersebut;
- Bahwa yang meminta Saksi untuk memanjat pohon kelapa tersebut yaitu
Wilhelmus Kapuas;
- Bahwa Saksi menyewa tanah tersebut hanya beberapa tahun, oleh karena ibu
Apik tidak memperpanjang masa sewa Saksi dikarenakan ada orang lain yang
hendak menyewa tanah tersebut;
- Bahwa Apik adalah orang yang sama dengan Frans Gaghiwu;
- Bahwa Saksi menyewa tanah tersebut dari Frans Gaghiwu dan Amanda
Kapuas;
- Bahwa Saksi tidak tahu jika Amanda Kapuas adalah orang yang sama dengan
Alwian Kapuas atau tidak;
- Bahwa Frans Gaghiwu telah meninggal dunia sekitar tahun 2010 atau 2011;
- Bahwa setahu Saksi, kelapa yang ada diatas tanah objek sengketa tesebut milik
Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas oleh karena ketika menyewa, Saksi
menyewa pada Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas;
- Bahwa terkait dengan hubungan antara Daud Kapuas dengan Frans Gaghiwu,
dapat Saksi jelaskan bahwa Frans Gaghiwu menikah dengan Amanda Kapuas
kemudian dikaruniai anak bernama Wilhelmus Kapuas, dan Daud Kapuas
adalah anak dari Wilhelmus Kapuas, atau dengan kata lain Daud Kapuas adalah
cucu dari Frans Gaghiwu;
- Bahwa setahu Saksi, Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas hanya dikaruniai 2
(dua) orang anak yaitu Wilhelmus Kapuas dan Charlota;
- Bahwa Saksi cukup kenal baik dengan Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas
karena rumah Saksi berdekatan dengan rumah dari Frans Gaghiwu dan
Amanda Kapuas;
- Bahwa setahu Saksi, marga dari Wilhelmus dan Charlota yaitu Kapuas;
- Bahwa dapat Saksi jelaskan silsilah kekeluargaan dari Frans Gaghiwu yaitu
Frans Gaghiwu menikah dengan seorang wanita yang bernama Amanda.
Pernikahan tersebut adalah pernikahan pertama dan terakhir dari Frans
Gaghiwu juga Amanda, lalu dalam perkawinan tersbeut, Frans Gaghiwu dan
Amanda telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yaitu seorang anak laki-laki yang
bernama Wilhelmus atau yang biasa dipanggil dengan nama Emu dan seorang

Halaman 12 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
anak permpuan yang bernama Charlota atau yang biasa dipanggil dengan
nama lota;
- Bahwa Daud Kapuas adalah salah satu anak dari Wilhelmus, Wilhelmus
memiliki 5 (lima) orang anak. Beberapa anak dari Wilhelmus tinggal di luar kota
dan Saksi tidak ingat dengan nama-nama mereka;
- Bahwa Saksi tidak tahu dengan pasti marga dari Daud Kapuas, namun setahu
Saksi, di kampung tempat Saksi tinggal, anak-anak dalam 1 (satu) keluarga
dapat memiliki 2 (dua) marga yang berbeda, terkadang beberapa anak
menggunakan marga dari ayahnya dan sebagian lainnya menggunakan marga
dari ibunya, bahkan ada pula yang menggunakan marga dari kakek atau
neneknya;
- Bahwa terakhir kali Saksi ke lokasi objek sengketa yaitu beberapa hari yang lalu
karena rumah Saksi berdekatan dengan objek sengketa;
- Bahwa diatas tanah objek sengketa ada beberapa pohon kelapa, ada rumah,
dan ada tempat fufu;
- Bahwa yang membangun rumah tersebut yaitu Amanda dan Frans atau yang
dikenal dengan Apik, sementara tempat fufu yang bangun yaitu Wilhelmus;
- Bahwa Saksi tidak pernah menyewa tanah tersebut dari Wilhelmus;
- Bahwa Saksi tidak pernah menyewa tanah tersebut dari Daud Kapuas;
- Bahwa Saksi berusia 66 (enam puluh enam) tahun;
- Bahwa Saksi kenal dengan Frans Gaghiwu sejak Saksi berumur belasan tahun;
- Bahwa setahu Saksi, pada awalnya, yang kelola tanah objek sengketa yaitu
Amanda dan Frans Gaghiwu;
- Bahwa selain rumah dan tempat fufu, diatas tanah objek sengketa ada
tanaman-tanaman yaitu Pala, Kelapa, bambu dan pohon-pohon lainnya;
- Bahwa setahu Saksi, Wilhelmus juga ikut mengelola tanah objek sengketa,
dimana Wilhelmus berusaha fufu kelapa (kelapa asap) diatas tanah tersebut
ketika Saksi sudah tidak dijinkan untuk menyewa di tanah tersebut sekitar tahun
1996;
- Bahwa setelah Wilhelmus meninggal dunia, Daud Kapuas yang menguasai dan
mengelola tanah objek sengketa;
- Bahwa bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh Daud yaitu mengelola kelapa di
tempat fufu kelapa sebagaimana yang telah dilakukan oleh Wilhelmus atau
dengan kata lain Daud melanjutkan usaha dari ayahnya;
- Bahwa Daud Kapuas mengelola tanah objek sengketa sampai dengan saat ini;
- Bahwa selain Daud Kapuas, ada orang lain yang mengelola tanah objek
sengketa yaitu Tisman Mona selaku orang yang diminta untuk tinggal dan
menjaga tanah objek sengketa;

Halaman 13 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa setahu Saksi, tanah objek sengketa termasuk tanah yang sedang dalam
proses pembebasan lahan demi kepentingan pembangunan rest area (tempat
peristirahatan), namun Saksi tidak mengetahui perihal musyawarah guna
pembayaran ganti rugi terhadap pemilik tanah;
- Bahwa Charlota punya 2 (dua) orang anak, namun Saksi lupa dengan nama
dari anak-anak tersebut;
- Bahwa Saksi tidak tahu siapa orang tua dari Jenny Gaghiwu atau yang biasa
dikenal dengan nama Tin, namun setahu Saksi, Jenny Gaghiwu diasuh oleh
keluarga Benyamin Hormati ketika masih bayi, kemudian diminta oleh keluarga
Benyamin Hormati untuk dirawat oleh Amanda apabila Jenny Gaghiwu Sakit
karena Amanda merupakan dukun kampung yang terkenal di kampung
tersebut;
- Bahwa Jenny Gaghiwu tidak tinggal bersama dengan Amanda dan Frans,
melainkan hanya di bawa dan dirawat oleh Amanda apabila Jenny sakit;
- Bahwa setahu Saksi, Jenny Gaghiwu sejak dahulu sampai dengan saat ini
tinggal bersama dengan keluarga Benyamin Hormati;
- Bahwa selain Jenny, ada beberapa anak-anak lain di kampung yang biasa di
bawa ke Amanda untuk di rawat apabila sedang sakit;
- Bahwa Charlota masih hidup sampai dengan saat ini;
- Bahwa Jenny Gaghiwu bukanlah anak dari Frans Gaghiwu dan Amanda
Kapuas, melainkan anak yang diasuh oleh Benyamin Hormati, hal tersebut
Saksi ketahui oleh karena rumah saksi berdekatan dengan rumah Benyamin
Hormati;
- Bahwa diantara Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas, yang lebih dahulu
meninggal yaitu Amanda Kapuas;
- Bahwa diantara Frans Gaghiwu dan Wilhelmus Kapuas, yang lebih dahulu
meninggal yaitu Wilhelmus Kapuas;
2. Saksi Tisman Mona, di bawah janji pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa Saksi tidak begitu memahami permasalahan antara Daud dan Jenny
atau Tin, karena Saksi baru bekerja di tanah objek sengketa sekitar tahun 2011;
- Bahwa pekerjaan Saksi yaitu berkebun, memanjat pohon kelapa, dan menjaga
tanah tersebut;
- Bahwa hasil dari kebun tersebut diambil oleh Saksi sendiri, sementara hasil dari
pohon kelapa yang Saksi panjat tersebut Saksi berikan kepada Daud;
- Bahwa setahu Saksi, tidak ada orang lain yang menguasai tanah tersebut selain
Daud;
- Bahwa Saksi tidak pernah mengetahui ada orang yang bernama Tin menguasai
tanah tersebut;

Halaman 14 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa tidak ada orang lain yang menguasai tanah tersebut selain Daud;
- Bahwa sebelum bekerja di tanah sengketa, Saksi tinggal di Tatelu;
- Bahwa Saksi tidak mengetahui siapa yang menguasai tanah sengketa sebelum
tahun 2011 karena Saksi belum bekerja di tanah sengketa dan Saksi hanya
sekedar lewat beberapa kali di dekat tanah sengketa;
- Bahwa Saksi kenal dengan Frans Gaghiwu, yang mana setahu Saksi orang
Sanger;
- Bahwa setahu Saksi, Frans Gaghiwu merupakan pemilik tanah sengketa;
- Bahwa Saksi tidak tahu isteri dari Frans Gaghiwu;
- Bahwa Saksi tidak tahu hubungan antara Frans Gaghiwu dengan Daud, yang
Saksi ketahui sebelumnya Frans Gaghiwu dengan Daud berkebun di atas tanah
sengketa;
- Bahwa Saksi tidak tahu bagaimana cara peralihan tanah sengketa dari Frans
Gaghiwu kepada Daud, setahu Saksi tanah tersebut milik Frans Gaghiwu dan
telah dikuasai oleh Daud;
- Bahwa untuk tinggal dan menjaga tanah tersebut, Saksi tidak diberikan upah
oleh Daud, nanti ketika diminta untuk memanjat pohon kelapa atau pekerjaan
lainnya, baru kemudian Saksi diberikan upah oleh Daud. Selain itu, Saksi juga
menikmati hasil dari tanaman di kebun tersebut yang Saksi tanam;
- Bahwa yang meminta Saksi untuk tinggal di tanah tersebut yaitu Daud;
- Bahwa selama Saksi tinggal, menjaga dan berkebun di atas tanah tersebut, tidak
pernah ada orang yang meminta mempermasalahkan hal tersebut atau meminta
Saksi untuk angkat kaki dari tanah tersebut;
- Bahwa tidak pernah ada pihak yang melakukan pengukuran di atas tanah
sengketa, selain pemeriksaan setempat yang dilakukan oleh Majelis Hakim
dalam perkara ini;
- Bahwa Saksi kenal dengan Frans Gaghiwu ketika Saksi masih tinggal di Sanger;
- Bahwa setahu Saksi, pohon kelapa di atas tanah sengketa di panen setiap 4
(empat) bulan sekali, kemudian Daud meminta Saksi untuk memanjat pohon
kelapa tersebut;
- Bahwa terkadang Saksi mendapatkan upah sekitar Rp500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) bahkan pernah mendapatkan upah sekitar Rp900.000,00 (sembilan
ratus ribu rupiah) dari pekerjaan memanjat pohon kelapa tersebut;
- Bahwa sejak Saksi bekerja di tanah tersebut, Daud biasanya datang ke tanah
sengketa setiap 3 (tiga) bulan sekali;
- Bahwa sejak tahun 2011, setiap hari Saksi tinggal di pondok yang berada di atas
tanah sengketa dan menjaga tanah tersebut;

Halaman 15 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa selain Daud, tidak pernah ada orang lain yang menyuruh Saksi untuk
menanam tanaman atau melakukan suatu pekerjaan di atas tanah sengketa;
3. Saksi Billy E. Somba, di bawah janji pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
- Bahwa Saksi pernah menjabat sebagai kepala Desa Kawangkoan;
- Bahwa sebelum menjabat sebagai kepala Desa Kawangkoan, Saksi pernah
bekerja sebagai Kepala Seksi Pemerintahan dan Ketentraman dan Ketertiban di
kantor Kecamatan Kalawat;
- Bahwa ketika Saksi bekerja di Kantor Kecamatan Kalawat, Saksi pernah
mendengar permasalahan antara Tin atau Jenny Gaghiwu dengan Daud
Kapuas terkait dengan tanah peninggalan orang tua;
- Bahwa seingat Saksi, ada 3 (tiga) bidang tanah yang dipermasalahkan pada
waktu itu;
- Bahwa Saksi lupa kapan permasalahan tersebut muncul, termasuk siapa yang
melaporkan permasalah tersebut Saksi sudah tidak ingat karena sudah cukup
lama;
- Bahwa permasalahan yang dilaporkan ke Kecamatan Kalawat tersebut belum
terselesaikan;
- Bahwa ketika adanya permasalahan tersebut, Saksi sempat turun dan meninjau
lokasi tanah tanah yang dipermasalahkan pada saat itu, dan Saksi sempat
meninjau lokasi tanah yang bernama Masoan, dahulunya belum ada jalan tol di
dekat tanah tersebut, masih berupa kebun;
- Bahwa ketika Saksi meninjau lokasi yang bernama Masoan tersebut, di atas
tanah tersebut ada bangunan rumah atau pondok, namun Saksi tidak
mengetahui siapa yang tinggal di rumah tersebut;
- Bahwa ketika Saksi turun ke lokasi, ada Daud dan Tin atau Jenny di lokasi
tersebut;
- Bahwa setahu Saksi, permasalahan antara Daud dan Jenny, dilaporkan ke
Kantor Kecamatan Kalawat sekitar 10 (sepuluh) tahun yang lalu, namun belum
dapat diselesaikan;
- Bahwa setahu Saksi tanah yang dipermasalahkan pada waktu itu yaitu tanah
peninggalan dari Frans Gaghiwu;
- Bahwa setahu Saksi, Daud adalah cucu dari Frans Gaghiwu, namun Saksi tidak
ingat dengan pasti perihal hal tersebut;
- Bahwa selain peristiwa 10 (sepuluh) tahun yang lalu, sekitar tahun lalu, Daud
ada melakukan pengurusan kembali terkait dengan tanah sengketa yang terletak
di Masoan tersebut;

