Anda di halaman 1dari 28

HUKUM INVESTASI

Penanaman Modal Asing


(PMA)

M. Hawin
Fakultas Hukum UGM
 www.bkpm.go.id
Dua Teori PMA
 The Product Cycle Theory (Teori
Siklus Produk)
 The Theory of Vertical Integration
The Product Cycle Theory
Setiap teknologi atau produk
berevolusi melalui tiga fase:
Pertama, fase permulaan atau
inovasi;
Kedua, fase perkembangan;
Ketiga, fase pematangan/
standardisasi.
The Theory of Vertical
Integration
Menempatkan beberapa tahapan
produksi di beberapa lokasi / negara
yang berbeda-beda.
Tujuan:
- Biaya produksi yang rendah

- Membuat rintangan perdagangan

bagi perusahaan-perusahaan lain


Manfaat/Keuntungan (Benefits)
PMA
n Meningkatkan devisa (foreign exchange)
dengan melalui pendapatan dari ekspor
n Meningkatkan jumlah lowongan kerja
n Transfer of technology
n Meningkatkan public revenues melalui
perpajakan
n Links dengan pasar internasional
n Pembangunan resource lokal
n Memajukan industri lokal dan produksi,
dll.
Dampak Negatif (Costs & Risks)
PMA
n Dominasi asing atas ekonomi dan
campur tangan politik
n Industri/perusahaan lokal (baru)
mati
n Teknologi yang tidak cocok
n Kerusakan lingkungan
n Berkurangnya resource lokal
n Efek negatif sosial
Fungsi Peraturan PMA
n Memaksimalkan benefits dan
meminimalkan risks
n Mendorong PMA
n Mengontrol PMA
PMA DI INDONESIA
1. UU No 25 / 2007 tentang Penanaman Modal.
(Menggantikan UU No. 1 / 1967 tentang
Penanaman Modal Asing, yang dirubah oleh UU
No. 11 / 1970 (UUPMA).
2. PP No. 20 / 1994 tentang Pemilikan Saham
dalam Perusahan yang Didirikan dalam rangka
Penanaman Modal Asing;
3. Peraturan Presiden No. 77/2007 dan Peraturan
Presiden No. 111/ 2007 Daftar Bidang Usaha
Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka
Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman
Modal
4. Dll.
Masalah-masalah yang diatur
1. Proyek-proyek investasi yang
dibolehkan atau diprioritaskan atau
tidak dibolehkan
2. Joint venture
3. Bentuk-bentuk insentif / fasilitas.
4. Bentuk/cara kontrol
5. Sistem administrasi peraturan PMA
Performance Requirements
 Penggunaan jumlah minimal local contents
 Jumlah minimal produksi untuk diekspor.
Diperkuat dgn syarat bahwa ekspatriasi
keuntungan boleh dgn syarat ada export
earnings
 Penggunaan tenaga lokal (quantity
participation)
 Penggunaan jumlah minimal modal lokal (equity
participation)
 Transfer teknologi (quality participation)
Insentif PMA secara umum
1. Yang menambah keuntungan investor:

- Pembebasan/keringanan pajak
- Subsidi langsung
- Grants
- Pembebasan/keringanan bea masuk
- perjanjian untuk membeli produk pada
harga minimal tertentu.
Insentif PMA
2. Yang mengurangi risiko bagi investor:

- Jaminan tidak akan ada nasionalisasi kecuali


dengan kompensasi yang prompt, adequate
and effective.
- Jaminan untuk bisa menggunakan forum
internasional dalam penyelesaian sengketa.
Misal ICSID (International Center for the
Settlement of Investment Disputes)
- Proteksi pasar untuk investor (dengan quata
atau tarif bea masuk yg tinggi bagi
competing products)
Contoh-contoh insentif PMA
1. Hak transfer dan repatriasi dalam valuta
asing:
 modal;
 keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan
 lain;
 dana yang diperlukan untuk pembelian bahan baku dan
penolong, barang setengah jadi, atau barang jadi; atau
penggantian barang modal dalam rangka melindungi
kelangsungan hidup penanaman modal;
 tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan
penanaman modal;
 dana untuk pembayaran kembali pinjaman;
 royalti atau biaya yang harus dibayar; dll.
Contoh-contoh insentif PMA
2. Jaminan tidak ada nasionalisasi kecuali
untuk kepentingan negara
3. Jaminan pemberian kompensasi jika
terjadi nasionalisasi.
Kompensasi sesuai persetujuan para
pihak sesuai dengan “azas-azas hukum
internasional jang berlaku.” Jadi
kompensasi harus “prompt, adequate and
effective.”
Contoh-contoh insentif PMA
4. Prosedur penyelesaian sengketa
secara khusus yaitu arbitrase.
Apakah ada jaminan bisa memakai
forum internasional? Apakah bisa
menggunakan ICSID?
KONTROL PMA DI INDONESIA
 Penetapan negative list
a. Tertutup secara penguasaan penuh.
Harus dengan Joint Venture

b. Tertutup sama sekali

(Diatur dalam PerPres 77 / 2007 dan


PerPres No.111 / 2007)
2. Partisipasi tenaga kerja
Kontrol PMA (lanjutan)
3. Partisipasi modal (equity
participation). Dengan Joint Venture.