Halaman 16 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa pada saat mengurus tanah sengketa tersebut, Frans Gaghiwu telah
meninggal dunia dan Daud membawa surat yaitu surat menjaga tanah tersebut;
- Bahwa selain surat menjaga tanah tersebut, Saksi tidak ingat apakah Daud
hanya membawa 1 (satu) surat atau lebih;
- Bahwa tidak ada hasil yang dicapai saat diupayakan penyelesaian masalah
antara Daud dan Jenny sekitar 10 (sepuluh) tahun yang lalu, upaya tersebut
tidak berlanjut dan terhenti begitu saja;
- Bahwa Saksi tidak tahu siapa orangtua dari Daud Kapuas;
- Bahwa sebelum adanya laporan terkait dengan masalah tanah sekitar 10
(sepuluh) tahun yang lalu tersebut, Saksi tidak mengenal Daud Kapuas dan
Jenny Gaghiwu. Adapun perkenalan Saksi dengan Daud Kapuas dan Jenny
Gaghiwu yaitu karena adanya laporan tersebut;
- Bahwa Saksi tidak ingat, apakah permasalahan tersebut dilimpahkan dari Desa
atau Kelurahan ke Kecamatan, atau langsung dilaporkan ke kantor Kecamatan;
- Bahwa Saksi tidak ingat siapa yang melaporkan permasalahan tanah tersebut;
- Bahwa terkait dengan 3 (tiga) bidang tanah yang dipermasalahkan tersebut,
hanya 2 (dua) bidang tanah yang ditinjau yaitu tanah yang terletak di depan jalan
raya dan tanah yang berada di Masoan;
- Bahwa dalam penyelesaian masalah tersebut di Kantor Kecamatan Kalawat,
Saksi bertindak sebagai pemeriksa sekaligus pihak yang memediasi para pihak;
- Bahwa dalam pertemuan untuk menyelesaikan masalah tersebut, ada beberapa
pihak yang hadir diantaranya yaitu Saksi, Daud Kapuas, Tin atau Jenny
Gaghiwu, dan beberapa orang lainnya yang Saksi sudah tidak ingat;
- Bahwa Saksi tidak ingat dengan jelas bagaimana duduk perkara atau persoalan
yang disampaikan para pihak dalam pertemuan tersebut karena memang
masalah tersebut sudah cukup lama dan baru terangkat kembali setelah adanya
pembangunan rest area (tempat peristirahatan);
- Bahwa Saksi bekerja di Kantor Kecamatan Kalawat sejak tahun 2000 sampai
dengan tahun 2021, kemudian pindah ke Kecamatan Dimembe tahun ini;
- Bahwa setahu Saksi, dari 3 (tiga) bidang tanah tersebut, salah satu diantaranya
yaitu tanah yang terletak di Masoan termasuk dari tanah yang akan dibebaskan
guna kepentingan umum yaitu pembangunan rest area (tempat peristirahatan).
Adapun Saksi mengetahui hal tersebut, karena kebetulan Saksi menjadi Pejabat
Hukum Tua Desa Kawangkoan sejak bulan Desember tahun 2020 sampai
dengan bulan April 2021;
- Bahwa perbedaan antara Pejabat Hukum Tua dengan Hukum Tua yaitu Pejabat
Hukum Tua hanya penunjukkan dari atasan atau pimpinan, sementara Hukum
Tua melalui pemilihan;

Halaman 17 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa setahu Saksi, pernah diadakan musyawarah terkait dengan
pembebasan lahan guna kepentingan pembangunan rest area (tempat
peristirahatan) tersebut di aula Kecamatan Kalawat, yang mana musyawarah
tersebut diselenggarakan oleh balai jalan dan dihadiri oleh para pemilik tanah
yang akan dibebaskan, namun Saksi lupa kapan musyawarah tersebut
diselenggarakan;
- Bahwa seingat Saksi, Daud Kapuas, Jenny Gaghiwu dengan didampingi oleh
pengacaranya hadir dalam musyawarah tersebut, dan Saksi juga hadir sebagai
pejabat Hukum Tua;
- Bahwa setahu Saksi, dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai nominal
ganti rugi dan akan dilakukan pembayaran kepada para pemilik lahan dengan
ketentuan harus melengkapi berkas-berkas yang disyaratkan;
- Bahwa ketika Saksi menjabat sebagai Pejabat Hukum Tua, Saksi pernah
melakukan mediasi antara Daud Kapuas dengan Jenny Gaghiwu sekitar bulan
Januari 2021, namun mediasi tersebut tidak berhasil mencapai kesepakatan
atau perdamaian;
- Bahwa Saksi tidak tahu apakah Jenny Gaghiwu telah mendapatkan bagian dari
tanah peninggalan orang tua yang dipermasalahkan tersebut atau tidak;
- Bahwa Saksi mengetahui bahwa Jenny Gaghiwu adalah anak angkat
berdasarkan cerita dari orang lain;
- Bahwa ketika Saksi menjabat sebagai Pejabat Hukum Tua di Desa
Kawangkoan Saksi pernah melihat gambar yang ditempel terkait dengan tanah
yang akan dibebaskan guna pembangunan rest area (bukti Surat TT1-11a);
- Bahwa di dalam gambar tersebut Saksi melihat tertulis nama Frans Gaghiwu
sebagai pemilik tanah;
- Bahwa di gambar tersebut tidak tertulis nama Daud Kapuas;
- Bahwa di gambar tersebut pun tidak tertulis nama Jenny Gaghiwu, hanya nama
Frans Gaghiwu;
Menimbang, bahwa selain bukti surat tersebut, untuk membuktikan dalil
bantahan, Turut Tergugat I juga telah mengajukan 2 (dua) orang Saksi yang telah
didengar keterangannya sebagai berikut:
1. Saksi Sarah Begentegu, di bawah janji pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
- Bahwa setahu Saksi tanah objek sengketa adalah milik dari Frans Gaghiwu,
kemudian Frans Gaghiwu memberikan kuasa kepada Daud Kapuas untuk
mengurus tanah objek sengketa tersebut;
- Bahwa Saksi mengetahui mengenai tanah objek sengketa dikuasakan oleh
Frans Gaghiwu kepada Daud Kapuas, oleh karena Saksi bekerja di Kantor

Halaman 18 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Desa Kawangoan sebagai Maweteng dan pada saat Jenny Gaghiwu
mengurus tanah objek sengketa, Jenny Gaghiwu membawa surat yang pada
pokoknya menyatakan bahwa tanah tersebut dikuasakan oleh Frans Gaghiwu
kepada Daud Kapuas;
- Bahwa Saksi jadi Maweteng dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2019;
- Bahwa tanah objek sengketa akan dibuat semacam taman di samping jalan tol;
- Bahwa Daud Kapuas adalah cucu tiri dari Frans Gaghiwu;
- Bahwa orang tua dari Daud Kapuas yaitu Wilhelmus Kapuas dan Asmin
Dunihati;
- Bahwa orang tua dari Wilhelmus Kapuas yaitu Frans Gaghiwu dan Amanda
Kapuas atau juga dikenal dengan Alwian Kapuas;
- Bahwa Jenny Gaghiwu adalah anak dari Frans Gaghiwu dan Alwina Kapuas;
- Bahwa Wilhelmus Kapuas dan Jenny Gaghiwu merupakan kakak beradik;
- Bahwa Saksi tidak mengetahui mengapa Wilhelmus menggunakan marga
Kapuas dan bukan marga Gaghiwu;
- Bahwa Saksi tidak tahu apakah sebelum menikah dengan Amanda Kapuas,
Frans Gaghiwu pernah menikah dengan wanita lain atau tidak;
- Bahwa Saksi tidak tahu apakah sebelum menikah dengan Frans Gaghiwu,
Alwina Kapuas pernah menikah dengan pria lain atau tidak;
- Bahwa Maweteng adalah pengurus di desa;
- Bahwa Saksi tidak tahu apakah sudah ada pencairan uang ganti rugi terhadap
pemilik tanah yang akan dibebaskan guna kepentingan umum atau tidak;
- Bahwa setahu Saksi, Jenny Gaghiwu adalah anak dari Frans Gaghiwu dan
Alwina Kapuas, perihal apakah Jenny Gaghiwu adalah anak angkat, anak
piara atau anak kandung, Saksi tidak mengetahuinya;
- Bahwa sejak lahir sampai dengan saat ini, Saksi tinggal di Desa Kawangkoan;
- Bahwa Saksi telah mengenal Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas sejak Saksi
masih muda;
- Bahwa Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas memiliki 3 (tiga) orang anak yaitu
Wilhelmus Kapuas, Charlota dan Jenny Gaghiwu;
- Bahwa setahu Saksi, Charlota tinggal di Jaga IV Desa Kawangkoan;
- Bahwa Saksi tidak tahu apakah ketiga anak tersebut dikandung dan dilahirkan
sendiri oleh Amanda Kapuas atau tidak;
- Bahwa Jenny Gaghiwu memiliki 4 (empat) orang anak yang bernama Anto,
Vera, Alfin, dan yang seorang lagi, Saksi tidak ingat namanya;
- Bahwa Wilhelmus Kapuas memiliki 3 (tiga) orang anak yang bernama Daud
Kapuas, Alwina dan Yulce Kapuas;

Halaman 19 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa Yulce tinggal di Nabire, sementara Alwina dan Daud Kapuas tinggal di
Desa Kawangkoan;
- Bahwa Charlota memiliki 3 (tiga) orang anak yang bernama Selvie, Fin, Steven,
dan Negta;
- Bahwa terkait dengan penguasaan tanah objek sengketa oleh Daud Kapuas,
Saksi mengetahui hal tersebut berdasarkan surat yang dibawa oleh Jenny
Gaghiwu ke Kantor Desa;
- Bahwa setahu Saksi, tanah objek sengketa yang disebut Masoan berada di
Jaga VI Desa Kawangkoan;
- Bahwa sebagai Maweteng, Saksi bertugas di Jaga V;
- Bahwa setahu Saksi, sebelum adanya perkara ini, pernah timbul permasalahan
terkait dengan tanah objek sengketa. Adapun permasalah tersebut terjadi
antara Daud dan Jenny, kemudian dilakukan musyawarah keluarga di Kantor
Desa, namun dari musyawarah tersebut tidak membuahkan kesepakatan
damai;
- Bahwa setahu Saksi, ketika Frans Gaghiwu masih hidup, Frans Gaghiwu yang
menguasai dan mengelola tanah objek sengketa;
- Bahwa Frans Gaghiwu meninggal dunia sekitar 5 (lima) atau 6 (enam) tahun
yang lalu;
- Bahwa berdasarkan surat yang Saksi baca, setelah Frans Gaghiwu, yang
mengelola tanah objek sengketa yaitu Wilhelmus Kapuas atas dasar surat
kuasa yang diberikan oleh Frans Gaghiwu kepada Wilhelmus Kapuas;
- Bahwa setahu Saksi, setelah Wilhelmus Kapuas meninggal dunia, Frans
Gaghiwu kemudian memberikan kuasa kepada Daud Kapuas untuk
menguasai dan mengelola tanah tersebut;
- Bahwa diantara Wilhelmus Kapuas dan Frans Gaghiwu, yang lebih dahulu
meninggal dunia yaitu Wilhelmus Kapuas;
- Bahwa setahu Saksi berdasarkan surat yang Saksi baca, yang memberikan
kuasa kepada Daud Kapuas untuk menguasai dan mengelola tanah tersebut
yaitu Wilhelmus Kapuas;
- Bahwa Saksi tidak ingat sejak kapan Daud Kapuas mengelola tanah objek
sengketa, namun setahu Saksi, sebelum adanya perkara ini, Daud Kapuas
yang menguasai dan mengelola tanah objek sengketa;
- Bahwa Daud mengelola pohon kelapa yang ada di atas tanah objek sengketa,
namun Saksi tidak tahu apakah hasil dari pohon kelapa tersebut dinikmati
langsung oleh Daud atau diberikan kepada orang lain;
- Bahwa Saksi berusia 66 (enam puluh enam) tahun saat ini;
- Bahwa Saksi lebih tua daripada Jenny Gaghiwu maupun Daud Kapuas;

Halaman 20 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa diantara Daud dan Jenny, Saksi lebih mengetahui masa kecil dari
Jenny Gaghiwu atau yang dikenal dengan nama Tin, dimana pada masa
kecilnya, Jenny sering dibawa atau dibonceng dengan menggunakan sepeda
oleh orang tua baptis dari Jenny yang bernama Benyamin Hormati;
- Bahwa Jenny tinggal dengan Frans Gaghiwu, namun oleh karena Frans
Gaghiwu dan Amanda Kapuas sibuk, makanya sering dijaga oleh Benyamin;
- Bahwa Wilhelmus dan Charlota tidak tinggal bersama dengan Frans Gaghiwu
karena telah menikah;
- Bahwa Wilhemus dan Charlota lebih tua daripada Saksi;
- Bahwa Frans Gaghiwu adalah seorang tentara, sementara Amanda adalah ibu
rumah tangga;
- Bahwa setahu Saksi, di atas tanah objek sengketa terdapat rumah yang
dibangun oleh Frans Gaghiwu, ada tempat fufu kelapa yang dulunya
diusahakan oleh Frans Gaghiwu, serta tanaman pohon kepala;
- Bahwa setahu Saksi, ada saudara dari Frans Gaghiwu yang tinggal di rumah di
atas tanah objek sengketa, namun saat ini Saksi tidak tahu siapa yang tinggal
di rumah tersebut;
- Bahwa Benyamin Hormati sudah meninggal dunia;
- Bahwa Amanda bekerja sebagai bidan kampung;
- Bahwa Saksi pernah mendengar nama Justin C Agusta Gaghiwu, yang mana
merupakan anak dari Frans Gaghiwu;
2. Saksi Paulus Kodong, di bawah janji pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
- Bahwa setahu Saksi ada masalah terkait dengan sebidang tanah yang akan
dibebaskan guna pembangunan rest area (tempat peristirahatan);
- Bahwa sebidang tanah tersebut terletak di Desa Kawangkoan Jaga IV, dengan
nama kebun Masoan;
- Bahwa setahu Saksi, sebelumnya atau dahulunya batas-batas sebidang tanah
tersebut yaitu: Utara berbatasan dengan pendeta Poluan-Wurangian, Selatan
berbatasan dengan keluarga Sendouw, Barat berbatasan dengan keluarga
wagiu-Zees, dan Timur berbatasan dengan Alex Wagiu;
- Bahwa setahu Saksi, tanah tersebut adalah milik Frans Gaghiwu;
- Bahwa Frans Gaghiwu telah meninggal dunia;
- Bahwa setahu Saksi, ketika Saksi menjabat sebagai Hukum Tua, tanah
tersebut termasuk dari tanah yang akan dibebaskan guna pembangunan rest
area (tempat peristirahatan) untuk jalan tol;