4. Partisipasi kemampuan . Dengan


Transfer Technology
Kontrol PMA (lanjutan)
5. Prosedur tertentu:
Permohonan kepada Ketua BKPM;
Harus mendapat izin.

6. Perseroan Terbatas (PT) sebagai bentuk usaha.

7. Persyaratan kandungan lokal (local content)


Perbandingan
Hal Dulu (stlh UUPMA) Sekarang (PP 20/1994)

1. 100% asing Tdk boleh kec. di Boleh kec. pd sektor


daerah terpencil infrastruktur

2. Divestasi Dlm 20 th, 51% hrs a.Dlm 15 th tetapi jumlah


milik lokal divestasi terserah para
pihak asal minimal 5%.
b. JV tdk hrs divestasi.

3. Jmlh minimal investasi a. 1 juta USD Tdk ada minimalnya.


b. 250.000 USD Tapi sesuai kelayakan
dan kewajaran

4. Status pihak asing Hrs badan hukum Bisa juga perorangan

5. Status pihak lokal WNI atau badan Perush. PMA jg boleh


hukum milik kec. pd infrastruktur.
Indonesia penuh
Perbandingan
Hal Dulu Sekarang
6. Pendirian anak Tdk mungkin a. Boleh bila perush
perush PMA sdh beroperasi
scr komersial
b. Anak perush. Boleh
100% dimiliki oleh
asing
7. Jangka waktu 30 th. 30 th stlh
Perpanjangan tdk komersial.
jelas Dpt diperpanjang.
30 th tiap
perpanjangan
8. Pendirian Joint Minimal 20% hrs Minimal 5% dari
Venture milik lokal (dari modal disetor hrs
modal dasar) milik lokal
Perkembangan Straight Investment
(100% Asing)
UUPMA 1974 PP 17/92 PP 20/94

100% boleh Tidak boleh Boleh unt. Boleh kec.


kec. unt. daerah unt.
infrastruktur terpencil infrastruktur
Keharusan Partisipasi Lokal 51%
(Indigenization: Indonesianisasi Saham)
UUPMA SK BKPM/74 PP 17/92 PP 20/94

Tdk ada 10 th setelah 20 th setelah Tdk ada


keharus- ada izin usaha beroperasi secara keharusan
an komersial
World Trade Organization (WTO)
melaksanakan beberapa perjanjian
multilateral:
1. Perjanjian Multilateral di bidang perdagangan
barang. Misalnya:
- General Agreement on Tariffs and Trade
1994 (GATT)
- Agreement on Trade-Related Investment
Measures (TRIMs)
2. General Agreement on Trade in Services
(GATS)
3. Agreement on Trade-Related Aspects of
Intellectual Property Rights (TRIPs)
4. Perjanjian-perjanjian plurilateral di bidang kapal
udara sipil, pengadaan pemerintah, dll
Agreement on Trade-Related
Investment Measures (TRIMs)
 TRIMs: Kebijakan-kebijakan investasi
yang berkaitan dengan perdagangan
barang.
 Di dalam Agreement on TRIMs: Negara
anggota dilarang membuat TRIMs yang
melanggar prinsip National Treatment
(Pasal III GATT) dan kewajiban
penghapusan restriksi kuantitatif terhadap
impor (Pasal XI(1) GATT).
Prinsip National Treatment
Article III(4) GATT:
“The products of the territory of any
contracting party imported into the
territory of any other contracting party
shall be accorded treatment no less
favourable than that accorded to like
products of national origin in respect of all
laws, regulations and requirements
affecting their internal sale, offering for
sale, purchase, transportation, distribution
or use …”
TRIMs yang melanggar prinsip
National Treatment:
1. Persyaratan kandungan lokal
(local content).
2. Persyaratan pembelian/pemakaian
bahan impor yang dibatasi
sejumlah atau senilai produk yang
akan diekspor (trade balancing
requirement)
TRIMs yang melanggar kewajiban
penghapusan restriksi kuantitatif
terhadap impor
1. Pembatasan impor bahan baku sampai
sejumlah atau senilai produksi lokal yang
diekspor.
2. Pembatasan impor dengan pembatasan
akses devisa sampai sejumlah devisa
yang dihasilkan.
3. Pembatasan ekspor berdasarkan jenis
barang, jumlah maupun nilai barang,
atau proporsi dengan jumlah/nilai
produksi lokal.

Anda mungkin juga menyukai