Halaman 21 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa ketika Saksi menjabat sebagai Hukum Tua, pihak yang mengurus
surat-surat terkait dengan pembebasan tanah tersebut adalah Jenny Gaghiwu
atau yang juga dikenal dengan nama panggilan Tin;
- Bahwa Daud tidak ada mengurus surat-surat pada saat itu;
- Bahwa setahu Saksi, di atas tanah tersebut ada sebuah rumah dan ada orang
yang tinggal di rumah tersebut untuk menjaga tanah tersebut;
- Bahwa rumah tersebut adalah milik Frans Gaghiwu;
- Bahwa Saksi menjabat sebagai Hukum Tua Desa Kawangkoan sejak tahun
2013 sampai dengan Desember 2019;
- Bahwa Saksi mengetahui bahwa Jenny Gaghiwu adalah anak dari Frans
Gaghiwu dan Amanda Kapuas karena ketika Saksi pergi ke rumah mereka,
Saksi melihat ada Jenny Gaghiwu di rumah tersebut, kemudian ketika Jenny
Gaghiwu mengurus surat-surat terkait dengan tanah yang akan dibebaskan
guna pembangunan rest area, Saksi melihat akte kelahiran dari Jenny
Gaghiwu. Selain itu, Saksi juga mendengar dari orang-orang bahwa Jenny
Gaghiwu adalah anak dari Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas;
- Bahwa setahu Saksi, Amanda Kapuas adalah dukun di kampung;
- Bahwa Saksi tidak pernah bertanya kepada Frans Gaghiwu maupun Amanda
Kapuas terkait dengan apakah Jenny Gaghiwu adalah anak kandung atau
bukan;
- Bahwa di atas tanah tersebut ada sebuah rumah yang ditinggali oleh orang
yang menjaga tanah tersebut, namun Saksi tidak tahu siapa yang meminta
orang tersebut untuk tinggal dan menjaga tanah tersebut;
- Bahwa Saksi lahir di Balikpapan dan pindah ke Desa Kawangkoan sejak Saksi
berusia 5 (lima) tahun;
- Bahwa Saksi belum pernah bertemu dengan Frans Gaghiwu secara pribadi
karena Saksi sering merantau, namun Saksi mengetahui keluarga Frans
Gaghiwu dan Amanda Kapuas berdasarkan cerita dari orang;
- Bahwa Saksi mengetahui Amanda Kapuas adalah dukun karena Saksi pernah
mengantar kakak Saksi yang sakit kepada Amanda Kapuas untuk diobati.
Pada saat mengantar kakak Saksi tersebut, Saksi melihat ada Jenny Gaghiwu
di rumah Amanda Kapuas tersebut;
- Bahwa Saksi tidak mengetahui berapa orang anak yang dimiliki oleh Frans
Gaghiwu;
- Bahwa berdasarkan cerita dari masyarakat, Jenny Gaghiwu adalah anak dari
Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas, kemudian Saksi juga pernah melihat
surat akta kelahiran dari Jenny Gaghiwu;

Halaman 22 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa di atas tanah objek sengketa ada tumbuhan seperti kelapa sekitar 100
(seratus) pohon dan tumbuhan lain;
- Bahwa Saksi tidak tahu siapa yang mengelola kebun tersebut, termasuk siapa
yang mengambil hasil dari kebun tersebut;
- Bahwa setahu Saksi, berita mengenai rencana pembebasan lahan di Desa
Kawangkoan mulai terdengar atau muncul sekitar tahun 2016 atau 2017;
- Bahwa Saksi tidak tahu mengenai musyawarah terkait dengan pembebasan
lahan, Saksi hanya diminta oleh panitia pengadaan tanah untuk menghubungi
pihak pemilik tanah yang akan dibebaskan guna melengkapi surat-surat
kepemilikan tanah, dimana salah satunya yaitu tanah milik Frans Gaghiwu,
yang kemudian surat-surat atas tanah tersebut diserahkan oleh Jenny
Gaghiwu;
- Bahwa Saksi mengetahui bahwa tanah tersebut adalah tanah milik Frans
Gaghiwu oleh karena sesuai dengan surat ukur desa, tanah tersebut masih
atas nama Frans Gaghiwu;
- Bahwa Saksi belum pernah melakukan pengecekan di register desa terkait
dengan tanah objek sengketa karena tidak ada permintaan dari pihak yang
bersangkutan;
- Bahwa setahu Saksi, terkait dengan tanah objek sengketa, selain Jenny
Gaghiwu, ada pihak lain yang juga datang ke kantor Desa Kawangkoan untuk
mengurus perihal pembebasan lahan atau tanah tersebut yaitu tante Lota,
dimana pada saat itu Tante Lota ada membawa surat-surat namun belum
sempat Saksi periksa, surat tersebut kemudian di bawa kembali oleh yang
bersangkutan. Akan tetapi oleh karena, Tante Lota pada saat itu membawa
nama keluarga Frans Gaghiwu juga sehingga kemudian Saksi berupaya untuk
mempertemukan para pihak guna membicarakan terkait kepemilikan tanah
tersebut;
- Bahwa selama Saksi menjabat, tidak pernah dilakukan musyawarah antara
Jenny Gaghiwu dengan Tante Lota maupun dengan keluarga Frans Gaghiwu
lainnya terkait dengan tanah objek sengketa yang akan dibebaskan guna
pembangunan rest area;
- Bahwa setahu Saksi, batas-batas tanah objek sengeta saat ini yaitu: Utara
berbatasan dengan jalan tol, Selatan berbatasan dengan keluarga Sendouw,
Barat berbatasan dengan keluarga ante Wagiu, dan Timur berbatasan dengan
tanah pekuburan;
- Bahwa Saksi mengetahui perihal akan ada pembebasan lahan guna
pembangunan rest area yaitu berdasarkan informasi yang Saksi peroleh dari
Balai Jalan;

Halaman 23 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa Balai Jalan tidak menjelaskan kepada Saksi mengenai seperti apa
kriteria pihak yang dapat menerima ganti untung atas pembebasan tanah guna
pembangunan rest area tersebut, Saksi hanya diminta untuk menyampaikan
kepada pihak-pihak untuk mengumpulkan surat-surat terkait tanah yang akan
dibebaskan;
- Bahwa terkait dengan peta bidang tanah yang akan dibebaskan memang
sudah ada dari balai jalan;
- Bahwa setahu saksi belum ada pemasangan plang yang menyatakan tanah
tersebut adalah milik Frans Gaghiwu;
- Bahwa setahu Saksi, anak dari Frans Gaghiwu yaitu Jenny Gaghiwu;
- Bahwa bukti surat tersebut adalah surat-surat yang di bawa oleh Jenny
Gaghiwu ke kantor desa ketika mengurus tanah Frans Gaghiwu yang akan
dibebaskan;
- Bahwa yang menjabat sebagai Hukum Tua Desa Kawangkoan setelah Saksi
yaitu bapak Novdy Manorek yang menjabat sekitar 1 (satu) tahun, kemudian
bapak Billy Somba menjabat sekitar 4 (empat) bulan;
- Bahwa Jenny Gaghiwu berusia sekitar 50 (lima puluh) atau 51 (lima puluh satu)
tahun;
Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan kesimpulan tertanggal 3
November 2021 sebagaimana termuat lengkap dalam berita acara sidang;
Menimbang, bahwa Turut Tergugat I telah mengajukan kesimpulan tertanggal
3 November 2021 sebagaimana termuat lengkap dalam berita acara sidang;
Menimbang, bahwa untuk menyingkat putusan, maka segala sesuatu yang
termuat dalam berita acara persidangan, dianggap telah termuat dan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari putusan ini;
Menimbang, bahwa akhirnya para pihak menyatakan tidak ada hal-hal yang
diajukan lagi dan mohon putusan;
Tentang Pertimbangan Hukum
Menimbang, bahwa dalam gugatannya Penggugat pada pokoknya menyatakan
Penggugat menempati, menguasai dan memiliki sebidang tanah di tempat bernama
Masoan, Wilayah Desa Kawangkoan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara,
yang mana tanah tersebut telah dikuasai oleh Penggugat selama puluhan tahun tanpa
gangguan dari siapapun. Tanah tersebut berasal dari ayah Penggugat yang bernama
Wilhelmus Kapuas, Wilhelmus Kapuas merupakan anak dari Amanda Kapuas, Amanda
Kapuas adalah isteri dari Frans Gaghiwu. Di atas tanah tersebut, terdapat pula
rumah/pondok yang merupakan milik Penggugat. Pada bulan Juni 2020, Penggugat
membaca pengumuman yang dibuat oleh Tergugat dan Turut Tergugat II kemudian
ditempel pada papan pengumuman Balai Desa Kawangkoan yang menyatakan Frans

Halaman 24 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Gaghiwu tidak diketahui keberadannya. Adapun kemudian Penggugat ketahui bahwa
Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II telah melakukan pengukuran atas
tanah tersebut guna kepentingan ganti rugi atas pembangunan jalan tol Manado-Bitung
yang akan dibayarkan kepada Turut Tergugat I, sementara seharusnya pembayaran
ganti rugi tersebut dibayarkan kepada Penggugat selaku pihak yang menguasai dan
menikmati hasil dari tanah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, Penggugat menyatakan
bahwa pengukuran atas tanah tersebut yang dilakukan oleh Tergugat, Turut Tergugat I
dan Turut Tergugat II tanpa melibatkan Penggugat serta proses ganti rugi tanah
tersebut yang dilakukan oleh Tergugat kepada Turut Tergugat I adalah perbuatan
melawan hukum;
Dalam Eksepsi
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat sebagaimana
diuraikan diatas;
Menimbang, bahwa Turut Tergugat I telah mengajukan eksepsi atas gugatan
Penggugat yaitu eksepsi Penggugat tidak memiliki Kualitas Untuk Mengajukan Gugatan
(Non Ligitime Persona Standi in Judicio) dan eksepsi gugatan Penggugat kabur;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi-eksepsi tersebut, Majelis Hakim
memberikan pertimbangan sebagai berikut;
- Eksepsi Penggugat tidak memiliki Kualitas Untuk Mengajukan Gugatan
(Non Ligitime Persona Standi in Judicio)
Menimbang, bahwa Turut Tergugat I dalam jawabannya pada pokoknya
menyatakan bahwa Penggugat tidak memiliki hak atas objek sengketa oleh karena
tanah tersebut merupakan milik dari Almarhum Frans Gaghiwu yang diperoleh melalui
tukar-menukar dengan Almarhumah Getroida Wangania-Tanod pada tahun 1970, yang
kemudian jatuh waris kepada Turut Tergugat I. Kemudian, terhadap eksepsi tersebut,
dalam repliknya, Penggugat pada pokoknya menyatakan bahwa Penggugat sama
sekali tidak mempersoalkan kepemilikan atas tanah objek sengketa, melainkan terkait
dengan siapa yang menguasai dan menikmati hasil atas tanah objek sengketa, yang
mana dalam petitum angka 2 (dua), Penggugat memohon agar dinyatakan menurut
hukum sebagai pihak yang menguasai dan menikmati secara sah akan tanah objek
sengketa;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi tersebut di atas, Majelis Hakim
memberikan pendapat sebagai berikut:
- Pertama, eksepsi pada dasarnya ditujukan terhadap hal-hal yang menyangkut
syarat-syarat atau formalitas gugatan. Apabila eksepsi tersebut dikaitkan
dengan syarat-syarat atau formalitas suatu gugatan, maka untuk mengetahui
apakah Penggugat merupakan orang yang berhak dan mempunyai kedudukan
hukum untuk mengajukan gugatan a quo atau tidak, penilaiannya terbatas

Halaman 25 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
pada surat gugatan yang diajukan, dalam hal ini dapat ditinjau dari pokok
gugatan atau dasar gugatan (posita). Dalam perkara a quo apabila
memperhatikan posita gugatan a quo diketahui bahwa Penggugat
menjelaskan dasar hak Penggugat mengajukan gugatan a quo oleh karena
Penggugat telah menguasai tanah objek sengketa, termasuk menikmati hasil
dari tanah objek sengketa selama puluhan tahun tanpa gangguan dari
siapapun, yang mana tanah tersebut berasal dari ayah Penggugat yang
bernama Wilhelmus Kapuas, Wilhelmus Kapuas merupakan anak dari
Amanda Kapuas, Amanda Kapuas adalah isteri dari Frans Gaghiwu. Sehingga
seharusnya terhadap ganti rugi atas pembebasan tanah objek sengketa
diberikan kepada Penggugat selaku pihak yang menguasai dan menikmati
hasil tanah objek sengketa. Dari posita gugatan tersebut, Majelis Hakim menilai
Penggugat telah menguraikan dengan jelas kedudukan hukum dari Penggugat
terhadap tanah objek sengketa yaitu sebagai pihak yang menguasai tanah
objek sengketa selama puluhan tahun tanpa adanya gangguan dari pihak
manapun dan oleh karenanya Penggugat berpendapat sebagai pihak yang
berhak untuk menerima ganti rugi atas pembebasan tanah objek sengketa
guna kepentingan umum;
- Kedua, terkait dengan dalil jawaban yang menyatakan tanah objek sengketa
merupakan milik dari Almarhum Frans Gaghiwu yang diperoleh melalui tukar-
menukar dengan Almarhumah Getroida Wangania-Tanod pada tahun 1970,
yang kemudian jatuh waris kepada Turut Tergugat I, Majelis Hakim menilai dalil
tersebut telah masuk materi pokok perkara dan memerlukan pembuktian dari
pihak yang mendalilkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, maka Majelis
Hakim menyatakan oleh karena Penggugat telah menguraikan dengan jelas dalam
posita gugatan mengenai kedudukan hukum dari Penggugat terhadap tanah objek
sengketa, dan dalil eksepsi dari Turut Tergugat I telah masuk materi pokok perkara,
maka eksepsi tersebut dinyatakan tidak beralasan hukum dan ditolak;
- Eksepsi gugatan Penggugat kabur
Menimbang, bahwa Turut Tergugat I dalam jawabannya pada pokoknya
menyatakan bahwa Penggugat memutarbalikan fakta hukum tentang kepemilikan objek
sengketa sebab berdasarkan register Desa Kawangkoan nomor 406 Folio nomor 196
dengan luas 10.150 m2 atas nama Frans Gaghiwu, bukan berasal dari ayah Penggugat
(Wilhelmus Kapuas), oleh karenanya objek gugatan menjadi kabur/kurang jelas.
Kemudian, terhadap eksepsi tersebut, dalam repliknya, Penggugat pada pokoknya
menyatakan bahwa Penggugat sama sekali tidak mempersoalkan kepemilikan atas
tanah objek sengketa, melainkan terkait dengan siapa yang menguasai dan menikmati

Halaman 26 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
hasil atas tanah objek sengketa, yang mana dalam petitum angka 2 (dua), Penggugat
memohon agar dinyatakan menurut hukum sebagai pihak yang menguasai dan
menikmati secara sah akan tanah objek sengketa;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi tersebut di atas, Majelis Hakim
memberikan pendapat sebagai berikut:
Menimbang, bahwa eksepsi pada dasarnya ditujukan terhadap hal-hal yang
menyangkut syarat-syarat atau formalitas gugatan. Dalam Pasal 142 RBg menyatakan
gugatan-gugatan perdata dalam tingkat pertama yang menjadi wewenang pengadilan
negeri dilakukan oleh Penggugat atau oleh seorang kuasanya yang diangkat menurut
ketentuan-ketentuan tersebut dalam Pasal 147, dengan suatu surat permohonan yang
ditandatangani olehnya atau oleh kuasa tersebut dan disampaikan kepada ketua
pengadilan negeri yang menguasai wilayah hukum tempat tinggal tergugat atau, jika
tempat tinggalnya tidak diketahui di tempat tinggal sebenarnya. Adapun ketentuan ini
hanya mengatur mengenai siapa yang berwenang membuat dan menandatangani
suatu gugatan, termasuk dimana tepatnya suatu gugatan diajukan atau didaftarkan.
Sementara, terkait dengan syarat-syarat atau formulasi gugatan tidak diatur dengan
tegas dalam RBg;
Menimbang, bahwa oleh karena tidak diatur dengan tegas dalam RBg, maka
terkait dengan syarat-syarat atau formalitas gugatan dapat merujuk pada Pasal 8 Rv
dengan berdasar pada asas process doelmatigheid (demi kepentingan beracara).
Apabila memperhatikan Pasal 8 Rv, maka pada pokoknya suatu gugatan harus
memuat identitas para pihak yang berperkara, pokok gugatan atau dasar gugatan
(posita) dan tuntutan hukum (petitum);
Menimbang, bahwa untuk menghindari terjadinya perumusan dalil gugatan
yang kabur atau obscuur libel maka fundamentum petendi yang dianggap memenuhi
syarat harus memuat dasar hukum dan dasar fakta. Adapun dasar hukum yang
dimaksud yaitu penegasan atau penjelasan mengenai hubungan hukum antara
Penggugat dengan materi dan/atau objek yang disengketakan, dan hubungan hukum
antara Penggugat dengan pihak lawan berkaitan dengan materi atau objek sengketa.
Lebih lanjut, yang dimaksud dengan dasar fakta yaitu penjelasan mengenai fakta atau
peristiwa yang berkaitan langsung dengan atau di sekitar hubungan hukum yang terjadi
antara Penggugat dengan materi atau objek perkara maupun dengan pihak lawan, atau
penjelasan mengenai fakta-fakta yang langsung berkaitan dengan dasar hukum atau
hubungan hukum yang didalilkan Penggugat. Dengan kata lain, suatu posita gugatan
dinyatakan memenuhi syarat formil apabila telah menguraikan unsur tersebut;
Menimbang, bahwa dari uraian tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat
sebagai berikut:

Halaman 27 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Menimbang, bahwa dalam fundamentum petendi atau posita gugatan a quo,
Penggugat menguraikan bahwa Penggugat menempati, menguasai dan memiliki
sebidang tanah di tempat bernama Masoan, Wilayah Desa Kawangkoan, Kecamatan
Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara dengan batas-batas tanah objek sengketa
sebagaimana diuraikan dalam angka 1 (satu) posita gugatan, yang mana tanah
tersebut telah dikuasai oleh Penggugat selama puluhan tahun tanpa gangguan dari
siapapun. Tanah tersebut berasal dari ayah Penggugat yang bernama Wilhelmus
Kapuas, Wilhelmus Kapuas merupakan anak dari Amanda Kapuas, Amanda Kapuas
adalah isteri dari Frans Gaghiwu. Adapun kemudian Penggugat ketahui bahwa
Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II telah melakukan pengukuran atas
tanah tersebut guna kepentingan ganti rugi atas pembangunan jalan tol Manado-Bitung
yang akan dibayarkan kepada Turut Tergugat I, sementara seharusnya pembayaran
ganti rugi tersebut dibayarkan kepada Penggugat selaku pihak yang menguasai dan
menikmati hasil dari tanah tersebut;
Menimbang, bahwa dari posita gugatan Penggugat tersebut di atas, Majelis
Hakim menilai Penggugat telah menguraikan mengenai hubungan hukum antara
Penggugat dengan materi dan/atau objek yang disengketakan, dan hubungan hukum
antara Penggugat dengan pihak lawan berkaitan dengan materi atau objek sengketa
atau dengan kata lain, posita gugatan a quo telah memenuhi syarat formil;
Menimbang, bahwa terkait dengan dalil jawaban yang menyatakan tanah objek
sengketa terdaftar di register desa atas nama Frans Gaghiwu dan bukan berasal dari
ayah Penggugat yang bernama Wilhelmus Kapuas, Majelis Hakim menilai dalil tersebut
telah masuk materi pokok perkara dan memerlukan pembuktian dari pihak yang
mendalilkan;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas, maka Majelis
Hakim menyatakan oleh karena Penggugat telah menguraikan dengan jelas mengenai
hubungan hukum antara Penggugat dengan materi dan/atau objek yang disengketakan,
dan hubungan hukum antara Penggugat dengan pihak lawan berkaitan dengan materi
atau objek sengketa, dan dalil eksepsi dari Turut Tergugat I telah masuk materi pokok
perkara, maka eksepsi tersebut dinyatakan tidak beralasan hukum dan ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Turut Tergugat I dinyatakan tidak
beralasan hukum dan ditolak sebagaimana dipertimbangkan diatas, maka terhadap
eksepsi Turut Tergugat I sebagaimana termuat dalam surat jawaban dinyatakan ditolak
untuk seluruhnya;
Dalam Pokok Perkara
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat sebagaimana
diuraikan diatas;

Halaman 28 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Turut Tergugat I
telah mengajukan jawaban yang pada pokoknya menyatakan bahwa berdasarkan
register Desa Kawangkoan nomor 406 Folio nomor 196 dan surat ukur desa tahun
2002, tanah objek sengketa memiliki luas kurang lebih 10.150 m2 (sepuluh ribu seratus
lima puluh meter persegi) dan tercatat atas nama Frans Gaghiwu, namun kemudian
setelah dipetakan atau diukur kembali oleh Panitia Pembebasan lahan jalan tol
Manado-Bitung, tanah tersebut diketahui memiliki luas kurang lebih 14.603 m 2 (empat
belas ribu enam ratus tiga meter persegi). Dalam hal ini, tanah objek sengketa beserta
rumah yang dibangun di atas tanah objek sengketa kemudian diwariskan kepada Turut
Tergugat I, sehingga menurut hukum, pihak yang berhak untuk menerima ganti rugi
atas pembebasan tanah objek sengketa adalah Turut Tergugat I;
Menimbang, bahwa berdasarkan pokok gugatan dan jawaban tersebut diatas,
maka Majelis Hakim menilai adapun yang menjadi pokok sengketa dalam perkara a
quo dan menjadi fokus pembuktian yaitu:
1. Apakah Penggugat merupakan pihak yang berhak menerima ganti rugi atas
pembebasan tanah objek sengketa dengan dasar penguasaan tanah objek
sengketa selama puluhan tahun tanpa adanya keberatan dari pihak manapun?
2. Apakah pengukuran tanah objek sengketa yang dilakukan oleh Tergugat, Turut
Tergugat I dan Turut Tergugat II tanpa melibatkan Penggugat serta proses
ganti rugi tanah tersebut yang dilakukan oleh Tergugat kepada Turut Tergugat I
adalah perbuatan melawan hukum?
Menimbang, bahwa dari pokok sengketa tersebut diatas, Majelis Hakim
berpendapat yang menjadi persengketaan diantara kedua belah pihak adalah
mengenai perbuatan melawan hukum;
Menimbang, bahwa pada dasarnya dengan merujuk pada Pasal 283 RBg
yang menyatakan Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak
atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain,
menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa
tersebut, maka baik Penggugat maupun Tergugat masing-masing dibebankan wajib
bukti secara proporsional untuk membuktikan dalil gugatan maupun bantahannya.
Namun demikian, terhadap pihak yang mengajukan hal atau keadaan yang bersifat
negatif tidak patut atau tidak layak untuk dibebankan wajib bukti;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan hal atau keadaan bersifat negatif
yaitu hal atau peristiwa yang dikemukakan mengenai sesuatu yang tidak dilakukan atau
tidak diperbuat oleh yang bersangkutan. Dalam kasus seperti ini, dianggap tidak patut
membebani wajib bukti kepada pihak yang mengajukan hal yang bersifat negatif, karena
tidak mungkin dapat membuktikan hal yang tidak diketahui atau diperbuatnya. Hal ini
sejalan dengan penerapan beban pembuktian dalam putusan Mahkamah Agung nomor

Halaman 29 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
158 K/Sip/1954, yang pada pokoknya menyatakan tidak tepat (tidak patut) bila dalam
hal ini beban pembuktian dipikulkan kepada pihak lawan untuk membuktikan suatu
keadaan yang bersifat negatif yaitu dalil Penggugat yang menyatakan cap dagang yang
telah didaftarkan oleh pihak lawan, telah 3 (tiga) tahun lamanya tidak dipakai (non usus);
Menimbang, bahwa demikian pula halnya dalam perkara a quo, Majelis Hakim
berpendapat apabila memperhatikan dalil gugatan dan bantahan tersebut diatas, maka
pada pokoknya Penggugat menyatakan suatu keadaan yang bersifat positif yaitu
Penggugat telah menguasai tanah objek sengketa selama bertahun-tahun tanpa
adanya keberatan dari pihak manapun sehingga memiliki hak atas tanah objek
sengketa, maka Penggugat dibebani kewajiban untuk membuktikan keadaan tersebut,
dengan ketentuan Turut Tergugat I tetap diberikan kebebasan sepenuhnya mengajukan
alat bukti guna membuktikan dalil bantahan maupun keadaan yang bersifat positif
lainnya;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan gugatannya dan membantah jawaban
Turut Tergugat I, Penggugat telah mengajukan bukti surat P-1 sampai dengan P-6 yang
telah bermaterai cukup dan sesuai dengan dokumen aslinya kecuali bukti surat P-5 dan
P-6 yang tidak dapat ditunjukkan dokumen aslinya, serta Saksi-Saksi yang telah di
dengar keterangannya di bawah janji yaitu Saksi Jantje Suma, Saksi Tisman Mona, dan
Saksi Billy E. Somba;
Menimbang, bahwa untuk membantah gugatan Penggugat dan membuktikan
jawabannya, Turut Tergugat I telah mengajukan bukti surat TTI-1 sampai dengan TTI-
19 yang telah bermaterai cukup dan sesuai dengan dokumen aslinya kecuali bukti surat
TTI-11a, TTI-11b dan TTI-15 yang tidak dapat ditunjukkan dokumen aslinya, serta
Saksi-Saksi yang telah di dengar keterangannya di bawah janji yaitu Saksi Sarah
Begentegu dan Saksi Paulus Kodong;
Menimbang, bahwa fotokopi bukti surat atau bukti tulisan dapat diterima
sebagai alat bukti yang sah apabila dapat dibuktikan fotokopi tersebut sesuai dengan
aslinya atau jika didukung oleh keterangan Saksi atau alat bukti lainnya. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 701 K/Sip/1974,
yang mengemukakan “penerimaan fotokopi sebagai alat bukti jika disertai keterangan
atau dengan cara apapun secara sah ternyata bahwa fotokopi-fotokopi tersebut sesuai
dengan aslinya”, serta Putusan Mahkamah Agung Nomor 112 K/Pdt/1996 tanggal 17
September 1998, yang mengemukakan “fotokopi surat sebagai alat bukti surat yang
tidak disertai atau dicocokkan dengan aslinya atau tanpa didukung oleh keterangan
Saksi dan/atau bukti lainnya, maka bukan termasuk alat bukti yang sah”. Dengan kata
lain, oleh karena bukti P-5, P-6, TTI-11a, TTI-11b dan TTI-15 merupakan fotokopi dari
fotokopi, apabila tidak didukung oleh keterangan Saksi dan/atau alat bukti lainnya, maka

Halaman 30 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
harus dikesampingkan, sebaliknya apabila didukung oleh alat bukti lainnya maka dapat
diterima sebagai alat bukti yang sah;
Menimbang, bahwa terkait dengan alat bukti yang diajukan oleh Penggugat
dan Turut Tergugat I tersebut di atas, Majelis Hakim dengan memperhatikan pokok
sengketa yang menjadi fokus pembuktian dalam perkara a quo, hanya akan
mempertimbangkan alat bukti yang relevan dan akan mengesampingkan selain dan
selebihnya;
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan mengenai pokok sengketa
tersebut diatas, Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan mengenai
tanah objek sengketa dalam perkara a quo;
Menimbang, bahwa dalam posita angka 1 (satu) gugatan penggugat
dinyatakan bahwa Penggugat sedang menempati, menguasai dan memiliki sebidang
tanah di tempat bernama Masoan, yang beralamat di Wilayah Desa Kawangkoan,
Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara dengan batas-batas tanah sebagai
berikut:
Utara : dengan Hengky Wijaya;
Timur : dengan Tanah Pekuburan dan Wengky Limando;
Selatan : dengan Johanis Piet Sendow;
Barat : dengan Thamrin Wagiu dan Julien Dumanaw;
Menimbang, bahwa dalam jawabannya Turut Tergugat I menerangkan tanah
yang disengketakan dalam perkara a quo adalah tanah seluas kurang lebih 10.150
(sepuluh ribu seratus lima puluh) meter persegi berdasarkan Register Desa
Kawangkoan nomor 406 folio nomor 196 serta surat ukur desa tahun 2002 atas nama
Frans Gaghiwu, yang mana ketika dipetakan/diukur kembali oleh Panitia Pembebasan
Lahan Jalan Tol Manado-Bitung diketahui tanah tersebut memiliki luas kurang lebih
14.603 (empat belas ribu enam ratus tiga) meter persegi, dengan batas-batas sebagai
sebagai berikut:
Utara : Hengky Wijaya/Thamrin Wagiu;
Timur : Pekuburan Kalawat/Wengky Limando;
Selatan : Yohanes Piet Sendow/Julien Dumanauw;
Barat : Julien Dumanauw/Thamrin Wagiu.
Menimbang, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan setempat diketahui bahwa
Penggugat dan Turut Tergugat I menerangkan letak dan batas-batas tanah objek
sengketa sesuai dengan gugatan maupun jawaban, yang mana apabila diperhatikan,
terdapat kesamaan baik letak maupun batas-batas yang diterangkan dalam gugatan
maupun jawaban tersebut, sehingga Majelis Hakim berpendapat tanah yang
disengketakan oleh para pihak dalam perkara a quo adalah sebidang tanah yang

Halaman 31 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
terletak di tempat bernama Masoan yang beralamat di Desa Kawangkoan, Kecamatan
Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, dengan batas-batas sebagai berikut:
Utara : berbatasan dengan Hengky Wijaya dan Thamrin Wagiu;
Timur : berbatasan dengan Tanah Pekuburan dan Wengky
Limando;
Selatan : berbatasan dengan Johanis Piet Sendow dan Julien
Dumanauw;
Barat : berbatasan dengan Thamrin Wagiu dan Julien Dumanaw;
Selanjutnya disebut tanah objek sengketa;
Menimbang, bahwa berdasarkan pokok sengketa tersebut di atas, Majelis
Hakim terlebih dahulu akan memberikan pertimbangan terkait dengan apakah
Penggugat merupakan pihak yang berhak atas tanah objek sengketa atas dasar
penguasaan tanah objek sengketa selama puluhan tahun tanpa adanya gangguan dari
pihak manapun atau tidak?
Menimbang, bahwa dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dinyatakan bahwa atas dasar hak
menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya
macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan
kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang-orang lain serta badan-badan hukum. Lebih lanjut dalam ayat (2) dinyatakan
bahwa Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang
untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air
serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-
undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi;
Menimbang, bahwa hak-hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) ialah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak
sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan, hak-hak lain yang tidak
termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan Undang-undang
serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53 (vide
pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria);
Menimbang, bahwa pemberian atau penetapan hak-hak atas tanah dimaksud
sebagai upaya untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemegang haknya,
sehingga undang-undang menginstruksikan pemerintah untuk mengadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia yang bersifat rechtskadaster artinya
yang menjamin kepastian hukum dan kepastian haknya (vide Pasal 19 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria);

Halaman 32 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Menimbang, bahwa mengingat akan sifatnya sebagai peraturan dasar bagi
hukum agraria, maka pengaturan mengenai pendaftaran tanah yang termuat dalam
Undang-Undang Pokok Agraria hanyalah ketentuan dasar, sementara untuk
menyelenggarakan pendaftaran tanah dimaksud secara operasional telah ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, kemudian
dalam perkembangannya disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
Menimbang, bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961 tentang Pendaftaran Tanah ini diputuskan bahwa Pemerintah mencabut semua
peraturan pendaftaran tanah yang berlaku sebelumnya. Ketentuan mencabut peraturan
pendaftaran tanah sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, membawa konsekuensi tidak berlakunya juga
produk pendaftaran tanah yang pernah diterbitkan dalam administrasi pertanahan
sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah. Artinya untuk
memperoleh kepastian hukum hak atas tanah, maka wajib didaftarkan melalui
ketentuan Peraturan Pemerintah ini, melalui pendaftaran tanah untuk pertama kali.
Penyelenggaraan pendaftaran tanah untuk pertama kali dilakukan dengan dua cara
yaitu pendaftaran tanah desa lengkap yang sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 2
ayat (2) dapat diartikan sebagai pendaftaran yang meliputi kegiatan kadastral dan
pendaftaran hak; dan pendaftaran tanah desa tidak lengkap, yang sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 16 ayat (2) dan Pasal 18 ayat (1) dijelaskan bahwa pendaftaran
tanah secara tidak lengkap adalah pendaftaran tanah yang hanya meliputi pendaftaran
hak-hak;
Menimbang, bahwa seseorang atau badan hukum dapat memperoleh atau
memiliki/menguasai tanah melalui beberapa cara yaitu: pertama, melalui lembaga
konversi (baik cara penegasan hak maupun pengakuan hak), kedua melalui lembaga
Pemberian (Penetapan) Hak oleh Pemerintah yaitu untuk tanah yang dikuasai langsung
oleh negara (berasal dari Tanah Negara), dalam hal ini tentunya termasuk juga melalui
Pembukaan Tanah (Ontgeining). Ketiga yaitu melalui lembaga Pemindahan-tangan
(levering/beschiken) yang sering disebut peralihan hak;
Menimbang, bahwa konversi hak-hak atas tanah adalah penggantian atau
perubahan hak-hak atas tanah dari status yang lama yaitu sebelum berlakunya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(hak-hak atas tanah yang diatur dan tunduk pada hukum adat dan hukum Barat)
menjadi status yang baru, sebagaimana diatur menurut Pasal 16 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Konversi hak-hak
atas tanah merupakan salah satu instrument untuk memenuhi asas unifikasi hukum

Halaman 33 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria. Konversi untuk tanah milik adat pada dasarnya dilakukan dalam rangka
menghargai fakta pemilikan/penguasaan atas bidang-bidang tanah oleh individu
dan/atau kelompok termasuk badan hukum dan untuk itu telah dikeluarkan ketentuan
khusus yaitu Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26/DDA/1970, dimana
konversi dari Hak-hak Tanah Adat tidak ada batas waktu konversi karena pertimbangan
khusus biaya, prosedur dan ketidak pedulian dari rakyat untuk mensertifikatkan
tanahnya;
Menimbang, bahwa Pendaftaran tanah untuk pertama kali (Opzet atau Initial
Registration) adalah kegiatan pendaftaran tanah yang belum didaftar/dibukukan/dicatat
dalam buku register pendaftaran tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran untuk
pertama kali mengandung makna bahwa bidang tanah dan pemegang hak dimaksud
baru pertama dicatat dalam buku register pendaftaran, baik karena sebagai pemilik
pertama (sejak semula dimiliki misalnya dari membuka hutan) maupun sebagai pemilik
terakhir (misalnya tanah diperoleh karena pembelian, hibah dan sebagainya) yang
disebut derivatif. Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui: a)
Pendaftaran secara sistematik, yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
yang dilakukan serentak meliputi semua obyek pendafataran tanah yang belum didaftar
dalam wilayah atau bagian wilayah desa/kelurahan. b) Pendaftaran secara sporadik
yaitu kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa
obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan
secara individual atau massal;
Menimbang, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah mengakui dengan jelas kedudukan hak milik adat baik bersifat
perorangan atau kelompok, hal ini sebagaimana termuat dalam Pasal 24 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menyatakan
sebagai berikut:
Ayat 1 Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi
hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut
berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang
bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam
pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan
dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar
hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.
Ayat 2 Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan

Halaman 34 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan
selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon
pendaftaran dan pendahuluan-pendahulunya, dengan syarat:
a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh
yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh
kesaksian orang yang dapat dipercaya;
b. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh
masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun
pihak lainnya
Menimbang, bahwa selain melalui lembaga konversi sebagaimana diuraikan di
atas, seseorang atau badan hukum dapat memperoleh atau memiliki/menguasai tanah
melalui lembaga Pemberian (Penetapan) Hak oleh Pemerintah yaitu untuk tanah yang
dikuasai langsung oleh negara (berasal dari Tanah Negara), dalam konteks ini, tanah
yang dimaksud yaitu tanah tak bertuan karena ditelantarkan oleh pemegang hak
sehingga tanah tersebut menjadi tanah negara atau dalam penguasaan negara;
Menimbang, bahwa dalam Pasal 27 huruf a angka 3 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dinyatakan bahwa hak
milik hapus bila tanahnya jatuh kepada negara dikarenakan ditelantarkan. Lebih lanjut,
dalam Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang
Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar dinyatakan bahwa Tanah Telantar adalah
tanah hak, tanah Hak Pengelolaan, dan tanah yang diperoleh berdasarkan dasar
Penguasaan atas tanah, yang sengaja tidak diusahakan, tidak dipergunakan, tidak
dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara;
Menimbang, bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021
tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar termuat ketentuan sebagai berikut:
Pasal 4
Ayat 1 Setiap Pemegang Hak, Pemegang Hak Pengelolaan, dan Pemegang Dasar
Penguasaan Atas Tanah wajib mengusahakan, mempergunakan,
memanfaatkan, dan/atau rnemelihara tanah yang dimiliki atau dikuasai;
Ayat 2 Pengusahaan, penggunaan, pemanfaatan, dan/atau pemeiiharaan tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berfungsi sosial;
Ayat 3 Setiap Pemegang Hak, Pemegang Hak pengelolaan, dan Perrregang Dasar
Penguasaan Atas Tanah wajib melaporkan pengusahaan, penggunaan,
pemanfaatan, dan/atau pemeliharaan tanah yang dimiliki atau dikuasai secara
berkala.
Pasal 5

Halaman 35 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Ayat 1 Tanah yang telah terdaftar atau belum terdaftar yang sengaja tidak diusahakan,
tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara, menjadi
objek penertiban Tanah Telantar;
Ayat 2 Menteri melakukan penertiban terhadap Tanah Telantar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 7
Ayat 1 Objek penertiban Tanah Telantar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) meliputi tanah hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai,
Hak Pengelolaan, dan tanah yang diperoleh berdasarkan Dasar Penguasaan
Atas Tanah;
Ayat 2 Tanah hak milik menjadi objek penertiban Tanah Telantar jika dengan sengaja
tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak dipelihara sehingga:
a. dikuasai oleh masyarakat serta menjadi wilayah perkampungan;
b. dikuasai oleh pihak lain secara terus-menerus selama 20 (dua puluh)
tahun tanpa adanya hubungan hukum dengan Pemegang Hak; atau
c. fungsi sosial Hak Atas Tanah tidak terpenuhi, baik Pemegang Hak masih
ada maupun sudah tidak ada.
Menimbang, bahwa dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Penertiban Tanah Terlantar dinyatakan bahwa penertiban tanah terlantar adalah proses
penataan kembali tanah terlantar agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk
kepentingan masyarakat dan negara. Lebih lanjut, dalam Pasal 21 dinyatakan tanah
negara bekas tanah terlantar yang ditetapkan oleh Kepala sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19, dikuasai langsung oleh negara dalam hal ini Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, merupakan Tanah Cadangan Umum Negara yang
didayagunakan untuk kepentingan masyarakat dan negara melalui reforma agraria,
program strategis negara, dan cadangan negara lainnya. Dari ketentuan tersebut dapat
dilihat bahwa tanah yang telah ditetapkan sebagai tanah terlantar dapat didayagunakan
bagi kepentingan masyarkat. Secara spesifik, tata cara pendayagunaan bekas tanah
terlantar dapat ditinjau dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pendayagunaan Tanah Negara
Bekas Tanah Terlantar yang mengatur sebagai berikut:
Pasal 4
Ayat 1 Dalam rangka peruntukan dan pengaturan peruntukan penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan TCUN, Kepala menetapkan tanah terlantar
sekaligus menghapuskan hak atas tanah, memutuskan hubungan hukum dan
menegaskan menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara;

Halaman 36 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Ayat 2 TCUN dialokasikan secara nasional untuk kepentingan masyarakat dan negara
melalui: a. reforma agraria; b. program strategis negara; dan c. cadangan
negara lainnya;
Pasal 22 Pelaksanaan peruntukan TCUN untuk masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a, dilaksanakan melalui reforma agraria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dengan kekhususan pengembangan
sektor pangan, energi, dan perumahan rakyat.
Pasal 20
Ayat 1 Pelaksanaan peruntukan TCUN untuk masyarakat melalui program Reforma
Agraria dimanfaatkan untuk pertanian dan non pertanian dengan
memperhatikan hasil pertimbangan teknis Tim Nasional;
Ayat 2 Pelaksanaan peruntukan TCUN untuk masyarakat melalui program reforma
agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara administrasi dilaksanakan
melalui program-program pertanahan;
Ayat 3 Pelaksanaan peruntukan TCUN untuk masyarakat melalui program reforma
agraria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara administrasi dilaksanakan
melalui program-program pertanahan.
Menimbang, bahwa selain melalui lembaga konversi dan lembaga Pemberian
(Penetapan) Hak oleh Pemerintah tersebut di atas, dikenal pula suatu sarana untuk
memperoleh suatu hak atas tanah melalui lewat waktu sebagaimana diatur dalam Pasal
1963 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan Seseorang yang
dengan itikad baik memperoleh suatu barang tak bergerak, suatu bunga, atau suatu
piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk dengan suatu besit selama dua puluh
tahun, memperoleh hak milik atasnya dengan jalan lewat waktu. Seseorang yang
dengan itikad baik menguasai sesuatu selama tiga puluh tahun memperoleh hak milik
tanpa dapat dipaksa untuk menunjukkan alas haknya;
Menimbang, bahwa terkait dengan perolehan hak atas tanah dengan jalan
lewat waktu, penting untuk memperhatikan Pasal 1959 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang menyatakan Orang yang menguasai suatu barang untuk orang lain,
begitu pula ahli warisnya, sekali-kali tidak dapat memperoleh sesuatu dengan jalan
lewat waktu, berapa lama pun waktu yang telah lewat. Demikian pula seorang penyewa,
seorang penyimpan, seorang penikmat hasil, dan semua orang lain yang memegang
suatu barang berdasarkan suatu persetujuan dengan pemiliknya, tak dapat
memperoleh barang itu;
Menimbang, bahwa dari ketentuan tersebut diatas, Majelis Hakim menilai
bahwa terdapat 3 (tiga) cara untuk memperoleh hak atas tanah yang berdasar pada
penguasaan tanah yaitu:

Halaman 37 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
1. Melalui lembaga konversi, pihak yang telah menguasai tanah selama 20
(dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut, namun tidak memiliki alat-
alat pembuktian seperti bukti tertulis, keterangan Saksi, dan/atau pernyataan
yang bersangkutan guna membuktikan hak atas tanah yang berasal dari
konversi hak-hak lama, mendaftarkan hak atas tanah tersebut atas dasar
penguasaan tanah tersebut dengan syarat penguasaaan tersebut dilakukan
dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang
berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian yang dapat dipercaya; dan
penguasaan tersebut, baik sebelum maupun selama pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 24
tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, tidak dipermasalahkan oleh
masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan atau pihak
lainnya;
2. Melalui lembaga Pemberian (Penetapan) Hak oleh Pemerintah, dalam hal
suatu tanah hak milik tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak
dipelihara oleh pemegang hak atas tanah, sehingga dikuasai oleh pihak lain
secara terus-menerus selama 20 (dua puluh) tahun, dengan ketentuan pihak
yang menguasai tersebut tidak memiliki hubungan hukum dengan pemegang
hak atas tanah tersebut, maka hak atas tanah tersebut dapat dihapus dan jatuh
kepada negara karena ditelantarkan dan dapat didayagunakan kembali guna
kepentingan masyarakat. Dalam hal ini, pihak yang menguasai tanah tersebut
dapat mengajukan permohonan guna mendapatkan hak atas tanah yang
ditelantarkan tersebut melalui program Reforma Agraria sebagaimana
diuraikan di atas;
3. Melalui lembaga lewat waktu, seseorang yang menguasai suatu tanah
dengan itikad baik selama 20 (dua puluh) tahun dapat memperoleh hak milik
atasnya dengan jalan lewat waktu dengan menunjukkan bukti dari perolehan
dan/atau penguasaan tanah tersebut. Sementara, seseorang yang dengan
itikad baik menguasai suatu tanah selama 30 (tiga puluh) tahun dapat
memperoleh hak milik tanpa perlu menunjukkan alas haknya atas tanah
tersebut. Akan tetapi, apabila penguasaan tersebut dilakukan untuk orang lain
atau dilakukan atas kuasa dan persetujuan dari pemilik tanah tersebut, maka
pihak yang menguasai tanah secara fisik tidak dapat memperoleh hak milik
atas tanah tersebut (baik itu terhadap penguasaan selama 20 tahun maupun
penguasaan selama 30 tahun);
Menimbang, bahwa pada posita angka 2 (dua) gugatan Penggugat,
Penggugat menyatakan bahwa tanah objek sengketa dikuasai oleh Penggugat selama
puluhan tahun tanpa adanya gangguan dari siapapun, yang mana tanah objek

Halaman 38 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
sengketa tersebut berasal dari ayah Penggugat yang bernama Wilhelmus Kapuas,
Wilhelmus Kapuas merupakan anak dari Amanda Kapuas dan Amanda Kapuas
merupakan isteri dari Frans Gaghiwu;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat P-5 diketahui bahwa Frans
Gaghiwu memberikan kuasa kepada Daud Kapuas (Penggugat) untuk
menjaga/mengurus atau mempergunakan 4 (empat) lokasi tanah dan semua tanaman
yang ada di atas tanah tersebut yang semuanya berada di Desa Kawangkoan,
Kecamatan Kalawat. Adapun semua tanah tersebut merupakan milik dari Frans
Gaghiwu dan almarhumah Amanda Kapuas (isteri). Surat kuasa tersebut berlaku
selama Frans Gaghiwu (sebagai pihak pertama) masih hidup;
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Saksi-Saksi yang diajukan oleh
Penggugat, diketahui bahwa:
- Bahwa Saksi Jantje Suma menerangkan pernah menyewa tanah objek
sengketa sekitar tahun 1995 atau 1996. Terkait dengan biaya penyewaan
tanah tersebut, Saksi Jantje Suma membayarkannya kepada Amanda Kapuas
yang tidak lain adalah ibu dari Wilhelmus Kapuas. Sepengetahuan Saksi Jantje
Suma, pada mulanya Amanda Kapuas dan Frans Gaghiwu yang menguasai
tanah objek sengketa, kemudian dilanjutkan oleh Wilhelmus Kapuas dengan
cara mengelola fufu kelapa (kelapa asap) diatas tanah tersebut, namun setelah
Wilhelmus Kapuas meninggal dunia, yang menguasai tanah tersebut yaitu
Daud Kapuas selaku anak dari Wilhelmus Kapuas, dimana Daud Kapuas
melanjutkan usaha fufu kelapa di atas tanah tersebut sampai dengan saat ini;
- Bahwa Saksi Jantje Suma menerangkan terkait dengan hubungan antara
Daud Kapuas dengan Frans Gaghiwu, dapat Saksi Jantje Suma jelaskan
bahwa Frans Gaghiwu menikah dengan Amanda Kapuas kemudian dikaruniai
anak bernama Wilhelmus Kapuas dan Charlota Kapuas. Adapun Charlota
Kapuas memiliki 2 (dua) orang anak dan Wilhelmus Kapuas memiliki 5 (lima)
orang anak, salah satu diantaranya yaitu Daud Kapuas (Penggugat), dengan
kata lain Daud Kapuas adalah cucu dari Frans Gaghiwu;
- Bahwa Saksi Jantje Suma menerangkan di atas tanah objek sengketa,
terdapat rumah atau pondok yang dibangun oleh Amanda Kapuas dan Frans
Gaghiwu, tempat fufu yang dibangun oleh Wilhelmus Kapuas, dan tumbuh-
tumbuhan;
- Bahwa Saksi Jantje Suma menerangkan jika diurutkan, maka diantara Frans
Gaghiwu, Amanda Kapuas dan Wilhelmus Kapuas, yang lebih dahulu
meninggal dunia yaitu Amanda Kapuas, kemudian Wilhelmus Kapuas, dan
terakhir Frans Gaghiwu;

Halaman 39 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa Saksi Janjte Suma menerangkan ada orang yang diminta untuk tinggal
dan menjaga tanah objek sengketa yaitu Tisman Mona, dan orang tersebut
telah diminta untuk menjaga tanah tersebut sejak Wilhelmus Kapuas yang
menguasai tanah sengketa. Kemudian, ketika Daud Kapuas yang menguasai
tanah tersebut, Daud Kapuas tetap meminta Tisman Mona untuk tinggal dan
menjaga tanah tersebut;
- Bahwa Saksi Tisman Mona menerangkan telah melakukan pekerjaan seperti
berkebun, memanjat pohon kelapa, dan menjaga tanah objek sengketa sejak
tahun 2011 atas permintaan dari Daud Kapuas (Penggugat), dimana setiap
harinya Saksi Tisman Mona tinggal di pondok yang berada di atas tanah objek
sengketa tersebut. Adapun Saksi Tisman Mona tidak mengetahui bagaimana
cara peralihan tanah objek sengketa dari Frans Gaghiwu kepada Daud
Kapuas, namun setahu Saksi Tisman Mona, tanah objek sengketa merupakan
milik dari Frans Gaghiwu yang telah dikuasai oleh Daud Kapuas. Adapun Daud
Kapuas tidak memberikan upah kepada Saksi Tisman Mona untuk menjaga
tanah objek sengketa, namun Saksi Tisman Mona diperbolehkan untuk
menikmati hasil dari tanaman yang Saksi Tisman Mona tanam sendiri di atas
tanah objek sengketa, sementara untuk tanaman pohon kelapa di atas tanah
objek sengketa, Daud Kapuas sering meminta Saksi Tisman Mona untuk
memanjat pohon kelapa tersebut dengan upah sekitar Rp500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah),
dan buah kelapa tersebut Saksi Tisman Mona serahkan kepada Daud Kapuas.
Sejak Saksi Tisman Mona bekerja di tanah objek sengketa, Daud Kapuas
biasanya datang ke tanah objek sengketa setiap 3 (tiga) bulan sekali;
- Bahwa Saksi Billy E. Somba menerangkan ketika Saksi menjabat sebagai
Kepala Seksi Pemerintahan dan Ketentraman dan Ketertiban di kantor
Kecamatan Kalawat (dengan masa jabatan sejak tahun sejak tahun 2000
sampai dengan tahun 2021), Saksi sempat menangani permasalahan antara
Tin atau Jenny Gaghiwu dengan Daud Kapuas sekitar 10 (sepuluh) tahun yang
lalu terkait dengan tanah peninggalan Frans Gaghiwu (orang tua), dimana
pada saat itu Saksi bertindak sebagai pemeriksa sekaligus pihak yang
memediasi para pihak. seingat Saksi, ada 3 (tiga) bidang tanah yang
dipermasalahkan pada waktu itu, salah satu diantaranya yaitu tanah objek
sengketa dalam perkara a quo, namun permasalahan tersebut belum dapat
diselesaikan;
Menimbang, bahwa apabila bukti surat P-5 dikaitkan dengan keterangan Saksi-
Saksi tersebut di atas, ditemukan persesuaian antara keadaan yang diterangkan dalam
bukti surat tersebut dengan keterangan Saksi-Saksi, yang pada intinya menerangkan

Halaman 40 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
bahwa tanah objek sengketa merupakan milik dari Frans Gaghiwu dan Amanda
Kapuas yang tidak lain merupakan pasangan suami isteri, kemudian tanah objek
sengketa tersebut dikuasai oleh Wilhelmus Kapuas yang merupakan salah satu anak
dari Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas, dan setelah Wilhelmus Kapuas meninggal
dunia, Daud Kapuas melanjutkan usaha fufu kelapa di atas tanah objek sengketa yang
telah dijalankan oleh Wilhelmus Kapuas sampai dengan saat ini dengan dibantu oleh
Saksi Tisman Mona yang diminta oleh Daud Kapuas untuk menjaga tanah objek
sengketa;
Menimbang, bahwa oleh karena bukti surat P-5 didukung atau bersesuaian
dengan keterangan Saksi-Saksi tersebut di atas, maka Majelis Hakim berpendapat,
bukti surat P-5 tersebut dapat diterima sebagai alat bukti yang sah;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat yang diajukan Turut Tergugat I
diketahui:
- Bahwa Frans Gaghiwu dan Alwiang Kapuas (atau yang juga dikenal dengan
Amanda Kapuas) adalah pasangan suami isteri yang telah melangsungkan
perkawinan pada tanggal 23 September 1956 di Tomako/Sanger (Vide bukti
surat TTI-5, TTI-6, dan TTI-19);
- Bahwa Frans Gaghiwu lahir di Sanger pada tanggal 18 Februari 1932 dan
telah meninggal dunia di Kawangkoan pada tanggal 4 Agustus 2010 (Vide
bukti surat TTI-1);
- Bahwa sebelumnya, tanah objek sengketa adalah milik dari almarhumah
Getroida Wangania Tanod, kemudian pada tahun 1970 beralih kepemilikannya
kepada Frans Gaghiwu melalui penukaran, dan sampai dengan saat ini masih
merupakan milik dari Frans Gaghiwu dan terdaftar dalam register desa nomor
406, folio 196, yang mana terhadap kepemilikan tersebut tidak pernah
dipermasalahkan oleh pihak manapun (Vide bukti surat TTI-2, TTI-4, TTI-8,
dan TTI-9;
- Bahwa pada tanggal 8 Desember 2009, Frans Gaghiwu dan Daud Kapuas
(Penggugat) membuat surat musyawarah bersama yang diketahui oleh Hukum
Tua Desa Kawangkoan, yang pada pokoknya surat tersebut menyatakan
bahwa Daud Kapuas sebagai pihak pertama akan menyerahkan hasil kuartal
sebanyak Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah) kepada Frans Gaghiwu
selaku pihak kedua. Apabila Daud Kapuas tidak melaksanakan hal tersebut,
maka Daud Kapuas selaku pemegang surat kuasa akan mengembalikan surat
kuasa kepada Frans Gaghiwu (Vide bukti surat TTI-10);
- Bahwa Frans Gaghiwu pernah memberikan kuasa kepada Welhelmus Kapuas
untuk menjaga/mengurus atau mempergunakan 4 (empat) lokasi tanah dan
semua tanaman yang ada di atas tanah tersebut, dan juga hewan (sapi)

Halaman 41 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
sebanyak 4 (empat) ekor serta sebuah roda sapi yang semuanya berada di
Desa Kawangkoan, Kecamatan Kalawat. Adapun semuanya merupakan milik
dari Frans Gaghiwu dan almarhum Amanda Kapuas (isteri) (vide bukti surat
TTI-15);
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Saksi-Saksi yang diajukan Turut
Tergugat I diketahui:
- Bahwa Saksi Sarah Begentegu menerangkan tanah objek sengketa
merupakan milik dari Frans Gaghiwu yang dahulunya dikelola oleh Frans
Gaghiwu, namun kemudian Frans Gaghiwu memberikan kuasa kepada
Wilhelmus Kapuas untuk mengelola tanah objek sengketa, lalu setelah
Wilhelmus Kapuas meninggal dunia, Frans Gaghiwu kemudian memberikan
kuasa kepada Daud Kapuas untuk mengelola tanah objek sengketa. Hal
tersebut Saksi ketahui berdasarkan surat yang di bawa oleh Jenny Gaghiwu ke
kantor Desa Kawangkoan;
- Bahwa Saksi Paulus Kodong menerangkan tanah objek sengketa adalah milik
dari Frans Gaghiwu sesuai dengan surat ukur desa;
Menimbang, bahwa apabila bukti surat TTI-15 dikaitkan dengan keterangan
Saksi Sarah Begentegu, keterangan Saksi Jantje Suma dan bukti surat P-5, ditemukan
persesuaian antara keadaan yang diterangkan dalam bukti surat tersebut dengan
keterangan Saksi, yang pada intinya menerangkan bahwa tanah objek sengketa
merupakan milik dari Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas yang tidak lain merupakan
pasangan suami isteri, kemudian Frans Gaghiwu memberikan kuasa kepada Wilhelmus
Kapuas untuk menguasai dan mengelola tanah objek sengketa dan setelah Wilhelmus
Kapuas meninggal dunia, Frans Gaghiwu memberikan kuasa kepada Daud Kapuas
untuk menguasai dan mengelola tanah objek sengketa;
Menimbang, bahwa oleh karena bukti surat TTI-15 didukung atau bersesuaian
dengan keterangan Saksi-Saksi dan bukti surat tersebut di atas, maka Majelis Hakim
berpendapat, bukti surat TTI-15 tersebut dapat diterima sebagai alat bukti yang sah;`
Menimbang, bahwa selanjutnya, terkait gugatan Penggugat yang mendalilkan
sebagai pihak yang berhak atas tanah objek sengketa dengan berdasar pada
penguasaan tanah objek sengketa selama puluhan tahun tanpa adanya gangguan atau
keberatan dari pihak manapun, Majelis Hakim dengan mengaitkan antara bukti
surat dan Saksi-Saksi yang diajukan baik oleh Penggugat maupun Turut
Tergugat I tersebut di atas memperoleh fakta-fakta yang terungkap di
persidangan sebagai berikut:
- Bahwa tanah objek sengketa diketahui merupakan tanah milik Frans Gaghiwu
dan Amanda Kapuas (atau yang juga dikenal dengan Alwian Kapuas) yang
pada mulanya dikelola oleh Frans Gaghiwu dan Amanda Kapuas, kemudian

Halaman 42 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Frans Gaghiwu memberikan kuasa kepada Wilhelmus Kapuas untuk
menguasai dan mengelola tanah objek sengketa tersebut, dan setelah
Wilhelmus Kapuas meninggal dunia, tanah objek sengketa kemudian dikuasai
dan dikelola oleh Penggugat atas kuasa yang diberikan oleh Frans Gaghiwu,
kuasa hanya diberikan oleh Frans Gaghiwu oleh karena Amanda Kapuas telah
meninggal dunia pada saat pembuatan surat kuasa tersebut (Vide bukti surat
P-5 dan TTI-5). Dari keadaan tersebut diketahui, Penggugat menguasai tanah
objek sengketa atas seijin atau sepengetahuan Frans Gaghiwu selaku pemilik
dari tanah objek sengketa;
- Bahwa dalam bukti surat TTI-10 dinyatakan bahwa Penggugat memiliki
kewajiban untuk menyerahkan hasil kuartal sebanyak Rp800.000,00 (delapan
ratus ribu rupiah) kepada Frans Gaghiwu, Apabila Penggugat tidak
melaksanakan hal tersebut maka Penggugat akan menyerahkan surat kuasa
yang telah diberikan oleh Frans Gaghiwu. Kemudian, dalam bukti surat P-5
dinyatakan bahwa surat kuasa untuk menguasai dan mengelola tanah objek
sengketa berlaku selama Frans Gaghiwu masih hidup. Selanjutnya, dari bukti
surat TTI-1 diketahui bahwa Frans Gaghiwu meninggal dunia di Kawangkoan
pada tanggal 4 Agustus 2010. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa hak untuk menguasai tanah objek sengketa diberikan oleh Frans
Gaghiwu beserta kewajiban untuk menyerahkan hasil dari pengelolaan tanah
objek sengketa, hal mana kuasa yang diberikan oleh Frans Gaghiwu kepada
Penggugat dan hak dari Penggugat untuk menguasai dan mengelola tanah
objek sengketa hanya berlaku sampai dengan tanggal 4 Agustus 2010;
- Bahwa Penggugat diketahui tetap menguasai dan mengelola tanah objek
sengketa meskipun Frans Gaghiwu telah meninggal dunia, bahkan meminta
Saksi Tisman Mona untuk tinggal dan menjaga tanah objek sengketa sejak
tahun 2011 sampai dengan saat ini;
- Bahwa sekitar 10 (sepuluh) tahun yang lalu, Saksi Billy E. Somba sempat
menangani permasalahan antara Turut Tergugat I dengan Penggugat terkait
dengan tanah peninggalan Frans Gaghiwu (orang tua), kemudian pada bulan
Januari 2021, Saksi Billy E. Somba kembali melakukan mediasi antara Turut
Tergugat I dengan Penggugat masih terkait dengan tanah objek sengketa,
namun demikian permasalahan tersebut belum dapat diselesaikan sampai
dengan saat ini;
- Bahwa tanah objek sengketa belum di daftarkan sampai dengan saat ini
sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria juncto Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, namun

Halaman 43 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
demikian tanah objek sengketa terdaftar dalam register desa nomor 406 folio
196 atas nama pemilik yaitu Frans Gaghiwu;
Menimbang, bahwa apabila fakta yang terungkap di persidangan dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan tersebut di atas, Majelis Hakim memberikan
pendapat sebagai berikut:
- Pertama, penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat terhadap tanah objek
sengketa tidak termasuk konteks penguasaan sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah tersebut di atas, oleh karena Penggugat menguasai tanah
objek sengketa bukan sebagai pihak pemegang hak lama melainkan sebagai
pihak yang diberi kuasa oleh pihak pemegang hak lama atau pihak yang
berhak (Frans Gaghiwu) untuk menguasai dan mengelola tanah objek
sengketa. Selain itu, penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat terhadap
tanah objek sengketa setelah Frans Gaghiwu meninggal dunia pada tanggal 4
Agustus 2010 tidak dilakukan dengan itikad baik sehingga menimbulkan
permasalahan dengan Turut Tergugat I oleh karena di dalam surat kuasa telah
dengan tegas dinyatakan bahwa kuasa tersebut berlaku selama Frans
Gaghiwu masih hidup, artinya penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat
setelah Frans Gaghiwu meninggal tidak berdasar hak;
- Kedua, tanah objek sengketa tidak memenuhi kriteria tanah terlantar oleh
karena pihak yang berhak (Frans Gaghiwu) tetap memanfaatkan, memelihara
dan mengelola tanah objek sengketa dengan memberikan kuasa kepada
Wilhelmus Kapuas kemudian setelah Wilhelmus Kapuas meninggal dunia,
kuasa untuk mengelola tanah objek sengketa kemudian diberikan kepada
Penggugat. Adapun Wilhelmus Kapuas dan Penggugat mengelola tanah objek
sengketa dengan cara memungut hasil dari pohon kelapa yang di tanam di
atas tanah objek sengketa, dan berdasarkan bukti surat TTI-10, Penggugat
memiliki kewajiban untuk menyerahkan hasil kuartal sebanyak Rp800.000,00
(delapan ratus ribu rupiah) kepada Frans Gaghiwu atas pengelolaan dan
pemungutan hasil dari tanah objek sengketa. Dari keadaan tersebut diketahui
penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat terhadap tanah objek sengketa
tidak termasuk penguasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban
Kawasan dan Tanah Terlantar, oleh karena penguasaan yang dilakukan oleh
Penggugat atas kuasa yang diberikan oleh Frans Gaghiwu (pihak yang berhak
atas tanah objek sengketa), atau dengan kata lain terdapat hubungan hukum
antara Penggugat dengan pihak yang berhak atas tanah objek sengketa yaitu
sebagai pemberi kuasa dan penerima kuasa;

Halaman 44 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Ketiga, penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat terhadap tanah objek
sengketa, tidak pula memenuhi syarat untuk memperoleh hak atas tanah
dengan dasar penguasaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1963 juncto
Pasal 1959 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, oleh karena penguasaan
yang dilakukan oleh Penggugat atas tanah objek sengketa sebelum Frans
Gaghiwu meninggal dunia berdasar pada kuasa yang diberikan oleh Frans
Gaghiwu sebagai pemilik tanah, kemudian penguasaan yang dilakukan oleh
Penggugat setelah Frans Gaghiwu meninggal dunia sampai dengan saat ini
belum memenuhi masa lewat waktu sebagaimana yang ditentukan;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa oleh karena penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat atas tanah
objek sengketa tidak memenuhi ketentuan untuk memperoleh hak atas tanah yang
berdasar pada penguasaan tanah melalui lembaga konversi, lembaga Pemberian
(Penetapan) Hak oleh Pemerintah, maupun lembaga lewat waktu tersebut di atas,
maka Penggugat tidak terbukti sebagai pihak yang berhak atas tanah objek
sengketa berdasarkan penguasaan tanah objek sengketa selama puluhan tahun
tersebut di atas;
Menimbang, bahwa terkait dengan petitum angka 2 (dua) gugatan Penggugat,
Majelis Hakim memberikan pertimbangan sebagai berikut;
Menimbang, bahwa apabila posita gugatan dikaitkan dengan petitum angka 2
(dua) tersebut diketahui bahwa Penggugat mengajukan tuntutan tersebut dengan
maksud agar berdasarkan penguasaan tanah tersebut, Penggugat dapat dinyatakan
sebagai pihak yang berhak untuk mendapatkan ganti rugi atas pembebasan tanah
objek sengketa;
Menimbang, bahwa terkait dengan penguasaan Penggugat terhadap objek
sengketa tersebut, Majelis Hakim membaginya kepada 2 (dua) waktu yaitu penguasaan
yang dilakukan sebelum dan sesudah Frans Gaghiwu meninggal dunia;
Menimbang, bahwa apabila memperhatikan penguasaan yang dilakukan oleh
Penggugat terhadap tanah objek sengketa sebelum Frans Gaghiwu meninggal dunia
diketahui bahwa penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat tersebut berdasarkan
alas hak yang sah yaitu berdasarkan surat kuasa yang diberikan oleh Frans Gaghiwu
sebagai pemilik tanah objek sengketa kepada Penggugat untuk menguasai dan
mengelola tanah objek sengketa. Namun demikian, penguasaan tersebut tidak
menghapuskan hak milik dari Frans Gaghiwu, karena pada dasarnya Penggugat hanya
melimpahkan hak penguasaan dan pengelolaan tanah objek sengketa kepada
Penggugat. Hal ini sebagaimana telah pula ditegaskan dalam pertimbangan di atas
bahwa penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat tidak dapat dijadikan dasar untuk
memperoleh hak atas tanah karena tidak memenuhi ketentuan untuk memperoleh hak

Halaman 45 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
atas tanah melalui lembaga konversi, lembaga Pemberian (Penetapan) Hak oleh
Pemerintah, maupun lembaga lewat waktu;
Menimbang, bahwa apabila memperhatikan penguasaan yang dilakukan oleh
Penggugat terhadap tanah objek sengketa setelah Frans Gaghiwu meninggal dunia
diketahui bahwa penguasaan tersebut dilakukan tanpa adanya dasar hak oleh karena:
pertama, hak untuk menguasai dan mengelola tanah objek sengketa yang diberikan
oleh Frans Gaghiwu telah berakhir sebagaimana dinyatakan tegas dalam bukti surat P-
5, hal mana sejalan pula dengan ketentuan yang termuat dalam Pasal 1813 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang pada pokoknya menyatakan salah satu hal yang
dapat menyebabkan pemberian kuasa berakhir yaitu dengan meninggalnya pemberi
kuasa. Kedua, penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat tidak pula memenuhi
syarat untuk memperoleh hak atas tanah melalui lembaga lewat waktu;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, apabila
memperhatikan maksud dan tujuan Penggugat untuk dinyatakan sebagai pihak yang
berhak berdasarkan penguasaan tersebut, maka Majelis Hakim menilai oleh karena
penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat sebelum Frans Gaghiwu meninggal dunia
hanya melahirkan hak penguasaan dan hak pengelolaan yang bersifat sementara,
kemudian penguasaan yang dilakukan oleh Penggugat setelah Frans Gaghiwu
meninggal dunia dilakukan tanpa adanya dasar hak, maka petitum angka 2 (dua)
dinyatakan tidak berdasar hukum dan ditolak;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan memberikan
pertimbangan terkait dengan apakah Penggugat berhak menerima ganti rugi atas
pembebasan tanah objek sengketa dengan dasar penguasaan tanah objek sengketa
selama puluhan tahun tersebut atau tidak?
Menimbang, bahwa dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum ditentukan:
- Bahwa pendataan awal lokasai rencana pembangunan guna kepentingan
umum meliputi kegiatan pengumpulan data awal pihak yang berhak dan Objek
Pengadaan tanah (Vide Pasal 17);
- Bahwa pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 meliputi
perseorangan, badan hukum, badan sosial, badan keagamaan, Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, pemerintah desa, Bank Tanah, badan usaha miiik
negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik desa yang memiliki
atau menguasai Objek Pengadaan Tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Vide Pasal 18 ayat (1));
- Bahwa pihak yang berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki objek
pengadaan tanah (Vide Pasal 1 angka 4);

Halaman 46 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Bahwa pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1)
terdiri dari:
a. pemegang Hak Atas Tanah;
b. pemegang Hak Pengelolaan;
c. nazhtr untuk tanah wakaf;
d. pemegang alat bukti tertulis hak lama;
e. masyarakat hukum adat;
f. pihak yang menguasai Tanah Negara dengan iktikad baik;
g. pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/atau
h. pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah
(Vide Pasal 18 ayat (2));
- Bahwa Pemegang alat bukti tertulis hak lama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) huruf d merupakan pemegang hak sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan terkait Hak Atas Tanah.
Dalam hal alat bukti tertulis hak lama tersebut tidak ditemukan atau tidak
berlaku lagi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
pemilikan atau penguasaan dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari
yang bersangkutan dan keterangan dari orang yang dapat dipercaya dan
disaksikan oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi. Pernyataan tertulis tersebut
berisi keterangan tanah tersebut adalah benar miliknya yang bersangkutan,
bukan milik orang lain; penguasaan tersebut dilakukan dengan iktikad baik dan
secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah; dan
penguasaan tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau
kelurahan/desa yang bersangkutan ataupun pihak lainnya (Vide Pasal 22 ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3));
- Bahwa penguasaan terhadap tanah negara dengan iktikad baik dapat
dibuktikan dengan alat bukti berupa sertipikat Hak Atas Tanah yang telah
berakhir jangka waktu haknya sepanjang masih dipergunakan dan
dimanfaatkan oleh bekas pemegang haknya; surat izin garapan/membuka
tanah; surat penunjukan/pembelian kavling tanah pengganti; atau bukti lain
yang dipersamakan dengan bukti penguasaan lainnya. Dalam hal penguasaan
tanah negara tidak dapat dibuktikan dengan alat bukti tersebut, maka bukti
penguasaannya meliputi surat pernyataan penguasaan tanah dari yang
bersangkutan, diketahui oleh orang yang dapat dipercaya dan disaksikan
paling sedikit 2 (dua) orang saksi dari lingkungan masyarakat setempat yang
tidak mempunyai hubungan keluarga dengan yang bersangkutan sampai
derajat kedua, baik dalam kekerabatan vertikal maupun horizontal, yang
menyatakan yang bersangkutan benar sebagai pemilik atau menguasai bidang

Halaman 47 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
tanah tersebut; bidang tanah tersebut benar-benar dikuasai yang bersangkutan
secara terus menerus/tanpa terputus disertai riwayat perolehan, penguasaan
tanah, dan batas yang jelas; dan yang bersangkutan bertanggung jawab
penuh secara perdata maupun pidana; dan surat keterangan dari kepala
desa/lurah atau nama lain yang menerangkan atas tanah tersebut tidak
terdapat sengketa dengan pihak lain dan tidak menjadi jaminan hutang piutang
(vide Pasal 24);
- Bahwa pemegang dasar penguasaan atas tanah merupakan pihak yang
memiliki alat bukti yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang
membuktikan adanya penguasaan yang bersangkutan. Dasar penguasaan
tanah tersebut dibuktikan dengan alat bukti penguasaan berupa akta jual beli
atas hak tanah yang sudah bersertipikat yang beium dibalik nama; akta jual beli
atas hak milik adat yang belum diterbitkan sertipikatnya; surat izin menghuni;
risalah lelang; akta ikrar wakaf, akta pengganti akta ikrar wakaf, atau surat ikrar
wakaf; atau bukti penguasaan lainnya (Vide pasal 25);
- Bahwa Pelaksana Pengadaan Tanah melaksanakan musyawarah didampingi
Penilai atau Penilai Publik dan Instansi yang Memerlukan Tanah dengan Pihak
yang Berhak dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) Hari sejak hasil penilaian
dari Penilai diterima oleh ketua pelaksana Pengadaan Tanah. Musyawarah
tersebut dilakukan secara langsung untuk menetapkan bentuk Ganti Kerugian
berdasarkan hasil penilaian Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68 ayat (1) (Vide Pasal 71 ayat (1) dan ayat (2));
- Bahwa Pelaksana Pengadaan Tanah mengundang Pihak yang Berhak dalam
musyawarah penetapan bentuk Ganti Kerugian sesuai dengan tempat dan
waktu yang ditentukan (vide Pasal 71 ayat (1));
- Bahwa hasil kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar pemberian Ganti
Kerugian kepada Pihak yang Berhak yang dituangkan dalam berita acara
kesepakatan (vide Pasal 74 ayat (1));
- Bahwa pemberian ganti kerugian dilakukan bersamaan dengan Pelepasan
Hak oleh Pihak yang Berhak (vide Pasal 78 ayat (4));
Menimbang, bahwa apabila memperhatikan ketentuan mengenai pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum diketahui bahwa ganti kerugian
atas pengadaan tanah tersebut diberikan kepada pihak yang berhak disertai
dengan pelepasan hak atas tanah tersebut. Pihak yang berhak merupakan pihak
yang memiliki atau yang menguasai objek pengadaan tanah. Dalam hal ini,
penguasaan yang dimaksud yaitu:

Halaman 48 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
- Penguasaan atas tanah yang melekat hak lama sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah;
- Penguasaaan atas tanah negara; dan
- Penguasaan atas tanah dengan dasar keputusan/surat dari pejabat yang
berwenang yang menjadi dasar untuk memperoleh, menguasai,
mempergunakan, atau memanfaatkan tanah (vide Pasal 1 angka 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah
Terlantar);
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, Majelis Hakim
berpendapat: pertama, Penggugat tidak termasuk sebagai pihak yang memiliki tanah
objek sengketa oleh karena sebagaimana telah dipertimbangkan sebelumnya bahwa
penguasaan Penggugat atas tanah objek sengketa selama puluhan tahun tidak
melahirkan hak atas tanah (hak milik). Kedua, penguasaan yang dilakukan oleh
Penggugat tidak pula termasuk dari kategori penguasaan sebagaimana yang dimaksud
dalam ketentuan mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum tersebut di atas. Dengan demikian, Penggugat tidak dapat dinyatakan
sebagai pihak yang berhak untuk menerima ganti rugi atas pembebasan tanah
objek sengketa guna kepentingan umum bila didasari pada penguasaan tanah
objek sengketa tersebut di atas;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Majelis Hakim
menilai petitum angka 4 (empat) dan angka 5 (lima) tidak berdasar hukum dan
ditolak;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan memberikan
pertimbangan terkait dengan apakah pengukuran tanah objek sengketa yang dilakukan
oleh Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II tanpa melibatkan Penggugat serta
proses ganti rugi tanah objek sengketa yang dilakukan oleh Tergugat kepada Turut
Tergugat I adalah perbuatan melawan hukum terhadap Penggugat atau tidak?
Menimbang, bahwa istilah perbuatan melanggar hukum atau perbuatan
melawan hukum secara normatif selalu merujuk pada Pasal 1365 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, yang menentukan “setiap perbuatan yang melawan hukum
yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang karena salahnya
menerbitkan kerugian ini mengganti kerugian tersebut”;
Menimbang, bahwa apabila dikaitkan dengan gugatan Penggugat, maka
perbuatan melawan hukum yang dimaksud mengandung pengertian perbuatan
Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II yang bertentangan dengan hak
subjektif Penggugat yaitu hak atas tanah objek sengketa, yang mana akibat dari

Halaman 49 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
perbuatan Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II tersebut menimbulkan
kerugian terhadap Penggugat;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat untuk membuktikan mengenai
ada atau tidaknya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat, Turut
Tergugat I dan Turut Tergugat II terhadap Penggugat, hal pertama yang harus
dipastikan yaitu ada atau tidaknya hak Penggugat terhadap tanah objek sengketa.
Dalam perkara a quo, Penggugat tidak terbukti sebagai pihak yang berhak atas tanah
objek sengketa berdasarkan penguasaan tersebut, dengan demikian perbuatan hukum
yang dilakukan oleh Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II berkaitan dengan
tanah objek sengketa pada dasarnya tidak melanggar atau bertentangan dengan hak
subjektif dari Penggugat, sehingga tidak pula menimbulkan kerugian terhadap
Penggugat;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis Hakim
berpendapat petitum angka 3 (tiga) tidak berdasar hukum dan ditolak;
Menimbang, bahwa terhadap petitum angka 6 (enam) yang pada pokoknya
menuntut agar dinyatakan putusan perkara a quo dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(Uitvoerbaar Bij Voorraad), maka Majelis Hakim akan memberikan pertimbangan
sebagai berikut;
Menimbang, bahwa ketentuan mengenai putusan serta merta (Uitvoerbaar Bij
Voorraad) diatur dalam Pasal 191 ayat (1) RBg yang menyatakan:
“pengadilan negeri dapat memerintahkan pelaksanaan putusannya
meskipun ada perlawanan atau banding jika ada bukti yang otentik atau ada
surat yang ditulis dengan tangan yang menurut ketentuan-ketentuan yang
berlaku mempunyai kekuatan pembuktian, atau karena sebelumnya sudah ada
keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang pasti, begitu juga jika ada
suatu tuntutan sebagian yang dikabulkan atau juga mengenai sengketa tentang
hak bezit”;
Menimbang, bahwa selain syarat-syarat tersebut, untuk memperjelas dalam
menjatuhkan putusan serta merta, Mahkamah Agung dalam surat edaran nomor 3
tahun 2000 telah memberi petunjuk untuk tidak menjatuhkan putusan serta merta,
kecuali dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Gugatan didasarkan pada bukti surat autentik atau surat tulisan tangan
(handschrift) yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda tangannya,
yang menurut Undang-undang tidak mempunyai kekuatan bukti;
b. Gugatan tentang Hutang-Piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak
dibantah;

Halaman 50 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
c. Gugatan tentang sewa-menyewa tanah, rumah, gudang dan lain-lain, di mana
hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau, atau Penyewa terbukti
melalaikan kewajibannya sebagai Penyewa yang beritikad baik;
d. Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan (gono-gini)
setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai kekuatan hukum tetap;
e. Dikabulkannya gugatan provisionil, dengan pertimbangan agar hukum yang
tegas dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv;
f. Gugatan berdasarkan Putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
(inkracht van gewijsde) dan mempunyai hubungan dengan pokok gugatan yang
diajukan;
g. pokok sengketa mengenai bezitsrecht.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat oleh karena Penggugat tidak
mengajukan alat bukti yang dapat memenuhi syarat yang digariskan dalam ketentuan
Pasal 191 ayat (1) RBg, tidak termasuk dari salah satu kriteria sebagaimana petunjuk
dalam Surat Edaran Mahkamah Agung nomor 3 tahun 2000, dan pokok gugatan
Penggugat dinyatakan tidak berdasar hukum dan ditolak, maka sudah sepatutnya
petitum angka 6 (enam) dinyatakan tidak berdasar hukum dan ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat telah dinyatakan tidak
berdasar hukum dan ditolak, maka berdasarkan pasal 192 ayat (1) Rechtsreglement
voor de Buitengewesten (RBg), Penggugat sebagai pihak yang kalah harus dihukum
untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini, dengan demikian
petitum angka 7 (tujuh) dinyatakan tidak berdasar hukum dan ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena petitum angka 2 (dua) sampai dengan angka
7 (tujuh) dinyatakan tidak berdasar hukum dan ditolak, maka terkait dengan petitum
angka 1 (satu), Majelis Hakim menyatakan gugatan Penggugat ditolak untuk
seluruhnya;
Mengingat, Pasal 142, dan pasal 192 ayat (1) Rechtsreglement voor de
Buitengewesten, Pasal 8 Rv, Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal
2, Pasal 4, pasal 16, Pasal 19, Pasal 27 huruf a angka 3 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pasal 24 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Penertiban Tanah Terlantar, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pendayagunaan Tanah
Negara Bekas Tanah Terlantar, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban
Kawasan dan Tanah Terlantar, dan peraturan-peraturan lain yang bersangkutan;

Halaman 51 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
MENGADILI:
Dalam Eksepsi
- Menolak seluruh eksepsi Turut Tergugat I;
Dalam Pokok Perkara
1. Menolak gugatan Penggugat untuk
seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk
membayar biaya perkara sejumlah Rp3.292.000,00 (tiga juta dua ratus sembilan
puluh dua ribu rupiah);
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Airmadidi, pada hari Rabu, tanggal 17 November 2021, oleh kami, Ameilia
Sukmasari, S.H., M.H., sebagai Hakim Ketua, Syaiful Idris, S.H., dan Stipani, S.H.
masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang ditunjuk berdasarkan surat penetapan
Ketua Pengadilan Negeri Airmadidi Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm tanggal 19 April
2021, putusan tersebut diucapkan pada hari Rabu, tanggal 24 November 2021, dalam
persidangan terbuka untuk umum oleh Ameilia Sukmasari, S.H., M.H., sebagai Hakim
Ketua dengan didampingi oleh Stipani, S.H. dan Rizka Fakhry Alfiananda, S.H, sebagai
Hakim Anggota, dengan dibantu oleh Lisa Deysiana Magama, S.H., Panitera Pengganti
pada pengadilan negeri tersebut, dengan dihadiri Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa
Hukum Turut Tergugat I, tanpa dihadiri oleh Tergugat dan Turut Tergugat II.

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

Stipani, S.H. Ameilia Sukmasari, S.H., M.H.

Rizka Fakhry Alfiananda, S.H.

Panitera Pengganti,

Lisa Deysiana Magama, S.H.

Halaman 52 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm
Rincian Biaya:
- Biaya Pendaftaran Rp30.000,00
- Biaya Proses Rp.100.000,00
- Biaya Panggilan Rp1.482.000,00
- Biaya PS Rp1.660.000,00
- Redaksi Rp.10.000,00
- Materai Rp.10.000,00

Jumlah Rp3.292.000,00
(tiga juta dua ratus sembilan puluh dua
ribu rupiah)

Halaman 53 dari 53, Putusan Perkara Perdata Gugatan Nomor 93/Pdt.G/2021/PN Arm

Anda mungkin juga menyukai